Laporan Binet Ramadhan 2010811022
Laporan Binet Ramadhan 2010811022
Laporan Binet Ramadhan 2010811022
LAPORAN
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
2010811022
Asisten Dosen :
1910811001
Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam
semoga senantiasa di limpahkan kepada Rasulullah SAW sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Praktik Asessmen Kognitif yang membahas mengenai
Laporan Hasil Praktikum Test Binet dengan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan
laporan ini ialah untuk memenuhi tugas dari Ibu Anggraeni Swastika Sari, S.Psi.,
M.Psi, Psikolog pada mata kuliah Praktik Asessmen Kognitif.
Saya yang bertanggung jawab atas tugas Praktik Asesmen Kognitif ini telah
berusaha semaksimal mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik dan teliti.
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada sebagian
pihak sehingga dapat tersusunnya laporan ini. Kemudian saya berterimakasih
kepada dosen mata kuliah Praktik Asessmen Kognitif yaitu Ibu Anggraeni Swastika
Sari, S.Psi., M.Psi, Psikolog yang sudah membimbing dari berjalannya praktikum
sampai dengan terbentuknya laporan hasil praktikum ini.
Laporan ini saya susun dari beberapa sumber referensi yang digunakan dan
saya menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Saya juga sangat
mengharapkan saran serta kritik untuk menjadi bahan perbaikan agar nantinya
laporan ini semakin berkualitas dan membawa manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..……………..………..……………..………..….ii
DAFTAR ISI………..………..……………..………..……………..…………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum………..………..………………..………..…………….1
B. Latar Belakang………..………..……………..………..……………..
C. Tujuan Belajar………..………..……………..………..……………..…
BAB II LANDASAN TEORITIS TES WAIS
BAGIAN I
TINJAUAN TEORI
BAB 1
PENDAHULUAN
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar dalam mata kuliah Asessment Kognitif adalah agar
kami dapat mengetahui pengertian dari asessemen kognitif dari berbagai
pandangan dan teori tentang Intelegensi. Selain itu, kami juga bisa
mengetahui karakter dan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
seseorang. Dan yang paling penting adalah kami mendapat ilmu tentang
macam-macam alat tes yang dapat mengukur tingkat intelegensi seorang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Tes BINET
Standford - Binet merupakan revisi dari tes Binet-Simon (1916). Revisi
dilakukan di Universitas Standford, yang dipimpin oleh Dr. Lewis M. Terman
dibantu oleh rekan-rekannya. Revisi dimaksudkan untuk membuat alat ukur
yang terstandart secara sempurna dan disesuaikan dengan anak-anak di USA.
Tes ini banyak diterima oleh psikolog dan pedagog (ahli pendidikan anak), dan
sebagai tes skala kecerdasan individual yang penggunaannya sangat luas. Alfred
Binet (1857-1911) termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa
intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau
faktor umum (g faktor).
Menurut Binet, Inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang
terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Sebagaimana
dalam definisinya yang telah dikemukakan terdahulu, Binet menggambarkan
inteligensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain
untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu
kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup inteligensi atau
tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu
tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila
perlu.
Inilah yang dimaksud Arah, Adaptasi, dan Kritik dalam definisi inteligensi.
Tes BINET beberapa kali direvisi, isi tes relatif tetap hanya dikenakan uji coba
pada sampel yang lebih luas untuk mendapatkan norma-norma yang lebih
representatif dan dapat mencerminkan perubahan-perubahan kultural. Sebagai
suatu tes intelegensi individual, tes BINET membutuhkan tester yang cakap dan
terlatih. Pelatihan dan pengalaman khusus diperlukan untuk
mengadministrasikan, menyekor, dan menginterpretasikan hasil tes ini. Rapport
antara tester dan testee sangat penting, pada beberapa kasus kegagalan rapport
dapat mempengaruhi tingkat kesulitan soal-soal.
Selama beberapa dasawarsa, para psikolog (khususnya psikolog klinis)
menghargai tes BINET tidak hanya sebagai tes melainkan sebagai wawancara
klinis karena adanya interaksi yang kuat antara tester dan testee, serta
menyediakan sumber - sumber lain dari hasil observasi selama tes berlangsung.
Tes BINET dan juga tes lain yang sejenis, memungkinkan untuk mengamati ;
1) Metode kerja testee,
2) Pendekatan pemecahan masalah,
3) Aspek-aspek kualitatif kerja,
4) Karakteristik emosional tertentu,
5) Kemampuan konsentrasi,
6) Tingkat aktifitas,
7) Kepercayaan diri, dan
8) Ketekunan.
Revisi terhadap Skala StanfordBinet yang diterbitkan pada tahun 1972, yaitu
norma penilaiannya yang diperbaharui. Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan
menurut berbagai level usia mulai dari Usia II sampai dengan Usia
DewasaSuperior. Dalam masingmasing tes untuk setiap level usia terisi soalsoal
dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Bagi setiap level usia terdapat pula
tes pengganti yang setara, sehingga apabila suatu tes pada level usia tertentu tidak
dapat digunakan karena sesuatu hal maka tes penggantipun dapat dimanfaatkan.
Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soalsoalnya diberikan secara
lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes haruslah orang yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam
penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut.Skala ini
tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa, karena level tersebut merupakan
level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batasbatas usia mental yang
mungkin dicapai oleh anak-anak.
Versi terbaru skala Stanford Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam
revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran
yang masingmasing diwakili oleh beberapa tes. Yaitu penalaran verbal, penalaran
kuantitatif, penalaran visual abstrak, memori jangka pendek. Revisi skala Binet
dilakukan pertama kali di tahun 1916. Perubahan benar-benar dilakukan sehingga
menampilkan suatu tes baru. Untuk pertama kalinya digunakan istilah IQ.
C. DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2017. Pengantar Psikologi Intelegensi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dahlia S, dkk. (2015).MODUL
PRAKTIKUM PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2015
Nur’aeni, S.M. (2012). Tes Psikologi: Tes Intelegensi dan Tes
Bakat. Yoyakarta: Universitas Muhammadiyah (UM)
Purwokerto Press
Kursistin, P dkk. (2021). PETUNJUK PRAKTIKUM TES
INTELEGENSI PRAKTEK ASESMEN KOGNITIF.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember
2021
Mai, N. (2017). Laporan Praktikum Tes Binet. Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat 2017.
Setiowati, E. A. (2018). Studi Deskriptif mengenai Kemampuan
Persepsi Visual Anak usia 3-5 tahun. Proyeksi: Jurnal Psikologi,
11(1), 55-64.
BAGIAN II
IDENTITAS TESTEE
A. Subjek
1. Identitas Subjek
Nama : S.R.I.D
Tanggal Lahir : J.10.S.2015
Usia : 7th. 2bl .13hr
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Pendidikan : TK
Alamat : JL. RIAU
2. Asisten Dosen
NIM : 1910811001
3. Identitas Dosen Penampu
a. Nama : Anggraeni Swastika Sari, S.Psi., M.Psi, Psikolog
NIP : 1988100812003914
b. Nama : Panca Kursistin Handayani, S.Psi., M.A, Psikolog
NIP : 197303032005012001
BAB II
HASIL ASESMEN
2. Aspek Emosi
Para ahli psikologi mendefinisikan emosi dengan berbagai tinjauan,
keberadaan emosi sendiri merupakan peranan penting dalam setiap individu
dalam kehidupan ini. Emosi didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau
pengolahan pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat atau
meluap-luap. Goleman (1999) menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan
dan pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis, psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak (dalam izzatul: 2013).
Terlihat pada saat tentee berada di dalam ruang KBU 6 pada tahun tes ke 6
terlihat testee sudah merasa capek dan sudah tidak fokus lagi, testee sering
menoleh ke arah pintu, sesekali menidurkan kepalanya ke meja dan juga terlihat
wajah testee sangat capek akhirnya konsentrasinya mulai terpecah.
3. Relasi Sosial
Relasi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi
(rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi
sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu yang
lain atau masyarakat dan saling mempengaruhi. Relasi sosial sama halnya
dengan interaksi sosial dan pada tindakannya interaksi sosial yang
sesungguhnya terjadi adalah hubungan insan yang bermakna. Melalui
hubungan itu berlangsung kontak makna- makna yang diresponi kedua belah
pihak. Makna-makna dikomunikasikan dalam simbol-simbol. Misalnya rasa
senang akan diungkapkan dengan senyum, jabat tangan,dan tindakan positif
lainnya sebagai tambahan rangsangan panca indera atau rangsangan pengertian
penuh.
Terlihat ketika testee berada di luar ruang KBU testee sering mengajak
berbicara dan juga menjabat tangan mengajak berkenalan dengan op yang lain,
ketika tes berada di dalam ruangan sebelum tes di mulai testee bercerita bahwa
dia baru selesai ulangan harian di sekolahya.
4. Motivasi
Motivasi menurut pakar psikologi didevinisikan sebagai proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu- kewaktu.
Seseorang berbuat atau melakukan sesuatu didorong oleh sebuah kekuatan dari
dalam dirinya. Menurut Gletman dan Robet (2010) adalah keadaan individu
yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengetesan diketahui bahwa testee memiliki IQ 110 dan
menurut binet termasuk dalam katagori rata-rata atas. Dengan kriteria saat tes,
testee mencapai basal pada tahun ke IV dan celling pada tahun ke VIII dengan
usia testee 7 tahun 2 bulan.
Saran belajar yang baik untuk testee adalah dengan menggunakan gaya
belajar Kinestetik. Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki, gaya belajar
Kinestetik adalah belajar dengan menggunakan indera perasa dan gerakan-
gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap pelajaran
apabila ia bergerak, meraba atau mengambil tindakan. Karena hasil terbesar dari
IQ testee adalah kemampuan visual dan motorik. Contoh subtes yang mudah
dikerjaklan olch testee saat tester mengintruksikan untuk memberikan beberapa
balok kepada tester. Kekuatan testee adalah pada kemampuan visual motorik
seperti pada saat mengerjakan saat testee diberi benda sebagai contoh atau untuk
menjawab dan ketika diberikan balok berhitung yang hampir benar semua..
Kelemahannya adalah pada saat penalaran dan penalaran numeric.
BAGIAN III
IDENTITAS TESTER
A. Identitas Tester
Nama : Ramadhan Pradana Putra
NIM : 2010811022
Tempat , Tanggal Lahir : Probolinggo, 24 November 2001
Semester : 5 (lima)
Alamat : Jl tegal rejo, semeru
Email : [email protected]
BAGIAN IV
LAMPIRAN-LAMPIRAN