LK BBLR (Fix)
LK BBLR (Fix)
LK BBLR (Fix)
Disusun Oleh:
SITI MUSLIMAH
NIM. P07224422139
Siti Muslimah
NIM. P07224422139
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, yaitu ibu Ita
Kusumayanti, S.ST yang telah membimbing saya dalam menyusun laporan ini.
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Terima kasih kepada
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5
A. Latar Belakang..........................................................................................5
B. Tujuan........................................................................................................5
……………................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................34
BAB V PENUTUP.....................................................................................................38
A. Kesimpulan................................................................................................38
B. Saran..........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian bayi menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia,
sebagian besar kematian bayi dapat dicegah, dengan intervensi berbasis bukti
yang berkualitas tinggi berupa data. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) kematian bayi pada tahun 2017 adalah sebesar
24/1.000 KH dengan kematian neonatal 15/1.000 (Lengkong et al., 2020).
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada
masa neonatus (bayi baru lahir umur 0- 28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0 - 6 hari
(Wiadnyana, Bikin Suryawan, & Sucipta, 2018).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi masih merupakan masalah
dibidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. Prevalensi bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau
negara dengan sosio-ekonomi rendah. Di Indonesia prevalensi BBLR
berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada tahun 2013
(Wiadnyana et al., 2018).
Untuk itu perlu dilakukan asuhan yang tepat dalam mengatasi masalah
kematian dan kesakitan bayi akibat BBLR agar status kesehatan dan kualitas
hidup bayi dengan berat lahir rendah meningkat.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan berdasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus bayi dengan berat badan lahir rendah.
5
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori asuhan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
bayi dengan berat lahir rendah berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus bayi dengan berat lahir
rendah dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus bayi
dengan berat lahir rendah dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2. Klasifikasi BBLR
Menurut (Afifah, 2020) Bayi BBLR dapat diklasifikasikan
berdasarkan gestasinya dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni, yaitu
BBLR yang mengalami masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat
badan pada masa gestasi itu pada umumnya biasa disebut neonatus
kurang bulan untuk masa kehamilan.
2. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur, yaitu BBLR yang
memiliki berat badan yang kurang dari seharusnya pada masa
kehamilan. BBLR dismatur dapat lahir pada masa kehamilan preterm
atau kurang bulan-kecil masa kehamilan, masa kehamilan term atau
cukup bulan-kecil masa kehamilan, dan masa kehamilan post-term atau
lebih bulan-kecil masa kehamilan.
3. Etiologi
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor
fetus. Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan
IUGR (Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari
faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan
obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa,
solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor
maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau
pecandu alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga
ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari faktor fetus
yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan
kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi
(Afifah, 2020).
Faktor yang menyebabkan seorang bayi terlahir BBLR adalah
sebagai berikut (Agustin et al., 2018) :
8
1. Usia Ibu Hamil Faktor usia memiliki peranan yang sangat penting
terhadap masalah kesehatan pada ibu hamil dan bayinya, maka
dianjurkan untuk merencanakan kehamilan saat usia sudah memasuki
20-30 tahun
2. Jarak Kehamilan Jarak kehamilan yang sangat dekat akan
mempengaruhi proses hilangnya kalsium pada tulang, terutama ibu
hamil yang asupan hariannya kurang terpenuhi
3. Paritas Proses kehamilan yang berulang menjadikan dampak kerusakan
pada dinding pembuluh darah di dalam rahim, kondisi ini dapat
mengakibatkan terganggunya kandungan nutrisi pada janin untuk
kehamilan berikutnya yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
pada janin sehingga akan terlahir bayi dengan kondisi BBLR
4. Kadar Hemoglobin (HB) Ibu hamil yang terkena anemia akan
menaikkan risiko BBLR pada bayinya, risiko terjadinya pendarahan
sebelum persalinan dan saat proses persalinan berlangsung dapat
menjadi sebab dari kematian pada ibu dan bayi yang ada di dalam
kandungan jika ibu tersebut mengalami anemia yang cukup parah
5. Status Gizi Ibu Hamil Menurut (Riskesdas, 2007) kandungan gizi pada
ibu hamil dapat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan, maka
dari itu memperhatikan asupan makanan pada ibu hamil sangatlah
penting dilakukan. Pengukuran antropometri adalah sebuah cara untuk
menghitung status gizi dari ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil
yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur berat badan dan
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada saat proses kehamilan.
6. Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan dalam
bersikap dan berperilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi kebanyakan akan lebih mempermudah penyerapan informasi dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Patofisiologi
9
Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi
dengan bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah hingga 30% lebih
banyak zat besi di bandingkan dengan yang telah tersedia, maka dapat
berpotensi terjadinya anemia. Anemia selama kehamilan akibat
peningkatan volume darah merupakan anemia ringan. Anemia yang lebih
berat meningkatkan resiko tinggi anemia pada bayi. Selain itu juga secara
signifikan terjadi anemia selama dua trimester pertama, maka berisiko
lebih besar untuk memiliki bayi baru lahir premature atau Bayi Berat Lahir
Rendah. Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor
plasenta apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implantasi
plasentanya. Pengaruh infeksi hepatitis dalam kehamilan bersumber dari
gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme
tubuh, sehingga aliran nutrisi kejanin dapat terganggu atau berkurang.
Oleh karena itu pengaruh infeksi hati dalam kehamilan terdapat
keguguran. Persalinan premature dan melahirkan BBLR (Manuaba 1998
dalam (Famani, 2017).
5. Diagnosis
Menurut (Pantiawati 2010 dalam Famani, 2017) menegakkan
diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat badan bayi dalam jangka
waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kehamilan sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktifitas
10
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai pada bayi BBLR antara lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas :
a) Berat badan kurang dari 2500 gram
b) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
c) Kuku panjangnnya belum lewat ujung jari
d) Batas dahi dan rambut tidak jelas
e) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
f) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
g) Rambut lanugo masih banyak
h) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
i) Tulang rawan daun telinga belum sempurna
j) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
k) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif
l) Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang
m)Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak yang masih kurang.
n) Verniks caseosa tidak ada atau sedikit
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
1) Lemak subkutan berkurang
2) Kulit longgar dan kering
3) Lingkar dada abdomen kurang dari normal
4) Abdomen cekung, kurus, lemah, umbilicus kering, rambut jarang,
mata terbuka.
d. Pemeriksaan skor ballard
11
Tabel 2.1 Skor Ballard ( sumber : Khan, Garcia-Sosa, Hageman, Msall, & Kelley,
2014)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Foto thorax dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada bayi umur 8 jam atau didapat / diperkirakan
akan terjadi sindrome gawat napas.
12
b. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia difasilitas kesehatan
(Afifah, 2020).
7. Komplikasi
a. Pernafasan
1) Depresi perintal di ruang bersalin akibat rendahnya adaptasi bernafas.
2) Rerspiratory Distress Syndrome (RDS)/gangguan pernapasan
3) Apnu akibat mekanisme pengontrolan pernapasan yang belum
matang.
4) Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) diklasifikasikan sebagai
penyakit paru kronis
b. Neurologis. BBLR memiliki risiko tinggi untuk mengalami masalah
neurologis, meliputi:
1) Depresi prenatal
2) Perdarahan intrakranial/Intracranial Hemorrhage (ICH)
3) Periventrikel white-matter, dan cedera syaraf lainya.
c. Kardiovaskuler. Meliputi:
1) Hipotensi, hipovelemi, disfungsi jantung, vasodilatas akibat sepsis
2) Patent Ductus Arteriosus (PDA) mungkin menyebabkan gagal jantung
kongestif
3) Kondisi hematologi merupakan resiko tinggi bagi bayi prematur,
diantaranya: anemia, hiperbilirubinemia
d. Nutrisi, bayi prematur membutuhkan perhatian yang spesifik pada
kandungan jumlah dan cara pemberian makan
e. Gastrointestinal/saluran cerna, prematur merupakan faktor risiko
terjadinya enterokolitis nekrotikan, susu formula juga merupakan faktor
risiko siginfikan, pemeberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan protektif.
f. Metabolis, khususnya metabolisme glukosa dan kalsium
g. Ginjal belum matang, filtrasi glomerular rendah, ketidak mampuan dalam
mengatur air, zat terlarut, dan muatan asam, dan elektrolit
h. Regulasi temperatur. Bayi prematur mudah mengalami hipotermia dan
hipertermia
13
i. Immunologi, defisiensi humoral maupun respon sel menyebabkan bayi
prematur berisko tinggi untuk mengalami infeksi
14
dipertahankan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal
dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas.
Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah
yang membahayakan hidup bayi baru lahir. Selain itu, hal tersebut terjadi
karena hanya sedikit lemak tubuh sehingga sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi baru lahir belum matang.
d) Hipoglikemi Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikit simpanan energi
pada bayi baru lahir dengan BBLR.
e) Masalah Pemberian ASI Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran
tubuh bayi kecil, kurang energi, lemah, lambung yang belum adekuat dan
lemahnya reflek hisap bahkan tidak dapat menghisap.
f) Sepsis Neonatorum Sepsis neonatorum didefinisikan sebagai infeksi pada
aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan Insidennya
berkisar antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup. Insiden
untuk bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah (kurang dari 1500
gram) meningkat menjadi 1 dalam 250 kelahiran hidup. Faktor yang
mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir meliputi faktor maternal,
lingkungan, dan penjamu. Faktor maternal terdiri dari rupture selaput
ketuban yang lama, persalinan prematur, amnionitis klinis, demam
maternal, manipulasi berlebihan saat proses persalinan, dan persalinan
lama. Faktor lingkungan diantaranya buruknya kebersihan lingkungan,
buruknya teknik perawatan, pemberian susu formula, dll. Faktor penjamu
meliputi jenis kelamin, bayi prematur, berat lahir rendah, dan kerusakan
mekanisme pertahanan diri penjamu. Bayi prematur mengalami
peningkatan risiko terhadap infeksi karena cadangan imunoglobuin
maternal menurun, kemampuan untuk membentuk antibody rusak, dan
sistem integumrn rusak (kulit tipis dan kapiler rentan).
g) Ikterus Ikterus terjadi karena fungsi hati belum matang pada bayi
prematur BBLR sehingga menjadi kuning lebih awal dan lebih lama
daripada bayi yang cukup bulan.
15
h) Perdarahan Perdarahan berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir pada bayi prematur BBLR (Rhomawati &
Estiwidani, 2017).
9. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermia. Maka, suhu sering diperhatikan dan dijaga ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan.
Bayi BBLR juga memiliki imunitas yang sangat kurang. Hal sekecil
apapun harus perlu diperhatikan untuk pencegahan bayi BBLR. Salah
satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum
sempurna dan lemahnya refleks otot juga terdapat pada bayi BBLR Oleh
karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
d. Penimbangan ketat Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan
secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Afifah,
2020).
16
d. Kebutuhan emosional dan sosial yang menunjang tumbuh kembang yang
baik.
17
kesulitan dalam mempertahankan pernafasan yang wajar
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo,2010 )
- Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
pada riwayat penyakit, disusun dengan cerita yang kronologis,
terinci dan jelas pada dokumentasi pada SOAP mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia
berobat.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Riwayat antenatal : Banyak faktor yang dapat menyebabkan bayi
BBLR. Banyak penyebab pra-kehamilan yang telah didapatkan
untuk mempengaruhi kehamilan diantaranya adalah paritas
primipara dan multipara (Khoiriah, 2017).
Status paritas yang tinggi dapat mengakibatkan peningkatan risiko
kejadian BBLR dan bayi lahir mati, hal tersebut dapat terjadi karena
semakin tinggi status paritasnya maka kemampuan organ ibu yaitu
rahim susah untuk menyediakan nutrisi bagi kehamilan yang terlalu
sering sehingga dapat mengakibatkan penyaluran nutrisi dari ibu dan
janin mengalami gangguan yang dapat menyebabkan terjadi bayi
BBLR (Afifah, 2020).
- Jarak atau interval kehamilan yang pendek atau kurang dari 2 tahun
akan berdampak pada seorang ibu yaitu belum cukup waktunya
untuk ibu memulihkan kondisi tubuhnya setelah persalinan
terdahulu. Ibu yang mengalami kehamilan dalam kondisi tubuh ibu
hamil kurang sehat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
komplikasi kehamilan yang berdampak terjadinya BBLR pada bayi
yang dilahirkan dan terjadinya kematian dan kesakitan pada ibu dan
bayi yang dilahirkan serta berisiko mengalami gangguan sistem
reproduksinya. Sistem reproduksi yang mengalami gangguan akan
menghambat terjadinya proses pertumbuhan dan perkembangan
18
janin sehingga hal tersebut akan dapat berpengaruh terhadap berat
badan bayi saat dilahirkan. Ibu yang hamil dengan interval atau jarak
kehamilannya (Saragih, 2020).
- Riwayat intranatal : Penelitian oleh Gogoi tahun 2018
mendapatkan hasil bahwa risiko BBLR 2 kali lebih tinggi pada ibu
dengan persalinan normal dibandingkan operasi sesar, tinggal di
pedesaan, ibu buta huruf, suami buta huruf, ibu yang bekerja, suami
tidak terampil, keluarga dengan banyak anak, dan pendapatan rendah
ditemukan memiliki risiko BBLR yang lebih tinggi (Gogoi., 2018).
- Riwayat post natal :
- Riwayat imunisasi :
- Riwayat alergi :
- Riwayat penyakit yang pernah diderita :
- Riwayat tumbuh kembang :
-Riwayat pertumbuhan :
-Riwayat perkembangan :
a. Penyakit menular :
b. Penyakit menurun : Kelainan kongenital merupakan suatu keadaan
terjadinya kelainan pada bayi yang berkaitan dengan struktur, fungsi
serta metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi baru lahir atau
neonatus. Penyebab terjadinya kelainan kongenital bayi (janin) adalah
faktor usia ibu hamil, faktor kromosom ibu hamil, faktor mekanik ibu
hamil, faktor infeksi yang dialami oleh ibu, faktor obat yang
dikonsumsi oleh ibu, faktor hormonal ibu, faktor radiasi, faktor fisik
bayi di dalam rahim, faktor gizi ibu selama kehamilan, riwayat
kesehatan ibu pada masa kehamilan, jumlah anak atau paritas, dan
jarak atau interval kehamilan (Saragih, 2020).
c. Riwayat penyakit menahun :
19
3. Pola fungsi kesehatan
20
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran :
Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : Faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu berat
badan dan usia bayi. Tekanan darah bayi dengan berat badan lebih besar
dan matur lebih tinggi dari pada bayi berat badan rendah. Faktor tersebut
akan mempengaruhi curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume
darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri sehingga
secara langsung mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah (Zahra,
Radityo, & Mulyono, 2018).
- Nadi : Denyut jantung dipengaruhi oleh suhu tubuh, usia, dan aktivitas
fisik bayi, dimana bayi dengan usia lebih muda dan suhu tubuh lebih
rendah maka denyut jantungnya akan lebih tinggi dibanding bayi yang
lebih tua dan suhu tubuh lebih tinggi, sedangkan aktivitas fisik meliputi
pergerakan bayi yang berlebih serta keaadaan bayi yang menangis
menyebabkan nilai denyut jantung meningkat (Zahra et al., 2018).
- Suhu : Salah satu ciri BBLR terutama BKB adalah mempunyai
suhu yang tidak stabil dan cenderung hipotermia (suhu < 36,5ºC). Stres
dingin dapat meningkatkan angka kematian dan menghambat
pertumbuhan, sedangkan hipertermia dan suhu yang berfluktuasi dapat
menimbulkan apneu. Suhu yang cenderung hipotermia disebabkan oleh
produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi (Suradi &
Yanuarso, 2018).
- Pernafasan : Laju pernapasan lebih tinggi pada kondisi demam, usia
bayi yang lebih rendah, dan aktivitas fisik yang rendah yang meliputi
gerak minimal, tidur, kondisi bayi tenang. Pada bayi baru lahir laju
pernapasan berkisar antara 40-60 kali per menit kemudian cenderung
menurun dan stabil ketika dewasa (Zahra et al., 2018).
Antropometri
- Tinggi badan :
21
- Berat badan : Bayi berat lahir rendah (BBLR)/ low birth weight
infant adalah bayi dengan berat lahir 1500 sampai kurang dari 2500
gram (Rhomawati & Estiwidani, 2017).
- Lingkar lengan :
- Lingkar kepala : Neonatus cukup bulan umumnya memiliki berat
antara 2500-4000 gram, panjang 45-54 cm, lingkar kepala 33-37 cm,
lingkar dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala (Zahra et al.,
2018).
- Lingkar dada :
- Lingkar perut :
2. Pemeriksaa fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi
Kulit : Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi kulit tipis dan
mengkilap, tulang rawan telinga sangat lunak karena belum
terbentuk sempurna (Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Kepala :
Wajah : pada bayi baru lahir bayi cenderung wajahnya tanpa ekspresi
(Prawirohardjo,2006)
Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung menandakan bahwa bayi
baru lahir mengalami gawat nafas (at a glance neonatoligi,
2009)
Mulut :
Dada : Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi jaringan payudara
belum terlihat, puting masih berupa titik (Rhomawati &
Estiwidani, 2017).
Ekstremitas :
Pada penilaian APGAR tonus otot yang lemas menunjukan bayi dalam
keadaan kurang baik (obstetri fisiologi UNPAD, 2005 )
22
Genetalia : Pada bayi BBLR perempuan labia mayora belum
menutupi
labia minora, pada bayi laki-laki skrotum belum banyak
lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak kaki
kurang dari sepertiga bagian atau belum terbentuk
(Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Auskultasi :
3. Pemeriksaan neurologis/refleks
Refleks moro : Pada bayi asfiksia reflex moro negative (pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
Refleks tonic neck : Pada bayi asfiksia reflex tonic neck negative
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
sarwono prawirohardjo, 2006)
Refleks rooting : Pada bayi asfiksia reflex rooting negatif
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
Refleks sucking : Pada bayi BBLR aktifitas dan tangisnya lemah
serta refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
(Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Refleks graps (plantar & palmar graps) : Pada bayi asfiksia reflex
graps negative (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, sarwono prawirohardjo, 2006)
Refleks babinski : Pada bayi asfiksia reflex babinski Negatif
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006).
23
4. Pemeriksaan penunjang
24
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
V . INTERVENSI
25
Rasionalisasi : Untuk memantau kebutuhan intake dan perkembangan
metabolism pada bayi
6. Melakukan perawatan metode kangguru bila ibu siap dan kondisi bayi
stabil.
Rasionalisasi: Sebagai persiapan perawatan BBLR dirumah untuk
memperpendek hari rawat
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam penanganan pasien.
Rasionalisasi : Untuk pemberian terapi yang menyeluruh dan adekuat
sesuai kebutuhan klien.
8. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang perawatan metode
kangguru (tanda bahaya selama PMK : bayi sulit bernapaas, bayi teraba
dingin, bayi sulit minum) dan perawatan bayi di rumah.
Rasionalisasi : Untuk meningkatkan peran aktif dari keluarga dalam
meningkatkan berat BBLR.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun.pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk soap
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
27
4. Riwayat Intranatal Care
Jam 18.00 WITA Ny.S datang ke Puskesmas diantar oleh bidan desa
dengan keluhan perut kencang-kencang dan keluar darah lendir sejak
sejak jam 13.00 WITA. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 128/66 mmHg, nadi 99
kali/menit, suhu tubuh 36,60C, pernafasan 20 kali/menit. Palpasi TFU
23 cm, punggung kanan, kepala konvergen 4/5, DJJ 160 kali/menit.
Saat dilakukan pemeriksaan pembukaan 5 cm, selaput ketuban utuh,
kepala bayi di hodge III. Jam 23.30 WITA bayi lahir spontan segera
menangis. Jam 23.40 WITA plasenta lahir spontan, lengkap. Perineum
utuh. Perdarahan 150 cc.
1) Jenis Persalinan : Spontan
2) Lama Persalinan
a) Kala I : 10 jam
b) Kala II : 15 menit
c) Kala III : 10 menit
d) Kala IV : 2 jam
3) Komplikasi saat persalinan : Tidak ada
4) Kondisi Ketuban : Jernih
Pola Keterangan
28
Personal Bayi tidak dimandikan
Hygiene
O :
1. Keadaan Bayi Saat Lahir
Bayi lahir tanggal 27-11-2022 pukul 23.30 WITA, jenis kelamin
perempuan, ketuban jernih, keadaan tali pusat baik dan tidak ada
perdarahan, menangis kuat. Nilai APGAR Score 7/8 sudah dilakukan
langkah awal yakni menjaga kehangatan bayi, mengatur posisi bayi
dan telah dilakukan Resusitasi. Bayi dipindahkan ke ruang perinatal
jam 02.35 WITA.
2. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan, tidak terdapat pernafasan cuping hidung
dan tidak ada retraksi dinding dada.
Tanda vital :
Nadi : 140 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 42 kali/menit
Antropometri
Berat badan : 1920 gram
Panjang badan : 44 cm
Lingkar kepala :
- Circum ferensia Suboccipito Bregmatica : 27 cm
- Circum ferensia Oksipito frontalis : 29 cm
- Circum ferensia Mento Oksipitasilis : 30 cm
Lingkar dada : 27 cm
29
Lingkar perut : 26 cm
LILA : 8 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bentuk kepala bulat, tidak terdapat caput
succadaneum, cephal hematoma, dan kelainan
konginetal lainnya pada kepala bayi.
Wajah : kulit kemerahan, tidak ada oedema
Mata : simetris, bersih, sklera putih, konjungtiva merah
muda, tidak ada oedema palpebra, tidak ada kotoran
atau perdarahan
Hidung : simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak ada pengeluaran cairan dari lubang hidung
Telinga : simetris, terdapat lubang telinga, tidak terdapat
pengeluaran cairan dari lubang telinga, daun telinga
tidak kaku
Mulut : simetris, bayi menangis kuat, tidak tampak sianosis,
tidak terdapat kelainan konginetal pada mulut seperti
labioskizis dan labiopalatoskizis.
Leher : pergerakan leher cukup aktif
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi
jantung normal, BJ I dan BJ II terdengar teratur
yaitu lup dan dup, terdengar 142 x/menit, suara
nafas tampak cepat, tidak terdengar suara nafas
tambahan seperti bronchi, wheezing, ronchi. Pada
payudar timbul benjola sekitar 3-4 mm.
Abdomen : simetris, tidak teraba massa atau benjolan abnormal,
pada tali pusat terdapat 2 arteri dan 1 vena, tali pusat
berwarna putih segar, suara perut hipertimpani.
Punggung : simetris, tidak terdapat kelainan konginetal pada
punggung seperti spina bifida, terdapat lanugo dan
verniks
30
Genetalia : Labia mayora besar dan labia minora kecil.
Anus : terdapat lubang anus
Lanugo : terdapat lanugo pada bahu bayi
Verniks : terdapat verniks caseosa pada ketiak dan lipatan
pangkal paha bayi.
Ekstremitas : jari tangan dan jari kaki bayi lengkap, tidak terdapat
kelainan seperti polidaktili, garis telapak tangan dan
kaki terdapat 1/3 anterior, pergerakan cukup aktif.
4. Pemeriksaan Neurologis
a. Babinski : Negatif. Ketika telapak kaki digesek, jari-jari kaki
bayi tidak menekuk kebawah
b. Swallowing : Positif. Bayi dapat menelan ASI ketika
disendokan.
c. Sucking : Positif. Bayi dapat menghisap dengan baik pada
saat disendokan.
d. Morro : Positif. Bayi tampak terkejut ketika dikejutkan
dengan suara walau responnya agak lambat.
e. Rooting : Positif. Bayi tampak menoleh kearah sentuhan
ketika pipi bayi disentuh
f. Grasping : Positif. Ketika telapak tangan bayi disentuh, jari-
jari bayi menggenggam dengan kuat.
5. Data Rekam Medis
a. Riwayat Intranatal Care
1) Waktu kelahiran : 23.30 WITA
Tanggal : 27 November 2022
2) Jenis kelamin : Perempuan
3) Apgar Score : 7/8
4) Jenis Persalinan : Spontan
5) Lama Persalinan
a) Kala I : 10 jam
31
b) Kala II : 15 menit
c) Kala III : 10 menit
d) Kala IV : 2 jam
6) Komplikasi saat persalinan : tidak ada
7) Kondisi Ketuban : Jernih
a. Terapi yang telah diberikan
1) Neo K 1 mg (0,5 cc)
2) Salf mata oxytetra
3) Rawat di inkubator
4) ASI 8x15 cc
A :
Diagnosis : NKB, KMK, usia 14 hari dengan BBLR
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Potensial Ikterik patologis
Potensial sepsis neonatorum
Masalah potensial : Hipotermia, Infeksi nasokomial
Kebutuhan Segera : Tidak ada
P :
No Tgl/Jam Pelaksanaan TTD
Menjelaskan hasil pemeriksaan bayi kepada
11-12-2022 orang tua
1. Mahasiswa
10.05 ; orang tua paham dengan penjelasan yang
diberikan
2. 10.10 Menjelaskan resiko komplikasi yang dapat Mahasiswa
timbul pada bayi BBLR dan rencana perawatan
metode kangguru
; Ibu paham dengan penjelasan yang diberikan
dan setuju dengan rencana perawatan yang
32
diberikan
Tetap menjaga kehangatan bayi
; Bayi ditempatkan dikasur kecil dengan diberi
3. 10.15 Mahasiswa
botol hangat disamping kanan dan kiri
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah dengan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) yang dilakukan pada By.Ny. S umur 14 hari. Pada
pembahasan ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus
pada pelaksananan asuhan kebidanan pada By.Ny.S. Untuk memudahkan
pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut:
1. Melalui hasil pengkajian tanggal 11 Desember 2022 di ruang bayi rumah
pasien jam 10.00 WITA, diketahui bayi dilahirkan secara spontan dari seorang
ibu primipara dengan usia kehamilan 36 minggu 0 hari dengan berat lahir
1.755 gram diruang VK rumah sakit Putri Aji Botung Penajam pada tanggal
27-11-2022 jam 23.30 WITA Sehingga diagnose yang ditegakkan adalah :
Neonatus kurang bulan, kecil masa kehamilan, spontan umur 14 hari dengan
berat badan lahir rendah ( NKB, KMK, umur 14 hari dengan BBLR ).
Diagnosa ini ditegakan berdasarkan data dari pengkajian yang juga didukung
dengan teori bahwa defenisi BBLR adalah jika berat bayi tersebut kurang dari
angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi berada dalam
rahim (gestasi). BBLR dapat terjadi dikarenakan usia kehamilan yang kurang
dari usia normal yaitu 37 minggu dan berat bayi pun lebih rendah dari bayi
pada umumnya (Manuaba, 2007 dalam Agustin, Setiawan, & Fauzi, 2018).
2. Pada pemeriksaan Ballard skor didapatkan hasil total skor 25 sehingga bayi
dikategorikan dilahirkan dalam usia kehamilan 34 minggu, hal ini tidak
merubah diagnose BBLR dari bayi tersebut, karena bayi tetap di kategorikan
BBLR dengan prematuritas, hal ini didukung dengan teori dari World Health
Organization (WHO) semua bayi yang telah lahir dengan berat badan saat lahir
kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants atau Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) (Afifah, 2020).
3. Kemudian penulis mengangkat masalah potensial hipotermia dan potensial
infeksi sekunder, hal ini didasaari dari teori dari bahwa komplikasi dari BBLR
adalah regulasi temperature. Bayi prematur mudah mengalami hipotermia
34
karena masih tipisnya cadangan lemak dalam tubuhnya yang dapat membantu
mempertahankan kehangatannya dan juga hipertermia karena akibat dari
perawatan di incubator yang jika tidak diawasi dengan ketat dapat
menyebabkan bayi dehidrasi sehingga mengalami hipertemia. Kemudian bayi
juga memiliki imunologi yang rendah sehingga, defisiensi humoral maupun
respon sel menyebabkan bayi prematur berisko tinggi untuk megalami infeksi
(Rhomawati & Estiwidani, 2017).
4. Penyebab kelahiran BBLR dari faktor ibu diketahui dari usia ibu , karena dari
riwayat kesehatan ibu dan persalinan tidak ditemukan kesenjangan yang jelas.
Penulis menarik penyebab faktor pendukung (predesposisi) dari penyebab
kelahiran BBLR dengan prematuritas ini adalah faktor usia ibu. Diketahui dari
hasil pengkajian ibu dari bayi yang berusia 18 tahun Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian (Kusparlina, 2016), menuliskan bahwa lebih banyak ibu
melahirkan bayi BBLR pada umur yang tidak aman. Hal ini sama dengan hasil
penelitian (Indrasari, 2016), bahwa umur mempunyai pengaruh terhadap
kejadian BBLR yaitu usia ibu beresiko (p = 0,014). (Evasari, 2016), dalam
penelitiannya penuliskan bahwanya adanya hubungan yang bermakna umur ibu
dengan kejadian BBLR
5. Penatalaksanaan perawatan pada By. Ny. S disesuaikan dengan kebutuhan
klien dan dengan berkolaborasi dengan dokter umum dan SpA sehingga
penatalaksanaanya adalah :
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bayi kepada orang tua,hal ini dilakukan
karena merupakan hak klien dan dapat membantu peran aktif dari keluarga
dalam proses pemulihan klien Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan
merupakan hak klien dan keluarga (Varney, 2008).
b. Menjelaskan resiko komplikasi yang dapat timbul pada bayi BBLR dan
rencana perawatannya, termasuk rencana perawatan metode kangguru
Ke dua intervensi diatas ini dilakukan karena merupakan hak klien dan
dapat membantu peran aktif dari keluarga dalam proses pemulihan klien
Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien dan keluarga
(Varney, 2008).
35
c. Tetap menjaga kehangatan bayi
Intervensi ini melanjutkan intervensi yang diberikan dari RS tempat bayi
dilahirkan, dimana sejak lahir sampai dengan dipindahkan di ruang
perinatal, bayi di tempatkan dalam incubator untuk mencegah terjadinya
hipotermia dan untuk di rumah dilakukan perawatan dengan meletakkan
botol hangat di sekitar tempat tidur bayi, karena sesuai dengan teori yang
disampaikan oleh (Rhomawati & Estiwidani, 2017) bahwa suhu tubuh
dipertahankan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal
dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas.
Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah
yang membahayakan hidup bayi baru lahir. Selain itu, hal tersebut terjadi
karena hanya sedikit lemak tubuh sehingga sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi baru lahir belum matang.
d. Menganjurkan untuk memberikan ASI Eksklusif
Intervensi ini dilakukan untuk memastikan asupan nutrisi ke klien adekuat
saehingga tumbuh kembang optimal dan juga mencegah bayi mengalami
hipoglikemia yang dapat memperberat kondisi klien. Ini juga sejalan
dengan pendapat yang disampaikan oleh (Suradi & Yanuarso, 2018)
bahwa kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat yang menjamin tumbuh
kembang optimal.
e. Mengobservasi berat badan bayi tiap 1 minggu sekali
Hal ini dilakukan sebagai salah satu tindakan untuk memantau kecukupan
asupan nutrisi bayi sehingga dapat terhidar dari keadaan hipoglikem, hal
ini sesuai dengan aturan dalam memantau kebutuhan gizi yang
disampaikan oleh (Prawirohardjo, 2007 dalam Aprianty, 2018).
f. Mengajarkan cara personal hygiene bayi
Hal ini merupakan upaya preventif dalam pencegahan infeksi pada bayi
karena sesuai dengan teori yang dikemukakan Hanifa, 2007 dalam
(Aprianty, 2018) pada bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna.
36
6. Mengajarkan teknik perawatan metode kangguru (PMK) yang dapat dilakukan
dan ditingkatkan lama pelaksanaannya dengan dukungan dari suami dan
keluarga lainnya. Perawatan Metode Kangguru juga dilakukan sebagai
alternative pengganti incubator untuk menghangatkan bayi. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Karbasi et al (2013)
Secara keseluruhan pelaksanaan asuhan kebidanan pada By. Ny. S dengan
Bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan dengan BBLR sudah sesuai dengan teori
dengan beberapa modifikasi pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi bayi dan
kedaan ekonomi keluarga.
37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada By. Ny. S dengan Asuhan Neonatus dilakukan
dengan teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari
pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan
yang menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.
2. Diagnosa By. Ny. S dengan Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan
NKB, KMK, dengan BBLR ditegakkan berdasarkan data subyektif dari
HPHT ibu bahwa usia kehamilan saat klien dilahirkan adalah 36 minggu 0
hari dan data obyektif bahwa berat badan bayi saat dilahirkan adalah 1.755
gram.
3. Pada By. Ny.S masalah yang muncul yaitu tidak ada, kemudian potensial
masalah yang muncul adalah potensial hipotermia dan potensial infeksi
sekunder.
4. Pada By. Ny.S tidak diperlukan tindakan segera.
5. Rencana tindakan yang telah disusun pada By. Ny. S bertujuan agar klien
mendapatkan penanganan sesuai kebutuhan klien saat ini.
.
38
B. Saran
1. Bagi Penulis
39
pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan
keterampilan bidan.
4. Bagi Klien
Menganjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke
dokter SpOG untuk mendapatkan penanganan menyeluruh.
40
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, I. (2020). Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di RS Muhammadiyah Surabaya. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Agustin, S., Setiawan, B. D., & Fauzi, M. A. (2018). Klasifikasi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Dengan Metode Learning Vector
Quantization (LVQ). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Komputer E-ISSN, 2548(3), 964X.
Arora, S., Yadav, P., Bajaj, H., Thakur, A. S., Mittal, M., Gupta, M. R., … Arora,
R. (2019). Improving clinical outcomes of very low birth weight infants:
Implementation of standardized management guidelines in tertiary care
hospital in Haryana. International Journal of Pediatrics and Adolescent
Medicine, 7(4), 174–180. https://doi.org/10.1016/j.ijpam.2019.08.002
Hanum, H., & Wibowo, A. (2016). Pengaruh paparan asap rokok lingkungan pada
ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah. Jurnal Majority, 5(5),
22–26.
Hasriyani, H., Hadisaputro, S., Budhi, K., Setiawati, M., & Setyawan, H. (2018).
Berbagai Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)(Studi di
Beberapa Puskesmas Kota Makassar). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas, 3(2), 91–101.
Khan, O., Garcia-Sosa, R., Hageman, J., Msall, M., & Kelley, K. (2014). Core
Concepts: Neonatal Neurological Examination. NeoReviews, 15, e316–e324.
https://doi.org/10.1542/neo.15-8-e316
41
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Bersalin dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Jurnal Kesehatan, 8(2), 310–314.
Lengkong, G. T., Posangi, J., Studi, P., Kesehatan, I., Pascasarjana, P., Sam, U.,
… Ratulangi, S. (2020). 41 faktor – faktor yang berhubungan dengan
kematian bayi di indonesia. 9(4), 41–47.
42