Pemberian Grit Pada Ayam Buras Memperpanjang Saluran Pencernaan, Menambah Bobot Ampela, Dan Bobot Tulang Karkas
Pemberian Grit Pada Ayam Buras Memperpanjang Saluran Pencernaan, Menambah Bobot Ampela, Dan Bobot Tulang Karkas
Pemberian Grit Pada Ayam Buras Memperpanjang Saluran Pencernaan, Menambah Bobot Ampela, Dan Bobot Tulang Karkas
1 : 132-138
ISSN : 1411 - 8327
ABSTRAK
Ayam buras umumnya dipelihara secara ekstensif dan dibiarkan mencari pakan sendiri serta
mengkonsumsi berbagai jenis pakan seperti beras, jagung, serangga, termasuk grit. Grit adalah bahan
pakan berbentuk kasar yang membantu menggiling pakan dalam ampela dan bermanfaat sebagai sumber
mineral bagi ternak ayam. Pada pemeliharaan intensif, ayam buras diberi pakan lengkap tanpa grit
karena itu perlu dilakukan penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji respons perkembangan
organ pencernaan dan tulang karkas ayam buras yang dipelihara secara intensif terhadap grit. Penelitian
ini dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas empat perlakuan dan empat ulangan
terhadap 80 ekor ayam, tiap ulangan terdapat lima ekor ayam. Perlakuan yang diberikan ialah R0 =
ransum tanpa grit, R1 = R0 + grit 0,25% bobot badan / bb, R2 = R0 + grit 0,50% bb, dan R3 = R0 + grit 0,75%
bb. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian grit pada ayam buras hingga level 0,75% bb
memberikan peningkatan terhadap konsumsi grit, panjang saluran pencernaan, bobot ampela dan bobot
tulang karkas. Simpulan yang dapat ditarik bahwa pemberian grit pada ayam buras dapat memperpanjang
saluran pencernaan, menambah bobot ampela, dan tulang karkas.
ABSTRACT
Commonly, native chicken is raised in an extensive management system. The chickens were free to
scavenge in the backyard, and eat a wide variety of feeds including, rice, corn, insects, or even grit. Grit is an
abrasive material that can help to grind feedstuffs and use as a source of mineral for chicken. In an
intensive farming system, native chickens are given full feeding program throughout the production period,
without grit. The objective of this research was to study the development of gastrointestinal tract and
carcass bone of native chickens supplemented to grit. Eighty chickens were used in the study using
randomized block design. The four treatments were: R0 = basal feeds without grit ; R1 = R0 + grit 0,25% of
body weight ; R2 = R0 + grit 0,50% of body weight ; R3 = R0 + grit 0,75% of body weight. The results showed
that administration of grit up to the level of 0.75% body weight significantly increased grit consumption,
digestive tract length, gizzard weight and carcass bone weight of native chicken.
132
Cytske Sabuna et al Jurnal Veteriner
133
Jurnal Veteriner Maret 2015 Vol. 16 No. 1 : 132-138
Linier Sederhana. Data dianalisis dengan sidik yang ukuran partikelnya kasar disukai oleh
ragam, untuk kriteria perbedaan nilai rataan ternak ayam termasuk grit. Meningkatnya
antara perlakuan digunakan Uji Jarak konsumsi grit sebagai akibat dari grit adalah
Berganda Duncan. pakan yang berbentuk partikel kasar (butiran).
Konsumsi grit terbaik diperoleh pada level
grit 0,75% dari BB dibanding dengan level grit
HASIL DAN PEMBAHASAN 0,50%, 0,25%, dan 0% dari BB. Tingginya
konsumsi grit disebabkan karena grit berbentuk
Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi butiran dan disukai ternak ayam. Carre et al.,
grit, panjang saluran pencernaan, bobot (2005) menyatakan grit juga mengalami
ampela dan bobot tulang karkas disajikan pada pencernaan dengan bantuan enzim pencernaan
Tabel 1. dengan sedikit mengurangi luasnya permukaan
Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa karena grit adalah bahan pakan yang keras.
pemberian grit sampai level 0,75% dari bobot Pakan yang keras atau kasar dapat
badan (BB) ayam sangat memberikan respons meningkatkan kapasitas ampela, Gomella et al.,
pada konsumsi grit. Ini dikarenakan grit (2007) menambahkan banyaknya konsumsi
berbentuk butiran sehingga ternak ayam ransum berupa sisa pakan, insekta, daun-
menyukai pakan grit. Pakan yang berbentuk daunan juga grit pada ternak ayam ditentukan
butiran dapat meningkatkan selera makan oleh kapasitas ampela.
ternak ayam. Pakan yang berbentuk bubuk Pada Gambar 1 disajikan bahwa semakin
(mash) atau ukuran partikelnya halus tidak tinggi level grit maka semakin tinggi konsumsi
disukai oleh ternak ayam sebaliknya pakan grit, ini menunjukan adanya hubungan linier
Tabel 1. Rataan konsumsi grit, panjang saluran pencernaan, bobot ampela dan bobot tulang
karkas ayam buras percobaan
Level Grit
Parameter yang
Diukur
0% 25% 50% 75%
Konsumsi grit (g/e/h) 0,00 ±0,00 0,30 h ±0,85 0,40 i ±0,80 0,47 j±0,87
Panjang saluran 97,65h i±0,64 97,68 i ±0,77 101,94 d ±0,75 116,04 c ±0,41
pencernaan (cm/e)
Bobot ampela (g/e) 9,38 c i±0,95 10,12 i ±0,86 10,70 h i±0,76 12,02 h ±0,58
Bobot tulang karkas (g/e) 76,25 i h ±1,83 93,15 h c±1,67 105,18 c ±1,64 135,70 d ±1,22
Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda Nyata (P<0,05)
g/e/h : gram/ekor/hari; cm/e : centimeter/ekor; g/e : gram/ekor
antara level grit dengan konsumsi grit. dan 0% BB. Hal ini disebabkan karena grit
Berdasarkan bentuk fungsi linier maka adalah batu-batuan kecil yang tidak saja
pengaruh perlakuan grit terhadap konsumsi grit membantu dalam proses pencernaan tetapi juga
mengikuti pola linier dengan persamaan Y = dapat memberikan perubahan bentuk fisik pada
0,604 X + 0,066. Persamaan tersebut saluran pencernaan. Menurut Bennett et al.,
menjelaskan bahwa setiap peningkatan satu (2002) ransum yang diberikan bersama grit dapat
satuan level grit yang diberikan maka konsumsi menimbulkan perubahan terhadap saluran
grit meningkat 0,6 g. Setiap peningkatan level pencernaan yakni lebih berat dan panjang.
grit sebesar 0,25% dari BB maka rataan Dari hasil analisis regresi linier
konsumsi grit meningkat sebesar 0,06 g. diperlihatkan bahwa dengan meningkatnya level
Konsumsi grit meningkat karena grit berbentuk grit pada ayam buras percobaan, membuat
butiran sehingga menyebabkan meningkatnya saluran pencernaan bertambah panjang. Hal ini
bobot ampela. Lopez-Calleja et al., (2000) menunjukan adanya hubungan linier antara
menjelaskan bahwa konsumsi grit berpengaruh level grit dengan panjang saluran pencernaan
serta berkorelasi dengan perubahan morfologi mengikuti persamaan Y = 99,41 + 23,78X
dari saluran pencernaan. (Gambar 2). Persamaan ini menjelaskan bahwa
Penambahan grit sampai level 0,75% dari setiap peningkatan satu satuan level grit yang
BB ayam sangat memberikan respons pada diberikan maka panjang saluran pencernaan
panjang saluran pencernaan (Tabel 1). Kulit bertambah sebesar 23,78 cm. Jika adanya
kerang dan batu kapur adalah bahan grit yang peningkatan level grit sebesar 0,25% dari BB
dapat dicerna sedangkan batu kerikil tidak dapat maka rataan panjang saluran pencernaan
dicerna. Saat grit yang tidak diserap melewati bertambah sebesar 0,06 cm. Hasil penelitian ini
usus (usus besar dan halus) grit bergesekan sejalan dengan pendapat Waugh et a.l, (2007)
dengan vili-vili usus sehingga membuat vili-vili bahwa bahwa pemberian grit pada burung unta
usus mengembang dan membuat ukurannya membuat saluran pencernaan yakni usus halus,
bertambah, yakni bobot dan panjang usus usus besar, dan sekum bertambah panjang.
tersebut. Bennet et al., (2002) mengemukakan Perlakuan grit memberi respons terhadap
bahwa ukuran usus bertambah jika diberikan bobot ampela (Tabel 1). Grit berfungsi membantu
grit dibanding tidak diberikan grit. Ukuran mencerna pakan dan dapat juga menimbulkan
panjang berbagai bagian saluran pencernaan perubahan pada bobot ampela. Vaiz et al., (2007)
unggas bukan besaran yang statis. Perubahan menyatakan bahwa dengan pemberian grit
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh jenis berbahan granit pada ayam broiler umur 7-21
ransum yang dikonsumsi dengan diikuti oleh hari dapat meningkatkan bobot ampela secara
perubahan jumlah vili-vili usus. Menurut nyata. Waugh et al., (2007) menambahkan
Waugh et al., (2007) bahwa burung unta yang bahwa pemberian grit pada burung unta dapat
tidak diberikan grit, panjang usus halus, usus
besar, dan sekum masing-masing sebesar 611,14
cm ; 938,57 cm dan 70,42 cm sedangkan burung
unta yang diberikan grit, panjang usus halus,
usus besar, dan sekum masing-masing sebesar
704,14 cm ; 941,17 cm, dan 82,28 cm. Ini
menunjukan bahwa ada kecenderungan usus
halus, usus besar, dan sekum bertambah
panjang pada burung unta yang diberi
perlakuan grit. Selanjutnya pemberian grit dapat
memberikann dampak yang positif bagi organ
pencernaan dan organ dalam lainnya. Anyanwu
et al., (2008) menambahkan bahwa pemberian
produk sisa seperti jagung-grit dan gandum
Gambar 2. Hubungan antara Level Grit
kering sebagai pengganti jagung berpengaruh
dengan Panjang Saluran
nyata terhadap organ pencernaan dan organ
Pencernaan
dalam lainnya yakni jantung, ginjal dan hati.
Keterangan : Y = hubungan level grit dan panjang
Perlakuan grit pada level 0,75% BB ternak, saluran pencernaan X = level grit
menghasilkan saluran pencernaan terpanjang R = hubungan linear dan berkorelasi
bila dibanding dengan level grit 0,50%, 0,25%, positif
135
Jurnal Veteriner Maret 2015 Vol. 16 No. 1 : 132-138
memberikan respons pada perkembangan pendapat Atencio et al., (2010) bahwa ayam
ampela yakni adanya ketebalan otot yang relatif broiler yang mendapatkan makanan yang
meningkat dibanding dengan burung unta yang kasar, dan serutan kayu dan pasir sebagai alas
tidak diberikan grit. Ketebalan otot ampela pada kandang (litter) membuat ukuran ampela
burung unta yang diberi grit dapat mencapai meningkat secara signifikan.
6,27 cm sedangkan ketebalan otot ampela yang Peningkatan level grit pada pakan ayam
tidak diberi grit mencapai 4,88 cm. Respons ini buras percobaan maka dapat meningkatkan
mungkin berkaitan dengan meningkatnya pula bobot ampela. Ini memperlihatkan adanya
stimulus dari otot untuk menyediakan kekuatan hubungan linier antara level grit dengan bobot
dalam proses mencerna makanan dalam ampela yang ditunjukkan dengan persamaan Y
ampela. = 9,28 + 3,39X (Gambar 3). Persamaan tersebut
Penggunaan grit sampai pada level 0,50% menjelaskan bahwa setiap peningkatan satu
BB, sudah memberikan peningkatan bobot satuan level grit yang diberikan pada ayam
ampela yang optimal. Hal ini senada dengan buras percobaan membuat bobot ampela
bertambah sebesar 3,39 g. Jika ada peningkatan
level grit sebesar 0,25% dari BB maka akan
akan meningkat pula rataan bobot ampela
sebesar 0,01 g. Hal senada dikemukakan oleh
Vaiz et al., (2007) bahwa dengan adanya
penambahan grit sebesar 3,41 g/e/h pada ayam
broiler, akan meningkatkan bobot ampela
sebesar 1,30 g.
Pada Tabel 1, disajikan adanya perbedaan
antara nilai rataan bobot tulang karkas akibat
perlakuan grit. Perlakuan grit berpengaruh
sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot tulang
karkas. Hal ini disebabkan karena kalsium dan
fosfor banyak tersedia dan membantu dalam
Gambar 3. Hubungan antara Level Grit proses metabolisme atau adanya pemanfaatan
dengan Bobot Ampela kalsium dan fosfor untuk pembentukan tulang.
Meningkatnya level grit diikuti dengan
Keterangan : Y = hubungan level grit dengan meningkatnya bobot tulang karkas, hal ini
bobo ampela X = level grit diduga karena tersedianya kandungan mineral
R = hubungan linear dan kalsium dan fosfor dalam grit dan adanya
berkorelasi positif keseimbangan antara kalsium dan posfor
sehingga menyebabkan pertumbuhan tulang
meningkat. Khalil (2010) menyatakan bahwa
kebutuhan kalsium dan fosfor tergantung pada
tiga faktor yakni ketersediaan zat mineral
kalsium dan posfor, perbandingan yang sesuai
mineral kalsium dan posfor, dan adanya
vitamin-D. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
perbandingan fosfor terhadap kalsium adalah
vital, terutama pada ternak unggas yang masih
muda.
Penggantian partikel gamping sebagai grit
pada pakan ayam broiler dapat memberikan
dampak yang positif pada performans dan tulang
tibia ayam broler. Koreleski dan Swiatkiewicz
Gambar 4. Hubungan Antara Level Grit (2003) melaporkan bahwa penggantian partikel
dengan Bobot Tulang Karkas gamping sebagai grit dapat meningkatkan
Keterangan :Y = hubungan level grit dengan kualitas tulang tibia pada ayam broiler umur
bobot tulang karkas X = level grit 43 hari secara signifikan.
R = hubungan linear dan Penggunaan level grit sampai pada level
berkorelasi positif 0,75% dari BB memberikan peningkatan bobot
136
Cytske Sabuna et al Jurnal Veteriner
Penggunaan grit hingga level 0,75% dari Bennett CD, Classen K L, Schwean K, Riddell
BB ayam buras pada fase pertumbuhan, C. 2002. Influence of whole barley and
meningkatkan perkembangan saluran grit on live performance and health of
pencernaan dan bobot tulang karkas. turkey. Poult Sci 81 : 1850–1855
137
Jurnal Veteriner Maret 2015 Vol. 16 No. 1 : 132-138
Khalil. 2005. Respon ayam kampong terhadap Vaiz GA, Gurany E, Nuh O. 2006. Voluntary
penambahan kalsium asal siput (Lymnae intake of insoluble granit grit offered
Sp) dan kerang (Corbiculla molktiana) in free choice by broilers : Its effect on
pada kondisi ransum miskin fosfor. their digestive tract traits and
Media Peternakan 29 : 169–175 performance. J of Anim Sci 19(4) : 549-
553
Koreleski J, Swiatkiewicz S. 2003. National
Institute of Animal Production, Waugh EE, Dzoma BM, Seabo D, Aganga AA,
Department of nimal Nutrition and Feed Tsopito ACM, Omphile UJ, Sebolai B,
Sciences, Ul. Krakowska 1, 32-083 Balice, Malela L. 2007. Gross adaptive
Poland. morphologis changes occurring in the
gastrointestinal tract components of
Lopez-Calleja MV, Soto-Gamboa M, Rezende ostriches fed ration including grit in
EL. 2000. The role of gastrolites of feeding Botswana, Int J Poult Sci 6(4) : 271-275.
behavior and digestive eficiency in the
rufons. Colland Sparrow. J The Cooper
Ornithological Society 102 : 465–469
138