Skripsi
Skripsi
Skripsi
(Studi di RT 04 RW 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur Kec. Lenteng Kab. Sumenep)
IFFATUL MUTIAH
183210020
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Institut Teknologi Sains dan
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
IFFATUL MUTIAH
183210020
i
ii
iii
iv
v
vi
PERSEMBAHAN
Karunia dan Hidayahnya, serta kemudahan sehingga karya sederhana ini dapat
1. Kepada kedua orang tua yang kucintai dan kusayangi, Bapak Ishaq (Alm),
Bapak Amsari dan Ibu Sa’ada yang selalu memberikan dukungan, cinta dan
kasih sayang yang selalu mengalir. Serta tidak putus asa memberikan nasehat
yang terbaik untuk anak – anaknya. Sehingga saya memjadi pribadi yang
tidak lelah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya dan selalu
5. Seluruh dosen ITSKes ICME Jombang yang saya cintai dan tidak mampu
saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas ilmu yang sangat bermanfaat
bagi saya selama saya menempuh pendidikan sampai pada tahap ini.
vii
MOTTO
“ Permata Tidak Bisa Berkilau Tanpa Gesekan. Begitu Juga manusia, Tidak Ada
( Konfucius )
“Aku Tidak Akan Menangis Karena Sesuatu Itu Telah Berakhir, Tapi Aku Akan
( Riel. )
viii
ABSTRAK
Oleh :
Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada anak usia 3-5 tahun. Saran bagi petugas kesehatan untuk
memberikan penyuluhan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan ibu.
ix
ABSTRACT
By :
The results of this study indicate that almost half of mothers' knowledge is
sufficient, amounting to 24 respondents (37.5%) and almost half of stunting prevention
behavior is sufficient for 31 respondents (48.4%). The results of Spearman's rho rank
correlation test obtained the value of p = 0.000 < = 0.05, which means that H1 is
accepted..
This study concludes that there is a relationship between mothers' knowledge and
stunting prevention behavior in children aged 3-5 years. Suggestions for health workers
to provide counseling to increase maternal knowledge.
x
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR………………………………………………………………….
SAMPUL DALAM ................................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................... iii
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
xii
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 39
4.1 Desain penelitian ......................................................................................... 39
4.2 Waktu dan tempat penelitian ....................................................................... 39
4.3 populasi, sampel, sampling.......................................................................... 40
4.4 Kerangka kerja ............................................................................................ 41
4.5 Identifikasi variabel ..................................................................................... 43
4.6 Definisi operasional ..................................................................................... 43
4.7 Pengumpulan dan analisa data .................................................................... 44
BAB 5 HASIL PEMBAHASAN......................................................................... 54
5.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 54
5.2 Pembahasan ............................................................................................ 57
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 64
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64
6.2 Saran ....................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
PHBS : Perilaku hidup bersih dan sehat
PKGBM : Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat
H2 : Hidrogen
O2 : Oksigen
N : Besar populasi
n : Besar Sampel
d : Tingkat signifikansi
UNICEF : United Nations Children's Fund
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
nutrisi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada anak
diantaranya, rendahnya pengetahuan ibu tentang nutrisi yang baik selama masa
dalam memberikan gizi seimbang pada anak. Oleh karena itu, pemberian
informasi tentang pentingnya zat gizi untuk tumbuh kembang anak diperlukan
kembang anak. Oleh karena itu perlu dievaluasi mengenai perilaku ibu dalam
upaya pencegahan stunting pada anak, terutama pada balita. Perilaku yang perlu
evaluasi dari pengetahuan, sikap, dan tindakan, maka nantinya dapat diidentifikasi
mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh ibu dalam upaya pencegahan
stunting. Hasil dari evaluasi pengetahuan, sikap, dan tindakan tersebut dapat
Prevalensi stunting di dunia pada anak usia dibawah 5 tahun sebesar 21,3%.
Hal ini menunjukkan bahwa secara global pada tahun 2019 sekitar 144 juta anak
usia dibawah 5 tahun menderita stunting dengan kisaran dua pertiga di antaranya
tinggal di Afrika dan wilayah Asia Tenggara (WHO, 2020). Data terbaru
1
2
menunjukkan bahwa wilayah Asia mengalami beban gizi buruk pada anak-anak di
bawah usia 5 tahun dengan prevalensi stunting sebesar 21,8%, lebih tinggi dari
tertinggi kedua setelah Asia Selatan (Global Nutrition Report, 2020). The Global
bawah usia 5 tahun di Indonesia masih tinggi dari rata-rata kawasan Asia
Indonesia berada pada peringkat keempat dengan prevalensi tinggi stunting pada
anak di bawah usia 5 tahun dikawasan Asia Tenggara setelah Timor Leste
(51,7%), Laos (33,1%), dan Kamboja (32,4%). Menurut data Riset Kesehatan
Dasar, prevalensi stunting dari tahun ke tahun berturut turut dari tahun 2007,
2010, 2013 dan 2018 adalah 36,8%; 34,6%; 37,2%; dan 30,8% (Kemenkes RI,
2018). Berdasarkan data hasil integrasi antara SSGBI 2019 dan SUSENAS
turut adalah 7,4 %; 27,7%; dan 16,3%. Tingginya kasus stunting di Jawa Timur
dan Lumajang 30,1%. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun
Stunting disebabkan oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung, faktor
langsung dari kejadian stunting adalah kurangnya asupan gizi dan adanya
penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsung faktor gizi ibu sebelum dan
3
terhadap pertumbuhan janin sehingga bayi akan lahir dengan kekurangan gizi
selain itu, kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan asuhan kepada anak,
pangan ekonomi keluarga, yang dapat menyebabkan dampak jangka panjang dan
pendek terhadap kesehatan balita. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh
tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas
yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk
asupan makanannya lebih terjamin dan mampu memperhatikan gizi yang baik
untuk anak dan keluarganya (Salman, 2017). Penelitian Pormes (2014) pada anak
usia 3-5 tahun menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan orang tua
tentang gizi dengan kejadian stunting, untuk mengatasi persoalan stunting sangat
kesadaran tentang gizi yang baik, maka status gizi anaknya pun akan baik
dengan cara memberikan edukasi kepada ibu tentang kehamilan, gizi seimbang,
tentang pertumbuhan dan perkembangan pada anak, karena anak akan mengalami
masa “periode emas” dimana pada masa itu adalah masa pertumbuhan anak akan
berlangsung cepat dimana pada masa ini gizi anak harus terpenuhi dengan baik.
stunting di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur Kec.
pada anak usia 3-5 tahun di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng
stunting pada anak usia 3-5 tahun di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds.
3-5 tahun di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur Kec.
2. Mengidentifikasi perilaku ibu tentang pencegahan stunting pada anak usia 3-5
tahun di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur Kec.
pada anak usia 3-5 tahun di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds.
pencegahan stunting pada anak usia 3-5 tahun di RT. 04 RW. 04 Dsn. Sarpereng
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO (2018) definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam
Indonesia nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang masih di
perkembangannya (Depkes RI, 2014). Lesmana (2012) anak adalah seorang yang
1. Pertumbuhan
pada tingkat sel, organ, maupun individu. Sebagai contoh, anak bertambah besar
bukan saja secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh
dan otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari kapasitasnya untuk belajar lebih
6
7
2. Perkembangan
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ
dan system organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa sehingga
perkembangan, yang berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan
kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Perkembangan itu mengikuti pola
sosialisasi dan kemandirian pada anak berlangsung optimal sesuai umur mereka,
Internal dan faktor Eksternal, faktor Internal meliputi genetik dan hormon
genetik yang berada di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor genetik antara laim termasuk berbagai
faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetric dan suku
bangsa atau bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis laki-laki
8
setelah lahir akan cenderung cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta
akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki atau anak perempuan akan
Secara garis besar faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
b. Mekanis
d. Endokrin
e. Radiasi
f. Infeksi
g. Stress
h. Imunitas
i. Anoksia
Adapun kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum dibagi
menjadi 3, yaitu:
bahwa komsumsi anak sekolah, terutama daerah yang tertinggal hanya mencukupi
keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan
mesra dan sekalaras antara ibu/ pengganti ibu dengan anak. Hubungan tersebut
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbang yang selaras baik fisik, mental
maupun psikososial. Adapun cara untuk menciptakan hubungan yang erat, mesra
dan selaras dapat ditempuh dengan melakukan kontak fisik dan psikis terhadap
Mardalena, 2017). Heny Wulandari (2014) anak sehat adalah anak yang dapat
10
tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan
mempengaruhi tumbuh kembang anak dapat dibagi menjadi dua yaitu: faktor
setelah lahir.
pertemuan sel ayah dengan ibu (periode prenatal) dan berakhir pada saat
kadang lambat, tetapi bisa juga cepat, berkenan dengan salah satu aspek atau
seragam, satu sama lain berbeda dalam tempo maupun kualitasnya. Perkembangan
anak melalui urutan perkembangan yang sama menurut jadwal waktu mereka
demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai
seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan ini dimaksudkan agar anak
yang optimal (Soegeng Santoso, 2013). Ada empat aspek yang perlu dibina dalam
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya. Tujuan melatih gerakan kasar adalah agar kemudian hari anak
melibatkan begian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
dan sebagainya.Tujuan melatih gerakan halus adalah agar kelak anak terampil dan
mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Tujuan melaitih komunikasi pasif
adalah agar anak lebih mudah menangkap, serta memahami maksud dan
pikiran, baik melalui tangisan, gerakan tubuh isyarat maupun kata-kata. Tujuan
melatih komunikasi aktif adalah agar anak seusianya dapat mengungkapkan diri
dengan baik.
berkembang dengan optimal maka sejak anak dalam kandungan perlu dirangsang
untuk melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri, agar secara
bertahap tidak tergantung sama orang lain. Tujuannya yaitu agar anak mampu
anggota keluarga maupun dengan orang lain. Tujuannya yaitu agar anak dapat
disiplin, sopan santun, dan aturan aturan baik didalam maupun diluar rumah (Tri
Sunarsih, 2018).
13
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukannya secara
intervensi akan lebih sulit dan hal akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Pengukuran tinggi badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik dan
gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga
baik, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari
14
menurut umurnya berada di antara 70,1%-80% dari standar Harvard. Gizi buruk,
apabila panjang/tinggi badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan
yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun komsumsi makanan yang
menurun. Berat badan dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
Menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan
keadaan kini.
a). Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
b). Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
d). Bayi sebaikmya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan
g). Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
h). Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
a). Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
c). Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
f). Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
g). Bila anak terus-menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi dan pada masa balita (Tri Sunarsih, 2018).
gangguan pertumbuhan pada bayi dan anak yaitu indeks TB/U, BB/U dan BB/TB.
gangguan pertumbuhan yang terjadi dalam waktu yang cukup lama (beberapa
bulan atau tahun). Adapun indeks BB/U mengukur keadaan kurang gizi yang
pertumbukan yang bersifat akut, atau gangguan pertumbuhan yang terjadi dalam
waktu yang relative singkat (beberapa hari atau minggu) (Ernawati., et.al, 2014).
16
adalah kondisi yang menunjukan balita dengan panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Pada kondisi stunting diukur berdasarkan
tinggi atau panjang badan yang mendapatkan hasil atau menunjukkan kurang dari
-2 standar deviasi (SD) median standar atau pedoman pertumbuhan anak dari
WHO.
Stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita
(bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlihat pendek di usianya. Kondisi dimana bayi masih dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir dapat tergambarkan kekurangan gizi terjadi pada
kondisi tersebut. Namun, saat bayi memasuki usia 2 tahun maka kondisi stunting
Menurut Torlesse et.,al (2016) Stunting adalah suatu kondisi dimana balita
mengalami kegagalan untuk tumbuh tinggi dan berkembang secara optimal sesuai
dengan bertambahnya usia. Stunting menimbulkan risiko pada balita yaitu bisa
balita saat di pendidikan dan stunting juga berpengaruh pada produktivitas saat
dewasa nantinya.
Status gizi pada balita umumnya menggunakan salah satu penilaian yaitu
berhubungan dengan beragam pengukuran dari dimensi dan komposisi tubuh yang
17
dimana berdasarkan tingkat umur dan juga tingkat gizi. Pada fungsi penilaian
badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur (TB/U) (Kemenkes RI,
2016):
atau stunting dapat diketahui jika seorang balita telah diukur panjang atau tinggi
badannya, maka akan dibandingkan dengan standar dan hasil pengukuran tersebut
akan mendapatkan kisaran di bawah normal. Anak yang termasuk dalam stunting
atau tidaknya itu tergantung pada hasil pengukuran yang didapatkan seperti uraian
yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi tidak hanya dengan diperkirakan atau
hanya ditebak tanpa melakukan pengukuran. Selain tubuh pendek yang menjadi
1. Pertumbuhan melambat.
5. Pubertas terlambat.
18
6. Saat memasuki usia 8-10 tahun kontak matanya kurang dengan orang yang
terhadap stunting. Sanitasi lingkungan yang tidak sehat akan berpengaruh pada
kesehatan anak balita sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita tersebut.
Pada faktor kesehatan lingkungan terdapat hubungan antara sumber air bersih
yang terlindung dengan yang tidak terlindung, yang dimana air termasuk salah
satu kebutuhan penting untuk keberlangsungan hidup. Sumber air yang terlindung
dapat berupa air tanah seperti sumur dalam,dangkal dan mata air. Sumber air yang
tidak terjaga kebersihannya dapat meningkatkan risiko stunting lebih tinggi dari
sumber air yang terjaga kebersihannya.Perilaku kebersihan yang buruk serta air
pada empat kategori besar yaitu; faktor rumah tangga dan keluarga, menyusui dan
komplementer yang tidak adekuat atau makanan tambahan. Pada faktor rumah
tangga dan keluarga terdapat pembagian lagi yaitu faktor maternal atau faktor ibu
dan faktor lingkungan rumah. Faktor maternal termasuk di dalamnya pada saat
19
prakonsepsi adanya asupan nutrisi yang kurang, ibu dengan tinggi badan yang
rendah, kelahiran preterm, kehamilan pada usia remaja, jarak kehamilan yang
hipertensi dan infeksi. Faktor lingkungan rumah berupa sanitasi yang buruk, air
yang tidak bersih, perawatan kesehatan yang kurang, aktivitas dan stimulus anak
yang tidak adekuat, kurangnya edukasi pengasuh, gizi makanan yang tidak sesuai
disebabkan oleh faktor multi dimensi. Intervensi paling menentukan pada 1.000
b. 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak memperoleh ASI eksklusif.
c. Pada usia 0-24 bulan dengan kisaran 2 dari 3 anak tidak diberikan makanan
Care (ANC), post natal dan penyediaan informasi kesehatan dini yang
bermutu:
a. Terdapat 1 dari 3 anak dengan usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan
b. Sebagian ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang terbilang
cukup.
20
c. Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% pada tahun 2007
b. Makanan bergizi yang terbilang mahal sehingga tidak mencukupi bagi keluarga
a. 1 dari 5 rumah tangga belum menggunakan jamban yang bersih untuk buang
air besar
b. 1 dari 3 rumah tangga belum memperoleh ketersediaan air minum yang bersih.
dalam hal pendidikan dan pekerjaan pada sisa hidup mereka (Achadi, 2016).
Dampak buruk yang dapat terjadi akibat stunting menurut Sandjojo dan
Majid (2017):
menurunnya sistem imun sehingga mudah sakit, terjadinya risiko tinggi terkena
masa depan yang masih panjang sehingga apabila balita yang mengalami stunting
akan lebih rentan terkena penyakit degeneratif dan perkembangan otak akan
dalam memahami pengetahuan dan pelajaran yang ditangkap. Selain itu stunting
sehat.
primer
1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain
23
itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(Eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting
pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila
Selain itu, terdapat PKGBM yaitu Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis
1. Mengurangi dan mencegah berat badan lahir rendah, kurang gizi, dan stunting
pada anak–anak.
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat
Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah
24
dua, yakni perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa
Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses
belajar. Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan.
Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif).
Timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan resultan dari tiga daya
pada diri seseorang, yakni daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi
pengalaman yang enak dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak
enak (disebut conditioning dari Pavlov & Fragmatisme dari James); daya
“stimulus-respons theory” dari Skinner; daya individual yang sudah ada dalam
yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan
nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret).
tindakan yang dilakukan makhluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi
suatu organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru
berwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang
25
faktor yang berasal dari diri individu itu sendiri, antara lain susunan syaraf pusat,
persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan syaraf pusat memegang peranan
oleh susunan syaraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron
seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang
afektif dan domain konatif. Namun masih terdapat kekeliruan yang menganggap
sikap (attitude).
Perilaku, seseorang memiliki bentuk sikap dari suatu rangsangan yang datang
dari luar dalam bentuk aktifitas, kemudian dari sikap tersebut terbentuklah
perilaku (Baron). Sikap individu tersebut dalam bentuk pikiran dan perasaan yang
perilaku yang tampak (tangible) perilaku yang tidak tampak (innert, covert
aspek-aspek pikiran yang tidak kasat mata (covert behaviour intangible) dapat
26
berupa pandangan, sikap, pendapat dan sebagainya. Bentuk kedua adalah perilaku
yang tampak (overt behavior, tangiable) yang biasanya berupa aktifitas motoris
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15 tahun akhir-akhir ini
kesehatan masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kita hanya
berbicara mengenai prilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitanya dengan
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Maslow yang dikenal dengan hirarki kebutuhan Maslow yang menyatakan bahwa
perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan pada setiap
jenjang atau hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan
kebutuhan yang lain. Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan
makanan selama berminggu-minggu. Tetapi tanpa air, individu hanya dapat hidup
selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada
Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan
individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada
28
tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat
Aktualisasi
Pengembangan diri, pemenuhan ideologi, dll
Diri
1. Kebutuhan fisiologis/biologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah
potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.
Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari
teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua
sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam
aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang.
Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan
lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan
di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh,
seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan
H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak
yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang
menyebabkan dehidrasi.
30
Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik,
dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis
karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat
perilaku berbahaya orang lain. kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.
Kebutuhan akan mencintai dan dicintai atau kasih sayang akan menjadi
tuntutan apabila kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah
terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-
memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan
kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.
tidak akan merasa panik saat menolak cinta, tetapi dia akan memiliki keyakinan
besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi
dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, dia tidak akan merasa hancur.
Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra
31
antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak
jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-
kesalahannya.
Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang
memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu
a. Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara,
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk
yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan
yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan,
dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki
potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi
muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun
reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
c. Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan,
dan lain-lain.
terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan
33
yaitu:
1. Tahu (Know)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (Comprehetion)
3. Aplikasi (Aplication)
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi disini
4. Analisis (Analysis)
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.
34
5. Sintesis (synthesis)
Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
6. Evaluasi (evaluation)
terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
1. Pendidikan
pengambilan sikap.
2. Pekerjaan
3. Pengalaman
4. Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada aspek fisik
psikologis, dan kejiwaan. Dalam aspek psikologis taraf berfikir seseorang semakin
pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga akan lebih mampu untuk menerima
5. Kebudayaan
pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya cara berfikir dan perilaku kita.
6. Minat
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
7. Sumber informasi
8. Media
Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai masyarakat luas
Menurut hasil penelitian jurnal milik Moudy & Syakurah (2020) penyebab
hoaks atau informasi salah pun disinyalir menjadi faktor kurangnya tingkat
pengetahuan.
BAB 3
yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada dan
Keterangan :
: variabel yang diteliti : hubungan
: variabel yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan
stunting pada anak usia 3-5 tahun di RT 04 RW 04 Dsn. Sarpereng Selatan Kec. Lenteng
Kab. Sumenep.
37
38
3.2 Hipotesis
METODE PENELITIAN
akan dilaksanakan (Nursalam, 2017). Desain yang digunakan untuk penelitian ini
adalah cross sectional yaitu menekankan waktu pengukuran atau observasi data
39
40
4.3.1 Populasi
Populasi adalah suatu objek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan oleh peniliti (Nursalam, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah
Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur Kec. Lenteng Kab. Sumenep sejumlah 80
orang.
4.3.2 Sampel
sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2017). Penelitian ini sampel yang digunakan
adalah sebagian anggota ibu yang mempunyai anak berumur 3-5 tahun di RT 04
RW 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur Kec. Lenteng Kab. Sumenep
( )
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
( )
( )
41
n = 64
4.3.3 Sampling
untuk mewakili semua populasi yang ada. Sampling ini merupakan cara yang
efisien dalam pengambilan sampel, agar supaya memperoleh sampel yang sesuai
dilakukan secara acak sesuai kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2018).
dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya,
Rumusan Masalah
Desain penelitian
Cross sectional
Populasi
Semua ibu yang mempunyai anak berumur 3-5
tahun di RT 04 RW 04 Dsn. Sarpereng Selatan
Kec. Lenteng Kab. Sumenep sejumlah 80 orang
Sampel
Sebagian ibu yang mempunyai anak berumur 3-5
tahun di RT 04 RW 04 Dsn. Sarpereng Selatan
Kec. Lenteng Kab. Sumenep sejumlah 64 orang
Teknik sampling
Simple random sampling
Pengumpulan data
kuesioner
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan stunting
pada anak usia 3-5 tahun di RT 04 RW 04 Dsn. Sarpereng Selatan Ds. Lenteng Timur
Kec. Lenteng Kab. Sumenep.
43
lain, variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel lain
(Nursalam, 2016). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu perilaku ibu tentang
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
yang kemudian dapat diulang atau diteliti kembali oleh orang lain (Nursalam,
2015).
44
2016).
4.7.1 Instrumen
mengumpulkan jawaban melalui formulir yang akan di isi oleh responden sendiri
atau dibantu peneliti untuk mengisi, dan lembar obsevasi diisi oleh peneliti.
pertanyaan.
1. Uji validitas
validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti dilakukan uji validitas dengan rumus r
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Keterangan:
Rxy : Korelasi
N : Jumlah sampel
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih. Uji
relialibitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang
koefisien alpha. Koefisien alpha ini berkisar antara 0 sampai 1. Suatu konstruk
atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6.
{ }
Keterangan :
r11 : Reabilitas
St : Varian total
2016).
47
Prosedur pengumpulan data dari proses awal hingga akhir adalah sebagai
berikut :
1. Peneliti menentukan masalah yang ingin diteliti dan mengajukan judul kepada
pembimbing.
proposal penelitian.
pengetahuan dengan perilaku pencegahan stunting pada anak usia 3-5 tahun.
data yang lebih ringkas, untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang
berarti dan kesimpulan yang lebih baik (Notoadmojo, 2010). Pengolahan data
1. Editing
(Notoajmojo, 2012).
2. Coding
simbol-simbol atau suatu kode nomerik (angka) untuk data yang terdiri atas
beberapa kategori (Azwar & Prihartono, 2014). Penelitian ini menggunakan kode
a). Responden
Responden : R
SD : P1
SMP : P2
SMK/SMA : P3
Pendidikan tinggi : P4
d). Pekerjaan
IRT : IRT
Swasta : Swasta
49
Petani/Pekebun : Petani/Pekebun
Laki-laki : L
Perempuan : P
3-5 tahun : UA
Baik : Baik
Cukup : Cukup
Kurang : Kurang
3. Skoring
Skoring adalah tahap pemberian skor atau nilai terhadap bagian poin yang
perlu dilakukan penilaian. Agar lebih mudah dalam pemberian skor yaitu dengan
menggunakan pemberian kode ketika tabulasi dan analisa data (Azwar &
Prihartono, 2014).
1. Selalu :4
2. Sering :3
3. Kadang – kadang : 2
4. Tidak pernah :1
50
Kriteria penilaian :
3. Kurang : ≤ 56%
4. Tabulating
data dalam table tertentu berdasarkan kriteria yang dimilikinya, sesuai tujuan
1. Analisa univariate
variabel penelitian. Bentuk analisis univariate menurut dari jenis datanya . data
numerik di gunakan nilai mean atau rata – rata, median dan standar deviasi
presentasi dari variabel data usia, pendidikan, pernikahan, dan sumber informasi.
pencegahan stunting pada balita di usia 3-5 tahun di desa Lenteng Timur,
Kabupaten Sumenep.
51
berikut :
Keterangan:
p : Angka presentase
f : Frekuensi
n : Banyaknya responden
Interpretasi :
50% = setengahnya
100% = seluruh
(Notoatmodjo, 2018)
2. Analisa bivariate
Analisa bivariate adalah analisa yang dilakukan untuk melihat hubngan duan
variable yang meliputi variable bebas dan variable terikat (Notoatmojo, 2010).
Data yang telah didapatkan akan dianalisa dengan ujis statistik. Uji statistik yang
digunakan pada kedua variable menggunakan uji rank spearman melalui program
Uji rank spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
1. Jika nilai p < α = 0,05 maka dapat disimpulkan H1 diterima dan H0 ditolak,
2. Jika nilai p > α = 0,05 maka dapat disimpulkan H1 ditolak dan H0 diterima,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilaksanakan dan dampak
yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah pengumpulan data, jika calon
tersebut.
Informasi yang sudah terkumpul dari hasil wawancara maka peneliti wajib
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Peneliti akan merahasiakan dari data yang diperoleh, dan hanya disajikan
4. Ethical clearance
secara etik suatu rangkaian proses penelitian. Klirens etik penelitian merupakan
acuan bagi peneliti untuk menjunjung tinggi nilai integritas, kejujuran dan
keadilan dalam melakukan penelitian. Penelitian ini telah dinyatakan lolos uji etik
Jombang.
BAB 5
54
55
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin anakibu diRT
04 RW 04 Dusun Sarpereng Selatan Desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng
Kabupaten Sumenep
(51,6%).
responden (48,4%).
57
Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan
stunting di RT 04 RW 04 Dusun Sarpereng Selatan Desa Lenteng Timur
Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep
0,05 diperoleh hasil nilai p = 0,000 < α = 0,05. Hal itu berarti bahwa H1
diterima dan H0 ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu dengan
5.2 Pembahasan
yang memiliki pengetahuan yang cukup akan lebih mudah dalam melakukan
dalam merawat anak, memberi makan anak, dan memperhatikan kebutuhan nutrisi
yang tepat. Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu yaitu pendidikan,
ini sejalan dengan penelitian Erfiana (2021), yang menyatakan ada hubungan
antara pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita. Ibu yang
menambahkan pengetahuan yang sudah ada, sehingga ibu dapat lebih mudah
menerima informasi baru yang akan diberikan selama informasi tersebut sesuai
terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan
pekerjaan, dan latar belakang pendidikan atau pekerjaan merupakan faktor yang
ibu, berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden
umur ibu 31 - 35 tahun yaitu sebanyak 25 responden (39,1%). Artinya ibu sudah
tahun memliki nilai tertinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Susilowati (2017), yang menyatakan pengetahuan ibu cukup, hal
ini berkaitan dengan pemahaman ibu tentang manfaat dan fungsi makanan bergizi
59
Menurut peneliti ibu sudah memiliki pengetahuan yang baik dalam menjaga
yang didapat banyak waktu ibu menginjak masa SMA. Karena penyebab
pendidikan
baik adalah ibu yang pendidikan terakhir SMA, Perguruan tinggi, dan SMP.
sebagian besar adalah responden yang pendidikan terakhirnya adalah SD. Dari
anaknya, karena perbedaan status gizi memiliki pengaruh yang berbeda pada
setiap perkembangan anak, jika kebutuhan gizi seimbang tidak terpenuhi dengan
Stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak
balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlihat pendek di usianya. Kondisi dimana bayi masih dalam kandungan dan
pada masa awal setelah bayi lahir dapat tergambarkan kekurangan gizi terjadi
pada kondisi tersebut. Namun, saat bayi memasuki usia 2 tahun maka kondisi
stunting baru terlihat(Hasan & Kadarusman, 2019). Perilaku adalah suatu reaksi
digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan
stunting yaitu pekerjaan ibu, berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir
Artinya waktu dalam memperhatikan kebutuhan gizi anak sangat banyak, ibu akan
setiap saat melakukan pilihan makanan yang tepat untuk anaknya. Data yang
Menurut peneliti bahwa pada penelitian ini status pekerjaan ibu memiliki
hubungan dengan perilakunya dalam mencegah stunting karena ibu yang tidak
memiliki perkerjaan lebih banyak memiliki waktu bersama anak, sehingga ibu
dapat menerapkan pencegahan stunting dengan lebih baik seperti memberikan asi
posyandu secara rutin, serta menjaga kebersihan air dan sanitasi. Sedangkan ibu
61
yang berkerja memiliki hambatan yang lebih banyak untuk menerapkan perilaku
pencegahan stunting seperti tidak dapat membawa anak rutin ke posyandu dan
Menurut peneliti Ibu akan mencari dan memilah apa yang yang bisa untuk
Dapat dilihat hasil penelitian terdapat pengetahuan ibu baik dan perilaku
pencegahan stunting baik. Hasil uji spearman’s rho dengan derajat kesalahan α =
0,05 diperoleh hasil nilai p = 0,000 < α = 0,05. Hal itu berarti bahwa H1 diterima
dan H0 ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
Selatan Ds Lenteng Timur Kec Lenteng Kab Sumenep. Menurut peneliti ibu yang
dan menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Sehingga ibu dapat lebih mudah
menerima informasi baru yang akan diberikan selama informasi tersebut sesuai
kesehatannya saat dewasa (Kemenkes RI, 2018). Anak yang menderita stunting
62
negara indonesia (Harikatang et al., 2020). Oleh sebab itu, dalam upaya mencegah
dapat dilakukan dengan memastikan bahwa anak memiliki status kesehatan yang
baik, mendapat gizi cukup pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), serta
mendapat imunisasi dan pola hidup bersih untuk mencegah penyakit. Cara
pencegahan yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah buah hati dari
stunting meliputi; Memenuhi kebutuhan gizi pada 1000 HPK anak, Memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil, Konsumsi protein dengan kadar yang sesuai
bagi anak diatas 6 bulan, Menjaga kebersihan sanitasi serta memenuhi kebutuhan
air bersih, dan Rutin membawa anak ke posyandu minimal sekali dalam sebulan
Salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan serta perilaku ibu ialah
pendidikan. Dimana pendidikan ibu yang menengah dan tinggi lebih mudah
pencegahan stunting pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
mayoritas responden berpendidikan menengah dan tinggi. Selain itu, salah satu
hal yang mempengaruhi keputusan dalam berperilaku, dalam hal ini perilaku
pencegahan stunting ialah faktor pekerjaan. Ibu rumah tangga biasanya memiliki
anaknya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebanyak 25 (39,1%)
63
responden yang tidak bekerja yakni sebagai ibu rumah tangga. Menurut Aswin
(2017) peran ibu dalam mengasuh anak erat kaitannya dengan ketersediaan waktu
sebagian besar perilaku pencegahan stunting baik. Hal ini disebabkan karena
pengetahuan ibu sebagai pengetahuan ibu baik sehingga lebih dominan untuk
menjadikan anak perilaku pencegahan stunting baik pula. Sementara itu untuk
pengetahuan ibu yang cukup bisa saja menghasilkan status gizi balita yang
disebabkan oleh faktor luar yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
6.1 Kesimpulan
cukup.
Dsn Sarpereng Selatan Ds Lenteng Timur Kec Lenteng Kab Sumenep hampir
setengahnya cukup.
6.2 Saran
– faktor penyebab terjadinya stunting pada anak usia 3 - 5 tahun. Agar orang
64
DAFTAR PUSTAKA
Account, M. C., & Kemenkes RI. (2013). Stunting dan Masa Depan Indonesia.
http://www/google.com/search?client=opera&q=stunting+dan+masa+depan.
disitasi 26 juni 2022.
Achadi, Endang L. (2016). Investasi Gizi 1000 HPK dan Produktivitas Generasi
Indonesia. Jakarta: Lokakarya dan Seminar Ilmiah. http://pdgmi.org/wp-
content/uploads/2016/12/Investitasi-Gizi-1000-HPK-dan-Produktivitas-
Generasi-Indonesia-Prof.-Endang-L.-Achadi.pdf disitasi pada tanggal 31
Januari 2022.
Ambara. 2014. Asesmen Anak Usia Dini. Yogyakarta: Graha Ilmu
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.
Atmarita. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta. Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI.
Azwar A, Prihartono J. (2014). Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Makasar: Binarupa Aksara.
Bappenas; UNICEF. (2017). Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di
Indonesia. Jakarta: Bappenas dan UNICEF.
Departemen Kesehatan Rakyat Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2014. [di akses dari http://www.depkes.go.id pada tanggal 08 Januari
2016]. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Dyah Umiyarni Purnamasari. 2018. Panduan Gizi dan Kesehatan Anak Sekolah.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Febrina Suci Hati, Prasetya Lestari. 2016. Pengaruh Pemberian Stimulasi pada
Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Sedayu Bantul. Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia: Universitas Alma Ata Yogyakarta
65
66
Hasan, A., dan Kadarusman, H. (2019). Akses ke Sarana Sanitasi Dasar sebagai
Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 6-59 Bulan. 10
(November), 413–421.
Heny Wulandari. 2014. Kesehatan & Gizi Untuk Anak Usia Dini. Lampung: Fakta
Press
Ida Mardalena, Ners. 2017. Dasar-dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press Indonesia. Diakses pada 10 Maret 2019.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
KEMENKES RI. 2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola
Asuh dan Sanitasi.
http://www.depkes.go.id/article/view/18040700002/cegah-stunting-dengan-
perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi-2-.html diakses pada 10 April
2019
Lesmana, 2012 (15 Mei). Definisi Anak. Diakses pada 15 April 2017. Tersedia di:
http://www.kompasiana.com/alesmana/definisianak_55107a56813311573bb
c6520
Olsa, ED, Sulastri D dan Anas, E. 2017. Hubungan Sikap ibu Terhadap Kejadian
Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di Kecamatan Nanggalo.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6 (3): 523-529
Soegeng, Santoso., Anne L.R., 2013. Kesehatan & Gizi. Rineka Cipta, Jakarta
Tri Ratnaningsih 2019 Buku Ajar (Teori Konsep) Tumbuh Kembang dan Stimulasi
Bayi, Toodler, Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja. Sidoarjo: Indonesia
Pustaka
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
S1 Ilmu Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang
Nama : Iffatul Mutiah
Nim : 183210020
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan ibu
dengan perilaku pencegahan stunting pada anak usia 3-5 tahun”. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis Hubungan pengethauan ibu dengan
perilaku pencegahan stunting pada anak usia 3-5 tahun di Desa Lenteng Timur
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan saudara(i)
sebagai reponden. Peneliti mengharapkan tanggapan jawaban saudara(i) berikan
sesuai dengan pendapat saudara(i) tanpa dipengaruhi orang lain. Peneliti
menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara(i).
Atas perhatian dan kesediaan saudara(i) untuk menjadi responden dalam
penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
(Iffatul Mutiah)
70
(Iffatul Mutiah)
71
LEMBAR KUESIONER
JUDUL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN STUNTING PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN
No. Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian
IDENTITAS ANAK
1. Nama anak :
2. Umur anak :
3. Jenis kelamin anak :
72
Petunjuk Pengisian
1. Sebelum menjawab peratanyaan, bacalah dahulu pertanyaan ini dengan
teliti.
2. Saudara dipersilahkan memilih salah satu jawaban yang tersedia dengan
memberikan tanda (×) pada tempat yang tersedia.
3. Usahakan agar tidak ada jawaban satupun yang terlewatkan.
4. Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti.
5. Setelah semua diisi mohon diserahkan kembali.
II. Pengetahuan Ibu tentang stunting
1. Apa yang anda ketahui tentang makanan bergizi?
a. Empat sehat lima sempurna
b. Makanan yang mengandung minyak
c. Makanan yang mengandung lemak
d. Makanan yang seimbang dan bergizi serta tercukupi angka kebutuhan
gizi
2. Apa yang anda ketahui tentang stunting ?
a. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan keturunan
b. Gangguan tumbuh kembang anak yang tinggi badannya tidak sesuai
dengan umur
c. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan anak terlalu banyak
makan mie instan
d. Gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh aktivitas fisik anak
Keterangan :
SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TD : Tidak sama sekali
NO Pernyataan responden SL S J TD
1 Ibu mencari tahu tentang pengertian,ciri,penyebab
dan dampak dari stunting
2 Ibu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
gizi anak
3 Ibu memberikan vitamin kepada anak
4 Ibu membawa anak ke posyandu sesuai jadwal
yang ditentukan
5 Ibu memberikan ASI eksklusif kepada anak
6 Ibu selalu teliti dalam memberikan
makanan/jajanan kepada anak
7 Ibu memberikan anak makanan yang bergizi
8 Ibu membersihkan lingkungan rumah dan
menyediakan sanitasi air bersih untuk kebutuhan
anak sehari-hari
9 Ibu memberikan MPASI pada anak usia 6 bulan
10 Ibu menerapkan pola hidup bersih dan sehat
terutama mencuci tangan sebelum makan
11 Anak meminum susu setiap hari
12 Anak memakan telur setiap hari
13 Anak mengkonsumsi sayur dan buah
14 Ibu memperhatikan jam makan anak
15 Ibu menyiapkan makanan yang bervariasi untuk
anak yang disuka
76
R36 2 1 2 2 3
R37 2 3 1 2 3
R38 2 1 1 2 3
R39 2 3 1 2 3
R40 2 3 2 2 3
R41 2 3 1 2 3
R42 2 3 2 2 3
R43 2 3 2 2 3
R44 2 1 2 2 3
R45 2 3 1 2 3
R46 3 3 1 2 3
R47 3 2 1 2 3
R48 3 1 1 2 3
R49 3 2 1 2 3
R50 3 2 1 2 3
R51 3 1 2 2 3
R52 3 1 1 2 3
R53 3 3 2 1 3
R54 3 2 1 1 3
R55 3 3 2 1 3
R56 4 1 2 1 3
R57 4 2 1 1 3
R58 4 3 2 1 3
R59 4 1 2 1 3
R60 4 2 2 1 3
R61 4 3 2 1 3
R62 4 1 1 1 3
R63 4 1 2 1 3
R64 4 2 1 1 3
Keterangan Jumlah Kode
25 - 30 Tahun 20 1
31 - 35 Tahun 25 2
Umur Ibu
36 - 40 Tahun 10 3
41 - 45 Tahun 9 4
3 Tahun 20 1
Umur Anak 4 Tahun 26 2
5 Tahun 18 3
Laki - laki 34 1
Jenis Kelamin Anak
Perempuan 30 2
SD 12 1
SMP 20 2
Tingkat Pendidikan
SMA 25 3
Pendidikan Tinggi 7 4
IRT 25 1
Pekerjaan Swasta 10 2
Petani 29 3
78
TABULASI PENGETAHUAN
Kode.
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 Jumlah
Resp
R1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 4 1 2 2 1 24
R2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 1 2 2 2 31
R3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 18
R4 2 2 2 4 2 1 2 1 4 1 2 1 1 2 2 29
R5 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 20
R6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R7 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 48
R8 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 50
R9 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 51
R10 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 44
R11 2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 4 2 2 2 1 33
R12 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2 2 30
R13 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 2 1 2 1 21
R14 2 2 2 2 2 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 28
R15 1 2 1 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 22
R16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 58
R17 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 47
R18 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 48
R19 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 51
R20 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 42
R21 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 4 1 2 2 2 33
R22 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 3 33
R23 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 2 3 23
R24 2 2 2 4 2 1 2 1 4 2 2 1 1 2 3 31
R25 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 3 23
R26 2 3 3 1 1 3 2 1 1 2 1 2 3 2 3 30
R27 2 2 2 2 2 1 2 3 3 1 2 2 2 2 2 30
R28 3 3 2 3 1 1 3 1 2 2 3 3 2 2 3 34
R29 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 57
R30 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 48
80
Correlations Pengetahuan
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 Y
** * ** ** **
x1 Pearson Correlation 1 .725 .255 .388 .015 .613 .154 .247 .024 .814 .660
Sig. (2-tailed) .000 .174 .034 .935 .000 .417 .188 .901 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * ** ** **
x2 Pearson Correlation .725 1 .398 .402 .312 .929 .312 .312 .167 .725 .825
Sig. (2-tailed) .000 .029 .028 .093 .000 .094 .093 .378 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** * **
x3 Pearson Correlation .255 .398 1 .176 .479 .446 .313 .247 .202 .255 .575
Sig. (2-tailed) .174 .029 .352 .007 .014 .092 .188 .284 .174 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * ** ** * **
x4 Pearson Correlation .388 .402 .176 1 .351 .443 .511 .614 .337 .388 .687
Sig. (2-tailed) .034 .028 .352 .057 .014 .004 .000 .069 .034 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * **
x5 Pearson Correlation .015 .312 .479 .351 1 .347 .251 .712 .429 .015 .560
Sig. (2-tailed) .935 .093 .007 .057 .061 .182 .000 .018 .935 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * * * ** **
x6 Pearson Correlation .613 .929 .446 .443 .347 1 .381 .347 .213 .613 .832
Sig. (2-tailed) .000 .000 .014 .014 .061 .038 .061 .258 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * **
x7 Pearson Correlation .154 .312 .313 .511 .251 .381 1 .251 .385 .154 .583
Sig. (2-tailed) .417 .094 .092 .004 .182 .038 .182 .035 .417 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
x8 Pearson Correlation .247 .312 .247 .614 .712 .347 .251 1 .650 .247 .666
Sig. (2-tailed) .188 .093 .188 .000 .000 .061 .182 .000 .188 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * ** **
x9 Pearson Correlation .024 .167 .202 .337 .429 .213 .385 .650 1 .024 .508
Sig. (2-tailed) .901 .378 .284 .069 .018 .258 .035 .000 .901 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * ** **
x10 Pearson Correlation .814 .725 .255 .388 .015 .613 .154 .247 .024 1 .660
Sig. (2-tailed) .000 .000 .174 .034 .935 .000 .417 .188 .901 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Y Pearson Correlation .660 .825 .575 .687 .560 .832 .583 .666 .508 .660 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .001 .000 .001 .000 .004 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
81
Reliability
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.852 10
82
** ** ** ** ** * ** ** ** ** ** * **
x9 Pearson Correlation .718 .515 .620 .803 .729 .177 .373 .607 1 .361 .717 .499 .509 .606 .424 .715
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000 .349 .042 .000 .050 .000 .005 .004 .000 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
x10 Pearson Correlation .547 .531 .572 .556 .561 .525 .338 .651 .361 1 .488 .687 .608 .630 .661 .716
Sig. (2-tailed) .002 .003 .001 .001 .001 .003 .068 .000 .050 .006 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** * * ** ** ** ** ** ** * **
x11 Pearson Correlation .795 .578 .671 .604 .687 .448 .440 .750 .717 .488 1 .537 .702 .610 .406 .778
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .000 .013 .015 .000 .000 .006 .002 .000 .000 .026 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
x12 Pearson Correlation .750 .689 .705 .678 .689 .552 .484 .714 .499 .687 .537 1 .742 .848 .756 .846
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .002 .007 .000 .005 .000 .002 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
x13 Pearson Correlation .804 .788 .778 .577 .787 .590 .665 .880 .509 .608 .702 .742 1 .825 .628 .887
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .001 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
x14 Pearson Correlation .712 .634 .678 .704 .779 .649 .508 .822 .606 .630 .610 .848 .825 1 .721 .879
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** * ** * ** * ** ** ** **
x15 Pearson Correlation .675 .664 .682 .728 .686 .518 .445 .603 .424 .661 .406 .756 .628 .721 1 .783
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .003 .014 .000 .020 .000 .026 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Y Pearson Correlation .930 .845 .896 .833 .925 .643 .670 .896 .715 .716 .778 .846 .887 .879 .783 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
84
Reliability
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.962 15
85
Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin Tingkat
Umur Ibu Umur Anak Anak Pendidikan Pekerjaan
N Valid 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0
Percentiles 25 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00
50 2,00 2,00 1,00 2,50 2,00
75 3,00 3,00 2,00 3,00 3,00
100 4,00 3,00 2,00 4,00 3,00
Umur Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 25 - 30 Tahun 20 31,3 31,3 31,3
31 - 35 Tahun 25 39,1 39,1 70,3
36 - 40 Tahun 10 15,6 15,6 85,9
41 - 45 Tahun 9 14,1 14,1 100,0
Total 64 100,0 100,0
Umur Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 25 - 30 Tahun 20 31,3 31,3 31,3
31 - 35 Tahun 25 39,1 39,1 70,3
36 - 40 Tahun 10 15,6 15,6 85,9
41 - 45 Tahun 9 14,1 14,1 100,0
Total 64 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid IRT 25 39,1 39,1 39,1
Swasta 10 15,6 15,6 54,7
Petani 29 45,3 45,3 100,0
Total 64 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Pengetahuan Perilaku Pencegahan Stunting
N Valid 64 64
Missing 0 0
Percentiles 25 1,00 1,00
50 2,00 2,00
75 3,00 2,00
100 3,00 3,00
Frequency Table
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 17 26,6 26,6 26,6
Cukup 24 37,5 37,5 64,1
Kurang 23 35,9 35,9 100,0
Total 64 100,0 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Perilaku 64 100,0% 0 0,0% 64 100,0%
Pencegahan Stunting
Nonparametric Correlations
Correlations
Perilaku
Pencegahan
Pengetahuan Stunting
**
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1,000 ,460
Sig. (2-tailed) . ,000
N 64 64
**
Perilaku Correlation Coefficient ,460 1,000
Pencegahan Sig. (2-tailed) ,000 .
Stunting N 64 64
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
95