Pojk 35 Dan Seojk17 2020
Pojk 35 Dan Seojk17 2020
Pojk 35 Dan Seojk17 2020
Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Penilaian adalah proses pekerjaan untuk memberikan opini tertulis atas nilai
ekonomi suatu objek penilaian.
5. Penilaian Bisnis adalah proses pekerjaan untuk memberikan opini tertulis atas
objek Penilaian Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai Penilai yang melakukan kegiatan di pasar modal.
9. Tanggal Penilaian adalah tanggal pada saat Nilai, hasil Penilaian, atau
perhitungan manfaat ekonomi dinyatakan.
10. Dasar Penilaian adalah suatu penjelasan dan/atau pendefinisian tentang jenis
Nilai yang sedang diteliti berdasarkan kriteria tertentu.
11. Premis Nilai adalah asumsi Nilai yang berhubungan dengan suatu kondisi
transaksi yang dapat digunakan pada objek Penilaian.
b. selisih antara total aset dikurangi dengan total liabilitas dari perusahaan
sebagaimana tercatat
dalam laporan keuangan.
13. Nilai Aset Bersih adalah total nilai pasar aset dikurangi total nilai pasar
liabilitas.
14. Nilai Pasar adalah estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari hasil
penukaran suatu aset atau liabilitas pada Tanggal Penilaian, antara pembeli yang
berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi
bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua Pihak
masing–masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian,
dan tanpa paksaan.
15. Asumsi adalah sesuatu yang dianggap akan terjadi termasuk fakta, syarat, atau
keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi objek Penilaian atau pendekatan
penilaian dan kewajarannya telah dianalisis oleh Penilai Bisnis sebagai bagian dari
proses Penilaian
16. Pendekatan Penilaian adalah suatu cara untuk memperkirakan Nilai dengan
menggunakan satu atau lebih metode penilaian
20. Metode Penilaian adalah suatu cara atau rangkaian cara tertentu dalam
melakukan Penilaian
22. Faktor Kapitalisasi adalah semua jenis rasio yang digunakan untuk
mengkonversi pendapatan menjadi suatu Nilai
24. Laporan Penilaian Bisnis adalah laporan tertulis yang dibuat oleh Penilai Bisnis
yang memuat pendapat Penilai Bisnis mengenai objek Penilaian serta menyajikan
informasi tentang proses Penilaian
25. Tanggal Laporan Penilaian Bisnis adalah tanggal ditandatanganinya Laporan
Penilaian Bisnis oleh Penilai Bisnis
26. Tenaga Ahli adalah orang yang mempunyai keahlian dan kualifikasi pada suatu
bidang tertentu di luar ruang lingkup kegiatan Penilaian dan tidak bekerja pada
kantor jasa Penilai publik
28. Diskon Tanpa Pengendalian (Discount for Lack of Control) adalah suatu
jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari Nilai suatu
ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya tingkat pengendalian atas objek Penilaian
29. Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketabilities) adalah suatu
jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari Nilai suatu
ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya likuiditas objek Penilaian
30. Kelangsungan Usaha adalah suatu kondisi yang mencerminkan usaha yang
sedang beroperasi atau dalam konstruksi, atau suatu premis dalam Penilaian,
dimana Penilai Bisnis menganggap suatu perusahaan akan terus melanjutkan
operasinya secara berkelanjutan.
32. Premi Pengendalian (Premium for Control) adalah suatu jumlah atau
persentase tertentu yang merupakan penambah dari Nilai suatu ekuitas sebagai
cerminan dari tingkat pengendalian atas objek Penilaian
33. Modal Investasi adalah jumlah utang jangka panjang dan ekuitas pada suatu
perusahaan.
33. Tingkat Kapitalisasi adalah jumlah pembagi yang digunakan untuk
mengkonversi pendapatan menjadi Nilai
34. Tingkat Imbal Balik adalah jumlah laba atau rugi dan/atau perubahan nilai
yang direalisasikan atau diharapkan dari suatu investasi yang dinyatakan dalam
persentase
35. Tingkat Diskonto adalah suatu Tingkat Imbal Balik untuk mengkonversikan nilai
di masa depan ke nilai sekarang yang mencerminkan nilai waktu dari uang dan
ketidakpastian atas terealisasinya pendapatan ekonomi
37. Arus Kas Kotor adalah laba bersih setelah pajak, ditambah transaksi bukan kas
berupa penyusutan dan/atau penurunan nilai.
37. Nilai Terminal (Terminal Value) adalah Nilai dari jumlah arus kas untuk
periode setelah periode waktu tetap, dimana arus kas yang diterapkan dapat
menggunakan model ekuitas atau Modal Investasi
38. Pendapat Kewajaran adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh Penilai
Bisnis untuk menyatakan bahwa suatu transaksi yang akan dilakukan adalah wajar
atau tidak wajar
Pasal 2
Untuk melakukan kegiatan Penilaian Bisnis di bidang pasar modal, Penilai Bisnis
wajib:
a. menaati kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi profesi penilai
b. melakukan Penilaian sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia dan
pedoman Penilaian dan penyajian laporan Penilaian yang ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan;
c. memiliki kualifikasi, kompetensi, dan keahlian sesuai dengan spesialisasi
industri yang terkait dengan objek Penilaian;
d. menggunakan Nilai Pasar
Pasal 3
Dalam hal Penilaian yang dilakukan oleh Penilai Bisnis mengacu pada hasil
Penilaian properti, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. hasil Penilaian properti yang digunakan sebagai acuan merupakan hasil
Penilaian properti yang diterbitkan oleh Penilai Properti;
b. hasil Penilaian properti yang dijadikan acuan dilampirkan dalam Laporan
Penilaian Bisnis;
c. Tanggal Penilaian pada Penilaian Bisnis sama dengan Tanggal Penilaian pada
Penilaian property
Pasal 4
Dalam hal Penilaian yang dilakukan oleh Penilai Bisnis mengacu pada hasil
Penilaian Bisnis, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. hasil Penilaian bisnis yang digunakan sebagai acuan merupakan hasil Penilaian
Bisnis yang diterbitkan oleh Penilai Bisnis;
b. hasil Penilaian bisnis yang dijadikan acuan dilampirkan dalam Laporan
Penilaian Bisnis;
c. Tanggal Penilaian pada Penilaian Bisnis sama dengan Tanggal Penilaian pada
Penilaian bisnis
Pasal 5
Dalam hal Penilaian yang dilakukan oleh Penilai Bisnis mengacu pada laporan
keuangan, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Pasal 6
Dalam hal Penilai Bisnis melakukan revisi atas Laporan Penilaian Bisnis maka
Penilai Bisnis wajib:
Fakta dan perubahan yang material wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian
Bisnis yang telah direvisi tersebut
Pasal 7
Laporan Penilaian Bisnis berlaku selama 6 bulan sejak Tanggal Penilaian,
apabila belum berakhir dan terdapat hal yang dapat mempengaruhi
kesimpulan Nilai lebih dari 5% (lima persen) maka Laporan Penilaian Bisnis
menjadi tidak berlaku.
Pasal 9
Sebelum menerima Penugasan Penilaian Profesional, wajib terlebih
dahulu:
Pasal 10
Penilai Bisnis yang digantikan wajib memberikan jawaban dengan segera
dan lengkap atas pertanyaan dari Penilai Bisnis pengganti berdasarkan
fakta yang diketahuinya;
Penilai bisnis lain yang ditunjuk OJK dapat meminta pendapat dari tenaga
ahli
Pasal 13
Laporan hasil kaji ulang atau penilaian ulang atas Laporan Penilaian Bisnis
wajib mengungkapkan:
a. identitas Penilai Bisnis yang menerbitkan Laporan Penilaian Bisnis yang
dikaji ulang atau dinilai ulang serta tujuan penugasan;
b. identitas pemberi tugas dan pengguna laporan hasil kaji ulang atau
Penilaian ulang;
h. Seluruh informasi yang digunakan dalam proses kaji ulang atau Penilaian
ulang
Pasal 14
Perbedaan kesimpulan Nilai antara laporan hasil kaji ulang dengan
Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang atau dinilai ulang dianggap
material jika terdapat perbedaan kesimpulan Nilai lebih dari 15% dari
kesimpulan Nilai Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang
Pasal 15
Hasil kaji ulang wajib disampaikan oleh Penilai Bisnis lain yang ditunjuk
oleh OJK paling lambat 7 hari setelah tanggal laporan hasil kaji ulang atau
Penilaian ulang.
Pasal 16
Biaya yang timbul sebagai akibat dari kaji ulang atas Laporan Penilaian
Bisnis menjadi beban pemberi tugas sebagaimana disebutkan dalam
Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang.
Pasal 19
Penilai Bisnis wajib mempertimbangkan ruang lingkup Penugasan Penilaian
Profesional yang meliputi:
a. objek Penilaian yang perlu diidentifikasi dan diinspeksi;
b. data yang perlu diteliti;
c. analisis data dan informasi yang perlu dilakukan untuk memperoleh opini dan
hasil Penilaian.
Pasal 20
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan opini, hasil pekerjaan, atau pernyataan
Tenaga Ahli maka Penilai Bisnis wajib:
A. mengungkapkan Asumsi dan kondisi pembatas termasuk tingkat tanggung
jawab dan Asumsi Penilai Bisnis atas hasil pekerjaan Tenaga Ahli tersebut;
B. memuat opini atau hasil pekerjaan atau pernyataan Tenaga Ahli tersebut
dalam Laporan Penilaian Bisnis;
C. melampirkan laporan hasil kerja Tenaga Ahli tersebut dalam Laporan
Penilaian Bisnis.
Jangka waktu antara laporan hasil kerja Tenaga Ahli dan Tanggal Penilaian
dilarang lebih dari 12 bulan sejak tanggal diterbitkannya laporan Tenaga Ahli.
Pasal 21
Penilai Bisnis wajib menggunakan data dan informasi yang diperoleh dari
sumber yang dapat dipercaya dan wajib mengungkapkan sumber dimaksud
dan waktu perolehannya dalam Laporan Penilaian Bisnis.
Pasal 23
Dalam melakukan Penugasan Penilaian Profesional, Penilai Bisnis wajib
membuat dan memelihara kertas kerja Penilaian Bisnis
Pasal 24
Kertas kerja wajib memuat catatan yang diselenggarakan oleh Penilai Bisnis
tentang prosedur Penilaian, pengujian, seluruh data dan informasi yang
digunakan termasuk data pembanding, sumber data dan informasi,
analisis atas data dan informasi, dan kesimpulan yang dibuat sehubungan
dengan proses Penilaian yang dilakukan.
Pasal 25
Kertas kerja Wajib menunjukkan bahwa:
Pasal 29
Penilai Bisnis wajib melakukan penyesuaian terhadap pos dalam laporan
keuangan untuk menghasilkan indikasi Nilai
Pasal 30
Penilai bisnis wajib bersikap hati-hati dalam membuat penyesuaian terhadap
laporan keuangan historis dan didukung dengan data dan informasi yang
cukup untuk menjamin validitas penyesuaian laporan keuangan.
Pasal 31
Dalam melakukan penyesuaian atas laporan keuangan, Penilai Bisnis wajib
melakukan analisis untuk:
wajib menganalisis:
1. besarnya kemampuan nilai uang;
2. common size statement percentage dari penjualan dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain dan dari total aset dalam laporan
posisi keuangan;
3. rasio keuangan.
Pasal 32
Dalam melakukan penyesuaian atas laporan keuangan, Penilai Bisnis wajib
memperhatikan:
Asumsi dan kondisi pembatas yang digunakan oleh Penilai Bisnis wajib
memenuhi ketentuan:
a. menghasilkan Laporan Penilaian Bisnis yang bersifat non-disclaimer opinion;
c. mencerminkan bahwa data dan informasi yang diperoleh berasal dari sumber
yang dapat dipercaya keakuratannya;
Pasal 36
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan suku bunga bebas risiko maka wajib
memenuhi ketentuan:
a. suku bunga bebas risiko yang digunakan disesuaikan dengan mata uang yang
disajikan dalam laporan keuangan objek Penilaian;
b. sumber data dan tanggal jatuh tempo dari instrumen yang digunakan dalam
menentukan suku bunga bebas risiko serta besarnya tingkat suku bunga bebas
risiko wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian Bisnis
Pasal 39
* Jika tidak terdapat surat utang negara dalam mata uang, Penilai Bisnis
wajib menggunakan suku bunga bebas risiko negara tersebut dan
disesuaikan dengan tingkat risiko negara (country risk) yang relevan.
DISKON DAN PREMI
Pasal 40
Dalam menentukan kesimpulan Nilai atas objek Penilaian, Penilai Bisnis
wajib menggunakan Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of
Marketability) dan Premi Pengendalian (Premium for Control) atau Diskon
Tanpa Pengendalian (Discount for Lack of Control).
Pasal 41
Pasal 42
Dalam menggunakan Premi Pengendalian (Premium for Control) atau
Diskon Tanpa Pengendalian (Discount or Lack of Control) maka Penilai
Bisnis wajib memperhatikan:
Pasal 44
Diskon Tanpa Pengendalian (Discount for Lack of Control) dan Diskon
Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) tidak diterapkan dalam
hal Penilai Bisnis melakukan Penilaian atas penyertaan saham minoritas
untuk transaksi yang bertujuan agar perusahaan tidak lagi menjadi
perusahaan terbuka.
KESIMPULAN NILAI
Pasal 45
Dalam membuat kesimpulan Nilai, Penilai Bisnis wajib
mempertimbangkan:
Pasal 48
Dalam hal Penugasan Penilaian Profesional ditujukan untuk kepentingan
pemberian Pendapat Kewajaran maka Penilai Bisnis dapat menyajikan
hasil Penilaian dalam kisaran Nilai dengan memenuhi ketentuan:
B) batas atas dan batas bawah pada kisaran nilai tidak boleh melebihi
7,5% dari Nilai yang dijadikan acuan kisaran tersebut
Pasal 53
Pendekatan Aset dapat digunakan untuk memperoleh indikasi Nilai dari
Nilai suatu perusahaan, nilai dari Modal yang Diinvestasikan, nilai dari
struktur permodalan, dan/atau Nilai Aset Bersih perusahaan (ekuitas).
Indikasi nilai ekuitas atau estimasi nilai aset diperoleh dari selisih antara
nilai aset termasuk aset tak berwujud dengan nilai kewajiban, atas dasar
Nilai yang disesuaikan (appraised value).
Pasal 54
Dalam hal Penilaian dilakukan atas bagian dari suatu aset (partial interest)
maka pemegang hak kepemilikan atas aset tersebut harus dapat
memutuskan untuk melakukan penjualan atau mampu menyebabkan
terjadinya penjualan (majority interest).
Pasal 55
Dalam hal Penilaian dilakukan terhadap kepemilikan mayoritas atas objek
Penilaian maka Penilai Bisnis wajib mengungkapkan estimasi Nilai
berdasarkan kepemilikan mayoritas dan minoritas atas objek Penilaian
dalam Laporan Penilaian Bisnis.
Pasal 56
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan proyeksi keuangan dalam
melakukan Penilaian yang menggunakan Pendekatan Aset maka proyeksi
keuangan wajib diperoleh dari Pihak manajemen dan diungkapkan dalam
Laporan Penilaian Bisnis.
Pasal 57
Pos dalam laporan keuangan wajib disesuaikan untuk mencerminkan Nilai
Pasar pada Tanggal Penilaian dan penyesuaiannya wajib diungkapkan
dalam Laporan Penilaian Bisnis
Pasal 58
Metode yang digunakan dalam Pendekatan Aset adalah sebagai berikut:
6. perusahaan yang memiliki aset tak berwujud dalam jumlah yang tidak
signifikan;
B) Penyesuaian terhadap aset lancar wajib dilakukan sesuai dengan sifat
aset lancar tersebut;
E. Utang atau liabilitas dinilai sesuai dengan nilai yang tercantum dalam
laporan posisi keuangan, kecuali terdapat faktor lain yang mempengaruhi;
Pasal 60
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan metode kapitalisasi kelebihan
pendapatan maka berlaku ketentuan berikut:
h. Penentuan Tingkat Imbal Balik wajar (normal rate of return) untuk nilai
aset berwujud bersih wajib sesuai dengan risiko yang melekat pada nilai
aset berwujud bersih tersebut dan mencerminkan Tingkat Imbal Balik rata-
rata tertimbang antara biaya ekuitas dan biaya utang sesuai dengan
kapasitas nilai aset berwujud bersih dalam memperoleh pinjaman
(borrowing capacity);
i. Pendapatan ekonomi atau laba normal yang akan dikurangi dengan jumlah
imbal balik wajar atas nilai aset berwujud bersih mencerminkan pendapatan
ekonomi yang diperkirakan akan dapat dipertahankan di masa datang;
j. Selisih antara pendapatan ekonomi normal dan jumlah imbal balik atas
nilai aset berwujud bersih adalah jumlah imbal balik atas aset tak
berwujud;
1. sifat usaha;
2. manajemen perusahaan;
4. reputasi perusahaan;
Pasal 61
Metode yang digunakan dalam Pendekatan Pasar adalah
b) Nilai yang didapat berasal dari transaksi yang bersifat wajar dan bukan
transaksi antara Pihak yang berelasi (non-relatedparties transaction) atau
dalam satu pengendalian (under common control transaction);
Penilai Bisnis dapat menerapkan P/E price to earnings ratio jika nilai
depresiasi tidak merupakan biaya yang signifikan pada unsur biaya
Penilai Bisnis dapat menerapkan PBV price to book value ratio jika
Nilai Buku aset perusahaan pembanding telah disesuaikan ke dalam
Nilai Pasar.
Pasal 67
Dalam hal Penilaian terhadap suatu kepentingan pemegang saham
pengendali dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan
maka:
Pasal 68
Metode yang digunakan dalam Pendekatan Pendapatan sebagai berikut:
A. Metode diskonto arus kas;
B. Metode Kapitalisasi Pendapatan
Penilai Bisnis wajib memiliki keyakinan yang memadai bahwa Asumsi yang
digunakan dalam penyusunan rencana bisnis relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan dan keyakinan diungkapkan di dalam Laporan
Penilaian Bisnis
Pasal 69
Manfaat atau pendapatan ekonomi yang wajib digunakan dalam
Pendekatan Pendapatan adalah berupa Arus Kas Bersih untuk perusahaan
Pasal 70
Biaya modal yang dipergunakan dalam Pendekatan Pendapatan wajib
memperhatikan hal sebagai berikut:
Dalam hal dividen tidak mencerminkan tingkat dividen pasar maka nilai
dividen dicari dari perusahaan terbuka yang sebanding.
Pasal 71
Biaya ekuitas untuk saham wajib dihitung melalui:
Pasal 72
Dalam hal biaya ekuitas untuk saham dihitung menggunakan capital asset
pricing model maka Penilai Bisnis wajib memperhatikan hal sebagai
berikut:
a. Tingkat Imbal Balik bebas risiko wajib menggunakan suku bunga bebas
risiko
Pasal 73
Dalam hal biaya ekuitas untuk saham dihitung dengan menggunakan model
diskonto arus kas (discounted cash flow model) maka Penilai Bisnis wajib
menggunakan perusahaan pembanding yang memiliki Nilai Pasar ekuitas.
Pasal 74
Penilai Bisnis menggunakan metode diskonto arus kas maka Penilai Bisnis
wajib melakukan penelaahan atau penyesuaian atas Asumsi, keakuratan
perhitungan, dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam menyusun
proyeksi laporan keuangan.
Pasal 75
Metode diskonto arus kas hanya dapat digunakan untuk menilai:
a. perusahaan yang telah melakukan kegiatan operasional selama 1
tahun / lebih;
Pasal 76
Proyeksi Arus Kas Bersih dapat ditetapkan dalam 2 periode proyeksi yaitu:
B. periode waktu kekal yang dimulai dari satu tahun setelah periode
waktu tetap sampai dengan seterusnya.
Pasal 77
Penerapan metode diskonto arus kas dapat menggunakan model ekuitas
atau model Modal yang Diinvestasikan
Pasal 78
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan model ekuitas maka Penilai wajib
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. arus kas yang didiskonto merupakan arus kas yang tersedia untuk
pemegang saham biasa (equity);
b. Tingkat Diskonto merupakan Tingkat Imbal Balik atau biaya atas ekuitas
(cost of equity).
Pasal 79
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan model Modal yang Diinvestasikan
maka Penilai wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut:
A. Arus kas yang didiskonto merupakan arus kas yang tersedia untuk semua
penyedia modal;
Pasal 81
TINGKAT DISKONTO
Pasal 82
Penilai Bisnis dalam menetapkan Tingkat Diskonto wajib:
Pasal 83
Penilai Bisnis wajib mengungkapkan dalam Laporan Penilaian Bisnis
mengenai alasan, Asumsi, dan proses perhitungan Tingkat Diskonto.
Pasal 88
Penilai Bisnis dilarang mendasarkan proyeksi pendapatan ekonomis hanya
dengan menggunakan tren data historis.
Pasal 91
Nilai sisa (residual value) digunakan dalam hal objek Penilaian memiliki
jangka waktu yang tertentu
(SEOJK 17)
Dalam hal menghitung nilai sisa objek Penilaian yang memiliki jangka
waktu tertentu dengan menggunakan model Modal Investasi maka Nilai
Terminal (Terminal Value) diperoleh dengan mengestimasi nilai sisa dari
Modal Investasi, yaitu aset tetap ditambah dengan estimasi jumlah yang
dapat direalisasikan dari modal kerja bersih dikurangi dengan biaya yang
harus dikeluarkan pada akhir periode spesifik.
Dalam hal menghitung nilai sisa objek Penilaian yang memiliki jangka
waktu tertentu dengan menggunakan model ekuitas maka Nilai Terminal
(Terminal Value) diperoleh dengan mengurangkan jumlah liabilitas pada
akhir periode tertentu terhadap estimasi dari nilai sisa Modal Investasi.
Dalam hal menghitung nilai sisa objek Penilaian yang memiliki jangka
waktu tertentu berupa aset tetap maka Penilai Bisnis wajib mengacu pada
hasil penilaian properti.
(SEOJK 17)
Metode Kapitalisasi Pendapatan dapat digunakan untuk suatu entitas atau
aset tak berwujud yang menjadi objek Penilaian yang dianggap sudah
berada dalam tahap pertumbuhan yang konstan.
Arus kas untuk periode kekal adalah arus kas periodik yang mewakili entitas
atau aset tak berwujud yang menjadi objek Penilaian dalam satu siklus
usaha.
Pasal 92
PENDAPAT KEWAJARAN
Pasal 93
a. analisis transaksi
b. analisis kualitatif dan kuantitatif atas rencana transaksi;
c. analisis atas kewajaran nilai transaksi;
d. analisis atas faktor lain yang relevan
(SEOJK 17)
Analisis transaksi wajib paling sedikit meliputi hal sebagai berikut:
a. identifikasi dan hubungan antara pihak yang bertransaksi;
b. perjanjian dan persyaratan yang disepakati dalam transaksi; dan
c. penilaian atas risiko dan manfaat dari transaksi yang akan dilakukan;
(SEOJK 17)
Pemberian Pendapat Kewajaran atas Transaksi Pinjam-Meminjam Dana
dan/atau Penjaminan wajib memperhatikan hal sebagai berikut:
3) dalam hal Penilaian saham anak perusahaan mengacu pada hasil Penilaian
properti maka hasil Penilaian properti yang digunakan sebagai acuan adalah
hasil Penilaian properti yang diterbitkan oleh Penilai Properti;
Dalam hal Penilai Bisnis tidak memiliki keahlian dalam bidang properti maka
Studi Kelayakan Bisnis yang memerlukan Penilaian properti wajib mengacu
pada hasil opini Penilai Properti.
a. kelayakan pasar;
b. kelayakan teknis;
c. kelayakan pola bisnis;
d. kelayakan model manajemen;
e. kelayakan keuangan.
( SEOJK 17 )
Dalam melakukan analisis atas kelayakan pasar, Penilai Bisnis wajib
memperhatikan:
a. kondisi pasar, seperti pangsa pasar, kesinambungan (sustainability),
potensi pasar, sasaran, dan potensi nilai pasar;
b. pesaing usaha;
c. strategi pemasaran;
a. kapasitas;
b. ketersediaan dan kualitas sumber daya, termasuk bahan baku mentah,
pekerja, dan ahli profesional;
c. proses produksi;
Dalam melakukan analisis atas kelayakan pola bisnis Penilai Bisnis wajib
memperhatikan:
b. modal kerja;
c. sumber pembiayaan;
d. biaya operasional;
b. Tanggal Penilaian;
h. keterangan dan informasi usaha atau proyek yang dinilai, paling sedikit
meliputi:
7) informasi industri;
8) pola bisnis;
Dalam hal Penilai Bisnis wajib menggunakan definisi dan istilah , apabila
menggunakan istiah lain yang tidak ditetapkan dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini maka definisi dan istilah lain tersebut wajib diungkapkan
secara jelas dalam Laporan Penilaian Bisnis.
Laporan ringkas (short form report) dapat disajikan secara terpisah namun
merupakan satu kesatuan dari Laporan Penilaian Bisnis.
A. surat pengantar;
B. daftar isi;
C. identitas pemberi tugas antara lain nama, bidang usaha, alamat, nomor
telepon, faksimili, dan email;
5) uraian mengenai Tenaga Ahli dan hasil pekerjaan Tenaga Ahli dalam hal
Penilai Bisnis mendasarkan Penilaian-nya pada hasil kerja Tenaga Ahli;
6) uraian mengenai Penilai Properti dan hasil Penilaian oleh Penilai Properti
dalam hal Penilai Bisnis mendasarkan penilaiannya pada hasil Penilaian
properti;
9) hasil identifikasi atas aset non operasional, liabilitas non operasional, dan
kelebihan atau kekurangan aset operasional (excess or deficient) yang
terkait dan pengaruhnya terhadap penilaian;
10) informasi mengenai identitas dan jabatan pihak yang telah diwawancarai
dan hubungannya dengan objek Penilaian;
13) data industri, data pasar, data ekonomi, dan informasi empiris lainnya
yang mendukung penilaian;
14) dokumen dan sumber informasi yang disediakan oleh atau yang terkait
dengan entitas;
c) struktur organisasi;
h) pasar geografis;
k) persaingan usaha;
l) risiko usaha;
5) informasi perpajakan;
b. Tanggal Penilaian;
s. uraian mengenai hasil analisis atas jaminan yang terkait dengan transaksi
pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan
Pasal 101
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 102 - 104
Setiap Pihak yang melanggar ketentuan Pasal 2-100 dikenai sanksi
administrative, dikenakan juga kepada Pihak yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran, dijatuhkan oleh OJK.