Laporan Binet Ramadhan 2010811022

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

RAHASIA

LAPORAN

HASIL PRAKTIKUM TES INTELEGENSI BINET

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Asesmen Kognitif

Dosen Pengampu :

Panca Kursistin Handayani, S.Psi., M.A, Psikolog

Anggraeni Swastika Sari, S.Psi., M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh:

Ramadhan Pradana Putra

2010811022

Asisten Dosen :

Fatimah Ratna Putri

1910811001

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
2022
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam
semoga senantiasa di limpahkan kepada Rasulullah SAW sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Praktik Asessmen Kognitif yang membahas mengenai
Laporan Hasil Praktikum Test Binet dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan
laporan ini ialah untuk memenuhi tugas dari Ibu Anggraeni Swastika Sari, S.Psi.,
M.Psi, Psikolog pada mata kuliah Praktik Asessmen Kognitif.

Saya yang bertanggung jawab atas tugas Praktik Asesmen Kognitif ini telah
berusaha semaksimal mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik dan teliti.
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada sebagian
pihak sehingga dapat tersusunnya laporan ini. Kemudian saya berterimakasih
kepada dosen mata kuliah Praktik Asessmen Kognitif yaitu Ibu Anggraeni Swastika
Sari, S.Psi., M.Psi, Psikolog yang sudah membimbing dari berjalannya praktikum
sampai dengan terbentuknya laporan hasil praktikum ini.

Laporan ini saya susun dari beberapa sumber referensi yang digunakan dan
saya menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya juga sangat
mengharapkan saran serta kritik untuk menjadi bahan perbaikan agar nantinya
laporan ini semakin berkualitas dan membawa manfaat.

Jember,17 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..……………..………..……………..………..….ii
DAFTAR ISI………..………..……………..………..……………..…………...iii

BAGIAN I TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum………..………..………………..………..…………….1
B. Latar Belakang………..………..……………..………..……………..
C. Tujuan Belajar………..………..……………..………..……………..…
BAB II LANDASAN TEORITIS TES WAIS

A. Sejarah dan Definisi TES


BINET……..………..……………..………..………..……
B. Tujuan dan Fungsi Tes
BINET………..………..……………..………..………..……
C. Administrasi dan Skoring
BINET…..………..………..………..………..……
D. Klasifikasi IQ tes BINET………..………..……………..………..……
BAGIAN II LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM TES

BAB I. IDENTITAS TESTEE

BAB II. HASIL ASESMEN

A. Observasi Umum dan Khusus……..………………..………………..……


B. Hasil Skoring……..………………..………………..………………..……
1. Skor CA………………………………………………………………..
2. Skor MA……………………………………………………………….
3. IQ secara umum……………………………………………………….
4. Skor binegram…………………………………………………………
C. Analisa Data (Interpretasi Fragmental) ……..………………..…………

BAB I IDENTITAS TESTEE

BAGIAN I
TINJAUAN TEORI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum mata Kuliah


1. Standart Kompetensi
Praktek Asesmen Kognitif merupakan bentuk kegiatan penerapan
metode asesmen yang dirancang untuk membantu mahasiswa berlatih
menggali data tentang gambaran kemampuan kognitif atau bakat dan
minat individu dengan menggunakan tes intelegensi dan tes minat.
Dengan mempelajari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mampu
menatalaksanakan asesmen kognitif dengan metode observasi,
wawancara dan tes secara mandiri dan kelompok sesuai kode etik
psikologi.
Mata kuliah ini akan mengenalkan dan melatih mahasiswa mengenai
prinsip-prinsip etis yang harus diterapkan dalam asesmen kognitif,
mengenali tahapan asesmen kognitif, mengklasifikasikan metode
pengambilan data asesmen kognitif, melakukan penatalaksanaan
asesmen kognitif serta mengolah data dan membuat kesimpulan dari
hasil asesmen.
Dalam rangka mendapatkan kompetensi dasar yang tidak hanya
terkait pengetahuan, dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang
berbentuk role play dan praktikum. Tujuannya adalah untuk melatih
mahasiswa dalam membentuk keterampilan dalam melakukan
pengambilan data psikologis individu, serta mengolah data dan
membuat kesimpulan dari data psikologis yang diperoleh
dari proses asesmen.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu melakukan asesmen kognitif (intelegensi, bakat,
minat & kesiapan sekolah) mulai dari administrasi dan skoring terhadap
data asesmen secara mandiri dan kelompok sesuai dengan standar
kode etik psikologi.
3. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah praktek asesmen kognitif adalah bagian ilmu psikologi
yang mempelajari tentang proses mengidentifikasi karakteristik
psikologis seseorang dengan menggunakan cara-cara yang khusus,
dalam hal ini ditekankan pada pengenalan alat tes inteligensi, bakat-
minat dan kesiapan sekolah terkait administrasi serta skoringnya
B. Latar Belakang
Assessment kognitif merupakan salah satu mata kuliah yang wajib
ditempuh. Tes intelegensi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
berbagai macam alat tes yang mengukur tingkat intelegensi seseorang dan
mendeteksi bakat maupun minat yang dimiliki seorang individu. Ilmu
psikologi merupakan ilmu yang bersifat abstrak, dimana objek yang
digunakan adalah manusia dengan perilaku yang juga kompleks, sehingga
dibutuhkan metode sebagai alat untuk memahaminya. Saya sebagai
mahasiswa psikologi perlu mempelajari berbagai macam alat tes yang
dibutuhkan dalam proses assessment. Alat tes yang digunakan untuk
mengukur dan mendeteksi kondisi psikologis seseorang haruslah alat tes
yang sudah terstandarisasi, dengan menggunakan cara-cara khusus.Seperti
penurutan anastasia, pengukuran atau sample perilaku yang dilakukan
dengan objektif.
Tujuan diadakan praktikum ini adalah:
1. Sebagai bentuk tugas praktikum pada mata kuliah asessmen
kognitif tes WAIS dan BINET pada semester 5.
2. Untuk mengukur kognitif dalam menerima stimulus.
3. Untuk memberikan pengalaman bagi subjek dan bagi tester sendiri
dalam pengetesanpsikologis.

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar dalam mata kuliah Asessment Kognitif adalah agar
kami dapat mengetahui pengertian dari asessemen kognitif dari berbagai
pandangan dan teori tentang Intelegensi. Selain itu, kami juga bisa
mengetahui karakter dan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
seseorang. Dan yang paling penting adalah kami mendapat ilmu tentang
macam-macam alat tes yang dapat mengukur tingkat intelegensi seorang

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Tes BINET
Standford - Binet merupakan revisi dari tes Binet-Simon (1916). Revisi
dilakukan di Universitas Standford, yang dipimpin oleh Dr. Lewis M. Terman
dibantu oleh rekan-rekannya. Revisi dimaksudkan untuk membuat alat ukur
yang terstandart secara sempurna dan disesuaikan dengan anak-anak di USA.
Tes ini banyak diterima oleh psikolog dan pedagog (ahli pendidikan anak), dan
sebagai tes skala kecerdasan individual yang penggunaannya sangat luas. Alfred
Binet (1857-1911) termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa
intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau
faktor umum (g faktor).
Menurut Binet, Inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang
terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Sebagaimana
dalam definisinya yang telah dikemukakan terdahulu, Binet menggambarkan
inteligensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain
untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu
kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup inteligensi atau
tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu
tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila
perlu.
Inilah yang dimaksud Arah, Adaptasi, dan Kritik dalam definisi inteligensi.
Tes BINET beberapa kali direvisi, isi tes relatif tetap hanya dikenakan uji coba
pada sampel yang lebih luas untuk mendapatkan norma-norma yang lebih
representatif dan dapat mencerminkan perubahan-perubahan kultural. Sebagai
suatu tes intelegensi individual, tes BINET membutuhkan tester yang cakap dan
terlatih. Pelatihan dan pengalaman khusus diperlukan untuk
mengadministrasikan, menyekor, dan menginterpretasikan hasil tes ini. Rapport
antara tester dan testee sangat penting, pada beberapa kasus kegagalan rapport
dapat mempengaruhi tingkat kesulitan soal-soal.
Selama beberapa dasawarsa, para psikolog (khususnya psikolog klinis)
menghargai tes BINET tidak hanya sebagai tes melainkan sebagai wawancara
klinis karena adanya interaksi yang kuat antara tester dan testee, serta
menyediakan sumber - sumber lain dari hasil observasi selama tes berlangsung.
Tes BINET dan juga tes lain yang sejenis, memungkinkan untuk mengamati ;
1) Metode kerja testee,
2) Pendekatan pemecahan masalah,
3) Aspek-aspek kualitatif kerja,
4) Karakteristik emosional tertentu,
5) Kemampuan konsentrasi,
6) Tingkat aktifitas,
7) Kepercayaan diri, dan
8) Ketekunan.

Revisi terhadap Skala StanfordBinet yang diterbitkan pada tahun 1972, yaitu
norma penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan
menurut berbagai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia
DewasaSuperior. Dalam masingmasing tes untuk setiap level usia terisi soalsoal
dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula
tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak
dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat dimanfaatkan.
Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soalsoalnya diberikan secara
lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam
penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut.Skala ini
tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan
level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batasbatas usia mental yang
mungkin dicapai oleh anak-anak.

Versi terbaru skala Stanford Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam
revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran
yang masingmasing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek. Revisi skala Binet
dilakukan pertama kali di tahun 1916. Perubahan benar-benar dilakukan sehingga
menampilkan suatu tes baru. Untuk pertama kalinya digunakan istilah IQ.

Revisi kedua di tahun 1937. Skala diperluas dan distandardisasi ulang


berdasar sampel masyarakat AS. Revisi ketiga dilakukan di tahun 1960,
menyediakan satu bentuk tunggal yang memuat soal-soal terbaik dari bentuk 1937.
Di tahun 1972, tes ini direstandardisasi. Penyelenggaraan tes dan penentuan skor
menggunakan buku-buku kecil berisi kartu-kartu tercetak untuk presentasi, flip-
over soal tes, objek tes misal balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar
boneka yang uniseks dan multietnik, buku kecil untuk tester, serta pedoman
penyelenggaraan dan pen-skoran skala. Dalam penyelenggaraan tes Stanford-Binet,
kita membutuhkan penguji yang amat terlatih. Raguragu dan gugup bisa
menghancurkan rapport.

B. Tujuan dan fungsi Tes BINET


Diawal penciptaan Tes Stanford Binet bahwa tes digunakan untuk
memisahkan pendidikan anak yang kurang cerdas dengan anak-anak yang cerdas
agar proses di sekolah lancar, karena selama ini menurut pengamatan meraka
anak-anak yang kurang cerdas menghambat kelancaran belajar anak yang
cerdas. Oleh karena itu Tes Stanford Binet bertujuan untuk mengukur
kecerdasan anak-anak 3 – 13 tahun. Tujuan tes BINET ini untuk memprediksi
performa siswa di sekolah.
Materi Tes Binet
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut level usia mulai dari usia
II sampai dengan usia dewasa-superior. Diantara usia-II dan usia-V tesnya terus
meningkat dengan interval setengah tahunan sehingga terdapat tes untk level
usia-II, untuk usia level usia-II-6, untuk level usia-III, untuk level usia-III-6 ,
dan seterusnya. Diantara usia-V dan usia-XIV, level usia meningkat dengan
interval satu tahun. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai level dewasa
– rata-rata dan dewasa-superior I, II, dan III. Setiap level usia dalam skala ini
berisikan 6 tes, kecuali untuk level dewasa - rata-rata yang berisi 8 tes. Dalam
masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf
kesukarang yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran
yang kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling
sulit.
Bagi setiap level usia terdapat pula tes pengganti yang setara, sehingga
apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak dapat digunakan karena suatu hal
tertentu tidak dapat digunakan karena suatu hal maka tes pengganti pun dapat
dimanfaatkan.
Tes BINET ini memiliki beberapa perangkat yang digunakan dalam proses
penyelenggaraan tes dan penentuan skor, diantaranya adalah sebuah kotak yang
berisi bermacam-macam objek tes yang akan disajikan kepada anak-anak,
diantaranya adalah balok, manik, papan bentuk, sebuah gambar besar boneka
yang unisex dan multietnik. Kedua ada buku-buku kecil berisi kartukartu
tercetak untuk presentasi. Ketiga Flip-over soal tes. Keempat buku kecil tester
yang digunakan untuk mencatat jawaban dan skor. Kelima buku manual
penyelenggaraan dan pen-skoran skala. Keenam perangkat pendukung lain,
berupa stopwatch, alat tulis (pensil) dan lembar observasi.
Berikut ini merupakan penjelasan materi soal-soal yang terdapat dalam
skala Stanford Binet revisi 1960
1) Usia 4 tahun
a. Picture Vocabulary (Kosakata gambar)
Subjek diminta untuk memberi nama sedikitnya 14 diantara
18 benda yang tampak gambarnya pada kartu-kartu
b. Naming Objects from Memory (Memberi nama benda
dengan mengingat)
Terdapat 3 benda kecil yang diletakkan di depan subjek,
dan subjek harus memperhatikan benda-benda tersebut.
Setelah itu subjek diperintahkan untuk menutup mata dan
salah satu benda disembunyikan, kemudian subjek diminta
untuk mengingat benda apa yang disembunyikan setelah
membuka matanya kembali.
c. Opposite Analogies I (Analogi berlawanan I)
Subjek diminta untuk menyelesaikan dua diantara lima
analogi berlawanan, seperti: “ayah adalah laki-laki. Ibu
adalah...”
d. Pictorial Identification (Identifikasi gambar)
Subjek diminta untuk menunjukan sedikitnya 3 diantara 6
gambar yang dimaksudkan pada kartu ketika ditanya
seperti: “tunjukan mana benda yang dipakai untuk
memotong"
e. Discrimination of Forms (Pembedaan bentuk)
Subjek diminta untuk memasangkan sedikitnya 8 diantara
10 bentuk dengan bentuk-bentuk yang ada pada kartu
f. Comprehension II (pemahaman II)
Subjek diminta menjawab dengan benar pertanyaan-
pertanyaan seperti: “mengapa kita mempunyai rumah?”
atau “mengapa kita mempunyai mainan?”
2) Usia 8 tahun.
a. Vocabulary (Kosakata)
Subjek diminta mendefinisikan paling sedikit 8 kata yang
disajikan
b. Memory for Story, “The Wet Fall” (Mengingat cerita “Jatuh
Basah”)
Subjek diminta untuk mengingat kembali jawaban terhadap
sedikitnya 5 diantara 6 pertanyaan yang diberikan oleh
tester
c. Verbal Absurdities I (Keganjilan lisan I)
Subjek diminta untuk menunjukkan keganjilan yang
terdapat dalam kira-kira empat kalimat, seperti: “seorang
perempuan sakit berat dua kali. Yang pertama ia mati, tapi
waktu yang kedua kali ia sembuh

d. Similarities and Differences (Persamaan dan perbedaan)


Subjek diminta menunjukkan sedikitnya 3 pasangan yang
masing-masing terdiri dari 2 istilah, apa persamaan dan
apakah perbedaan masing-masing
e. Comperhension IV (Persamaan IV)
Subjek diminta untuk menjawab pertanyaan yang sejenis
dengan level II tetapi lebih sulit, seperti: “Apa yang
menyebabkan kapal layar bergerak maju?”
f. Naming The Days of the Week (Memberi nama hari-hari
dalam satu minggu) Subjek diminta menyebutkan nama
haridengan urutan yang sesuai dan menyebutkan juga 3 hari
sebelum sebelum hari yang disebutkan oleh tester
3) Usia 12 tahun
a. Vocabulary (Kosakata)
Subjek diminta mendefinisikan paling sedikit 15 kata yang
disebutkan oleh tester
b. Verbal Absurdities II (Keganjilan lisan II) Sama dengan
Keganjilan Lisan I akan tetapi isinya lebih kompleks
c. Picture Absurdities II “The Shadow” (keganjilan gambar II
“Bayangan”)
Subjek diminta untuk menunjukkan keganjilan sebuah
gambar yang memperlihatkan bayangan yang yang jatuhnya
pada arah yang salah
d. Repeating Five Digits Reversed (Mengulang Lima Angka
Secara Terbalik)
Subjek diminta untuk menyebutkan kembali angka secara
terbalik urutan lima angka yang disebutkan oleh tester satu
per satu dalam jarak satu detik
e. Abstract Words I (Kata-kata Abstrak I)
Subjek diminta mendefinisikan kata-kta abstrak seperti
“malu”
f. Minkus Completion I (Kelengkapan Kalimat I)
Subjek diminta mengisi satu kata yang hilang yang dapat
digunakan untuk melengkapi kalimat. Seperti ”sungai kecil
itu kering....hanya ada hujan sedikit”.

B. LANGKAH-LANGKAH ADMINISTRASI SKORING


Cara menentukan scoring pada tes intelegensi Binet :
a. Menghitung Chronological Age
1) Pertama menentukan CA terlebih dahulu dengan mengurangi
tanggal tes dan tanggal lahir.
2) Untuk anak usia < 5 tahun dimulai ½ tahun dibawah CA
3) Untuk anak > 5 tahun dimulai 1 tahun di bawah CA.
b. Menentukan Umur Basal dan Ceiling
Umur Basal merupakan tingkat umur dimana semua item tes
berhasil dilakukan atau dijawab benar, tepat sebelum tingkat umur
dimana kegagalan pertama terjadi (semua benar). Umur Ceiling
merupakan tingkat umur dimana tidak satupun aitem tes yang berhasil
dijawab dengan benar oleh testee (semua salah).
• Basal = jika umur seorang testee dapat menjawab seluruh item pada
suatu subtest.
• Ceilling = jika umut seorang testee tidak dapat menjawab seluruh item
pada subtest.
c. Menghitung Mental Age (MA)
MA = umur basal + kredit tambahan yang diperoleh subjek di atas
umur basalnya. Pada soal soal tes kredit bulan ini dikelompokkan pada
tingkat umur < 5 tahun dengan interval ½ tahun (II, II-6, III, III-6, IV,
IV-6, V) masingmasing item yang dijawab dengan benar diberi kredit
1 bulan. Pada tingkat umur VI-XIV dengan interval 1 tahun
masingmasing item yang berhasil diberi kredit 2 bulan. Pada tingkat
dewasa rata-rata masing-masing item yang dijawab dengan benar
diberi kredit 2 bulan. Pada tingkat dewasa superior I masing-masing
item yang dijawab dengan benar diberi kredit 4 bulan. Pada tingkat
dewasa superior II masing-masing item yang dijawab dengan benar
diberi kredit 5 bulan. Pada tingkat dewasa superior III masing-masing
item yang dijawab dengan benar diberi kredit 6 bulan Contoh
perhitungan IQ IQ = MA/CA x 100
• MA (mental age) = di dapatkan dengan cara umur basal + kredit
tambahan yang diperoleh subjek diatas umur basalnya.
KLASIFIKASI IQ
Sangat superior 140 ≥
Superior 130 - 139
Diatas rata – rata 120 – 129
Rata – rata atas 110 – 119
Rata – rata 100 - 109
Rata – rata bawah 90 – 99
Dibawah rata – rata ≤ 69

• CA (chronological age) = di dapatkan dari menghitung umur


berdasarkan tanggal kelahiran atau umur kalender. Kemudian semua
itu dijadikan dalam satuan bulan. Klasifikasi IQ Setelah menemukan
IQ testee, kemudian bisa hasil IQ bisa dilihat dalam tabel klasifikasi
IQ di bawah ini.
Binetgram Binetgram merupakan gambaran mengenai distribusi
keberhasilan dari kegagalan. Pada binetgram ada beberapa kategori
yakni sebagai berikut :
Kategori Skor Binegram
Kemampuan Bahasa 32
Daya ingat 17
Berpikir konseptual 16
Penalaran 22
Penalaran numerik 9
Kemampuan visual – motoric 12
Intelegensi sosial 14
Setelah didapatkan hasil dari CA, MA dan IQ, maka masukkan ke
dalam Binet Gram untuk item soal yang jawabannya benar (+) pada
kolom binetgram. Setelah memasukkan (+) pada jawaban benar,
kemudian hitung jawaban per subtes dengan rumus (nilai skor yang
diperoleh/nilai tertinggi) x 100%. Kemudian lihat skor tertinggi per
subtes, manakah aspek tertinggi atau yang menonjol pada testee.
Berdasarkan Binetgram tersebut maka bisa dilihat ada 7 aspek
kecerdasan yang dapat diukur, yaitu Kemampuan Bahasa (language),
Daya ingat (memory), Berpikir konseptual (conceptual thinking),
Penalaran (reasoning), Penalaran numerik (numerical reasoning),
Visual motor (visualmotor ability), Intelegensi social (social
intelligence).

C. DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2017. Pengantar Psikologi Intelegensi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahlia S, dkk. (2015).MODUL
PRAKTIKUM PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2015
Nur’aeni, S.M. (2012). Tes Psikologi: Tes Intelegensi dan Tes
Bakat. Yoyakarta: Universitas Muhammadiyah (UM)
Purwokerto Press
Kursistin, P dkk. (2021). PETUNJUK PRAKTIKUM TES
INTELEGENSI PRAKTEK ASESMEN KOGNITIF.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember
2021
Mai, N. (2017). Laporan Praktikum Tes Binet. Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat 2017.
Setiowati, E. A. (2018). Studi Deskriptif mengenai Kemampuan
Persepsi Visual Anak usia 3-5 tahun. Proyeksi: Jurnal Psikologi,
11(1), 55-64.

BAGIAN II

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM TES


BAB I

IDENTITAS TESTEE

A. Subjek
1. Identitas Subjek
Nama : S.R.I.D
Tanggal Lahir : J.10.S.2015
Usia : 7th. 2bl .13hr
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Pendidikan : TK
Alamat : JL. RIAU
2. Asisten Dosen

Nama : Fatimah Ratna Putri

NIM : 1910811001
3. Identitas Dosen Penampu
a. Nama : Anggraeni Swastika Sari, S.Psi., M.Psi, Psikolog
NIP : 1988100812003914
b. Nama : Panca Kursistin Handayani, S.Psi., M.A, Psikolog
NIP : 197303032005012001
BAB II

HASIL ASESMEN

A. Observasi umum dan Observasi khusus


1. Observasi umum
Pengetesan di laksanakan pada hari rabu 23 november 2022 di ruang KBU
6 fakultas psikologi universitas muhammadiyah jember. Testee
menggunakan baju hem panjang berwarna pink dengan celana berwarna
coklat testee juga menggunakan sendal berwarna hitam. Testee di antar oleh
mamanya tepat pada jam 11:30, lalu testee naik ke atas gedung fakultas
psikologi bersama dengan tester dan orang tuanya. Testee menunggu di
depan ruang pengajaran fakultas psiklogi universitas muhammadiyah
jember bersama dengan testee yang lain ketika tester melakukan
pengecekan alat di dalam ruang KBU 6 setelah alat tes sudah siap di
gunakan tester menjemput testee untuk memasuki ruangan KBU 6.
2. Observasi khusus
No Subtes Observasi khusus
1 TAHUN Ⅳ Pada sesi tahun ke 4, testee bisa menjawab seluruh
pertanyaan yang diberikan dan memenuhi skor kriteria
yang ditentukan. Sehingga sudah mencapai basal atau
mendapat skor plus di setiap pertanyaan. Testee
menjawab dengan kalimat pendek dan suara yang
normal cenderung pelan. Kontak mata juga cukup
terjalin dengan tester. Awalnya testee memain-
mainkan krudung miliknya, tapi setelah itu
memasangnya kembali dengan benar.
2 TAHUN Ⅳ – 6 Pada tahun ini, testee mulai menggerak-gerakkan
badan dan kursinya Tester juga sering melihat ke arah
jendela dan ke luar pintu atau bilik sebelah karena
penasaran dengan suasana di luar. Akan tetapi setelah
tester berbicara dan memberikan pertanyaan, testee
mulai fokus kembali dengan posisi duduk tegak dan
kontak mata terjalin dengan baik Di soal ini, testee
gagal pada beberapa soal atau mendapat skor.
3 TAHUN Ⅴ Pada tahun ini, testee tidak lagi melihat-lihat keluar
pintu atau jendela. testee fokus pada soal-soal yang
diberikan. Walaupun pada beberapa soal ia hanya
menjawab singkat dan tidak dijelaskan lebih lanjut
4 TAHUN Ⅵ Saat diberi soal pada tahun ini testee senyum dan
berfikir sesekali tangan ditaruh diatas meja dan
tangan terkadang menutupi hidung. Ketika di berikan
pertanyaan keanehan-keanehan gambar testee salah
menjawab tiga kali berturut-turut.
5 TAHUN Ⅶ Pada saat di berikan soal pada tahun ke 7 ini, testee
mulai ga mood dan inggin tes, cepat diselesaikan,
tetapi tester mencoba untuk membujuknya ia pun tak
mau, akhirnya sih teste merengek inggin ibunya
masuk menemanin sih teste ini, akhirnya sih tester
keluar untuk menemui asdos dan sekalian meminta
izin apakah sang ibu dari testee bisa masuk untuk
menemani testee agar semangat menjawab
pertanyaan. Dan akhirnya sang ibu dapat masuk dan
tes bisa di lanjutkan.
6 TAHUN Ⅷ Pada tahun ini Testee langsung menjawab dengan
baik pertanyaan yang di berikan tester. Testee juga
sering melihat ke kanan dan ke kiri, sesekali testee
mengatakan capek dan bertanya apakah tes nya
masih lama sambal di temani ibunya.
B. Hasil Skoring
1. Skor CA
CA = Tahun Bulan Tanggal
2022 11 23
2015 09 10
CA = 7tahun 02 bulan 13 hari
CA = (7 tahun x 12) + 2
CA = 84 + 2 = 86 bulan
Skor CA atau Crhonological Age didapatkan dari hasil pengurangan antara
tanggal tes dan tanggal lahir testee, setelah mengetahui CA testee kemudian di
klasifikasikan sesuai dengan CA, jika untuk anak usia 5 tahun dimulai dari 1
tahun di bawah CA. Diketahui tanggal lahir testee 10 November 2015 dan tes
dilaksanakan pada tanggal 23 November 2022, kemudian kurangi tanggal lahir
dengan tanggal tes, didapatkan hasil CA yaitu 7 tahun 02 bulan 13 hari,
kemudian semua itu dijadikan dalam satuan bulan dan hasil akhir CA menjadi
86 bulan.
2. Skor MA
MA = Umur basal + kredit bulan
MA = (6 tahun x 12) + 23
MA = 72 + 23
MA = 95
Skor MA atau Mental Age didapatkan dengan rumus MA = umur basal +
kredit tambahan yang diperoleh subjek di atas umur basalnya. Dimulai pada
tahun ke-lima testee berinisial S.R.I.D sudah menemukan basalnya dan dapat
menjawab semua soal artinya kemampuan testee dapat memecahkan masalah di
usia ke lima tahun dengan kredit bulan 1, hal ini sesuai dengan umur
kronologisnya yaitu diumur 6 tahun. Ceiling testee pada tahun ke delapan yang
artinya testee tidak mampu memecahkan masalah di tahun ke sebelas. Dapat
disimpulkan bahwa umur basal testee didapatkan 6 tahun dan kredit bulan 1.
Setelah mengetahui umur basal dan kredit bulan, kemudian menghitung jumlah
dari kedua tersebut dan didapatkan hasil MA yaitu 95.
3. IQ secara umum
IQ = MA / CA X 100 =
IQ = 95/86 X100 = 110
Klasifikasi IQ = High Average (di atas rata-rata)
Intelligence Quotient atau IQ merupakan kemampuan seseorang untuk
menalar, memecahkan masalah, belajar, memahami gagasan, berpikir, dan
merencanakan sesuatu. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah
yang melibatkan logika. Salah satu cara yang digunakan untuk menyatakan tinggi
rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke
dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat
kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma.
Angka normatif dari hasil tes intelegensi ini kemudian dinyatakan dalam bentuk
rasio (quotient) dan dinamai dengan intelligence quotient (IQ). Setelah melakukan
skoring, diketahui testee berinisial S.R.I.D mendapatkan MA 95 dan CA 86 bulan,
kemudian skoring IQ Binet ini dilakukan dengan menggunakan rumus IQ = MA
/CA x 100.
Setelah skoring dilakukan didapatkan hasil IQ testee 110 dengan kategori
IQ di High average atau di atas rata-rata. Banyak anak yang juga termasuk ke
dalam kategori di atas rata-rata. Pendidikan formal pun pasti bisa diikuti nya
karena kemampuan untuk belajar yang cepat paham.
4. Binegram
Kategori Ⅳ Ⅳ-6 Ⅴ Ⅵ Ⅶ Ⅷ Sekor
Kemampuan 1 (9) 31
Bahasa 4 (10)
Daya Ingat 2 (3) 5(4) 6(5) 29
Berpikir 2(2) 5(4) 5(6) 37
Konsepsual
Penalaran 5(6) 3(7) 5(8) 3(10) 46
6(9)
Penalaran 4(1) 11
Numerik
Kemampuan 2(8) 6(10) 83
Visual – 4(9)
motorik
Intelegensi 6(4) 1(5) 1(8) 57
Sosial 6(7)
C. Analisa Data (Interpretasi Fragmental)
1. Aspek Kognitif
Kognisi didefinisikan sebagai proses mengubah, mereduksi, mengelaborasi,
menyempurnakan, dan menggunakan informasi dari panca indera. Menurut
Chaplin, istilah kognitif mengacu pada salah satu area atau domain/domain
psikologi manusia yang mencakup perilaku mental yang berkaitan dengan
pemahaman, pertimbangan, pemrosesan informasi, pemecahan masalah,
kesenjangan, dan keyakinan. Artinya kognisi merupakan komponen
perkembangan individu yang meliputi kemampuan mental dan aktivitas yang
berhubungan dengan proses menerima, mengolah, dan menggunakan informasi
berupa pemikiran, pemecahan masalah, dan adaptasi. (Khiyarusoleh, 2016:4-
5).

Terlihat ketika testee menjawab pertanyaan tester pada tes perbendaharaan


kata,gambar-gambar yang tidak lengkap testee menerima dengan baik setiap
intruksi dan kata yang di ucapkan oleh tester sehingga dapat meyebutkan
jawaban denga benar.

2. Aspek Emosi
Para ahli psikologi mendefinisikan emosi dengan berbagai tinjauan,
keberadaan emosi sendiri merupakan peranan penting dalam setiap individu
dalam kehidupan ini. Emosi didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau
pengolahan pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat atau
meluap-luap. Goleman (1999) menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan
dan pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis, psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak (dalam izzatul: 2013).
Terlihat pada saat tentee berada di dalam ruang KBU 6 pada tahun tes ke 6
terlihat testee sudah merasa capek dan sudah tidak fokus lagi, testee sering
menoleh ke arah pintu, sesekali menidurkan kepalanya ke meja dan juga terlihat
wajah testee sangat capek akhirnya konsentrasinya mulai terpecah.
3. Relasi Sosial
Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi
(rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi
sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu yang
lain atau masyarakat dan saling mempengaruhi. Relasi sosial sama halnya
dengan interaksi sosial dan pada tindakannya interaksi sosial yang
sesungguhnya terjadi adalah hubungan insan yang bermakna. Melalui
hubungan itu berlangsung kontak makna- makna yang diresponi kedua belah
pihak. Makna-makna dikomunikasikan dalam simbol-simbol. Misalnya rasa
senang akan diungkapkan dengan senyum, jabat tangan,dan tindakan positif
lainnya sebagai tambahan rangsangan panca indera atau rangsangan pengertian
penuh.

Terlihat ketika testee berada di luar ruang KBU testee sering mengajak
berbicara dan juga menjabat tangan mengajak berkenalan dengan op yang lain,
ketika tes berada di dalam ruangan sebelum tes di mulai testee bercerita bahwa
dia baru selesai ulangan harian di sekolahya.
4. Motivasi
Motivasi menurut pakar psikologi didevinisikan sebagai proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu- kewaktu.
Seseorang berbuat atau melakukan sesuatu didorong oleh sebuah kekuatan dari
dalam dirinya. Menurut Gletman dan Robet (2010) adalah keadaan individu
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengetesan diketahui bahwa testee memiliki IQ 110 dan
menurut binet termasuk dalam katagori rata-rata atas. Dengan kriteria saat tes,
testee mencapai basal pada tahun ke IV dan celling pada tahun ke VIII dengan
usia testee 7 tahun 2 bulan.
Saran belajar yang baik untuk testee adalah dengan menggunakan gaya
belajar Kinestetik. Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki, gaya belajar
Kinestetik adalah belajar dengan menggunakan indera perasa dan gerakan-
gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran
apabila ia bergerak, meraba atau mengambil tindakan. Karena hasil terbesar dari
IQ testee adalah kemampuan visual dan motorik. Contoh subtes yang mudah
dikerjaklan olch testee saat tester mengintruksikan untuk memberikan beberapa
balok kepada tester. Kekuatan testee adalah pada kemampuan visual motorik
seperti pada saat mengerjakan saat testee diberi benda sebagai contoh atau untuk
menjawab dan ketika diberikan balok berhitung yang hampir benar semua..
Kelemahannya adalah pada saat penalaran dan penalaran numeric.
BAGIAN III

IDENTITAS TESTER
A. Identitas Tester
Nama : Ramadhan Pradana Putra
NIM : 2010811022
Tempat , Tanggal Lahir : Probolinggo, 24 November 2001
Semester : 5 (lima)
Alamat : Jl tegal rejo, semeru
Email : [email protected]
BAGIAN IV
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai