Kisah Nabi Syu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Kisah Nabi Syu’aib AS

Nabi Syu’aib berasal dari Madyan. Nabi Syu’aib diutus untuk berdakwah kepada kaum
Madyan dan penduduk Aikah di wilayah Tabuk. Mereka terdiri dari orang-orang kafir. Mereka
menyembah “Aikah”, yaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon belukar dan
tanam-tanaman. Nabi Syu’aib wafat di Mekah Al Mukarramah.

Kaum Madyan hidup dalam kemakmuran. Tanahnya subur. Gandum dan buah-buahan
menjadi sumber penghidupan mereka. Akan tetapi, mereka sering melakukan tindak kejahatan.
Mereka tidak segan menindas orang-orang miskin. Mereka melakukan praktik penipuan dalam
jual beli. Mereka mengurangi takaran timbangan. Mereka Juga berbuat licik untuk mendapatkan
keuntungan yang besar. Hal itu terjadi karena mereka tidak memiliki pegangan hidup. Mereka
meninggalkan agama tauhid peninggalan Nabi Ibrahim.

Allah mengutus Nabi Syu’aib sebagai nabi. Tugasnya adalah berdakwah untuk mengajak
kaumnya kembali kepada ajaran Allah dan meninggalkan perbuatan buruk mereka. Nabi Syu’aib
segera menyeru kepada mereka, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain Allah. Sesungguhnya, telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.
Sempurnakanlah takaran dan timbangan. Janganlah kamu mengurangi barang-barang takaran dan
timbangannya. Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman.”
Kemudian, Nabi Syu’aib kembali berseru, “Janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan
dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah. Janganlah
kalian menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Ingatlah, dahulunya kamu berjumlah
sedikit. Lalu, Allah memperbanyak jumlah kamu. Perhatikanlah, bagaimana kondisi sesudah
orang-orang berbuat kerusakan.”. Seruan Nabi Syu’aib ternyata membuat kaumnya rnarah.
Pemuka-pemuka dari kaum mereka yang sombong berkata, “Sesungguhnya, kami akan mengusir
kamu, hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami atau kamu kembali
kepada agama kami.”

Nabi Syu’aib pun berkata, “Bagaimana mungkin kami keluar dari kebenaran yang
ditunjukkan oleh Allah? Jika kami melakukan hal tersebut, kami termasuk orang yang ada dalam
kebohongan yang besar. Kami tidak bisa kembali kepada ajaran sebelumnya kecuali jika Allah
menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami
bertawakal.”

Syu’aib berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan
adil dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” Jawaban Syu’aib tentu saja
membuat para pemuka kaum Madyan yang kafir kesal. Mereka berkata, “Sesungguhnya, jika
kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

Nabi Syu’aib berseru dan memberi peringatan kepada kaumnya, “Hai kaumku, janganlah
pertentangan antara aku dan kalian menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab
seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth tidak jauh
dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada- Nya.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.” Ternyata, seruan dan peringatan
Syu’aib malah ditanggapi dengan ejekan dan hinaan. Mereka melontarkan ancaman kepada
Syu’aib. Mereka berkata, “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu
katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah diantara
kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah merajam kamu, sedang kamu pun
bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.”

Nabi Syu’aib menjawab dengan lantang, “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih
terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang
terbuang di belakangmu? Sesungguhnya Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. Hai
kaumku, lakukanlah apa yang kalian mampu. Sesungguhnya, aku pun akan melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang aku yakini. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab
yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Tunggulah azab, sesungguhnya aku pun
menunggu bersama kamu.”

Peringatan Nabi Syu’aib ternyata tidak juga memengaruhi hati mereka. Mereka tetap
mempertahankan tradisi, adat istiadat, dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang
mereka. Di samping itu, jika sudah merasa tidak berdaya menghadapi penjelasan Nabi Syu’aib,
mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong, seolah-olah Nabi Syu’aib adalah tukang
sihir dan ahli sulap yang ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu’aib. Mendengar
tantangan kaumnya, Nabi Syu’aib berdoa kepada Allah agar menurunkan azabnya kepada kaum
Madyan. Allah berkenan menerima permohonan dan doa Syu’aib. Allah memerintahkan Nabi
Syu’aib dan pengikutnya yang beriman agar meninggalkan Madyan. Sementara itu, orang kafir
mengira bahwa Nabi Syu’aib pergi karena rasa malu sehingga meninggalkan Madyan.

Kemudian, Allah menurunkan hawa udara yang sangat panas di atas kaum Madyan.
Panasnya matahari saat itu mampu membakar kulit. Mereka juga merasakan dahaga karena
keringnya kerongkongan. Kaum Madyan menjadi panik. Mereka berlari-lari mencari
perlindungan ke sana kemari. Tiba-tiba, terlihat di atas kepala m`ereka gumpalan awan hitam
yang tebal. Lalu, mereka berlari ingin berteduh di bawahnya. Setelah mereka berada di bawah
awan hitam itu, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api diiringi suara petir dan gemuruh
ledakan dahsyat. Gempa pun menghantam mereka. Mayat-mayat mereka bergelimpangan.
Hancurlah kaum Madyan.

Nabi Syu’aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya. la berkata kepada para
pengikutnya yang telah beriman, “Aku telah sampaikan kepada mereka risalah Allah, menasihati
dan mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan sesat, serta telah aku peringatkan mereka
akan datangnya siksaan Allah jika mereka tetap berkeras hati. Akan tetapi, mereka tidak
menghiraukan nasihatku dan tidak memercayai peringatanku. Oleh karena itu, tidak patut aku
bersedih atas terjadinya bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.” Kemudian,
Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang selamat melanjutkan dakwah mereka untuk mengajak
manusia ke jalan Allah dan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya.

Hikmah dari Cerita Anak Pendek : Kisah Nabi Syu’aib AS adalah:

1. Sosok Nabi Syu’aib yang gigih memperjuangkan nilai-nilai persaudaraan, cinta kasih,
kesadaran, keadilan, kejujuran, dan ketulusan patut kita jadikan teladan.
2. Kreatif menyusun strategi ketika berdakwah merupakan hal yang sangat penting kita
miliki.
3. Kenikmatan dan kelebihan pemberian Allah yang tidak diimbangi dengan keimanan akan
mengakibatkan pemiliknya tertutup hatinya menerima kebenaran.
4. Mendustakan kebenaran Allah dapat mengakibatkan manusia tertimpa azab.

Anda mungkin juga menyukai