Teori Lokasi Perdagangan
Teori Lokasi Perdagangan
Teori Lokasi Perdagangan
A. Teori Lokasi
Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi
kegiatan-kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara yang
konsisten dan logis. Lokasi dalam ruang dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Lokasi absolut.
Lokasi absolut adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut koordinat garis
lintang dan garis bujur (letak astronomis). Lokasi absolut suatu tempat dapat diamati pada
peta.
2. Lokasi relatif.
Lokasi relatif adalah lokasi suatu tempat yang bersangkutan terhadap kondisi wilayah-
wiayah lain yang ada di sekitarnya. Ada beberapa teori lokasi antara lain :
a. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) dari Walter Christaller.
b. Teori Lokasi Industri (Theory of Industrial Location) dari Alfred Weber.
c. Teori Susut dan Ongkos Transpor (Theory of Weight Loss and Transport Cost).
d. Model Gravitasi dan Teori Interaksi (the Interaction Theory) dari Issac Newton.
Teori lokasi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang
langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain
(activity). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti:
bahan baku lokal (local input); permintaan lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan
(transferred input); dan permintaan luar (outside demand). (Hoover dan Giarratani, 2007).
Teori Klasik
Menurut Reksohadiprojo-Karseno (1985) Teori sewa dan lokasi tanah, pada dasarnya merupakan bagian
dari teori mikro tentang alokasi dan penentuan harga-harga faktor produksi. Seperti halnya upah yang
merupakan “harga” bagi jasa tenaga kerja, maka sewa tanah adalah harga atas jasa sewa tanah.
David Ricardo, berpendapat bahwa penduduk akan tumbuh sedemikian rupa sehingga
tanah-tanah yang tidak subur akan digunakan dalam proses produksi, dimana sudah tidak
bermanfaat lagi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang berada pada batas minimum
kehidupan. Sehingga, sewa tanah akan sama dengan penerimaan dikurangi harga faktor
produksi bukan tanah di dalam persaingan sempurna dan akan proporsional dengan selisih
kesuburan tanah tersebut atas tanah yang paling rendah tingkat kesuburannya.
Berkenaan dengan kota, biasanya tingginya nilai tanah bukanlah tingkat kesuburan tanah
tersebut, tetapi lebih sering dikaitkan dengan jarak atau letak tanah (Reksohadiprojo-Karseno,
1985:25).
VonThunen, tanah yang letaknya paling jauh dari kota memiliki sewa sebesar 0 dan sewa
tanah itu meningkat secara linear kearah pusat kota, dimana proporsional dengan biaya
angkutan per ton/km. Semua tanah yang memiliki jarak yang sama terhadap kota memiliki
harga sewa yang sama (Reksohadiprojo-Karseno, 1985:25).
Ketiga faktor di atas oleh Weber diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Weber
juga masih mengajukan beberapa asumsi lagi yaitu :
a. Hanya tersedia satu jenis alat transportasi.
b. Lokasi pabrik hanya ada di satu tempat.
c. Jika ada beberapa macam bahan mentah maka sumbernya juga berasal dari beberapa tempat.
Biaya transportasi menurut Weber tergantung dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan
jarak yang harus ditempuh untuk mengangkutnya.
b. Threshold
Adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang
kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam
penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang (spatial population distribution).
Dari komponen range dan threshold maka lahir prinsip optimalisasi pasar
(market optimizing principle). Prinsip ini antara lain menyebutkan bahwa dengan memenuhi
asumsi di atas, dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place).
Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barng dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Apabila
sebuah pusat dalam range dan threshold yang membentuk lingkaran, bertemu dengan pusat
yang lain yang juga memiliki range dan threshold tertentu, maka akan terjadi daerah yang
bertampalan. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah yang bertampalan akan memiliki
kesempatan yang relatif sama untuk pergi kedua pusat pasar itu. Keterbatasan sistem tempat
pusat dari Christaller ini meliputi beberapa kendala, antara lain:
a. Jumlah penduduk.
b. Pola aksesibilitas.
c. Distribusi.
Perubahan penduduk yang besar akan menjadikan pola tidak menentu terhadap pola segi
enam yang seyogyanya terjadi. Keterbatasan aksesibilitas transportasi ke suatu wilayah akan
menjadi kebiasan pola segi enam, terutama bila terdapat keterbatasan fisik wilayah. Dalam
kenyataannya, konsumen atau masyarakat tidak selalu rasional dalam memilih barang atau
komoditi yang diinginkan. Berikut di bawah ini gambar sistem segi enam Christaller.
Teori Ekonomi adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang harus
dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era
sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan
membedakan diantaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural
terkait dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya
oleh tujuan yang dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan
kekayaan yang secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan un-natural tak
berbatas karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir
yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah
perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak bermoral.
Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad Pertengahan.
Pemikiran dari para ahli filsafat telah mempengaruhi pemikiran para ekonom
sesudahnya. Teori ekonomi telah dibangun selama berabad-abad dan terus disempurnakan
hingga saat ini. Para ahli filsafat telah mengupas dasar-dasar pemikiran ekonomi yang kelak
akan dianut, diuji dan diperbaharui oleh para ilmuwan di masa selanjutnya. Ilmu ekonomi
sendiri bukan dimulai oleh Adam Smith (1723-1790) yang dikenal sebagai bapak ilmu
ekonomi, akan tetapi ilmu ekonomi telah dirintis jauh sebelumnya.
Pemikiran teori ilmu ekonomi telah dirintis oleh para ahli filsafat, dimulai dari ahli
filsafat Yunani. Adam Smith (1723-1790) sendiri sebenarnya adalah seorang ilmuwan di
bidang filsafat. Sebenarnya ilmu ekonomi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan ilmu
filsafat. Jadi ilmu ekonomi merupakan perkembangan dari ilmu filsafat. Oleh karenanya
sangat perlu mempelajari pemikiran dari para ahli filsafat untuk menambah khazanah
pengetahuan.
Xenophon (440-355 B.C.) dan Plato (427-347 B.C) berkontribusi pada awal pemikiran
teori ekonomi mengenai untung ruginya pembagian pekerjaan. Dalam karya Plato (427-347
B.C) berjudul Republic mendukung negara-kota ideal yang dikuasai oleh kumpulan raja yang
bijaksana. Pemikiran dari para ahli filsafat inilah yang memulai pemikiran awal mengenai
ekonomi, di dalam uraian Plato (427-347 B.C) dikemukakan bahwa dengan adanya
pembagian kerja maka dapat memberikan kesempatan kepada manusia untuk memilih
pekerjaan yang sesuai dengan pembawaanya.
Seperti disiplin ilmu lainnya, ekonomi tidak berkembang dalam ruang hampa. Gagasan
ilmu ekonomi dikembangkan oleh mereka yang menanggapi masalah dan isu-isu penting
pada masanya. Pemahaman terhadap sejarah sangat diperlukan untuk memahami fungsi ilmu
ekonomi dan bagaimana para ahli ekonomi di masa lampau merespons isu-isu pada
zamannya.
Pemikiran dari para ahli filsafat inilah yang memulai pemikiran awal mengenai ekonomi,
di dalam uraian Plato (427-347 B.C) dikemukakan bahwa dengan adanya pembagian kerja
maka dapat memberikan kesempatan kepada manusia untuk memilih pekerjaan yang sesuai
dengan pembawaanya.
EKONOMI REGIONAL : 2. TEORI LOKASI DAN
ANALISIS SPASIAL
1. Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan Ekonomi
Formulasi teori lokasi dan analisa spasial dilakukan dengan memeperhatikan faktor-
faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi kegiatan ekonomi, baik pertanian,
industri dan jasa. Disamping itu, pada umumnya faktor yang dijadikan dasar
perumusan teori adalah yang dapat diukur agar menjadi lebih kongkrit dan
operasional. Secara garis besar terdapat 6 faktor utama yang mempengaruhi
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi yang masing-masing diuraikan berikut ini.
1. Ongkos Angkut
Ongkos angkut merupakan faktor atau variabel utama yang sangat penting dalam
pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi. Alasannya adalah karena ongkos
angkut tersebut merupakan bagian yang cukup penting dalam kalkulasi biaya
produksi. Hal ini terutama sangat dirasakan pada kegiatan industri pertanian
maupun pertambangan yang umumnya, baik bahan baku dan hasil produksinya
kebanyakan merupakan barang yang cukup berat sehingga pengangkutannya
memerlukan biaya yang cukup besar.
3. Keuntungan Aglomerasi
Faktor ketiga yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiattan ekonomi adalah besar
kecilnya keuntungan aglomerasi yang dapat diperoleh pada lokasi tertentu.
Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling terkait satu sama
lainnya terkonsentrasi pada suatu tempat tertentu. Keterkaitan ini dapat berbentuk
kaitan dengan bahan baku dan kaitan dengan pasar (Forward Linckages). Bila
keuntungan tersebut cukup besar, maka pengusaha akan cenderung memilih lokasi
kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan kegiatan lainnya yang saling terkait.
Pemilihan lokasi akan cenderung tersebar bila keuntungan aglomerasi tersebut
nilainya relatif kecil.
4. Konsentrasi Permintaan
Faktor keempat yang ikut pemilihan lokasi kegiatan ekonomi adalah konsentrasi
permintaan antar wilayah (Spatial Demand). Dalam hal ini pemilihan lokasi akan
cenderung menuju tempat dimana terdapat konsentrasi permintaan yang cukup
besar. Bila suatu perusahaan berlokasi pada wilayah dimana terdapat konsentrasi
permintaan yang cukup besar, maka jumlah penjualan diharapkan akan dapat
meningkat. Disamping itu, biaya pemasaran yang harus dikeluarkan perusahaan
menjadi lebih kecil karena pasar telah ada pada lokasi dimana perusahaan berada.
Keadaan ini selanjutnya akan dapat pula meningkatkan volume penjualan yang
selanjutnya akan dapat pula memperbesar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh
oleh perusahaan bersangkutan.
Konsentrasi permintaan antar wilayah merupakan hal yang wajar terjadi. Untuk
barang konsumsi, keadaan ini terutama terjadi karena konsentrasi penduduk pada
wilayah-wilayah tertentu misalnya didaerah perkotaan, daerah pertambangan,
pertanian, didekat pelabuhan dan lainnya. Sedangkan untuk barang setengah jadi,
konsentrasi prmintaan antar wilayah ini menjadi karena adanya konsentrasi industri
yang menggunakan barang setengah jadi tersebut. Pada negara sedang berkembang,
dimana fasilitas angkuttasi belum menyebar luas keseluruh pelosok daerah, maka
konsentrasi permintaan antar wilayah ini akan cenderung lebih tinggi.
Disamping itu, khusus untuk daerah perkotaan, harga tanah bervariasi menurut
jarak ke pusat kota. Bila sebidang tanah beralokasi dekat dengan pusat kota, maka
harga per meter perseginya akan sangat mahal. Sebaliknya harga tanah tersebut
akan jauh lebih murah bila tanah tersebut terletak jauh dipinggir kota. Karena itu,
faktor harga tanah ini juga merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi
penggunaan tanah (land-use) untuk kegiatan ekonomi dan perumahan di daerah
perkotaan.
a) Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (berkaitan
dengan ketrampilan).
b) Sumber daya atau bahan mentah yang terdapat di tempat tertentu saja.
d) Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut dan
dipindahkan.
Menurut Hasvia (2000) dasar-dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Weber lokasi
yang optimal bagi kegiatan industri adalah tempat dimana biaya yang minimal (least
cost location) tersebut digunakan dalam kondisi sebagai berikut :
a) Adanya keseragaman keadaan topografi
d) Biaya transportasi
Adapun syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri
antara lain :
Pd tempat pembeli
Ta dan tb ongkos angkut dan da db adalah jarak sehingga obtimal masing masing
perusahaan adalah tahap Vdan harga pabrik dan ongkos angkut adalah samamaka
luas pasar dikuasai oleh kedua wilayah.
c) Adanya upah buruh yang seragam di tiap-tiap wilayah tetapi ada juga perbedaan
upah karena persaingan antar penduduk.
d) Biaya transportasi yang berasal dari bobot bahan baku yang diangkut atau
dipindahkan serta jarak sumber bahan baku dengan lokasi pabrik.
Teori ini muncul karena semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, untuk
mendapatkan harga lahan yang murah maka penduduk bergerak kearah pinggiran
kota. Dengan kata lain seamakin jauh lokasinya dari pusat kota, semakin menurun
permintaan akan tanah. Dan apabila tanah banyak, maka sewa yang ditawarkan
orang untuk membayar tanah per meter bujur sangkarnya menurun mengikuti
jaraknya dari pusat kota. Dengan demikian tanah dipinggiran luar kota,
persaingannya berkurang dan harga yang ditawarkan untuk tanah perumahan lebih
tinggi harganya dibandingkan tanah tersebut ditawarkan untuk pendirian toko,
karena tanah dipinggiran kota lebih banyak diperuntukan bagi perumahan.
Berry dan Harton dalam Nasucha (1995) menjelaskan hubungan antara harga tanah
dengan pencapaian atau aksesibilitas yang diukur dengan jarak dari pusat kota.
Pencapaian atau akses akan semakin menurun secara bertahap kesemua arah dari
pusat kota, sehingga harga tanah akan semakin berkurang seiring dengan makin
jauhnya lokasi tersebut terhadap pusat kota. Tanah yang berada di sepanjang jalan
utama harga sewanya akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga sewa tanah yang
tidakberada di jalanutama.
Goodall (1972) menyebutkan bahwa beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh
suatu keluarga dalam memilih sebuah rumah yaitu :
b) lokasi perumahan
e) nilai prestisius
f) harga rumah
g) pendapatan keluarga
g) penggunaan lahan,
1) Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan gali dan urug,
pembongkaran tonggak kayu, dan sebagainya.
5) Mudah mendapat air bersih, listrik, pembuangan air limbah/ kotoran/ hujan
2) Tidak merusak lingkungan yang telah ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya
c) Aspek Kesehatan
1) Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik yang dapat mendatangkan polusi
3) Lokasi sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik,
sekolah, puskesmas dan lainnya untuk kepentingan keluarga
3) Mudah menjualnya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan mendapat
keuntungan yang wajar.
a) Arah perkembangan kota, dengan faktor penentu adalah keadaan fisik kota
(seperti adanya sungai, topografi tanak dsb)
Tersedianya lahan yang belum terbangun, semakin mahal harga tanah maka biaya
unit satuan perumahan akan semakin tinggi.
d) Aksesibilitas
Tersedianya pola jaringan jalan, jariingan listrik, jaringan telepon, jaringan drainase
serta jaringan air bersih.
Location rent nilainya berkurang dengan makin jauh-nya jarak kegiatan ekonomi dr
pasar atau core. Biaya transportasi mening-kat dg makin jauhnya jarak kegiatan
ekono-mi dari pasar/core (G 8). Jarak bisa diukur dengan cara fisik (satuan jarak)
atau waktu tempuh dan biaya transportasi