LKM 3 Kontruksi Alat Ukur
LKM 3 Kontruksi Alat Ukur
LKM 3 Kontruksi Alat Ukur
2010811058
LKM 3
Menurut Anastasi (1990) tes prestasi belajar adalah tes yang mengukur
pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai akibat adanya program pendidikan
maupun akibat adanya program pendidikan maupun program pelatihan. Melalui tes
prestasi belajar dapat diperoleh informasi mengenai perbedaan kemajuan atau
tambahan pengetahuan antar peserta didik. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan
tes prestasi sengat berguna untuk menentukan tahap proses belajar berikutnya, baik
ditinjau dari daya serap peserta didik sehubungan dengan pokok bahasan atau bahan
pelajaran yang diberikan pendidik kepada mereka.
Tes prestasi adalah tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan
performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-
ujian masuk perguruan tinggi, (Azwar, 2007).
Dalam tes prestasi objek ukur yang di gunakan adalah aspek mental psikologi atau
atribut nonfisik oleh karena itu tidak dapat mengharapkan hasil pengukuran ynag akurat
karena pada umumnya yang dapat di capai oleh tes prestasi di anggap sebagai estimasi
mengenai posisi relatif atau jenjang urutan individu menurut tingkat kemampuan atau tingkat
performansinya pada suatu tugas.
Menurut Gronlund (1977 dalam Azwar, S. 2016. ) mengenai penyusunan tes prestasi
merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut:
1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan instruksional.
Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan tes prestasi belajar,
yaitu langkah pembatasan tujuan ukur. Identifikasi dan pembatasan tujuan
ukur harus bersumber dan mengacu pada tujuan instruksional yang telah
digariskan bagi suatu program.
2. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar
dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
Maksud sampel hasil belajar dalam hal ini adalah perwujudan soal tes
dalam bentuk item-item yang mewakili ke semua pertanyaan mengenai materi
pelajaran yang secara teoretik mungkin ditulis. Suatu tes tentu tidak mungkin
dapat memuat seluruh aitem dan menanyakan seluruh permasalahan mengenai
materi pelajarannya. Keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan penulis
soal, dan berbagai pertimbangan praktis menyebabkan penyajian tes hanya
terbatas pada sebagian kecil saja dari seluruh kemungkinan pertanyaan. Untuk
dapat dikatakan mengukur hasil belajar materi pelajaran secara keseluruhan,
sampel pertanyaan yang termuat dalam tes harus representatif yakni harus
menanyakan semua bagian materi yang dicakup oleh suatu program secara
proporsional.
3. Tes prestasi harus berisi aitem - aitem dengan tipe yang paling cocok guna
mengukur hasil belajar yang diinginkan.
Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe perilaku yang harus
diterima sebagai bukti tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
Tes prestasi memiliki berbagai tipe dan format aitem yang dapat digunakan
sesuai dengan tujuan pengukuran. Apabila tujuan pengukuran adalah
pengungkapan proses mental atau kompetensi tingkat tinggi guna pemecahan
masalah maka dapat dipilih tipe aitem esai, atau tipe pilihan-ganda, misalnya.
Apabila tujuan ukurnya ada pengungkapan proses pengingatan fakta dan
prinsip sederhana terutama untuk level pendidikan rendah, maka dapat di tipe
benar-salah atau tipe jawaban pendek.
4. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya.
Hal ini berkaitan dengan fungsi evaluasi yang dimiliki oleh masing-masing tes
seperti telah diuraikan terdahulu. Untuk yang hasilnya akan digunakan sebagai
dasar penempatan (plad ment) biasanya diperlukan aitem yang tidak terlalu
tinggi ta kesukarannya dan cakupannya pun tidak perlu luas.
5. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya
harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Reliabilitas (keterpercayaan) hasil ukur merupakan salah satu ciri kualitas tes
yang tidak dapat diabaikan. Sejauh Mana pengukuran yang dilakukan oleh tes
dapat diandalkan dan dipercaya akan banyak berpengaruh terhadap penafsiran
hasil ukurnya. Tes yang tidak dapat memberikan hasil yang konsisten
(reliabel) akan memberikan penafsiran yang keliru mengenai aspek yang
diungkapnya. Ketidak Reliabelan ini dapat terjadi karena adanya kesalahan
(error) pengukuran yang bersumber antara lain dari dalam tes itu sendiri.
Sumber eror dapat dikurangi apabila dalam penyusunannya tes itu dirancang
dan ditulis menurut aturan penyusunan tes yang benar. Di samping itu,
peningkatan jumlah aitem yang disertai oleh peningkatan kualitas aitem akan
banyak berarti dalam meningkatkan reliabilitas tes.
6. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak
didik
Manfaat inilah yang sebenarnya lebih penting daripada penggunaan hasil tes
prestasi sekedar untuk mengisi rapor para siswa atau memberi nilai ujian
semester pada para mahasiswa. Bila hasil tes prestasi secara akurat dapat
mencerminkan pencapaian tujuan instruksional dan bila tes prestasi dapat
mengukur sampel hasil belajar dengan layak maka pengaruh positif pengadaan
tes prestasi bagi peningkatan belajar akan dapat diharapkan secara maksimal.
5. Jelaskan tentang taksonomi bloom dan apa fungsinya dalam tes prestasi
Jawaban :
Taksonomi bloom merupakan pedoman untuk menentukan tingkatan kompetensi item
tes yang dirumuskan oleh Benyamin S,Bloom dkk (1959). Secara luas Taksonomi
mencakup sistem klasifikasi tujuan pendidikan pada tiga kawasan (domain), yakni:
Terdapat konsep taraf kompetensi kognitif yang disusun oleh Bloom dkk kedalam
enam jenjang atau tingkatan yang kompleksitasnya bertingkat.
Pada Taksonomi tersebut, Knowledge merupakan taraf kompetensi terendah atau yang
paling sederhana. Yang mana pada dasarnya dapat ditunjukan oleh subjek dengan
menjawab item-item yang menanyakan terkait fakta umum, istilah, prinsip, klasifikasi
dan sejenisnya. Sedangkan taraf kompetensi yang tinggi, kerap kali diiringi dengan
meningkatnya taraf kesukaran item, menuntut kemampuan yang lebih kompleks
daripada taraf kemampuan dibawahnya. Jadi, guna dapat memperlihatkan kompetensi
pada taraf analysis misalnya, seseorang harus bisa memperlihatkan kompetensi pada
taraf application, comprehension serta Knowledge. Dari penjelasan terkait Taksonomi
ini maka dapat terlihat bila Taksonomi tersebut disusun sedemikian rupa sehingga
kompleksitasnya bertambah secara bertingkat dari taraf yang paling rendah
(Knowledge) hingga yang tertinggi (Evaluation).
a. Tipe tes
Cronbach (1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yaitu tes
yang mengukur performansi maksimal dan tes yang mengukur performansi
tipikal.
1. Tes yang mengukur Performansi Maksimal.
- Tes ini dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh
seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukannya.
- Stimulus yang disajikan harus jelas struktur dan tujuannya, sehingga
subjek tahu arah jawaban yang dikehendaki.
- Jawaban dipilah salah-benar.
- Petunjuk pengerjaan harus dibuat sederhana dan jelas.
- Cara skoring diberitahukan kepada subjek, termasuk waktu pengerjaannya.
- Hanya pendekatan dan strategi penyelesaian saja yang tidak
diinformasikan kepada subjek.
- Dalam penyajian tes ini, individu yang dites selalu didorong untuk
berusaha sebaik-baiknya agar memperoleh skor setinggi mungkin.
Kesiapan, motivasi, keinginan berusaha, dan bahkan kondisi subjek sangat
menentukan keberhasilan dalam menghadapi tes jenis ini.
- Contoh tes ini adalah tes bakat, tes prestasi belajar, dan berbagai tes
kemampuan lainnya
2. Tes yang mengukur Performansi Tipikal.
- Tes ini dirancang untuk mengukur kecenderungan reaksi dan perilaku
individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu.
- Stimulus berstruktur ambigu dan memungkinakan untuk diinterpretasikan
secara subjektif.
- Jawaban tidak dipilah benar-salah, melainkan didiagnosis menurut norma-
norma tertentu.
- Subjek tidak mengetahui hal yang diharapkan darinya, sehingga akan
terjadi reaksi projektif dari diri subjek yang dikenal tes kedalam bentuk
respons (jawaban) yang diberikannya.
- Yang tergolong dalam kelompok tes yang mengukur performansi tipikal
adalah tes yang mengungkap minat, sikap, dan berbagai bentuk skala
kepribadian.
b. Klasifikasi item
Menentukan tipe aitem sangatlah penting dan harus berdasarkan
pertimbangan tertentu yaitu:
- Hakikat hasil belajar, mengukur hasil belajar
- Kualitas yang dibuat
● Tipe esai
1. Kelebihan:
- mudah dibuat
- dapat mengungkapkan tingkat kompetensi yang tinggi
- Baik untuk kemampuan verbal tulis
2. Kelemahan :
- Kurang komprehensif
- Butuh waktu dalam memeriksa
- Harus diperiksa pembuat soal
- Subjektivitas tinggi
- Pertimbangan skoring kompleks
- Reliabilitas krg baik
● Tipe benar salah
1. Kelebihan:
- Komprehensif
- Pemeriksaan & skoring mudah dan cepat
- Efisien dan hemat bahan
- Kualitas item dapat dianalisis secara empiris
- Objektivitas tinggi
- Mudah dibuat
2. Kelemahan :
- Mengungkap kompetensi rendah
- Jawaban benar karena tebakan
DAFTAR PUSTAKA
Suharman. Tes sebagai Alat Ukur Akademik.
Masrun & Martaniah, S. M,. (1973). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan
Azwar, S. (1996). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Azwar, S. (2016). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Drs. Supriyadi, M. S, Luh Kadek Pande Ary Susilawati, S. Psi, M. Psi, Psi: Konstruksi alat
ukur, 2011