Kti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MANAJAMEN AMBULANS GAWAT DARURAT BERDASAR

PEDOMAN TEHNIS AMBULAN KEMENKES


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDONO MADIUN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS

HANIF RIZQULLOH NURUL ANAM

NIM P17230204116

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLITAR

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ambulans merupakan moda transportasi yang digunakan oleh rumah sakit, puskesmas, atau
fasilitas terkait, untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan medis. Seiring
kemajuan teknologi medis, ambulan juga dilengkapi dengan peralatan dan tenaga medis sehingga
memungkinkan untuk melakukan tindakan medis (Simamora et al., 2017). Kendaraan ini dilengkapi
dengan sirine dan lightbar berwarna merah dan biru gawat darurat agar dapat melewati lalu lintas
yang padat, dengan kata lain ambulance merupakan kendaraan prioritas yang telah diatur dalam
pasal 134 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Prabowo, 2018).
Peran utama dari ambulans adalah menangani korban di lokasi terjadinya kecelakaan sampai
pasien dipindahkan menuju fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. Berdasarkan data dari Pusat
Komando Nasional 119 Kementerian Kesehatan, antara Juli 2016 hingga Juli 2019 terdapat 65.006
kasus rujukan di seluruh Indonesia yang menggunakan ambulans milik rumah sakit. Menurut, Dinas
Kesehatan maupun Public Safety Center terdapat kasus rujukan gawat darurat medis sebanyak
26.306 kasus dan non-gawat darurat sebanyak 15.987.
Di Indonesia, banyak orang dengan keadaan darurat seperti cedera, keracunan atau serangan
jantung meninggal karena perawatan yang tidak memadai dalam perjalanan ke rumah atau rumah
sakit. Apabila ambulans tersedia, layanan darurat dapat mencapai pasien dengan cepat, dan petugas
dapat menemani pasien selama perjalanan, kematian dalam perjalanan ke rumah atau rumah sakit
dapat dikurangi (Kesehatan et al., 2019).
Ambulans dapat mencakup peralatan medis dan spesifikasi khusus lainnya untuk menangani
situasi khusus seperti pasien dengan penyakit menular, pasien dengan perawatan intensif, gangguan
jiwa dan kondisi khusus pada daerah terpencil atau dalam kondisi geografis sulit (Kesehatan et al.,
2019).
Sistem manajemen gawat darurat yang terintegrasi, khususnya pelayanan ambulans rumah
sakit atau antar rumah sakit, mengharuskan semua kegiatan terhubung dengan sistem dan didukung
oleh sistem komunikasi dan informasi yang andal. Setelah ditinjau dan diputuskan kelayakannya
oleh petugas yang berwenang maka ambulans tersebut sudah bisa membawa pasien. Pelayanan
penyelamatan yang baik tercermin dalam ambulans yang memenuhi persyaratan teknis, peralatan
medis yang terkoordinasi, petugas yang terlatih, serta standar pemeliharaan dan operasional yang
berlaku (Kesehatan et al., 2019).
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai manajemen
ambulans gawat darurat berdasar pedoman tehnis ambulan Kemenkes di rumah sakit meliputi
ambulans yang memenuhi persyaratan teknis, peralatan medis yang terkoordinasi, petugas ambulans
yang sudah terlatih, serta standar pemeliharaan dan operasional yang diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“Bagaimanakah manajemen ambulans gawat darurat berdasar pedoman tehnis ambulan kemenkes
di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono Madiun?”

1.3 Tujuan Umum .


Mengidentifikasi manajemen ambulans gawat darurat berdasar pedoman tehnis ambulan Kemenkes di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono Madiun

1.4 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persyaratan tehnis ambulans gawat darurat berdasar pedoman tehnis


ambulan kemenkes di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono Madiun.
2. Mengidentifikasi peralatan medis ambulans gawat darurat berdasar pedoman tehnis
ambulan kemenkes di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono Madiun.
3. Mengidentifikasi petugas ambulans gawat darurat berdasar pedoman tehnis ambulan
kemenkes di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono Madiun.
4. Mengidentifikasi standar pemeliharaan dan operasional yang diterapkan ambulans gawat
darurat berdasar pedoman tehnis ambulan kemenkes di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Soedono Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan peneliti berikutnya
dalam melakukan penelitian serupa tentang manajemen ambulans gawat darurat di rumah sakit.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan evaluasi dan perbaikan manajemen ambulans gawat darurat di rumah sakit
meliputi ambulans yang memenuhi persyaratan teknis, peralatan medis yang terkoordinasi, petugas
ambulans yang terlatih, serta standar pemeliharaan dan operasional yang diterapkan.
2. Bagi Partisipan.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi pengelola
ambulans gawat darurat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Gawat Darurat


Gawat darurat atau tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan pada saat kejadian bencana
yang dilakukan dengan segera sebagai upaya mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan
(Dewi & Penggalih, 2019)
2.2. Konsep Ambulance
2.2.1. Pengertian Ambulance
Ambulance salah satu komponen Emergency Medical Services (EMS) yang merupakan
suatu alat transportasi yang digunakan instansi kesehatan atau yang terkait. Ambulance
berfungsi untuk menolong pasien yang membutuhkan pertolongan medis sebagai
kendaraan transportasi pasien menuju tempat tujuan untuk mendapatkan perawatan medis
(Simamora et al., 2020).
2.2.2. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum yang mengatur mengenai ambulance, sebagai berikut
(KementrianKesehatanRI, 2019).
1) Undang- Undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2) Undang- Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3) Undang- Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4) Undang- Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5) Undang- Undang RI No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
6) Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
7) Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi Konfensi Safety of Life
at Sea (SOLAS)
8) Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan
Pencemaran Lingkungan Maritim
9) Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 50 Tahun 2015 tentang Sertifikasi Standar
Kebisingan Jenis Pesawat Terbang dan Kelaikan Udara
10) Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 62 Tahun 2015 tentang Standar
Kelaikudaraan Untuk Helikopter Kategori Normal
11) Peraturan Menteri Perhubungan RI No.155 Tahun 2016 tentang Batas Usia Pesawat
Udara yang Digunakan Untuk Kegiatan Angkutan Udara Niaga
12) Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM.33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor
13) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
14) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit
15) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
16) Keputusan Menteri Perhubungan RI No. 65 Tahun 2009 tentang Standar Kapal Non
Konvensi Berbendera Indonesia
17) Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1314 Tahun 2010 tentang Pedoman
Standardisasi Sumber Daya Manusia, Sarana, dan Prasarana di Lingkungan Kantor
Kesehatan Pelabuhan
2.2.3. Tujuan Penggunaan
Penggunaan ambulance bertujuan sebagai :
1) Pemberian pertolongan pasien gawat darurat pra fasilitas pelayanan kesehatan
2) Pengangkutan pasien gawat darurat dari lokasi kejadian (pra fasyankes) menuju
fasilitas pelayanan kesehatan (transfer primer)
3) Sebagai kendaraan transportasi rujukan antar fasyankes (transfer sekunder dan
transfer tersier (KementrianKesehatanRI, 2019)
2.2.4. Jenis Ambulance
Berdasarkan moda transportasi ambulans terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Ambulans darat
2) Ambulans air
3) Ambulans udara.
Sedangkan berdasarkan faktor kebutuhan medis dibagi menjadi ambulans transport dan
ambulans gawat darurat (KementrianKesehatanRI, 2019).
2.3. Ambulance Gawat Darurat
2.3.1. Pengertian Ambulance Gawat Darurat
Ambulance gawat darurat adalah transportasi medis yang memberikan pertolongan
pertama dan melakukan perawatn intensif selama perjalanan menujur rumah sakit
rujukan. Ambulance ini tentu harus memenuhi hygiene dan ergonomic. Komponen dalam
ambulance ini sendiri merupakan layanan perawatan yang bersifat out of hospital
(Kartasasmita et al., 2017).
2.3.2. Jenis Ambulance Gawat Darurat
Jenis ambulance gawat darurat sebagai berikut (KementrianKesehatanRI, 2019).
1) Ambulans Gawat Darurat Darat
Ambulans gawat darurat darat adalah ambulans darat untuk menangani dan/atau
mengangkut pasien dengan kondisi gawat darurat atau mengancam nyawa dari suatu
tenpat ke tepat lain untuk mendapatkan pertolongan.
Ambulans ini dapat digunakan pada pra fasyankes, mengangkut korban yang telah
distabilkan dari pra fasyankes menuju fasyankes dan mengangkut pasien antar
fasyankes. Ambulans ini telah dilengkapi dengan petugas dan peralatan yang
dibutuhkan. Ambulans gawat darurat juga dapat dilengkapi dengan alat kesehatan dan
spesifikasi khusus lainnya untuk menangani kondisi khusus (infeksius, pasien
perawatan intensif, psikiatri dan kondisi lainnya).
2) Ambulans Gawat Darurat Air
Ambulans air menggunakan moda transportasi kapal. Kapal yang digunakan dapat
berupa kapal perairan laut dan perairan darat (sungai atau danau). Pelayanan
kegawatdaruratan akan sulit dilakukan karena kendala ombak. Namun pada kapal
dengan ukuran yang besar, misal kapal laut, kegawatdaruratan dpaat dilakukan
bahkan untuk kasus tertentu dapat dijadikan sebagai rumah sakit.
3) Ambulans Gawat Darurat Udara
Ambulans udara dalam pelaksanaannya tetap terhubung dengan ambulans darat.
Adapun kebijakan medis yang harus dipenuhi:
a. Transportasi ambulans udara dianggap perlu jika:
- Transportasi ambulans yang mendesak dan cepatsangat penting untuk
menstabilkan atau menjaga pasien tetap hidup.
- Transportasi tidak dapat disediakan dengan aman oleh ambulans darat karena
jaraknya jauh, waktu transportasi lama, atau titik pengambilan pasien tidak
dapat dijangkaun dengan ambulans darat.
- Transportasi ke fasilitas perawatan akut terdekat yang mampu untuk
menyediakan perawatan yang sesuai untuk kondisi pasien.
b. Ambulans udara dapat digunakan dalam kondisi :
- Transportasi dari fasilitas dengan tingkat perawatan lebih tinggi ke fasilitas
dengan perawatan setara atau lebih rendah
- Transportasi untuk keperluan pribadi atau faktor kenyamanan, seperti kembali
ke rumah
- Transportasi di luar fasilitas terdekat yang memadai untuk perawatan paling
sesuai kondisi pasien
2.4. Manajemen Ambulance
2.4.1. Persyaratan Teknis
Spesifikasi ambulans transport dan gawat darurat adalah sama yang membedakan pada
ketersediaan alat kesehatan serta kompetensi petugas yang bekerja didalamnya.
Kendaraan ambulance disesuaikan dengan wilayah masing-masing dna perlu dilakukan
pemeliharaan secara berkala (Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Setiap kendaraan dapat dipergunakan untuk mengangkut orang sakit akan


tetapi tidak setiap kendaraan tersebut dapat disebut sebagai ambulans. Suatu
kendaraan dapat disebut sebagai ambulans apabila memenuhi spesifikasi teknis
tertentu, memiliki alat kesehatan dan mampu memberikan pelayanan kesehatan
terhadap orang sakit/ korban/ pasien.

3.1 Spesifikasi Teknis Umum Ambulans


Secara umum spesifikasi teknis untuk ambulans transport dan gawat darurat
adalah sama. Perbedaannya berupa alat kesehatan serta kompetensi petugas yang
bekerja di dalamnya. Kendaraan ambulans berupa kendaraan dengan jenis
peruntukan angkutan orang/ penumpang. Jenis kendaraan yang difungsikan sebagai
ambulans dapat menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Semua kendaraan
harus dilakukan pemeliharaan secara berkala.

3.2 Alat Kesehatan


Alat kesehatan yang digunakan dalam ambulans mengikut jenis pelayanan.
Secara mendasar, alat kesehatan yang ada di ambulans transport juga terdapat
dalam ambulans gawat darurat akan tetapi tidak sebaliknya. Semua alat kesehatan
harus terkalibrasi dan dilakukan pemeliharaan secara berkala. Detail peralatan
ambulans dapat dilihat pada lampiran tabel 1 dan tabel 2.
Tidak terdapat peralatan kesehatan khusus dalam kendaraan jenazah

3.3 Kendaraan Ambulans

3.3.1 Darat

1. Mobil
Proses pembuatan ambulans darat dapat melalui 2 (dua) proses yaitu:

a. Secara utuh.
Pembelian ambulans secara utuh (built in) dapat dilakukan apabila
membeli langsung atau mendapat hibah secara utuh dari negara lain
(Goverment to Government). Setiap ambulans darat yang dibeli atau
mendapat hibah dari negara lain harus memenuhi peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
b. Secara pembuatan bentuk atau karoseri.
1) Kendaraan dasar (mobil) yang digunakan adalah kendaraan dengan
rangka landasan yang diperuntukkan sebagai angkutan orang. Kendaraan
hanya dapat dibeli sesuai jenis yang dijual di wilayah Indonesia dan harus
dimodifikasi di karoseri yang memiliki izin di wilayah Indonesia. Jenis
mobil yang digunakan dapat berupa mobil dengan penggerak dua roda
(roda depan/ roda belakang/ jenis 4x2) maupun mobil dengan penggerak
empat roda (jenis 4x4); dengan pilihan kabin tunggal (single cabin).
Mobil yang digunakan memiliki batas usia kendaraan maksimal 10
tahun atau mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku
di masing-masing daerah.
2) Pembuatan bentuk atau karoseri
Semua bentuk dan desain ambulans akan dibuat sesuai kebutuhan
dan alat kesehatan yang ada di dalam agar efisien dan sesuai
peruntukannya. Pembuatan bentuk atau karoseri terdiri dari
pekerjaan interior maupun eksterior dengan rincian pekerjaan
sebagai berikut :
a) Interior
 Pekerjaan lemari/ kompartemen tempat obat atau alat kesehatan
penunjang ambulans
 Pekerjaan landasan stretcher.
 Pekerjaan tempat duduk untuk petugas ambulans beserta sabuk
keselamatannya
 Pemasangan stretcher multi fungsi
 Pekerjaan instalasi gas medis.
 Pekerjaan sistem komunikasi ambulans.
 Pemasangan amplifier sirene dan saklar light bar
 Pekerjaan lampu sorot interior
 Pekerjaan sistem kelistrikan.
 Pekerjaan pengelolaan limbah medis
b) Eksterior
 Pekerjaan karoseri/ rumah-rumah/ body ambulans
 Pekerjaan identitas ambulans
 Pekerjaan pemasangan lampu Light Emitting Diode (LED)
Flash/ Blitz Light Bar, Speaker Sirene, lampu Hazard.

Spesifikasi teknis mobil ambulans :


a. Interior
 Interior ambulans harus dari bahan non porosif (tidak berpori) dan
mudah dibersihkan.
 Lemari/kompartemen tempat obat atau alat kesehatan penunjang
ambulans harus dapat memuat obat dan alat kesehatan yang diperlukan.
 Landasan stretcher yang dilengkapi dengan laci untuk menyimpan alat
kesehatan (Long Spine Board/Scoop Stretcher dan kuncian berbahan
stainless steel).
 Tabung gas medis harus diberi pengaman untuk menjaga kestabilan
sewaktu ambulans sedang berjalan.
 Pemasangan dan penggunaan amplifier sirene dan saklar light bar
harus mengikuti peraturan terkait yang berlaku.
 Sistem komunikasi ambulans harus terintegrasi dengan fasilitas pelayanan
kesehatan dan penyelenggara pelayanan ambulans serta ditunjang
dengan teknologi tepat guna. Sistem komunikasi harus dua arah.
Pemakaian frekuensi yang digunakan akan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang lain.
 Sistem kelistrikan harus dapat digunakan oleh alat kesehatan yang
dipakai. Sumber listrik (suplai daya bebas gangguan/Uninterrupted Power
Supply (UPS)) harus terpisah antara yang dipakai oleh kendaraan dan
yang dipakai oleh alat kesehatan.
 Perlengkapan keselamatan (Alat Pemadam Api Ringan/APAR)
 Detail spesifikasi teknis interior ambulans darat dapat dilihat di lampiran
tabel 3.

b. Eksterior
 Kendaraan harus mampu menampung alat kesehatan yang diperlukan.
 Warna dasar ambulans putih dan penulisan nama ambulans mengikuti
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Pekerjaan pemasangan lampu LED Flash/Blitz Light Bar warna merah
lengkap dengan pelantang suara/ speaker (warna disesuaikan,
berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan)
 Suara sirene mengacu pada standar suara sirene “Two Tone” (High- Low).
 Detail spesifikasi teknis eksterior ambulans darat dapat dilihat di lampiran
tabel 4 (untuk kendaraan berpenggerak dua roda) dan tabel 5 (untuk
kendaraan berpenggerak empat roda).

2.4.2. Peralatan Medis yang Terkoordinasi


Peralatan pada ambulans transport tentu ada di gawat darurat tetapi tidak sebaliknya.
Semua alat kesehatan harus terkalibrasi dan dilakukan pemeliharaan secara berkala
(KementrianKesehatanRI, 2019).

Alat Kesehatan Ambulans Gawat Darurat

Jenis Alat Nama Alat Spesifikasi teknis

Pemeriksaan Tensimeter / Wall  Lebih spesifik (tensimeter


Umum lapangan menggunakan jarum
Aneroid
atau digital)
Sphygmomanometers
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Stetoskop  Satu stetoskop dewasa dan
anak
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Reflex hammer  Satu buah
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Senter  Minimal dengan pencahayaan
halogen
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Point of Care Blood  Satu set
Glucose Testing  Dapat dimasukkan ke dalam
(Pemeriksaan gula darah tas emergency
dengan stick)
Termometer digital  Satu buah
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Set jalan napas Rigid Cervical Collar  Satu set
(Airway Set)  Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Orophrengael Airway (OPA)  Satu set
 Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Nasopharyngeal Airway  Satu set
(NPA)  Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
 Satu set
Endotracheal Tube (ETT)  Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
 Satu set
Supraglottic Airway  Ukuran bayi, anak dan dewasa
Device (SAD)
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Forsep Magill  Satu buah
 Bahan stainless steel
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Tongue Depressor (Tongue  Satu buah
Spatula)  Bahan stainless steel/ kayu
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Laryngoscope set bayi-anak  Satu Set
 Terdiri dari handle dan blade
berbagai ukuran jenis Miller
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Laryngoscope set dewasa  Satu Set
 Terdiri dari handle dan blade
berbagai ukuran jenis
Macintosh
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Suction Cannula  Satu set
 Ukuran bayi, anak dan
dewasa, bahan lembut (soft)
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Mesin suction elektrik  Satu buah
Mesin suction manual  Satu buah
(portable)  Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Set pernapasan Bag Valve Mask (BVM) dan  Satu set
(Breathing Set) reservoir  Ukuran bayi, anak dan dewasa
bahan silikon
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Ventilator portable  Satu unit
Cannula konektor BVM  Minimal 1 buah
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Nasal Cannula  Satu set
 Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam tas
emergency
Simple Mask  Satu set
 Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Rebreathing Mask  Satu set
 Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Non Rebreathing Mask  Satu set
 Ukuran bayi, anak dan dewasa
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Tabung oksigen portable  Minimal 1 tabung ukuran 0.2
m3, bahan aluminium atau
baja, lengkap dengan regulator
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Set sirkulasi Monitor tanda vital  Jenis yang dirancang khusus
(Circulation Set) (portable) untuk ambulans
 Minimal mengukur tekanan
darah, laju nadi, saturasi
oksigen perifer (SpO2),
elektrokardiogram (EKG)
 Kemampuan mengukur end
tidal CO2/ ETCO2 (opsional)
Defibrilator manual  Satu unit
Automated External  Satu set
Defibrillator (AED)  Tersedia pad dan kabel untuk
anak dan dewasa
Alat kompresi jantung luar  Satu set
otomatis (opsional)
Infus set  Minimal 2 set
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Kateter intravena  Ukuran 14G, 16G, 18G, 20G,
22G dan 24G
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Akses Intraosseous  Satu set
(opsional)  Ukuran bayi, anak dan dewasa
Cairan infus  Kristaloid dan/ atau koloid
Folley Catheter dan  Minimal 1 set
kantung urin
Set alat bandaging  Minimal 1 set
 Termasuk gunting paramedik
(untuk menggunting kassa,
pakaian atau sepatu)
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Disposable Syringe  Ukuran 1 mL, 3 mL, 5 mL, 10
mL dan 20 mL
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Antiseptik  Povidone Iodine atau
 Alkohol swab
 Dapat dimasukkan ke dalam
tas emergency
Set peralatan Long Spine Board  Minimal 1 buah
stabilisasi dan  Tembus pemeriksaan X-Ray
ekstrikasi (X-Ray Translucent)
Scoop Stretcher  Minimal 1 buah
Extrication device  Minimal 1 set
Head Immobilizer  Minimal 1 set
Wound toilet set  Terdiri atas gunting, perban,
 perban elastis, mitela, kasa
 steril, balut cepat, plester
Splint/ Bidai  Minimal 1 set
Safety belt/ patient  Minimal 3 pasang
strapping
Peralatan Stretcher/Brankar  Roll in cot/ chair in cot
transportasi dan ambulans
evakuasi  Dilengkapi matras dan safety
belt
Tas Emergency  Mampu memuat set alat
kesehatan airway, breathing
dan circulation.
 Mampu dibawa oleh satu orang
petugas
Set Obstetrik  Partus Set  Minimal 1 set
 Penghisap lendir bayi  Minimal 1 buah
 Sarung tangan steril  Minimal 1 pasang
 Handuk  Minimal 1 buah
 Laken  Minimal 1 set
Lain-Lain Kunci Inggris (untuk tabung  Minimal 1 buah
oksigen)
Alat Pelindung Diri (APD)  Sarung tangan bedah
(Handschoen)
 Masker bedah
 Apron plastik
 Cairan disinfektan
 Pelindung mata (Goggle)
Rescue Tools (opsional)  Jas Hujan
 Payung
 Senter Rescue
 Helm Rescue
 Safety Boot
Penanda triase  Satu paket
Pispot urinal  Satu buah

Interior Ambulans Darat

Interior Keterangan
Lantai  Bahan lantai non porosif (tidak berpori) dan
mudah dibersihkan
 Penutup mesin yang terdapat di ruang pasien
dilapisi bahan non porosif dan mudah dibersihkan.
Langit-langit  Plafon standar karoseri, bahan non porosif dan
mudah dibersihkan
Lemari Peralatan dan  Penempatan pada sisi kanan kabin
Obat  Ukuran disesuaikan dengan media interior
kendaraan
 Berbahan non porosif dan mudah dibersihkan.
 Minimal plywood tebal 15 mm dan dilapis dengan
acrylic. Pintu geser berbahan mika dapat
menampung oksigen sentral, peralatan
pendukung dan obat-obatan
Landasan Stretcher  Digunakan untuk meletakkan /mendudukkan
(Base Stretcher) stretcher di dalam ambulans
 Berbahan stainless steel dengan pengunci brankar
 Terdapat ruang untuk penyimpanan Long Spine
Board dan/atau Scoop Stretcher
Tempat Duduk Depan  Bahan jok disesuaikan dengan karoseri
 Dilengkapi dengan sabuk keselamatan (safety
belt) untuk penumpang dan pengemudi.
Tempat duduk multifungsi  Disediakan tempat duduk multifungsi untuk
untuk petugas/ petugas/ pendamping di sebelah pasien
pendamping. (stretcher), ukuran menyesuaikan
 Model dapat berupa captain seat yang dapat
berputar (opsional) yang dilengkapi dengan sabuk
keselamatan (safety belt)
 Bahan disesuaikan dengan karoseri
Sistem Gas Medik
Oxygen Central  Tabung oksigen minimal sebanyak 2 tabung,
dengan ukuran tabung minimal 1 m3)
 Terdapat minimal Regulator High pressure 2 buah
 Dapat dioperasikan dengan katup (valve) On/ Off
secara manual dan dianjurkan terdapat alarm/
indikator saat oksigen akan habis.
 Selang oksigen tekanan tinggi dengan konektor
sistem press sebanyak 1 set
 Flowmeter dan humidifier sebanyak 1 set,
dipasang pada wall outlet, dilengkapi dengan
tulisan “OXYGEN”.
 Penyimpanan tabung oksigen terletak dalam
lemari yang dilengkapi dengan pintu dan diikat
dengan sabuk agar tidak bergerak saat
kendaraan berjalan
 Tabung berwarna putih
Sistem Pengelolaan Wadah limbah medis (Sesuai peraturan perundang-
Limbah undangan yang berlaku)
Sistem Kelistrikan
Inverter  Kapasitas minimum 1000 VA (sinus wave) untuk
ambulans transport
 Kapasitas minimum 1300 VA (sinus wave) untuk
ambulans gawat darurat
 Dilengkapi overload alarm (Alarm berbunyi saat
kelebihan beban)
 Battery low shutdown (baterai lemah otomatis non
aktif)
Amplifier Sirene  Satu jenis suara high-low “Two Tone”
 Kompresi level suara : ≥ 90-118 dB (setara 200 –
10.000 Hz)
 Terdapat mikrofon
Lampu Penerangan  Disediakan lampu penerangan pada plafon
 Lampu plafon : TL/ LED dengan output minimum
200 lux
 Lampu periksa halogen/ LED : membutuhkan
penerangan minimal 1650 lux di ukur dari posisi
terendah tandu dorong utama dari jarak 750 mm.
 Lampu periksa halogen/ LED dipasang pada
plafon dan dapat digeser sesuai kebutuhan
 Warna sinar penerangan dipilih yang tidak
mempengaruhi penilaian medis pasien selama
dalam ambulans
Lampu Sorot  Model Spotlight dipasang pada kabin pasien
bagian belakang dan dapat berputar

Uninterruptable Power  Sesuai dengan kebutuhan ambulans


Supply (UPS)

Sistem Informasi dan komunikasi


Sistem Komunikasi  Frekuensi yang dipakai sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Terhubung dengan SPGDT
Outlet Antena Coaxial  Sesuai dengan sistem komunikasi yang
digunakan.
Global Positioning Sistem  Digunakan untuk memantau posisi aktual
(GPS) ambulans
Closed Circuit Television  Satu set
(CCTV) (Opsional)
Sistem Tata Udara
Air Conditioner (AC)  Minimal Double Blower
Perlengkapan pendukung
Alat Pemadam Kebakaran  Berukuran minimal 1 kg
 Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Dry
chemical atau Karbondioksida (CO2)
 Ditempelkan pada lemari obat bagian belakang
dekat pintu belakang kendaraan
Gantungan Infus  Disediakan gantungan infus di atas pasien tepat
dipasang di plafon, gantungan tersebut dapat
digeser disesuaikan dengan kebutuhan
20

 Dilengkapi dengan strap /pengikat


 Terbuat dari bahan stainless steel
 Berjarak minimal 90 cm dari stretcher

Tambahan untuk Ambulans Darat bagi Penyakit berpotensi Wabah/


Kedaruratan Kesehatan Masyarakat/ Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC)

Kabin  Kabin pasien kedap udara dengan satu pintu


masuk dan keluar
 Pintu dapat dibuka ke atas atau ke samping
 Jendela yang kedap udara dan dilapisi film
berwarna gelap
Sistim Sirkulasi Udara  Sistem sirkulasi udara dan ventilasi khusus
(heating, ventilation and air conditioning – HVAC)
dan dilengkapi dengan peralatan filtrasi udara
untuk material berbahaya (hazardous material air
filtration) berupa High-Efficiency Particulate Air
(HEPA) filter 3 layer plus germicidal Ultra Violet
yang dapat menciptakan tekanan negatif maupun
positif dan terinstalasi dengan
mempertimbangkan
fungsi dan estetika ruang kabin
Interkom  Ada komunikasi interkom antara kabin depan dan
belakang

2.4.3. Petugas Ambulance yang Sudah Terlatih

2.5.
21

3.

3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
3.1.5. Standart Pemeliharaan dan Operasional
22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Studi Kasus

Desain penelitian metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara objektif dan digunakan untuk memecahkan atau

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang

(Setiadi, 2013). Rancangan studi kasus pada pada umumnya yaitu deskriptif

(mendeskripsikan), eksplorasi (mengeksplorasi), atau eksplanasi

(menguraikan) karena studi kasus tergolong riset kualitatif (Suprajitno & Sri

Mugianti, 2018).

Dengan itu penelitian ini adalah studi kasus yang menggunakan metode

deskriptif kualitatif untuk mengetahui bagaimana manajemen ambulans gawat

darurat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedono Madiun.

3.2. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus dapat disebut sebagai partisipan dalam riset

kualitatif atau sampel dalam riset kuantitatif. Subjek studi kasus keperawatan

adalah individu, keluarga, komunitas (kelompok) dan masyarakat. Subjek

studi kasus yang jarang atau sulit ditemui dalam kehidupan penulis dapat

hanya satu orang, tetapi pada studi kasus yang banyak atau sering terjadi

harus ditetapkan minimal dua orang (Suprajitno & Sri Mugianti, 2018).
Subyek penelitian dari studi kasus ini adalah sopir ambulan dan

pemegang program layanan ambulance Rumah Sakit kelas B Pendidikan

RSUD dr. Soedono Madiun dengan kriteria:

1. Partisipan kooperatif

2. Bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani informed

consent.

3.3. Fokus Studi

Fokus studi kasus disebut variabel dalam kegiatan riset (Suprajitno & Sri

Mugianti, 2018). Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah mengetahui

manajemen ambulans gawat darurat di Rumah Sakir dr. Soedono Madiun.

3.4. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Soedono Madiun Jalan dr. Sutomo no. 59, Kartoharjo, Kec. Kartoharjo, Kota

Madiun, Jawa Timur 63117.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada akhir bulan Januari- Maret 2023.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

21
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel /sub variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur

Manajemen ambulans gawat darurat - -


Adalah proses yang dilakukan dalam
mengatur ambulans gawat darurat
sebagai alat transportasi untuk
menolong pasien yang membutuhkan
pertolongan kegawatdaruratan yang
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
(Simamora et al., 2020).

Spesifikasi tehnis ambulans gawat Adalah ciri khusus ambulans sesuai Cek Lyst
1. Tujuan penggunaan Ambulans
darurat berdasar pedoman tehnis ambulan
pedoman tehnis ambulan kemenkes
kemenkes 2. Jenis ambulans berdasar moda
di Rumah Sakit
ranspostasi ( Darat, Air, Udara
)dan kebutuhan medis
(Transport, Gawat Darurat )
Peralatan medis ambulans gawat darurat Adalah Alat kesehatan yang 1. Jenis alat Cek Lyst
berdasar pedoman tehnis ambulan
digunakan dalam ambulans mengikut
2. Kalibrasi alat
jenis pelayanan.
3. Pemeliharaan alat

Petugas ambulans gawat darurat Adalah syarat minimal petugas 1. Syarat pengemudi ambulans Cek Lyst
berdasar pedoman tehnis ambulan
ambulans terdiri dari perawat,
kemenkes 2. Syarat perawat ambulans : Basic
pengemudi.
Trauma Cardiac Life Support

(BTCLS), First Aid Basic (FAB), First

Aid Advance (FAA), Interprestasi

EKG, dan Defensive Driving (DD).

Standar pemeliharaan dan operasional Adalah pedoman dalam pemeliharaan 1. Pemelihraan mobil ambulans Cek Lyst
yang diterapkan ambulans gawat darurat
dan operasional ambulans sesuai
berdasar pedoman tehnis ambulan 2. Standart Prossedure Operasioal
kemenkes standart
Ambulans
3.6. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk

mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat

alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat,

2012) . Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah wawancara.

Wawancara dilakukan untuk melengkapi dan observasi terhadap

objek penelitian. Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab antara

penelitian dengan subjek atau informan penelitian secara lisan untuk

memperoleh data yangdibutuhkan oleh peneliti (Ambarita, 2016).

3.7. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Setelah proposal karya tulis ilmiah disetujui oleh pembimbing dan penguji

karya tulis ilmiah.

2. Peneliti mengajukan permohonan surat pengantar peneliti dari Poltekkes

Kemenkes Malang prodi DIII Keperawatan Blitar yang ditujukan ke

RSUD dr. Soedono Madiun

3. Peneliti melakukan pengambilan data penelitian dengan menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian.

4. Peneliti memilih partisipan peneliti yang sesuai dengan kriteria.

5. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan, teknik pelaksanaan, kerahasiaan

data, dan manfaat dari penelitian kepada partisipan penelitian yang sudah

terpilih.

6. Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian dan partisipan

menyetujui, maka selanjutnya partisipan akan menandatangani informed

concent sebagai bukti persetujuan sebagai partisipan penelitian.


7. Kemudian penelitian melakukan wawancara kepada partisipan dengan cara

direkam.

8. Setelah semua selesai, peneliti akan mengumpulkan data dan mengolah

data hasil wawancara yang sudah di dapatkan dan akan menarik

kesimpulan dari data yang didapatkan.

3.8. Analisa Data

Menurut Suprajitno & Mugianti (2018) analisis studi kasus mirip dengan

analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan suatu upaya yang

dilakukan dengan cara mengorganisasikan, memilih, mengelola, menyintesis,

mencari, dan menemukan pola data yang dipelajarin dan memutuskan agar

dapat diinformasikan kepada orang lain (Moleong dalam Suprajitno &

Mugianti, 2018).

Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan secara naratif atau dalam

bentuk uraian kalimat. Hasil yang diperoleh mendeskripsikan manajemen

ambulans gawat darurat di RSUD dr. Soedono Madiun.

3.9. Etika Studi Kasus

Menurut (Suprajitno & Sri Mugianti, 2018) etik menyusun studi

kasus bertujuan untuk menghargai hak dan martabat manusia sebagai

subjek,memberikan yang terbaik dan bersikap adil. Etik melakukan riset

secara prinsip adalah :

1. Adil (justice)

Adil berarti setiap subjek yang berperan dalam studi kasus mendapat

perlakuan yang sama sesuai yang telah disusun dalam proposal,

termasuk hak subjek dan mempertimbangkan nilai moral.


2. Baik (benefience)

Baik berarti segala yang dilakukan periset tidak menimbulakan

kerugian subjek, mengutamakan manfaat hasil riset dan menimbulkan

risiko.

3. Hormat (respect for persons).

Hormat berarti menghormati hak subjek untuk menentukan ketertiban

dalam studi kasus dan melindungi subjek yang memiliki ketergantungan

(dependent) dan rentan (vulnerable).

Anda mungkin juga menyukai