Mkdu4111 Tugas3ok
Mkdu4111 Tugas3ok
Mkdu4111 Tugas3ok
Disusun oleh :
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi, liberalisasi perdagangan, dan menguatnya new etnisitas atau
kesadaran hak-hak kesukubangsaan, semakin menguatnya tuntutan daerah
pinggiran meminta hak-haknya baik sosial, politik dan ekonomi untuk
mempercepat kesejahteraannya. Faktor-faktor dan kondisi tersebut
mengakibatkan freksi-freksi dan gejolak daerah yang melahirkan potensi
kekerasan dan konflik berdarah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persepsi
yang sama di antara warga negara. Wawasan Nusantara merupakan jawaban
untuk menyamakan persepsi untuk hidup bersama dalam koridor Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan mewujudkan integrasi nasional.
Dalam rangka mewujudkan integrasi nasional banyak kendala yang
dihadapi, baik dalam tataran konsep maupun implementasinya. Pada tataran
konsep tidak adanya kata sepakat antara perkataan dan perbuatan di antara para
elit politik. Contoh kongkrit konsep ekonomi liberal, ekonomi kerakyatan dan
perwujudan Welfare State atau negara kesejahteraan. Konsep ekonomi liberal
mengutamakan kepentingan pasar bebas dan merupakan salah satu varian dari
kapitalisme yang terdiri dari merkantilesme, liberaliseme, dan keynesianisme dan
neoliberalisem yang merupakan upaya untuk mengoreksi kelemahan dalam
liberalisme.
Wawasan nusantara diharapkan mampu menyatukan pandangan-
pandangan yang berbeda dalam masyarakat dan memberikan solusi untuk
mendasari ketahanan nasional suatu bangsa, sehingga tujuan nasional dapat
terwujud. Dalam Wawasan Nusantara sebagai konsep pemikiran bersifat inklusif
menerima pembaharuan masukan untuk kepentingan kemajuan bagsa, bangsa
Indonesia akan cepat makmur jika pemimpin-pemimpinnya melakukan
transformasi seluruh hidupnya untuk kepentingan rakyat, baik pemikirannya,
seluruh hartanya, waktu dan tenaganya, segalanya untuk kepentingan rakyat dan
bersedia tampil all aut untuk kepentingan rakyat, sehingga negara tersebut lebih
cepat makumur.
Untuk kesejahteraan rakyat perlu penataan negara lebih terencana dan
pemimpin-pemimpin bangsa tidak menjadi kaki tangan asing atau komprador
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Menurut Sigit (2017:2)
Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi.
Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui serta arti pengaruh-pengaruhnya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wawasan juga mempunyai
pengertian menggabarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara
tanggap indrawi. Sedangkan Nusantara adalah istilah yang dipergunakan untuk
menggambarkann kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang
terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua
Asia Benua Australia.
Ketahanan Nasional, serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata,
luas, dan bertanggung jawab, penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan
dalam proses perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian,
keseimbangan, dan keterpaduan antardaerah, antara pusat dan daerah,
antarsektor, dan antarpemangku kepentingan.
B. Analisis Permasalahan
Wawasan Nusantara Sebagai Cagar Budaya Bangsa Indonesia, Pokok-
pokok Wawasan Nusantara dinyatakan sebagai Wawasan dalam mencapai tujuan
Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara mencakup:
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik dalam arti:
a. Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan
matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan menjadi modal dan milik
bersama bangsa.
b. Bahwa Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara
dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan satu
kesatuan bangsa yang bulat dalam arti seluas-luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad di
dalam mencapai cita-cita bangsa.
7
produk hukum yang dihasilkan oleh lembaga negara dan lembaga masyarakat.
Prioritas kepentingan bangsa juga tidak menutup kepentingan daerah,
golongan dan individu .
6. Arah Wawasan Nusantara sebagai cagar budaya bangsa Indonesia yakni Arah
pandang ke dalam, bertujuan menjamin perwujudan persatuan dan kesatuan
segenap aspek kehidupan bangsa. Sebagai bangsa kita harus peka dan
berusaha mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab
disintegrasi bangsa Arah pandang ke luar, demi terjaminnya kepentingan
nasional dalam dunia yang dinamis dalam melaksanakan ketertiban dunia
7. Fungsi Wawasan Nusantara sebagai cagar budaya bangsa Indonesia yakni
menjadi pedoman, motivasi, dorongan serta rambu dalam menentukan segala
kebijaksanaan, keputusan, tindakan danperbuatan bagi penyelenggara negara
di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat indonesia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8. Tujuan Wawasan Nusantara sebagai cagar budaya bangsa Indonesia yakni
mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan bangsa
Indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional. Nasionalisme tinggi
demi tercapainya tujuan nasional merupakan pancaran dari makin
meningkatkan rasa, paham dan semangat kebangsaan dalam jiwa kita sebagai
hasil pemahaman dan penghayatan wawasan nusantara
9. Wawasan Nusantara sebagai Cagar Budaya bangsa Indonesia dapat
ditetapkan menjadi Cagar Budaya apabila memenuhi syarat sebagai:
a. wujud kesatuan dan persatuan bangsa;
b. karya yang mencerminkan kekhasan kebudayaan bangsa Indonesia;
c. Cagar Budaya yang jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya
di Indonesia;
d. bukti evolusi peradaban bangsa serta pertukaran budaya lintas negara dan
lintas daerah, baik yang telah punah maupun yang masih hidup di
masyarakat; dan/atau
e. contoh penting kawasan permukiman tradisional, lanskap budaya,
dan/atau pemanfaatan ruang bersifat khas yang terancam punah
Sebagai negara hukum, sudah menjadi kewajiban Bangsa Indonesia untuk
belajar dan merawat kebudayaan bangsa sesuai dengan amanat Pasal 32 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
9
BAB III
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA