LKM 3 Kontruksi Alat Ukur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

DWI AYU SRI FARHANA

2010811058

LKM 3

KONTRUKSI ALAT UKUR

1. Jelaskan pengertian tes prestasi


Jawaban :

Menurut Anastasi (1990) tes prestasi belajar adalah tes yang mengukur
pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai akibat adanya program pendidikan
maupun akibat adanya program pendidikan maupun program pelatihan. Melalui tes
prestasi belajar dapat diperoleh informasi mengenai perbedaan kemajuan atau
tambahan pengetahuan antar peserta didik. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan
tes prestasi sengat berguna untuk menentukan tahap proses belajar berikutnya, baik
ditinjau dari daya serap peserta didik sehubungan dengan pokok bahasan atau bahan
pelajaran yang diberikan pendidik kepada mereka.

Tes prestasi adalah tes yang disusun secara terencana untuk mengungkapkan
performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-
ujian masuk perguruan tinggi, (Azwar, 2007).

2. Sebutkan dan jelaskan fungsi Tes Prestasi dalam Pendidikan


Jawaban :

1. Fungsi penempatan : merupakan penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk


klasifikasi individu ke dalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan
kemampuan yang telah diperlihatkan pada hasil belajar sebelumnya.
contohnya adalah penggunaan nilai rapor kelas 2 SMA untuk menentukan
jurusan studi di kelas 3.
2. Fungsi formatif : merupakan penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk
melihat sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu program pelajaran. Dalam hal ini, hasil tes prestasi belajar merupakan
hasil feedback dan biasanya diselenggarakan di tengah jangka waktu suatu
program sedang berjalan. Contoh tes prestasi adalah ujian tengah semester di
perguruan tinggi atau setiap semester di SMA.
3. Fungsi diagnostik : tes yang bersangkutan digunakan untuk mendiagnosis
kesukarankesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa
yang dapat diperbaiki dengan segera, dan sebagainya. Contohnya adalah
penyelenggaraan kuis atau ulangan harian.
4. Fungsi sumatif : merupakan penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh
informasi megenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya
dalam suatu program pembelajaran. Tes ini merupakan pengukuran akhir
dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa
dapat dinyatakan lulus dari program tersebut, atau apakah siswa dinyatakan
dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.

3. Keterbatasan Tes Prestasi


Jawaban :

Dalam tes prestasi objek ukur yang di gunakan adalah aspek mental psikologi atau
atribut nonfisik oleh karena itu tidak dapat mengharapkan hasil pengukuran ynag akurat
karena pada umumnya yang dapat di capai oleh tes prestasi di anggap sebagai estimasi
mengenai posisi relatif atau jenjang urutan individu menurut tingkat kemampuan atau tingkat
performansinya pada suatu tugas.

4. Prinsip pengukuran tes prestasi


Jawaban :

Menurut Gronlund (1977 dalam Azwar, S. 2016. ) mengenai penyusunan tes prestasi
merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut:

1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan instruksional.
Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam penyusunan tes prestasi belajar,
yaitu langkah pembatasan tujuan ukur. Identifikasi dan pembatasan tujuan
ukur harus bersumber dan mengacu pada tujuan instruksional yang telah
digariskan bagi suatu program.

2. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar
dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.
Maksud sampel hasil belajar dalam hal ini adalah perwujudan soal tes
dalam bentuk item-item yang mewakili ke semua pertanyaan mengenai materi
pelajaran yang secara teoretik mungkin ditulis. Suatu tes tentu tidak mungkin
dapat memuat seluruh aitem dan menanyakan seluruh permasalahan mengenai
materi pelajarannya. Keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan penulis
soal, dan berbagai pertimbangan praktis menyebabkan penyajian tes hanya
terbatas pada sebagian kecil saja dari seluruh kemungkinan pertanyaan. Untuk
dapat dikatakan mengukur hasil belajar materi pelajaran secara keseluruhan,
sampel pertanyaan yang termuat dalam tes harus representatif yakni harus
menanyakan semua bagian materi yang dicakup oleh suatu program secara
proporsional.

3. Tes prestasi harus berisi aitem - aitem dengan tipe yang paling cocok guna
mengukur hasil belajar yang diinginkan.
Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe perilaku yang harus
diterima sebagai bukti tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
Tes prestasi memiliki berbagai tipe dan format aitem yang dapat digunakan
sesuai dengan tujuan pengukuran. Apabila tujuan pengukuran adalah
pengungkapan proses mental atau kompetensi tingkat tinggi guna pemecahan
masalah maka dapat dipilih tipe aitem esai, atau tipe pilihan-ganda, misalnya.
Apabila tujuan ukurnya ada pengungkapan proses pengingatan fakta dan
prinsip sederhana terutama untuk level pendidikan rendah, maka dapat di tipe
benar-salah atau tipe jawaban pendek.

4. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaan hasilnya.
Hal ini berkaitan dengan fungsi evaluasi yang dimiliki oleh masing-masing tes
seperti telah diuraikan terdahulu. Untuk yang hasilnya akan digunakan sebagai
dasar penempatan (plad ment) biasanya diperlukan aitem yang tidak terlalu
tinggi ta kesukarannya dan cakupannya pun tidak perlu luas.
5. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya
harus ditafsirkan dengan hati-hati.
Reliabilitas (keterpercayaan) hasil ukur merupakan salah satu ciri kualitas tes
yang tidak dapat diabaikan. Sejauh Mana pengukuran yang dilakukan oleh tes
dapat diandalkan dan dipercaya akan banyak berpengaruh terhadap penafsiran
hasil ukurnya. Tes yang tidak dapat memberikan hasil yang konsisten
(reliabel) akan memberikan penafsiran yang keliru mengenai aspek yang
diungkapnya. Ketidak Reliabelan ini dapat terjadi karena adanya kesalahan
(error) pengukuran yang bersumber antara lain dari dalam tes itu sendiri.
Sumber eror dapat dikurangi apabila dalam penyusunannya tes itu dirancang
dan ditulis menurut aturan penyusunan tes yang benar. Di samping itu,
peningkatan jumlah aitem yang disertai oleh peningkatan kualitas aitem akan
banyak berarti dalam meningkatkan reliabilitas tes.

6. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para anak
didik
Manfaat inilah yang sebenarnya lebih penting daripada penggunaan hasil tes
prestasi sekedar untuk mengisi rapor para siswa atau memberi nilai ujian
semester pada para mahasiswa. Bila hasil tes prestasi secara akurat dapat
mencerminkan pencapaian tujuan instruksional dan bila tes prestasi dapat
mengukur sampel hasil belajar dengan layak maka pengaruh positif pengadaan
tes prestasi bagi peningkatan belajar akan dapat diharapkan secara maksimal.

Bahwasanya tujuan utama pengukuran prestasi belajar, baik formatif


maupun sumatif, adalah membantu mereka dalam belajar haruslah dapat
dikomunikasikan kepada para siswa. Bila para siswa telah dapat memandang
tes sebagai sarana yang menolong mereka, di samping sebagai dasar
pemberian angka atau nilai rapor, maka fungsi tes sebagai motivator dan
pengarah dalam belajar telah tercapai

5. Jelaskan tentang taksonomi bloom dan apa fungsinya dalam tes prestasi
Jawaban :
Taksonomi bloom merupakan pedoman untuk menentukan tingkatan kompetensi item
tes yang dirumuskan oleh Benyamin S,Bloom dkk (1959). Secara luas Taksonomi
mencakup sistem klasifikasi tujuan pendidikan pada tiga kawasan (domain), yakni:

1) Kawasan afektif : berisikan hal-hal berkenaan dengan minat dan sikap

2) Kawasan kognitif : berisikan tentang aspek intelektual atau fungsi pikir

3) Kawasan psikomotor : berisikan tentang aspek keterampilan motorik

Terdapat konsep taraf kompetensi kognitif yang disusun oleh Bloom dkk kedalam
enam jenjang atau tingkatan yang kompleksitasnya bertingkat.

6. Evaluation – 5. Synthesis – 4. Analysis – 3. Application – 2. Comprehension – 1.


Knowledge

Pada Taksonomi tersebut, Knowledge merupakan taraf kompetensi terendah atau yang
paling sederhana. Yang mana pada dasarnya dapat ditunjukan oleh subjek dengan
menjawab item-item yang menanyakan terkait fakta umum, istilah, prinsip, klasifikasi
dan sejenisnya. Sedangkan taraf kompetensi yang tinggi, kerap kali diiringi dengan
meningkatnya taraf kesukaran item, menuntut kemampuan yang lebih kompleks
daripada taraf kemampuan dibawahnya. Jadi, guna dapat memperlihatkan kompetensi
pada taraf analysis misalnya, seseorang harus bisa memperlihatkan kompetensi pada
taraf application, comprehension serta Knowledge. Dari penjelasan terkait Taksonomi
ini maka dapat terlihat bila Taksonomi tersebut disusun sedemikian rupa sehingga
kompleksitasnya bertambah secara bertingkat dari taraf yang paling rendah
(Knowledge) hingga yang tertinggi (Evaluation).

6. Bagaimana klasifikasi item yang baik dalam tes prestasi


Jawaban :

a. Tipe tes
Cronbach (1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yaitu tes
yang mengukur performansi maksimal dan tes yang mengukur performansi
tipikal.
1. Tes yang mengukur Performansi Maksimal.
- Tes ini dirancang untuk mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh
seseorang dan seberapa baik ia mampu melakukannya.
- Stimulus yang disajikan harus jelas struktur dan tujuannya, sehingga
subjek tahu arah jawaban yang dikehendaki.
- Jawaban dipilah salah-benar.
- Petunjuk pengerjaan harus dibuat sederhana dan jelas.
- Cara skoring diberitahukan kepada subjek, termasuk waktu pengerjaannya.
- Hanya pendekatan dan strategi penyelesaian saja yang tidak
diinformasikan kepada subjek.
- Dalam penyajian tes ini, individu yang dites selalu didorong untuk
berusaha sebaik-baiknya agar memperoleh skor setinggi mungkin.
Kesiapan, motivasi, keinginan berusaha, dan bahkan kondisi subjek sangat
menentukan keberhasilan dalam menghadapi tes jenis ini.
- Contoh tes ini adalah tes bakat, tes prestasi belajar, dan berbagai tes
kemampuan lainnya
2. Tes yang mengukur Performansi Tipikal.
- Tes ini dirancang untuk mengukur kecenderungan reaksi dan perilaku
individu ketika berada dalam situasi-situasi tertentu.
- Stimulus berstruktur ambigu dan memungkinakan untuk diinterpretasikan
secara subjektif.
- Jawaban tidak dipilah benar-salah, melainkan didiagnosis menurut norma-
norma tertentu.
- Subjek tidak mengetahui hal yang diharapkan darinya, sehingga akan
terjadi reaksi projektif dari diri subjek yang dikenal tes kedalam bentuk
respons (jawaban) yang diberikannya.
- Yang tergolong dalam kelompok tes yang mengukur performansi tipikal
adalah tes yang mengungkap minat, sikap, dan berbagai bentuk skala
kepribadian.

b. Klasifikasi item
Menentukan tipe aitem sangatlah penting dan harus berdasarkan
pertimbangan tertentu yaitu:
- Hakikat hasil belajar, mengukur hasil belajar
- Kualitas yang dibuat

● Tipe aitem yang baik


- sesuai dengan materi tes
- tingkat kompetensi yang diungkap
- tingkat pendidikan siswa yang dites

● Tipe pilihan ganda


1. Kelebihan :
- komprehensif
- pemeriksaan dan skoring mudah
- efisien dan hemat
- kualitas item dapat dianalisis secara empiris
- reliabilitas baik
2. Kelemahan:
- pembuatan sulit dan butuh waktu
- sulit jika dibuat kompetensi tinggi
- jawaban benar bisa karena tebakan

● Tipe esai
1. Kelebihan:
- mudah dibuat
- dapat mengungkapkan tingkat kompetensi yang tinggi
- Baik untuk kemampuan verbal tulis
2. Kelemahan :
- Kurang komprehensif
- Butuh waktu dalam memeriksa
- Harus diperiksa pembuat soal
- Subjektivitas tinggi
- Pertimbangan skoring kompleks
- Reliabilitas krg baik
● Tipe benar salah
1. Kelebihan:
- Komprehensif
- Pemeriksaan & skoring mudah dan cepat
- Efisien dan hemat bahan
- Kualitas item dapat dianalisis secara empiris
- Objektivitas tinggi
- Mudah dibuat
2. Kelemahan :
- Mengungkap kompetensi rendah
- Jawaban benar karena tebakan

7. Jelaskan penormaan dalam tes prestasi


Jawaban :

Penormaan ialah tahap pengolahan data lebih lanjut. Norma menunjukkan


posisi relative seorang peserta tes pada suatu tes dibanding dengan kinerja orang
lainyang memiliki kesamaan umur, kelas, jenis kelamin, dan sebagainya. Tujuan
norma yaitu agar menempatkan indivivu kedalam kelompok secara berjenjang
menurut suatu urutan berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012). Pada tes
prestasi ini besifat objektif, yang biasanya memiliki jumlah banyak pada tiap aitem
dan skor pada jawaban yang benar memiliki skor satu angka.pada tes tipe pilihan
terdapat peluang untuk menjawab benar walupun tau kalau dipilih dengan cara
menebak, seharusnya jika mereka tidak tau mereka tidak berhakk mendapat angka
skor. maka dari itu apabila seorang memilih jawaban pada aitem dan ternyata salah
maka mereka akan mendaptakn hukuman. dalam masalah pemberian hukuman,
penulis berpendapat itu tidak berlu dilakukan, terutama pada alternatif objektif ini
memiliki 3 kategori alternatif. Pemberian skor pada tipe karangan atau esai. kesulitan
yang pertama yaitu jawaban yang benar tidak mutlak karena beberapa jawaban ada
yang dikemukakan dalam variasi variasi kalimat yang tidak sama yang
memungkinkan sama benarnya jawababan akan menjadi relevan apabila penulis
menghendakinnya. Skor standar yaitu pemberian angka pada seorang yang didapat
dari banyaknya aaitem yang benar, dari banyaknya waktu yang diperlukan oleh siswa
untuk menyelesaikan, dari setiap jawaban yang benar akan diberikan ditambah
dengan bonus. pemberian skor komposit yaitu nilai yang diperoleh oleh siswa pada
suatu program tidak hanya ditentukan dari satu macam tes atau satu penyajian tes saja
biasanya skor akhir dari mata pelajarnnya merupaka kombinasi dari prosedur
pengukuran yang kita sebut komponen itu. Tes prestasi acuan norma bisa
menggunakan Achievement Batteris digunakan untuk mengukur kemampuan
individua tau kelompok dalam berbagai bidang ilmu. The Comprehensive Test of
Basic Skills, biasanya menekankan pada bidang materi khusus dan keterampilan yang
dipandang penting untuk ketuntasan materi subyek. Penormaan yang penulis gunakan
adalah tiga kategori yaitu:

1. Kategori tinggi = X > mean + SD

2. Kategori sedang = mean-SD mean +SD

3. Kategori rendah = X < mean –SD (Azwar, 2012).

8. Contoh Bentuk Tes Prestasi


Jawaban :

Berikut contoh bentuk penggunaan tes presentasi yaitu

a. Penempatan merupakan penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk


pengklasifikasian siswa untuk masuk ke dalam bidang atau jurusan yang
sesuai dengan kemampuan yang telah diperlihatkan pada hasil belajar
sebelumnya. contohnya adalah penggunaan nilai rapor kelas 2 SMA untuk
menentukan jurusan studi di kelas 3.
b. Formatif merupakan penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk melihat
sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu
program pelajaran. Dalam hal ini, hasil tes prestasi belajar merupakan hasil
feedback dan biasanya diselenggarakan di tengah jangka waktu suatu program
sedang berjalan. Contoh tes prestasi adalah ujian tengah semester di perguruan
tinggi atau setiap semester di SMA.
c. Diagnostik tes digunakan untuk mendiagnosis kesukaran kesukaran dalam
belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki dengan
segera, dan sebagainya. Contohnya adalah penyelenggaraan kuis atau ulangan
harian.
d. Sumatif tes ini merupakan pengukuran tahap akhir dalam suatu program yang
hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dari
program tersebut, atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang
program yang lebih tinggi tahapan tes ini akan berulang lagi apabila
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya adalah ujian nasional
(Azwar, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Suharman. Tes sebagai Alat Ukur Akademik.

Masrun & Martaniah, S. M,. (1973). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Azwar, S. (1996). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Azwar, S. (2016). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Drs. Supriyadi, M. S, Luh Kadek Pande Ary Susilawati, S. Psi, M. Psi, Psi: Konstruksi alat
ukur, 2011

Anda mungkin juga menyukai