Andreas Sitepu - UTS
Andreas Sitepu - UTS
Andreas Sitepu - UTS
Andreas Sitepu
216114049
Gereja adalah sebuah persekutuan. Persekutuan itu dibalut oleh semangat yang sama
dalam misi yang sama. Hal tersebut ingin menunjukkan keseragaman seluruh umat dalam
mengimani apa yang dicitakan Bersama. Sinodalitas menggambarkan gereja yang berperan
serta dalam misi dalam persekutuan (berjalan bersama). Gereja itu ibarat tubuh (1 Kor 13).
Maka, Ia memiliki bagian-bagiannya dan semua terikat dalam semangat yang sama. Gereja
juga sebagai sakramen. Artinya tanda persatuan dengan Allah dan bersatunya dengan umat
manusia (LG 1).
Paus Fransiskus dalam masa ini menggerakkan seluruh anggota Gereja untuk
mengimani sinodalitas. Mengimani sinodalitas berarti menyadari ia sebagai anggota Gereja
(citra Gereja yang nyata) dan menyadari dirinya dalam ikatan persekutuan yang telah ia
terima dengan kebebasan. Di Asia/Indonesia, gerakan ini juga di kontemplasikan (di hayati)
dengan konsentrasi penuh. Sasarannya adalah terwujudnya keinginan ini. Tetapi apa yang di
berikan Asia (Indonesia) dalam hal ini? Pasti Asia memiliki kekhasannya. Dari kekhasan
itulah, Gereja akan menemukan apa arti persekutuan dalam konteks Asia.
II. Pembahasan
II.A. Bagaimana konteks khas Asia dan Indonesia memberi warna atau
memberi
arah pada pembicaraan tentang sinodalitas Gereja yang dicanangkan oleh
Paus Fransiskus?
Sinodalitas merupakan “warisan” yang hadir (peran Kristus dan kerinduan umat) dan
mesti di teruskan. Warisan ini tidak hanya berada dalam lingkup pemahaman harta benda,
nama baik dan lain sebagainya. Warisan ini mengacu pada yang lebih jauh yakni “kesadaran
akan hal berharga yang ada pada sifat si penerima”. Pemahaman ini di awali oleh para
pendahulu yakni para Rasul dan bapa-bapa Gereja serta umat yang pada waktu itu
menunjukkan indahnya persekutuan. Persekutuan mereka terbukti Ketika mereka hidup
bersama dengan cara dan aturan yang sama dalam budaya yang berbeda (Yunani, Yahudi,
Romawi). Jadi, “warisan” sinodalitas ada bagi semua Gereja. Sinodalitas adalah sesuatu yang
diwariskan. Sinodalitas adalah “warisan penetapan ilahi”
Asia adalah awal dari Krsitianitas.1 Asia juga meliputi tanah suci yang ada dalam
kehidupan Yesus secara historis.2 Sang penyelamat tinggal di antara kita (Yoh 1:14). Hal ini
menunjukkan adanya remah-remah persekutuan di Asia. Meskipun ia tidak utuh (persekutuan
yang hanya dalam wilayah karya Rasul Paulus), setidaknya itu bisa menjadi kebanggaan dan
kekuatan Asia untuk memulai persekutuannya. Sekarang, Gereja di Asia hidup dan
berkembang pada Millennium ke-3. Setidaknya ia akan menjadi: Tempat tuaian iman yang
besar dan akan di panen dengan kelimpahan.3
1
Seri dokumen Gerejanwi no 57 Gereja Asia, Bab satu, Konteks Asia (Asia daerah kelahiran Yesus dan Gereja).
2
Diktat dosen, Capita selecta teologi Indonesia dan Asia
3
Paus Yohanes Paulus II, Amanat kepada sidang paripurna FABC yang ke-VI di Manila (tgl.15 Januari 1995),
11: Insegnamenti XVIII, 1 (1995), 159.
4
Pengantar Post-Kolonialisme, Teori Pasca-kolonial dan Sastra pascakolonial, Di akses: an-introduction-to-
postcolonialism.pdf, Pada tanggal 5 November 2022.
b) Perziarahan yang menjawab sosial budaya, pluralisme (dialog), teologi
publik.
Gereja di Asia kaya dengan keragaman kultural (ekspresi bahasa-bahasa). Hal ini
akan menjadi tanda yang mengarah pada: adat-istiadat, kultis, upacara, mitos dan legenda
Asia.5Budaya sangat penting dalam kehidupan Asia. Menurut Tan: Penyampaian terang Injil
melalui budaya lebih meresap ke hati Asia ketimbang mengikuti konteks Eropa (Renaisans
dan pencerahan).6 Asia akan terus terpanggil untuk merasakan rasa misteri akan yang Ilahi.
Rasa akan yang Ilahi melahirkan semangat yang membuat-Nya merasakan panggilan yang
terus menerus dan tidak habis-habis. Dengan demikian, tindakan mereka semakin terwujud
dalam misi dan evangelisasi.7 Tetapi, hal itu lebih mengena jika terang Injil diwujudkan
dalam tindakan kontekstualisasi. Artinya, Injil hadir langsung dalam pemikiran sosial budaya
masyarakat.8
Religiositas dalam Asia/Indonesia secara garis besar dianggap sebagai cara hidup
(perjalanan: Tao). Berbeda dengan Barat yang kuat dengan keyakinan/doktrin. Agama
tertanam dalam budaya/tradisi masyarakat Asia/Indonesia. Sehingga bagaimana memasukkan
terang Injil kebagian ini sangat penting untuk di perhatikan (Inkulturasi).
5
Di akses dari:
http://stfwidyasasana-akademik.ac.id/repositori/filepenulis/06e41e6c93d2f20f857dffb1e493b0ce-Buku
%20Eklesiologi%20Asia%20Jadi.pdf, Pada tanggal 5 November 2022, Pukul 20:00.
6
Tan, THEOLOGIZING AT THE SERVICE OF LIFE, GBPress – Gregoriana Biblical Press. Diakses dari:
http://www.jstor.org/stable/23580621?seq=1&cid=pdf-reference#references_tab_contents.
7
F. Wilfred, Fermentasi Teologi Asia, Yogyakarta, Indonesia, 2019.
8
Tan, THEOLOGIZING AT THE SERVICE OF LIFE, GBPress – Gregoriana Biblical Press.
Pluralisme
Pluralitas mencerminkan Asia yang hidup dalam berbagai suku dan agama.
Kehidupan ini, menjadikan Asia tidak jauh dari dialog. Prolognya, Asia harus berdialog.
Epilognya, Asia aman jika berdialog. Sebab perjumpaan tidak akan pernah terlepas dari
dialog. Asia adalah tempat perjumpaan sebab ia sudah dasarnya hidup dalam kemajemukan
(suku dan agama). Panorama ini menggambarkan manusia sebagai subjek dan persepsi
mereka tentang pandangan dunia mereka yang berbeda.9 Catatannya adalah bagai mana
menyatukan (untuk saling memahami) mereka ini. Sebab itu diperlukanlah dialog melalui
perjumpaan. Perlu adanya dialog untuk memasukkan terang Injil ke dalam kekhasan ini. Hal
yang sudah nyata adalah Inkulturasi. Inkulturasi menggambarkan dialog perjumpaan terang
Injil dengan budaya setempat dengan tujuan supaya mereka yang menerimakan pesan suci
tersebut semakin mengerti dan memahami tentang apa yang di wartakan.
Teologi publik
Teologi publik membahas mengenai hubungan antara agama dan publik. Artinya,
perjumpaan agama dengan politik mengarahkan agama untuk berkontribusi melihat
kepentingan manusia. Artinya, apa kira yang di berikan terang Injil untuk menjelaskan dan
mengobati keadaan publik. Iman Kristiani hendaknya memahami kebebasan beragama dan
sekularisme di Asia. Dengan demikian, peran dan kehadiran Iman Kristiani semakin jelas
terlihat. Di dalam teologi publik, ada tahap yang penting yakni:1) Yang privat dan publik, 2)
Fakta pluralis, 3) Terbuka pada perkembangan zaman.10
Sebagai gambaran: 100% Indonesia dan 100% Katolik. Artinya ada hati di keduanya.
Gereja di Indonesia digambarkan sebagai “Gereja yang Indonesianis”. Tetapi, Gereja dan
Negara harus dalam tujuan bonnum commune. Teologi publik berarti menerapkan politik
sebagai perjuangan kesejahteraan bersama.11 Salah satu contoh: Pancasila di dalam tubuh
Indonesia (Eka Darmaputra). Nilai-nilai Pancasila hampir sama dengan nilai yang ingin di
perjuangkan oleh Gereja di Indonesia. Artinya, adanya Pancasila sebenarnya sudah
9
F. Wilfred, Fermentasi Teologi Asia, Yogyakarta, Indonesia, 2019.
10
P. B. Irawan, Ber-Teologi Publik, Majalah Rohani: No. 08, Tahun ke-67, Agustus 2020.
11
Di akses dari: https://www.scribd.com/doc/145033466/The-Catholic-Way-Kekatolikan-dan-Keindonesiaan-
Kita, Pada tanggal 5 November 2022, Pukul 21:00.
membentuk Gereja Indonesia untuk serius dalam Sinodalitas. 12Pancasila mencerminkan nilai
persatuan, keberagaman, keadilan, dan lain sebagainya dengan tujuan kesejahteraan bersama.
Aku adalah identitas Indonesia. Aku adalah bagian dari Indonesia. Aku melihat Gereja
dengan cara pandang Indonesia sebab aku adalah Indonesia. Aku selalu ada dalam bagian
budaya dan latar belakangku. Itulah aku sebagai aku yang Indonesianis.
Gambaran yang paling tepat untuk menjelaskan arti Gereja sinodal adalah panggilan.
Panggilan Asia adalah kunci munculnya jati diri Asia dan penyelesaiannya. Melalu
panggilan, Asia paham akan kebutuhannya. Asia menatap suasana Gereja yang berdialog,
berpartisipasi (di dalam Gereja dan di luar), pluralistis dan budaya. 14 Gereja yang menjadi
Asia adalah memasukkan keluh-kesah dan lika-liku Asia dan menanggapinya melalui
panggilan bersama (berteologi dengan Asia).15 Kekuatan ini akan menampilkan Gereja
sebagai sakramen. Sakramen in mengacu pada Gereja sebagai persekutuan komunitas.16
Setelah itu ia akan mendalami dirinya sebagai sakramen keselarasan (harmoni). Melalui
keharmonisan Ia akan menemukan dirinya sebagai Gereja Asia/Indonesia.
III. Kesimpulan
Asia/Indonesia diilhami oleh kekayaan yang menjadi jati dirinya. Meskipun demikian,
Mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki tali pengikan dengan yang universal juga.
Dengan kesadaran ini, Asia/Indonesia menjadi sadar dan menyikapinya dengan arah dan arus
mereka. Kesadaran sebagai bagian dari Asia/Indonesia akan melahirkan pendalaman terhadap
dirinya sendiri. Artinya, “mengenal dan memahami supaya menemukan solusi”. Dengan
demikian, Gereja akan lebih utuh dan menemukan identitas dirinya di mana pun ia tersebar.
Warisan, kelahiran kembali, panggilan, dan identitas adalah langkah untuk menemukan
kekhasan dari masing-masing tubuh Gereja. Kekuatan yang Bersatu ini akan menjadi fondasi
yang menopang bangunan (Gereja) menjadi semakin kokoh.
Seri dokumen Gerejanwi no 57 Gereja Asia, Bab satu, Konteks Asia (Asia daerah kelahiran
Yesus dan Gereja).
Diktat dosen, Capita selecta teologi Indonesia dan Asia
Paus Yohanes Paulus II, Amanat kepada sidang paripurna FABC yang ke-VI di Manila
(tgl.15 Januari 1995), 11: Insegnamenti XVIII, 1 (1995), 159.
Tan,
THEOLOGIZING AT THE SERVICE OF LIFE, GBPress – Gregoriana Biblical Press.
F. Wilfred,
Fermentasi Teologi Asia, Yogyakarta, Indonesia, 2019.
F. Wilfred, Fermentasi Teologi Asia, Yogyakarta, Indonesia, 2019.
Irawan, P. B.
Ber-Teologi Publik, Majalah Rohani: No. 08, Tahun ke-67, Agustus 2020.
Kirchberger. G.,
Gereja Katolik Indonesia dalam persfertif para Uskup Indonesia, Di akses dari:
http://repository.iftkledalero.ac.id/543/, Pada tanggal 8 November 2022, Pukul 21:53.
Brazal. A. M.,
Gereja sebagai Sakramen Keselarasan Yin-yang: Menuju Partisipasi Awam dan
Wanita yang Lebih Mendalam dalam Gereja, Universitas De LaSalle, Manila,
Filipina, Studi Teologi 2019, Jil. 80(2) 414–435.