Pojk 35 Dan Seojk17 2020

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 58

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35

/POJK.04/2020 TENTANG PENILAIAN DAN PENYAJIAN LAPORAN PENILAIAN BISNIS


DI PASAR MODAL
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17
/SEOJK.04/2020 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
PENILAIAN BISNIS DI PASAR MODAL

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Penilaian adalah proses pekerjaan untuk memberikan opini tertulis atas nilai
ekonomi suatu objek penilaian.

2. Penilai adalah orang perseorangan yang dengan keahliannya menjalankan


kegiatan Penilaian di pasar modal.

3. Penilai Bisnis adalah Penilai yang melakukan kegiatan penilaian bisnis


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penilai
yang melakukan kegiatan di pasar modal.

4. Penilai Properti adalah Penilai yang melakukan kegiatan Penilaian properti


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penilai
yang melakukan kegiatan di pasar modal.

5. Penilaian Bisnis adalah proses pekerjaan untuk memberikan opini tertulis atas
objek Penilaian Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai Penilai yang melakukan kegiatan di pasar modal.

6. Penugasan Penilaian Profesional adalah penugasan yang diterima oleh Penilai


dari pemberi penugasan untuk melakukan Penilaian atas objek, tujuan Penilaian,
dan tanggal tertentu dimana Penilai mendasarkan opininya,yang disajikan dalam
laporan Penilaian.

7. Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau


kelompok yang terorganisasi.
8. Nilai adalah perkiraan harga yang diinginkan oleh penjual dan/atau pembeli atas
suatu barang atau jasa dan merupakan jumlah manfaat ekonomi berdasarkan nilai
pasar yang akan diperoleh dari objek Penilaian pada tanggal Penilaian.

9. Tanggal Penilaian adalah tanggal pada saat Nilai, hasil Penilaian, atau
perhitungan manfaat ekonomi dinyatakan.

10. Dasar Penilaian adalah suatu penjelasan dan/atau pendefinisian tentang jenis
Nilai yang sedang diteliti berdasarkan kriteria tertentu.
11. Premis Nilai adalah asumsi Nilai yang berhubungan dengan suatu kondisi
transaksi yang dapat digunakan pada objek Penilaian.

12. Nilai Buku adalah:


a. hasil kapitalisasi atas biaya perolehan aset, dikurangi akumulasi depresiasi,
deplesi, amortisasi
atau penurunan nilai sebagaimana yang tercatat dalam laporan keuangan;

b. selisih antara total aset dikurangi dengan total liabilitas dari perusahaan
sebagaimana tercatat
dalam laporan keuangan.

13. Nilai Aset Bersih adalah total nilai pasar aset dikurangi total nilai pasar
liabilitas.

14. Nilai Pasar adalah estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari hasil
penukaran suatu aset atau liabilitas pada Tanggal Penilaian, antara pembeli yang
berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi
bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua Pihak
masing–masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian,
dan tanpa paksaan.

15. Asumsi adalah sesuatu yang dianggap akan terjadi termasuk fakta, syarat, atau
keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi objek Penilaian atau pendekatan
penilaian dan kewajarannya telah dianalisis oleh Penilai Bisnis sebagai bagian dari
proses Penilaian
16. Pendekatan Penilaian adalah suatu cara untuk memperkirakan Nilai dengan
menggunakan satu atau lebih metode penilaian

17. Pendekatan Aset adalah Pendekatan Penilaian berdasarkan laporan keuangan


historis objek Penilaian yang telah diaudit, dengan cara menyesuaikan seluruh aset
dan liabilitas menjadi Nilai Pasar sesuai dengan Premis Nilai yang digunakan dalam
Penilaian Bisnis

18. Pendekatan Pasar adalah Pendekatan Penilaian dengan cara membandingkan


objek Penilaian dengan objek lain yang sebanding dan sejenis serta telah tersedia
informasi harga transaksi atau penawaran

19. Pendekatan Pendapatan adalah Pendekatan Penilaian dengan cara


mengkonversi manfaat ekonomis atau pendapatan yang diperkirakan akan
dihasilkan oleh objek Penilaian dengan tingkat diskonto tertentu

20. Metode Penilaian adalah suatu cara atau rangkaian cara tertentu dalam
melakukan Penilaian

21. Business Interest adalah kepemilikan dalam perusahaan yang meliputi


penyertaan dalam perusahaan, surat berharga, aset keuangan lainnya, dan aset tak
berwujud

22. Faktor Kapitalisasi adalah semua jenis rasio yang digunakan untuk
mengkonversi pendapatan menjadi suatu Nilai

23. Metode Kapitalisasi Pendapatan (Capitalization of Income Method) adalah


Metode Penilaian yang mendasarkan pada suatu pendapatan yang dianggap
mewakili kemampuan di masa mendatang dari suatu perusahaan atau Business
Interest yang dinilai, dibagi dengan suatu tingkat kapitalisasi atau dikali dengan
Faktor Kapitalisasi, sehingga menjadi suatu indikasi Nilai dari perusahaan atau
Business Interest.

24. Laporan Penilaian Bisnis adalah laporan tertulis yang dibuat oleh Penilai Bisnis
yang memuat pendapat Penilai Bisnis mengenai objek Penilaian serta menyajikan
informasi tentang proses Penilaian
25. Tanggal Laporan Penilaian Bisnis adalah tanggal ditandatanganinya Laporan
Penilaian Bisnis oleh Penilai Bisnis

26. Tenaga Ahli adalah orang yang mempunyai keahlian dan kualifikasi pada suatu
bidang tertentu di luar ruang lingkup kegiatan Penilaian dan tidak bekerja pada
kantor jasa Penilai publik

27. Holding Company adalah suatu perusahaan yang sebagian besar


pendapatannya atau seluruhnya berasal dari penyertaan pada perusahaan lain

28. Diskon Tanpa Pengendalian (Discount for Lack of Control) adalah suatu
jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari Nilai suatu
ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya tingkat pengendalian atas objek Penilaian

29. Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketabilities) adalah suatu
jumlah atau persentase tertentu yang merupakan pengurang dari Nilai suatu
ekuitas sebagai cerminan dari kurangnya likuiditas objek Penilaian

30. Kelangsungan Usaha adalah suatu kondisi yang mencerminkan usaha yang
sedang beroperasi atau dalam konstruksi, atau suatu premis dalam Penilaian,
dimana Penilai Bisnis menganggap suatu perusahaan akan terus melanjutkan
operasinya secara berkelanjutan.

31. Kapitalisasi adalah:


a. pengkonversian arus kas bersih atau penghasilan bersih lain, baik yang bersifat
aktual maupun perkiraan, selama periode tertentu yang ekuivalen dengan Nilai
aset pada suatu tanggal tertentu;
b. pengakuan atas suatu pengeluaran modal

32. Premi Pengendalian (Premium for Control) adalah suatu jumlah atau
persentase tertentu yang merupakan penambah dari Nilai suatu ekuitas sebagai
cerminan dari tingkat pengendalian atas objek Penilaian

33. Modal Investasi adalah jumlah utang jangka panjang dan ekuitas pada suatu
perusahaan.
33. Tingkat Kapitalisasi adalah jumlah pembagi yang digunakan untuk
mengkonversi pendapatan menjadi Nilai

34. Tingkat Imbal Balik adalah jumlah laba atau rugi dan/atau perubahan nilai
yang direalisasikan atau diharapkan dari suatu investasi yang dinyatakan dalam
persentase

35. Tingkat Diskonto adalah suatu Tingkat Imbal Balik untuk mengkonversikan nilai
di masa depan ke nilai sekarang yang mencerminkan nilai waktu dari uang dan
ketidakpastian atas terealisasinya pendapatan ekonomi

36. Arus Kas Bersih adalah jumlah kas yang:


a. tersedia setelah terpenuhinya kebutuhan kas untuk kegiatan operasional;
b. merupakan arus kas yang tersedia bagi penyedia modal yang terdiri dari utang
dan ekuitas;
c. telah bebas dari kewajiban untuk mempertahankan operasi saat ini dan untuk
mengantisipasi pertumbuhan perusahaan

37. Arus Kas Kotor adalah laba bersih setelah pajak, ditambah transaksi bukan kas
berupa penyusutan dan/atau penurunan nilai.

37. Nilai Terminal (Terminal Value) adalah Nilai dari jumlah arus kas untuk
periode setelah periode waktu tetap, dimana arus kas yang diterapkan dapat
menggunakan model ekuitas atau Modal Investasi

38. Pendapat Kewajaran adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh Penilai
Bisnis untuk menyatakan bahwa suatu transaksi yang akan dilakukan adalah wajar
atau tidak wajar

39. Pendapat Kewajaran atas Transaksi Pinjam-Meminjam Dana dan/atau


Penjaminan adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh Penilai Bisnis untuk
menyatakan bahwa transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan adalah
wajar atau tidak wajar.
40. Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu Penugasan Penilaian Profesional yang
diberikan oleh Penilai Bisnis berupa pendapat untuk menyatakan kelayakan suatu
usaha atau proyek.

Pasal 2
 Untuk melakukan kegiatan Penilaian Bisnis di bidang pasar modal, Penilai Bisnis
wajib:
a. menaati kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi profesi penilai
b. melakukan Penilaian sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia dan
pedoman Penilaian dan penyajian laporan Penilaian yang ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan;
c. memiliki kualifikasi, kompetensi, dan keahlian sesuai dengan spesialisasi
industri yang terkait dengan objek Penilaian;
d. menggunakan Nilai Pasar

Pasal 3
 Dalam hal Penilaian yang dilakukan oleh Penilai Bisnis mengacu pada hasil
Penilaian properti, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. hasil Penilaian properti yang digunakan sebagai acuan merupakan hasil
Penilaian properti yang diterbitkan oleh Penilai Properti;
b. hasil Penilaian properti yang dijadikan acuan dilampirkan dalam Laporan
Penilaian Bisnis;
c. Tanggal Penilaian pada Penilaian Bisnis sama dengan Tanggal Penilaian pada
Penilaian property

Pasal 4
 Dalam hal Penilaian yang dilakukan oleh Penilai Bisnis mengacu pada hasil
Penilaian Bisnis, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. hasil Penilaian bisnis yang digunakan sebagai acuan merupakan hasil Penilaian
Bisnis yang diterbitkan oleh Penilai Bisnis;
b. hasil Penilaian bisnis yang dijadikan acuan dilampirkan dalam Laporan
Penilaian Bisnis;
c. Tanggal Penilaian pada Penilaian Bisnis sama dengan Tanggal Penilaian pada
Penilaian bisnis
Pasal 5
 Dalam hal Penilaian yang dilakukan oleh Penilai Bisnis mengacu pada laporan
keuangan, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar Penilaian merupakan laporan


keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik yang telah terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan;
b. laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar Penilaian atas perusahaan
yang berada di luar yurisdiksi Indonesia merupakan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di negara asal perusahaan yang
dinilai;
c. jangka waktu antara tanggal laporan keuangan dan Tanggal Laporan Penilaian
Bisnis tidak lebih dari 6 (enam) bulan;
d. Tanggal Penilaian yang digunakan oleh Penilai Bisnis sama dengan tanggal
laporan keuangan.

Pasal 6
 Dalam hal Penilai Bisnis melakukan revisi atas Laporan Penilaian Bisnis maka
Penilai Bisnis wajib:

a. menerbitkan kembali Laporan Penilaian Bisnis dengan tanggal dan


nomor yang berbeda dengan disertai alasan dan penjelasan
diterbitkannya revisi atas Laporan Penilaian Bisnis

b. menyatakan dalam Laporan Penilaian Bisnis hasil revisi bahwa laporan


tersebut merupakan laporan revisi dan membatalkan Laporan Penilaian
Bisnis sebelumnya.

 Fakta dan perubahan yang material wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian
Bisnis yang telah direvisi tersebut
Pasal 7
 Laporan Penilaian Bisnis berlaku selama 6 bulan sejak Tanggal Penilaian,
apabila belum berakhir dan terdapat hal yang dapat mempengaruhi
kesimpulan Nilai lebih dari 5% (lima persen) maka Laporan Penilaian Bisnis
menjadi tidak berlaku.

Penggantian Penilai Bisnis


Pasal 8
 Penggantian penilai bisnis hanya dapat dilakukan apabila:

A. Penilai Bisnis mengundurkan diri

B. Diberhentikan oleh pemberi tugas dengan pemberitahuan bahwa


penugasannya telah dihentikan disertai dengan alasan yang objektif

 Penggantian wajib dibuktikan dengan surat tertulis dari pemberi tugas


dan penggantian hanya dilakukan terhadap Penilaian atas objek Penilaian
dengan maksud, tujuan, dan Tanggal Penilaian yang sama.

Pasal 9
 Sebelum menerima Penugasan Penilaian Profesional, wajib terlebih
dahulu:

a. meminta persetujuan tertulis dari calon pemberi tugas untuk meminta


keterangan dari Penilai Bisnis yang digantikan;

b. melakukan komunikasi, baik tertulis maupun lisan, dengan Penilai


Bisnis yang digantikan mengenai masalah yang menurut keyakinan Penilai
Bisnis pengganti akan membantu dalam penerimaan atau penolakan
Penugasan Penilaian Profesional;

c. melakukan evaluasi atas ketentuan untuk memutuskan menerima atau


menolak Penugasan Penilaian Profesional

Pasal 10
 Penilai Bisnis yang digantikan wajib memberikan jawaban dengan segera
dan lengkap atas pertanyaan dari Penilai Bisnis pengganti berdasarkan
fakta yang diketahuinya;

 wajib menjaga kerahasiaan informasi yang telah diperoleh kecuali atas


permintaan Otoritas Jasa Keuangan

 pengganti wajib mengulang pelaksanaan Penilaian sesuai dengan standar


dan pedoman Penilaian;

 Penilai Bisnis pengganti tidak bertanggung jawab atas pekerjaan Penilai


Bisnis yang digantikan dan tidak menerbitkan suatu laporan yang
mencerminkan pembagian tanggung jawab
KAJI ULANG ATAS HASIL PENILAIAN
Pasal 11
 Dalam hal terdapat dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan Penilaian, OJK
dapat menunjuk Penilai Bisnis lain untuk melakukan kaji ulang atau
penilaian ulang yang bertujuan memberikan opini bahwa analisis,
Pendekatan Penilaian, Metode Penilaian, dan kesimpulan Nilai dalam
Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang adalah benar, layak, dan didukung
dengan bukti yang cukup.

 Penilaian ulang bertujuan memperoleh opini kedua

 Penilai bisnis lain yang ditunjuk OJK dapat meminta pendapat dari tenaga
ahli

 Kaji Ulang dilarang mendasarkan pada kejadian setelah Tanggal Penilaian


dari Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang atau dinilai ulang.
Pasal 12
 Kaji ulang atau penilaian ulang atas Laporan Penilaian Bisnis wajib
dilakukan terhadap:

a. keakuratan atas proyeksi Penilaian dan perhitungan dalam Metode


Penilaian;

b. keakuratan dan kelayakan dari seluruh Asumsi yang digunakan sesuai


dengan data dan informasi yang relevan;

c. kecukupan dan relevansi data serta kelayakan Pendekatan Penilaian


dan Metode Penilaian yang digunakan

d. kebenaran, kelayakan, dan konsistensi atas analisis, opini, dan


kesimpulan dari Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang;

e. kesesuaian hasil Penilaian yang disajikan dalam Laporan Penilaian Bisnis


yang dikaji ulang dengan standar dan pedoman yang diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

Pasal 13
 Laporan hasil kaji ulang atau penilaian ulang atas Laporan Penilaian Bisnis
wajib mengungkapkan:
a. identitas Penilai Bisnis yang menerbitkan Laporan Penilaian Bisnis yang
dikaji ulang atau dinilai ulang serta tujuan penugasan;

b. identitas pemberi tugas dan pengguna laporan hasil kaji ulang atau
Penilaian ulang;

c. hasil identifikasi atas objek Penilaian, Tanggal Penilaian, Tanggal


Laporan Penilaian Bisnis dan opini Penilai Bisnis yang ada pada Laporan
Penilaian Bisnis yang dikaji ulang atau dinilai ulang;

d. tanggal pelaksanaan kaji ulang atau Penilaian ulang;

e. uraian proses kaji ulang atau Penilaian ulang yang dilaksanakan;

f. Asumsi dan kondisi pembatas dalam pelaksanaan kaji ulang atau


Penilaian ulang;

g. Opini dan kesimpulan;

h. Seluruh informasi yang digunakan dalam proses kaji ulang atau Penilaian
ulang

i. Alasan secara komprehensif mengenai opini dan kesimpulan yang


dinyatakan

Pasal 14
 Perbedaan kesimpulan Nilai antara laporan hasil kaji ulang dengan
Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang atau dinilai ulang dianggap
material jika terdapat perbedaan kesimpulan Nilai lebih dari 15% dari
kesimpulan Nilai Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang

Pasal 15
 Hasil kaji ulang wajib disampaikan oleh Penilai Bisnis lain yang ditunjuk
oleh OJK paling lambat 7 hari setelah tanggal laporan hasil kaji ulang atau
Penilaian ulang.
Pasal 16
 Biaya yang timbul sebagai akibat dari kaji ulang atas Laporan Penilaian
Bisnis menjadi beban pemberi tugas sebagaimana disebutkan dalam
Laporan Penilaian Bisnis yang dikaji ulang.

KEWAJIBAN PENILAI BISNIS DALAM PENUGASAN PENILAIAN PROFESIONAL


Pasal 17
 Sebelum menerima Penugasan Penilaian Profesional, Penilai Bisnis
wajib:
A) Memperoleh informasi yang memadai paling sedikit identitas pemberi
tugas;
1. Kondisi entitas dan industrinya;
2. Objek Penilaian;
3. Tanggal Penilaian;
4. Ruang lingkup dari Penugasan Penilaian Profesional, paling sedikit meliputi:
a) tujuan dari Penugasan Penilaian Profesional;
b) Asumsi dan kondisi pembatas yang digunakan dalam Penugasan Penilaian
Profesional;
c) dasar Nilai dan Premis Nilai yang digunakan;
5. Kontrak Penugasan Penilaian Profesional (surat perjanjian kerja);
6. Syarat Penugasan Penilaian Profesional yang diajukan oleh pemberi tugas;
7. Sifat dari objek yang dinilai termasuk karakteristik pengendalian dan tingkat
likuiditas pasar;
8. Prosedur yang wajib dipenuhi dalam Penugasan Penilaian Profesional serta
pembatasan prosedur tersebut oleh pemberi tugas;
9. Keadaan lain di luar kendali Penilai Bisnis atau pemberi tugas, jika terdapat
keadaan lain di luar kendali Penilai Bisnis atau pemberi tugas;
10. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan objek Penilaian
atau Penugasan Penilaian Profesional;

B) Membuat kontrak Penugasan Penilaian Profesional (surat perjanjian kerja)


dengan pemberi tugas dalam bentuk tertulis, yang ditandatangani oleh Penilai
Bisnis yang menandatangani Laporan Penilaian Bisnis dan pemberi tugas,
memuat paling sedikit:
1. Dasar Nilai yang akan digunakan;
2. Sifat dan tujuan Penugasan Penilaian Profesional;
3. Hak dan kewajiban pemberi tugas;
4. Hak dan kewajiban Penilai Bisnis;
5. Asumsi awal yang dapat digunakan dan kondisi pembatas;
6. Jenis dan penggunaan laporan yang akan diterbitkan;
7. Dasar penghitungan imbalan jasa Penilai Bisnis
Pasal 18
 Setelah menerima penugasan, Penilai Bisnis wajib melakukan:
1. Analisis mengenai sifat, fakta, objek Penilaian, dan kondisi rencana
transaksi pada saat permulaan penugasan penilaian professional yang bertujuan
untuk:
a. mengklarifikasi kebutuhan data dan melakukan diskusi dengan pemberi tugas
guna memperoleh kesepahaman atas Penugasan Penilaian Profesional;
b. mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data;
c. menentukan penerapan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang
sesuai dan tepat
2. Analisis seluruh aspek objek Penilaian;

3. Inspeksi terhadap objek Penilaian

Pasal 19
Penilai Bisnis wajib mempertimbangkan ruang lingkup Penugasan Penilaian
Profesional yang meliputi:
a. objek Penilaian yang perlu diidentifikasi dan diinspeksi;
b. data yang perlu diteliti;
c. analisis data dan informasi yang perlu dilakukan untuk memperoleh opini dan
hasil Penilaian.

Pasal 20
 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan opini, hasil pekerjaan, atau pernyataan
Tenaga Ahli maka Penilai Bisnis wajib:
A. mengungkapkan Asumsi dan kondisi pembatas termasuk tingkat tanggung
jawab dan Asumsi Penilai Bisnis atas hasil pekerjaan Tenaga Ahli tersebut;
B. memuat opini atau hasil pekerjaan atau pernyataan Tenaga Ahli tersebut
dalam Laporan Penilaian Bisnis;
C. melampirkan laporan hasil kerja Tenaga Ahli tersebut dalam Laporan
Penilaian Bisnis.
 Jangka waktu antara laporan hasil kerja Tenaga Ahli dan Tanggal Penilaian
dilarang lebih dari 12 bulan sejak tanggal diterbitkannya laporan Tenaga Ahli.
Pasal 21
 Penilai Bisnis wajib menggunakan data dan informasi yang diperoleh dari
sumber yang dapat dipercaya dan wajib mengungkapkan sumber dimaksud
dan waktu perolehannya dalam Laporan Penilaian Bisnis.

LARANGAN PENILAI BISNIS DALAM PENUGASAN PENILAIAN PROFESIONAL


Pasal 22
 Dalam melakukan Penugasan Penilaian Profesional, Penilai Bisnis dilarang:

a. memberikan opini atau kesimpulan dalam Laporan Penilaian Bisnis


sebelum dilakukan proses Penilaian;

b. melakukan Penilaian yang opini atau kesimpulan dalam Laporan Penilaian


Bisnis telah ditentukan terlebih dahulu;

c. mengeluarkan 2 (dua) atau lebih hasil Penilaian pada objek Penilaian


yang sama dan untuk Tanggal Penilaian yang sama;

d. menerima Penugasan Penilaian Profesional, jika Penilai Bisnis memiliki


informasi bahwa Penilai Bisnis lain telah ditunjuk oleh pemberi tugas yang
sama untuk melakukan Penilaian atas objek Penilaian dengan maksud dan
tujuan dan Tanggal Penilaian yang sama, kecuali dilakukan dalam rangka
penggantian Penilai Bisnis

e. menghasilkan Laporan Penilaian Bisnis yang menyesatkan dan/atau


membiarkan Pihak lain menyampaikan Laporan Penilaian Bisnis yang
menyesatkan

f. menerima Penugasan Penilaian Profesional dari pembeli dan penjual


terhadap objek Penilaian yang sama pada Tanggal Penilaian yang sama

g. menerima Penugasan Penilaian Profesional dimana terdapat pembatasan


ruang lingkup penugasan dan/atau memiliki kondisi yang membatasi ruang
lingkup penugasan sedemikian rupa sehingga dapat mengakibatkan hasil
Penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan;

h. memberikan Asumsi dan kondisi pembatas yang dapat mengakibatkan


penggunaan Laporan Penilaian Bisnis menjadi terbatas;

i. menggunakan Asumsi dan kondisi pembatas yang menyebabkan Dasar


Penilaian atau Premis Nilai menyimpang dari kontrak Penugasan Penilaian
Profesional (surat perjanjian kerja);

j. menggunakan Asumsi yang mengurangi substansi Nilai;


k. menggunakan Asumsi dan kondisi pembatas yang mengurangi tanggung
jawab Penilai Bisnis terhadap hasil Penilaian;

l. menerima pembayaran atas jasa Penilaian, baik berupa komisi maupun


dalam bentuk lainnya, selain yang telah disepakati dalam kontrak
Penugasan Penilaian Profesional (surat perjanjian kerja);

m. memberikan data dan/atau informasi yang bersifat rahasia yang


digunakan untuk melakukan Penilaian Bisnis dan/atau untuk tujuan lain
selain untuk keperluan kegiatan Penilaian Bisnis kepada siapapun, kecuali:

1. telah memperoleh persetujuan dari Pihak yang memiliki data


dan/atau informasi rahasia tersebut;
2. dalam rangka pengawasan yang dilakukan oleh OJK dan Pihak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. untuk kepentingan peradilan

KERTAS KERJA PENILAIAN BISNIS

Pasal 23
 Dalam melakukan Penugasan Penilaian Profesional, Penilai Bisnis wajib
membuat dan memelihara kertas kerja Penilaian Bisnis
Pasal 24
 Kertas kerja wajib memuat catatan yang diselenggarakan oleh Penilai Bisnis
tentang prosedur Penilaian, pengujian, seluruh data dan informasi yang
digunakan termasuk data pembanding, sumber data dan informasi,
analisis atas data dan informasi, dan kesimpulan yang dibuat sehubungan
dengan proses Penilaian yang dilakukan.
Pasal 25
 Kertas kerja Wajib menunjukkan bahwa:

a. Penugasan Penilaian Profesional telah direncanakan dan


disupervisi dengan baik;

b. Pemahaman yang memadai atas objek Penilaian telah diperoleh


oleh Penilai Bisnis;

c. Data dan informasi yang digunakan, bukti Penilaian yang


diperoleh, prosedur Penilaian yang ditetapkan, dan pengujian yang
dilaksanakan, telah memadai sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat atas objek Penilaian.
Pasal 26
 Kertas kerja Wajib didokumentasikan baik dalam bentuk cetak dan
elektronik yang tidak dapat diubah

 Dalam hal kertas kerja tidak dimungkinkan untuk didokumentasikan


bentuk cetak, maka dapat dalam bentuk elektronik
Pasal 27
 Kertas kerja wajib disimpan dalam jangka waktu sesuai UU dokumen
perusahaan

PENDEKATAN PENILAIAN, METODE PENILAIAN, DAN PROSEDUR PENILAIAN


Pasal 28
 Dalam menggunakan Pendekatan Penilaian, Metode Penilaian, dan prosedur
Penilaian, Penilai Bisnis wajib:

a. menggunakan paling sedikit 2 Pendekatan Penilaian untuk memperoleh


hasil Penilaian yang akurat dan objektif;

b. memilih dan menerapkan Pendekatan Penilaian, Metode Penilaian, dan


prosedur Penilaian, yang sesuai dengan definisi Nilai yang dicari dan
karakteristik Penilaian;

c. memperhatikan persyaratan dan pengungkapan yang ditetapkan dalam


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

 Dalam hal Penilaian dilakukan terhadap:


a. non-operating holding company;
b. perusahaan yang hanya memiliki aset namun tidak beroperasi,

 Penilai Bisnis dapat menggunakan paling sedikit 1 Pendekatan Penilaian,


dan wajib mengungkapkan alasan penggunaan satu Pendekatan Penilaian dalam
Laporan Penilaian Bisnis

PENYESUAIAN DALAM PENILAIAN

Pasal 29
 Penilai Bisnis wajib melakukan penyesuaian terhadap pos dalam laporan
keuangan untuk menghasilkan indikasi Nilai
Pasal 30
 Penilai bisnis wajib bersikap hati-hati dalam membuat penyesuaian terhadap
laporan keuangan historis dan didukung dengan data dan informasi yang
cukup untuk menjamin validitas penyesuaian laporan keuangan.
Pasal 31
 Dalam melakukan penyesuaian atas laporan keuangan, Penilai Bisnis wajib
melakukan analisis untuk:

A. Memahami hubungan antara laporan laba rugi dan penghasilan


komprehensif lain dengan laporan posisi keuangan, termasuk kecenderungan
historis, menilai risiko yang terkait dengan kegiatan operasional dan prospek
kinerja usaha di masa depan;

 wajib menganalisis:
1. besarnya kemampuan nilai uang;
2. common size statement percentage dari penjualan dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain dan dari total aset dalam laporan
posisi keuangan;
3. rasio keuangan.

B. membandingkan risiko dan parameter lainnya dengan usaha sejenis;

C. melakukan estimasi terhadap kemampuan ekonomis dan prospek usaha.


 Wajib dilakukan selama paling singkat 5 tahun buku berturut-turut,
atau sesuai dengan lama berdirinya perusahaan apabila perusahaan berdiri
kurang dari 5 tahun.

Pasal 32
 Dalam melakukan penyesuaian atas laporan keuangan, Penilai Bisnis wajib
memperhatikan:

a. pemisahan pos yang bersifat tidak berulang dalam operasi normal


perusahaan (non-recurring), pos dalam laporan keuangan yang tidak
mencerminkan peristiwa yang bersifat tidak berulang, atau pos di dalam
laporan keuangan yang tidak mencerminkan Nilai yang wajar;

b. pemisahan pos di luar operasi normal perusahaan yang harus


dikeluarkan terlebih dahulu sebelum melakukan perhitungan Penilaian;

c. penyesuaian pengaruh unsur kendali (controlling adjustment) dalam


hal dilakukan Penilaian atas saham pengendali dengan memisahkan pos
dalam laporan keuangan dari transaksi yang bersifat memiliki
kepentingan kendali (controlling interest);

d. penyesuaian pos lainnya yang tidak wajar.


Pasal 33

 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan perbandingan laporan keuangan


perusahaan dengan laporan keuangan perusahaan lain maka tiap pos
dalam laporan keuangan wajib dievaluasi dan jika terdapat perbedaan
kebijakan akuntansi, maka wajib dilakukan penyesuaian dalam
kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan yang dinilai
untuk mengurangi perbedaan tersebut

 Penilai Bisnis wajib memperhatikan dampak penyesuaian terhadap pos


yang terkait
Pasal 34
 Penilai Bisnis wajib mengungkapkan dan menjelaskan dalam Laporan
Penilaian Bisnis atas setiap penyesuaian terhadap laporan keuangan
yang telah dilakukan.

ASUMSI DAN KONDISI PEMBATAS


Pasal 35

Asumsi dan kondisi pembatas yang digunakan oleh Penilai Bisnis wajib
memenuhi ketentuan:
a. menghasilkan Laporan Penilaian Bisnis yang bersifat non-disclaimer opinion;

b. mencerminkan bahwa Penilai Bisnis telah melakukan penelaahan atas


dokumen yang digunakan dalam proses Penilaian;

c. mencerminkan bahwa data dan informasi yang diperoleh berasal dari sumber
yang dapat dipercaya keakuratannya;

d. menggunakan proyeksi keuangan yang telah disesuaikan yang mencerminkan


kewajaran proyeksi keuangan yang dibuat oleh manajemen dengan kemampuan
pencapaiannya (fiduciary duty);

e. mencerminkan bahwa Penilai Bisnis bertanggung jawab atas pelaksanaan


Penilaian dan kewajaran proyeksi keuangan yang telah disesuaikan;
f. menghasilkan Laporan Penilaian Bisnis yang terbuka untuk publik, kecuali
terdapat informasi yang bersifat rahasia yang dapat mempengaruhi operasional
perusahaan;

g. mencerminkan bahwa Penilai Bisnis bertanggung jawab atas Laporan


Penilaian Bisnis dan kesimpulan Nilai;

h. mencerminkan bahwa Penilai Bisnis telah memperoleh informasi atas status


hukum objek Penilaian dari pemberi tugas

SUKU BUNGA BEBAS RISIKO

Pasal 36
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan suku bunga bebas risiko maka wajib
memenuhi ketentuan:

a. suku bunga bebas risiko yang digunakan disesuaikan dengan mata uang yang
disajikan dalam laporan keuangan objek Penilaian;

b. sumber data dan tanggal jatuh tempo dari instrumen yang digunakan dalam
menentukan suku bunga bebas risiko serta besarnya tingkat suku bunga bebas
risiko wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian Bisnis

Transaksi Dengan Mata Uang Rupiah dan Selain Rupiah


Pasal 37 dan 38
Dalam hal transaksi dilakukan dengan mata uang Rupiah dan selain
Rupiah,

 Penentuan tingkat suku bunga bebas risiko wajib berdasarkan surat


utang negara yang memiliki masa jatuh tempo sesuai dengan objek
Penilaian.

 Untuk objek Penilaian yang mempunyai sisa masa manfaat ekonomis


paling singkat 10 tahun atau objek Penilaian dalam kondisi
Kelangsungan Usaha, penentuan tingkat suku bunga bebas risiko wajib
berdasarkan surat utang negara yang akan memiliki masa jatuh tempo
paling singkat 10 tahun.

Pasal 39
* Jika tidak terdapat surat utang negara dalam mata uang, Penilai Bisnis
wajib menggunakan suku bunga bebas risiko negara tersebut dan
disesuaikan dengan tingkat risiko negara (country risk) yang relevan.
DISKON DAN PREMI
Pasal 40
 Dalam menentukan kesimpulan Nilai atas objek Penilaian, Penilai Bisnis
wajib menggunakan Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of
Marketability) dan Premi Pengendalian (Premium for Control) atau Diskon
Tanpa Pengendalian (Discount for Lack of Control).

Pasal 41

 Dalam menggunakan Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of


Marketability), Penilai Bisnis wajib memperhatikan:

A. dalam hal objek Penilaian bukan merupakan perusahaan terbuka maka:

1. Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) bagi


pemegang saham mayoritas adalah antara 20% - 40% dari indikasi Nilai;

2. Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) bagi


pemegang saham minoritas adalah antara 30% - 50% dari indikasi Nilai;

B. dalam hal objek Penilaian merupakan perusahaan terbuka maka:

1. Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) bagi


pemegang saham mayoritas paling besar adalah 20% dari indikasi Nilai;

2. Diskon Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) bagi


pemegang saham minoritas adalah antara 10% - 30% dari indikasi Nilai.

Pasal 42
 Dalam menggunakan Premi Pengendalian (Premium for Control) atau
Diskon Tanpa Pengendalian (Discount or Lack of Control) maka Penilai
Bisnis wajib memperhatikan:

a) besarnya kerugian pemegang saham minoritas dari perusahaan tertutup


apabila dibandingkan dengan pemegang saham minoritas perusahaan
yang tercatat di bursa efek

b) hal yang dapat dilakukan oleh pemegang saham pengendali terhadap


perusahaan yang dikendalikan untuk membuat saham yang dimilikinya
lebih menguntungkan.;
c) dalam hal objek Penilaian adalah perusahaan terbuka, Premi
Pengendalian (Premium for Control) atau Diskon Tanpa Pengendalian
(Discount for Lack of Control) yang dapat digunakan dalam Penilaian
adalah antara 20% - 35% dari indikasi Nilai;

d) dalam hal objek Penilaian adalah perusahaan tertutup, Premi


Pengendalian (Premium for Control) atau Diskon Tanpa Pengendalian
(Discount for Lack of Control) yang dapat digunakan dalam Penilaian
adalah antara 30% - 70% dari indikasi Nilai.
Pasal 43
 Wajib menjelaskan alasan penentuan persentase nilai diskon atau premi
yang digunakan dalam perhitungan Penilaian pada Laporan Penilaian Bisnis.

Pasal 44
 Diskon Tanpa Pengendalian (Discount for Lack of Control) dan Diskon
Likuiditas Pasar (Discount for Lack of Marketability) tidak diterapkan dalam
hal Penilai Bisnis melakukan Penilaian atas penyertaan saham minoritas
untuk transaksi yang bertujuan agar perusahaan tidak lagi menjadi
perusahaan terbuka.

KESIMPULAN NILAI
Pasal 45
 Dalam membuat kesimpulan Nilai, Penilai Bisnis wajib
mempertimbangkan:

a. Pendekatan Penilaian, Metode Penilaian, dan prosedur Penilaian yang


relevan;

b. Data dan informasi yang tersedia dan relevan;

c. Diskon atau premi yang tepat.

 Kesimpulan Nilai wajib diperoleh dengan cara:

a. mengukur kehandalan hasil Penilaian yang didapatkan dari penggunaan


beberapa Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang berbeda;

b. menghubungkan dan merekonsiliasi hasil Penilaian yang didapatkan dari


penggunaan beberapa Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang
berbeda;
c. menentukan bahwa kesimpulan Nilai merupakan hasil Penilaian pada
lebih dari satu Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian.
Pasal 46

 Penilai Bisnis wajib mengungkapkan secara jelas dalam Laporan Penilaian


Bisnis mengenai prosedur penyesuaian dan rekonsiliasi yang dilakukan
untuk memperoleh kesimpulan Nilai termasuk:

a. alasan penerapan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang


digunakan;

b. pertimbangan dalam melakukan penyesuaian laporan keuangan;

c. rekonsiliasi terhadap indikasi Nilai yang dihasilkan oleh masing-masing


Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang digunakan.
Pasal 47
 Wajib dinyatakan dalam satu Nilai tunggal (single amount) dalam mata
uang yang sesuai dengan mata uang yang digunakan di dalam laporan
keuangan objek Penilaian

Pasal 48
 Dalam hal Penugasan Penilaian Profesional ditujukan untuk kepentingan
pemberian Pendapat Kewajaran maka Penilai Bisnis dapat menyajikan
hasil Penilaian dalam kisaran Nilai dengan memenuhi ketentuan:

A) Penilai Bisnis wajib mengungkapkan penjelasan dan alasan yang cukup


dalam Laporan Penilaian Bisnis mengenai hal sebagai berikut:

1. ketidakpastian rencana pembiayaan dalam rencana transaksi


2. ketidakpastian nilai tukar mata uang;
3. ketidakpastian risiko pasar;
4. faktor lain yang berpengaruh;

B) batas atas dan batas bawah pada kisaran nilai tidak boleh melebihi
7,5% dari Nilai yang dijadikan acuan kisaran tersebut

KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL PENILAIAN


Pasal 49
 Kejadian penting setelah Tanggal Penilaian, baik yang diketahui maupun
yang patut diketahui sampai dengan Tanggal Laporan Penilaian Bisnis;
wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian Bisnis;
 dilarang digunakan untuk memutakhirkan hasil Penilaian;

 mengandung informasi yang dapat mempengaruhi Nilai objek Penilaian


maka Penilai Bisnis wajib mengungkapkan sifat dan dampaknya dalam
Laporan Penilaian Bisnis;

 wajib secara jelas mengindikasikan bahwa pengungkapan tersebut tidak


dimaksudkan untuk mempengaruhi penentuan Nilai pada saat Tanggal
Penilaian.

PENILAIAN HOLDING COMPANY


Pasal 50
 Dalam Penilaian terhadap Holding Company, Penilai Bisnis wajib
melakukan Penilaian terhadap seluruh penyertaan atau kepemilikan pada
entitas lain
Pasal 51
 Dalam hal Penilaian dilakukan terhadap penyertaan atau kepemilikan di
bawah 20% tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan atau
mengendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan cara apapun
pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan tersebut maka berlaku
ketentuan sebagai berikut:

a) Penilai Bisnis dapat menggunakan paling sedikit satu Pendekatan


Penilaian yaitu Pendekatan Pasar, kecuali terdapat kondisi yang
menyebabkan Penilai Bisnis tidak dapat menggunakan Pendekatan Pasar;

b) Penilai Bisnis dapat menggunakan laporan keuangan yang diaudit atau


tidak diaudit, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. jangka waktu antara tanggal laporan keuangan dan Tanggal Laporan


Penilaian Bisnis tidak lebih dari 6 bulan

2. tanggal laporan keuangan yang digunakan wajib sama dengan Tanggal


Penilaian;

3. dalam hal digunakan laporan keuangan yang tidak diaudit, wajib


tersedia laporan keuangan objek Penilaian yang telah diaudit yang
memiliki tanggal laporan keuangan tidak lebih dari 12 bulan dari Tanggal
Penilaian.
PEDOMAN PENILAIAN DENGAN PENDEKATAN ASET
Pasal 52

 Penilai Bisnis yang menggunakan Pendekatan Aset dalam Penugasan


Penilaian Profesional wajib memiliki keahlian dalam bidang Penilaian
properti dan Penilaian Bisnis jika tidak memiliki keahlian dalam bidang
Penilaian properti maka Penilai Bisnis wajib mengacu pada hasil Penilaian
property.

Pasal 53
 Pendekatan Aset dapat digunakan untuk memperoleh indikasi Nilai dari
Nilai suatu perusahaan, nilai dari Modal yang Diinvestasikan, nilai dari
struktur permodalan, dan/atau Nilai Aset Bersih perusahaan (ekuitas).

 Indikasi nilai ekuitas atau estimasi nilai aset diperoleh dari selisih antara
nilai aset termasuk aset tak berwujud dengan nilai kewajiban, atas dasar
Nilai yang disesuaikan (appraised value).

Pasal 54
 Dalam hal Penilaian dilakukan atas bagian dari suatu aset (partial interest)
maka pemegang hak kepemilikan atas aset tersebut harus dapat
memutuskan untuk melakukan penjualan atau mampu menyebabkan
terjadinya penjualan (majority interest).

Pasal 55
 Dalam hal Penilaian dilakukan terhadap kepemilikan mayoritas atas objek
Penilaian maka Penilai Bisnis wajib mengungkapkan estimasi Nilai
berdasarkan kepemilikan mayoritas dan minoritas atas objek Penilaian
dalam Laporan Penilaian Bisnis.

Pasal 56
 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan proyeksi keuangan dalam
melakukan Penilaian yang menggunakan Pendekatan Aset maka proyeksi
keuangan wajib diperoleh dari Pihak manajemen dan diungkapkan dalam
Laporan Penilaian Bisnis.
Pasal 57
 Pos dalam laporan keuangan wajib disesuaikan untuk mencerminkan Nilai
Pasar pada Tanggal Penilaian dan penyesuaiannya wajib diungkapkan
dalam Laporan Penilaian Bisnis

Pasal 58
 Metode yang digunakan dalam Pendekatan Aset adalah sebagai berikut:

A. metode penyesuaian aset bersih (adjusted net asset method), adjusted


book value method, net asset valuation method, dan assets
accumulation method;
B. metode kapitalisasi kelebihan pendapatan (excess earning method)

 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan metode kapitalisasi kelebihan


pendapatan maka aset tak berwujud wajib dinilai secara kolektif (big pot
theory of goodwill).
Pasal 59

 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan metode penyesuaian aset bersih


maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

A) metode penyesuaian aset bersih wajib digunakan untuk menilai:

1. ekuitas suatu perusahaan dimana Nilai perusahaan sangat bergantung


pada nilai aset tetap (a heavy based on fixed assets company);

2. ekuitas dari Holding Company;

3. perusahaan yang tidak memiliki riwayat pendapatan yang mempunyai


prospek positif, perusahaan yang memiliki pendapatan yang berfluktuasi,
atau perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk melanjutkan
Kelangsungan Usaha, seperti perusahaan yang baru berdiri atau perusahaan
yang berada dalam kesulitan untuk memperoleh pendapatan (troubled
companies);

4. perusahaan yang memiliki dan/atau menguasai aset berwujud dalam


jumlah yang signifikan;

5. perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang memberikan nilai tambah


relatif kecil terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan;

6. perusahaan yang memiliki aset tak berwujud dalam jumlah yang tidak
signifikan;
B) Penyesuaian terhadap aset lancar wajib dilakukan sesuai dengan sifat
aset lancar tersebut;

C) Penilaian atas aset tetap berwujud (fixed tangible assets) wajib


dilakukan sesuai dengan metode yang berlaku dalam Penilaian properti
sesuai dengan Premis Nilai yang ditetapkan;

D) Penilaian atas aset tak berwujud wajib dilakukan dengan memenuhi


ketentuan sebagai berikut:

1. Penilai Bisnis wajib mengidentifikasi dan menilai secara individual aset


tak berwujud dari objek Penilaian;

2. Penilai Bisnis wajib menentukan aset tak berwujud yang memenuhi


syarat untuk dilakukan Penilaian;

3. komponen aset tak berwujud yang dinilai wajib mempunyai kriteria


sebagai berikut:

a) dapat diidentifikasi dan dijelaskan secara terperinci;

b) dapat memberikan manfaat ekonomi yang dapat diukur bagi pemilik


objek Penilaian;

c) memiliki potensi untuk menghasilkan aset lainnya dan/atau mampu


menciptakan nilai tambah terhadap aset lain tersebut;

d) merupakan subjek hak milik (right of private ownership) yang dapat


dialihkan secara hukum (legally transferable);

e) dapat diakui dan dilindungi;

f) memiliki jangka waktu manfaat ekonomis;

4. Penilaian aset tak berwujud wajib dilakukan dengan:

a) menggunakan metode yang mempertimbangkan manfaat ekonomi yang


dihasilkan oleh aset tak berwujud tersebut;

b) mendasarkan pada harga pasar dari aset tak berwujud;

c) mendasarkan pada biaya yang wajib dikeluarkan untuk menciptakan


kembali (cost of recreation) pada saat ini dengan memperhatikan sisa umur
manfaat (remaining useful life) dari aset tak berwujud;
5. Penilai Bisnis wajib mengungkapkan identifikasi aset tak berwujud
yang dinilai dan Metode Penilaian yang digunakan dalam menilai aset
tersebut dalam Laporan Penilaian Bisnis;

E. Utang atau liabilitas dinilai sesuai dengan nilai yang tercantum dalam
laporan posisi keuangan, kecuali terdapat faktor lain yang mempengaruhi;

F. Surat utang dinilai atas dasar Nilai Pasar

Pasal 60
Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan metode kapitalisasi kelebihan
pendapatan maka berlaku ketentuan berikut:

a. metode kapitalisasi kelebihan pendapatan wajib digunakan untuk


menilai ekuitas perusahaan operasional (operating company) dengan
tingkat pertumbuhan pendapatan dan laba yang relatif stabil;

b. pendapatan suatu perusahaan yang digunakan merupakan hasil dari


produktivitas aset berwujud maupun tak berwujud;

c. setiap kelebihan pengembalian (excess return atau earning) yang


diperoleh di atas pengembalian normal (normal return) atas aset
berwujud diperhitungkan sebagai pengembalian dari aset tak berwujud
secara kolektif;

d. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang digunakan


adalah:

1. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain tahunan tahun


terakhir;
2. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain 12 bulan terakhir;
3. rata-rata tertimbang dari paling singkat 5 tahun terakhir;
4. proyeksi tahun berikutnya yg diyakini dapat dipertahankan di masa
depan;

e. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain wajib disesuaikan


dengan prinsip dan prosedur penyesuaian untuk memperoleh laba
operasi normal dari objek Penilaian;

f. Penilaian kembali atas aset berwujud dan liabilitas perusahaan wajib


dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada metode
penyesuaian aset bersih;

g. Penilaian yang digunakan pada metode kapitalisasi kelebihan


pendapatan wajib didasarkan atas:
1. nilai aset berwujud bersih (net tangible asset value);
2. Tingkat Imbal Balik wajar (normal rate of return) dalam persentase untuk
nilai aset berwujud bersih;
3. jumlah imbal balik wajar untuk nilai aset berwujud bersih;
4. laporan keuangan yang telah disesuaikan;

h. Penentuan Tingkat Imbal Balik wajar (normal rate of return) untuk nilai
aset berwujud bersih wajib sesuai dengan risiko yang melekat pada nilai
aset berwujud bersih tersebut dan mencerminkan Tingkat Imbal Balik rata-
rata tertimbang antara biaya ekuitas dan biaya utang sesuai dengan
kapasitas nilai aset berwujud bersih dalam memperoleh pinjaman
(borrowing capacity);

i. Pendapatan ekonomi atau laba normal yang akan dikurangi dengan jumlah
imbal balik wajar atas nilai aset berwujud bersih mencerminkan pendapatan
ekonomi yang diperkirakan akan dapat dipertahankan di masa datang;

j. Selisih antara pendapatan ekonomi normal dan jumlah imbal balik atas
nilai aset berwujud bersih adalah jumlah imbal balik atas aset tak
berwujud;

k. Konversi kelebihan pendapatan menjadi nilai aset tak berwujud


secara keseluruhan (going concern value), dilakukan dengan menggunakan
Tingkat Kapitalisasi sesuai dengan risiko yang melekat atas aset tak
berwujud dengan memperhatikan:

1. sifat usaha;

2. manajemen perusahaan;

3. pangsa pasar perusahaan;

4. reputasi perusahaan;

5. konsistensi dari pendapatan ekonomi yang dihasilkan;

6. konsistensi basis pelanggan perusahaan;

l. Nilai ekuitas yang diperoleh dengan menambahkan nilai aset tak


berwujud (going concern value) terhadap nilai aset berwujud bersih
mencerminkan nilai ekuitas (common stocks) secara keseluruhan;
m. Penetapan Tingkat Imbal Balik untuk nilai aset berwujud bersih dan
Tingkat Kapitalisasi untuk aset tak berwujud wajib diungkapkan dalam
Laporan Penilaian Bisnis.

PEDOMAN PENILAIAN DENGAN PENDEKATAN PASAR

Pasal 61
 Metode yang digunakan dalam Pendekatan Pasar adalah

A. metode pembanding perusahaan tercatat di bursa efek


(guideline publicly traded company method);

B. metode pembanding perusahaan merger dan akuisisi (guideline


merged and acquired company method);

C. metode transaksi sebelumnya (prior transactions method).


Pasal 62

 menggunakan metode pembanding perusahaan tercatat di bursa efek


(guideline publicly traded company method) maka berlaku ketentuan sebagai
berikut:

A. Perusahaan yang dapat digunakan sebagai perusahaan


pembanding adalah perusahaan yang telah memiliki harga pasar
yang terjadi dalam jangka waktu tidak lebih dari 6 bulan
sebelum Tanggal Penilaian

B. Penilai Bisnis wajib memiliki keyakinan yang memadai untuk


membuktikan dan menjelaskan bahwa data harga pasar yang
digunakan dalam Pendekatan Pasar dihasilkan dari suatu transaksi
yang bersifat wajar;

C. Penilaian hanya dapat menghasilkan indikasi Nilai minoritas;

D. Perusahaan pembanding yang digunakan wajib memenuhi


kriteria sebagai berikut:

1. industri, kegiatan usaha, produk, dan risiko usaha merupakan


yang sejenis;

2. karakteristik pertumbuhan (growth in sales and earnings) dan


struktur permodalan (capital structure) merupakan yang
sebanding;
3. kinerja keuangan historis selama 5 tahun terakhir merupakan
yang sebanding;

4. ukuran perusahaan (total assets) merupakan yang sebanding;


dan
5. pangsa pasar (market share) merupakan yang sebanding;

(E dan F) Dalam hal kriteria sebagaimana dimaksud dalam huruf


D:

E. Jumlah perusahaan pembanding yang digunakan paling sedikit 5


perusahaan;

F. Hanya terpenuhi paling banyak 3 atau 4 kriteria maka jumlah


perusahaan pembanding yang digunakan paling sedikit 8
perusahaan; dan

G. Penilai Bisnis wajib melakukan penyesuaian terhadap laporan


keuangan perusahaan pembanding yang paling sedikit meliputi:

1. penyesuaian pos non-recurring, extraordinary, dan window


dressing beserta dampaknya terhadap perpajakan;

2. penyesuaian kebijakan akuntansi perusahaan pembanding


dengan objek Penilaian;

3. penyesuaian atas pos non operasi dan transaksi yang tidak


wajar dengan Pihak berelasi (unusual transaction with related
parties).
Pasal 63

 Menggunakan metode pembanding perusahaan merger dan akuisisi (guideline


merged and acquired company method) berlaku ketentuan sebagai berikut:

A. Penilaian hanya dapat menghasilkan indikasi Nilai mayoritas;

B. perusahaan pembanding yang digunakan wajib memenuhi kriteria sebagai


berikut:

1. Dalam hal perusahaan pembanding yang digunakan adalah perusahaan


yang sahamnya tercatat di bursa efek maka:

a) perusahaan yang digunakan sebagai pembanding wajib pernah


melakukan transaksi merger atau akuisisi dalam jangka waktu tidak lebih
dari 5 tahun sebelum Tanggal Penilaian
b) perusahaan yang digunakan sebagai pembanding wajib tercatat di
bursa efek yang sama dengan perusahaan yang menjadi objek Penilaian;

c) perusahaan yang digunakan sebagai pembanding wajib mempunyai


bidang usaha yang sama;

d) perusahaan yang digunakan sebagai pembanding wajib mempunyai


Kapitalisasi pasar (market capitalization) dan/atau struktur permodalan
(capital structure) yang setara dengan perusahaan yang menjadi objek
Penilaian;

e) transaksi merger atau akuisisi yang pernah dilakukan merupakan suatu


transaksi yang bersifat wajar dan bukan transaksi antara Pihak yang
berelasi (non-relatedparties transaction) atau dalam satu pengendalian
(under common control transaction);

2. Dalam hal perusahaan pembanding yang digunakan adalah perusahaan


tertutup maka:

a) perusahaan yang digunakan sebagai pembanding wajib pernah


melakukan transaksi merger atau akuisisi dalam jangka waktu tidak lebih
dari 3 tahun sebelum Tanggal Penilaian;

b) Nilai yang didapat berasal dari transaksi yang bersifat wajar dan bukan
transaksi antara Pihak yang berelasi (non-relatedparties transaction) atau
dalam satu pengendalian (under common control transaction);

c. jumlah perusahaan pembanding yang digunakan paling sedikit 5


perusahaan;

d. dalam hal jumlah perusahaan pembanding yang digunakan hanya


berjumlah 3 atau 4 perusahaan maka metode pembanding perusahaan
merger dan akuisisi (guideline merged and acquired company method)
tidak boleh digunakan sebagai Metode Penilaian utama atau memperoleh
bobot yang material dalam menghasilkan suatu kesimpulan Nilai.
Pasal 64
 Penilai Bisnis tidak dapat menggunakan metode pembanding
perusahaan tercatat di bursa efek (guideline publicly traded
company method) dan metode pembanding perusahaan merger dan
akuisisi (guideline merged and acquired company method), maka
Penilai Bisnis dapat menggunakan metode transaksi sebelumnya
(prior transactions method) dengan persyaratan bahwa transaksi
yang digunakan sebagai pembanding wajib bersifat wajar.
Pasal 65

 Penilai Bisnis menggunakan rasio Penilaian dalam melakukan


pembandingan untuk mengkonversi variabel keuangan yang relevan
dari objek Penilaian maka Penilai Bisnis wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut:

A. rasio Penilaian yang digunakan wajib diterapkan pada objek


Penilaian secara konsisten terhadap variabel yang sebanding atau
relevan dari objek Penilaian;

B. alasan pemilihan dan cara penerapan rasio Penilaian yang


digunakan wajib dijelaskan dalam Laporan Penilaian Bisnis;

C. dalam hal Penilai Bisnis menggunakan rasio ekuitas (equity


multiple) maka dapat mempergunakan rasio sebagai berikut:

1. price to earnings ratio (rasio P/E);

2. price to sales (rasio P/S);

3. price to book value ratio (rasio P/BV);

D. dalam hal Penilai Bisnis menggunakan rasio Nilai Pasar terhadap


modal yang diinvestasikan / MVIC (market value of invested capital)
maka untuk memperoleh indikasi nilai ekuitas dari objek Penilaian,
Nilai Pasar dari modal yang diinvestasikan wajib dikurangi terlebih
dahulu dengan modal lain yang lebih utama atau senior;

E. dalam hal Penilai Bisnis menggunakan rasio investasi maka Penilai


Bisnis dapat mempergunakan rasio sebagai berikut:

1. market value of invested capital to gross cash flow before


depreciation and taxes (MVIC /GCF);

2. market value of invested capital to sales (MVIC/sales);

3. market value of invested capital to earnings before interest,


taxes, depreciation and amortization (MVIC/EBITDA);

4. market value of invested capital to earning before interes and,


taxes (MVIC/EBIT);

5. market value of invested capital to book value invested capital


(MVIC/BVIC);
F. periode pembanding terhadap dari rasio Penilaian dalam laporan
keuangan objek Penilaian dan perusahaan pembanding wajib sama;

G. laporan keuangan perusahaan pembanding wajib merupakan


laporan keuangan yang diaudit;
H. rasio Penilaian wajib didukung dengan data yang akurat serta
dihitung berdasarkan analisis atas perbandingan fundamental
variabel keuangan perusahaan yang menjadi objek Penilaian dengan
perusahaan pembanding.

 Penilai Bisnis dapat menerapkan P/E price to earnings ratio jika nilai
depresiasi tidak merupakan biaya yang signifikan pada unsur biaya

 Penilai Bisnis dapat menerapkan PBV price to book value ratio jika
Nilai Buku aset perusahaan pembanding telah disesuaikan ke dalam
Nilai Pasar.

 Penilai Bisnis dapat menerapkan rasio market value of invested


capital to gross cash flow before depreciation and taxes (MVIC /GCF)
jika nilai depresiasi merupakan nilai yang signifikan dan
perusahaan mempunyai lebih dari satu kebijakan depresiasi.

 Penilai Bisnis dapat menerapkan rasio market value of invested


capital to sales (MVIC/sales) jika antara objek Penilaian dan
perusahaan pembanding mempunyai karakteristik usaha yang
sama.

 Dalam hal laporan keuangan pembanding yang telah diaudit dengan


periode yang sama tidak tersedia untuk publik, Penilai Bisnis dapat
menggunakan laporan keuangan periode yang paling mendekati
dengan Tanggal Penilaian dan tersedia untuk publik.

PEDOMAN PENILAIAN DENGAN PENDEKATAN PENDAPATAN


Pasal 66
 Digunakan untuk memperkirakan Nilai dengan mengantisipasi dan
mengkuantifikasi kemampuan objek Penilaian dalam menghasilkan imbal
balik yang akan diterima di masa yang akan datang.

Pasal 67
 Dalam hal Penilaian terhadap suatu kepentingan pemegang saham
pengendali dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan
maka:

A. Nilai dari aset dan liabilitas non-operasional dalam laporan keuangan


wajib dikeluarkan dari perhitungan Nilai aset operasional;

B. Kelebihan dari aset operasional wajib ditambahkan pada Nilai entitas


operasional atau kekurangan dari aset operasional wajib dihapuskan dari
Nilai entitas operasional

Pasal 68
 Metode yang digunakan dalam Pendekatan Pendapatan sebagai berikut:
A. Metode diskonto arus kas;
B. Metode Kapitalisasi Pendapatan

 Dilarang digunakan apabila manajemen objek Penilaian belum menyusun


rencana bisnis yang akan dijadikan sebagai dasar Penilaian, terkait hal tsb
Penilai Bisnis dapat menyusun rencana bisnis yang wajib terlebih dahulu
disetujui oleh pemberi tugas dan Penilai Bisnis wajib bertanggung jawab
atas rencana bisnis yang disusunnya

 Penilai Bisnis wajib memiliki keyakinan yang memadai bahwa Asumsi yang
digunakan dalam penyusunan rencana bisnis relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan dan keyakinan diungkapkan di dalam Laporan
Penilaian Bisnis

Pasal 69
 Manfaat atau pendapatan ekonomi yang wajib digunakan dalam
Pendekatan Pendapatan adalah berupa Arus Kas Bersih untuk perusahaan

Pasal 70
 Biaya modal yang dipergunakan dalam Pendekatan Pendapatan wajib
memperhatikan hal sebagai berikut:

a. biaya utang jangka pendek maupun jangka panjang wajib menggunakan


data tingkat bunga yang dikeluarkan oleh bank pemerintah;

b. biaya ekuitas saham preferen wajib menggunakan dividen yang


mencerminkan tingkat dividen pasar.

 Dalam hal dividen tidak mencerminkan tingkat dividen pasar maka nilai
dividen dicari dari perusahaan terbuka yang sebanding.
Pasal 71
 Biaya ekuitas untuk saham wajib dihitung melalui:

a. capital asset pricing model;


b. model diskonto arus kas (discounted cash flow model)

 Penilai Bisnis wajib mengungkapkan hasil penghitungan dari masing-


masing metode pada Laporan Penilaian Bisnis.

Pasal 72
 Dalam hal biaya ekuitas untuk saham dihitung menggunakan capital asset
pricing model maka Penilai Bisnis wajib memperhatikan hal sebagai
berikut:

a. Tingkat Imbal Balik bebas risiko wajib menggunakan suku bunga bebas
risiko

b. koefisien beta yang dipergunakan dalam menghitung capital asset


pricing model wajib berasal dari data rata-rata industri pada sektor yang
sama dengan objek Penilaian atau rata-rata beberapa perusahaan
pembanding;

c. premi risiko ekuitas wajib didasarkan pada data yang dipublikasikan;

d. risiko spesifik yang melekat pada objek Penilaian.

Pasal 73
 Dalam hal biaya ekuitas untuk saham dihitung dengan menggunakan model
diskonto arus kas (discounted cash flow model) maka Penilai Bisnis wajib
menggunakan perusahaan pembanding yang memiliki Nilai Pasar ekuitas.
Pasal 74
 Penilai Bisnis menggunakan metode diskonto arus kas maka Penilai Bisnis
wajib melakukan penelaahan atau penyesuaian atas Asumsi, keakuratan
perhitungan, dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam menyusun
proyeksi laporan keuangan.

Pasal 75
 Metode diskonto arus kas hanya dapat digunakan untuk menilai:
a. perusahaan yang telah melakukan kegiatan operasional selama 1
tahun / lebih;

b. perusahaan yang telah melakukan kegiatan operasional kurang dari satu


tahun namun merupakan perusahaan yang dibentuk untuk menjalankan
kontrak penjualan atau penyediaan jasa dengan Pihak ketiga.

Pasal 76
 Proyeksi Arus Kas Bersih dapat ditetapkan dalam 2 periode proyeksi yaitu:

A. periode waktu tetap atau khusus yang mengacu pada:


1. umur teknis faktor produksi utama;
2. periode waktu perencanaan usaha yang belum stabil;

B. periode waktu kekal yang dimulai dari satu tahun setelah periode
waktu tetap sampai dengan seterusnya.
Pasal 77
 Penerapan metode diskonto arus kas dapat menggunakan model ekuitas
atau model Modal yang Diinvestasikan

Pasal 78
 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan model ekuitas maka Penilai wajib
mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. arus kas yang didiskonto merupakan arus kas yang tersedia untuk
pemegang saham biasa (equity);

b. Tingkat Diskonto merupakan Tingkat Imbal Balik atau biaya atas ekuitas
(cost of equity).
Pasal 79
 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan model Modal yang Diinvestasikan
maka Penilai wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut:

A. Arus kas yang didiskonto merupakan arus kas yang tersedia untuk semua
penyedia modal;

B. Tingkat Diskonto mencerminkan biaya modal rata-rata tertimbang


(weighted average cost of capital) yang digunakan untuk menghasilkan arus
kas;

c. Nilai ekuitas diestimasikan dengan mengurangi nilai perusahaan atau


nilai modal yang diinvestasikan dengan Nilai Pasar dari modal senior (saham
preferen dalam hal perusahaan mengeluarkan saham preferen dan interest
bearing debt)
Pasal 80
 Dalam hal menggunakan laporan keuangan tengah tahunan sebagai dasar
Penilaian maka Penilai Bisnis wajib mengungkapkan dalam Laporan
Penilaian Bisnis alasan atau dasar digunakannya proyeksi tengah tahunan
yang telah disesuaikan.

Pasal 81

 Dalam hal Penilai Bisnis menggunakan proyeksi keuangan dalam melakukan


Penilaian yang menggunakan Pendekatan Pendapatan maka proyeksi
keuangan wajib diperoleh dari Pihak manajemen dan diungkapkan dalam
Laporan Penilaian Bisnis.

TINGKAT DISKONTO
Pasal 82
 Penilai Bisnis dalam menetapkan Tingkat Diskonto wajib:

A. menghitung biaya ekuitas dengan memperhatikan:


1. tingkat imbal hasil atas penempatan dana pada suatu investasi yang
berisiko;
2. biaya ekuitas saham preferen yang merupakan dividen saham preferen
yang dibayarkan; dan
3. perkiraan inflasi;

B. mempertimbangkan imbal hasil dari investasi yang sebanding


(comparable investments);

C. mempertimbangkan biaya utang yang digolongkan sebagai struktur


modal;

D. mempertimbangkan risiko industri dan kondisi perusahaan;

E. melakukan prosedur paling sedikit sebagai berikut:


1. mengidentifikasi sumber pembiayaan yang digunakan;
2. menetapkan utang yang digolongkan sebagai struktur modal yang
memenuhi ketentuan paling sedikit meliputi
a) utang tidak berbunga dari pemegang saham;
b) utang jangka pendek berbunga yang masuk ke dalam golongan modal
kerja permanen;
F. menghitung persentase struktur modal atau tingkat leverage
perusahaan, dengan
ketentuan, dalam hal Penilaian dilakukan atas objek Penilaian yang
merupakan kepemilikan minoritas dan mayoritas maka Penilai Bisnis wajib
menggunakan struktur modal berdasarkan Nilai Pasar perusahaan yang
sebanding dalam industri yang sama;

g. menggunakan data tingkat bunga pasar dari rata-rata bank yang


melaksanakan fungsi pembiayaan dalam menentukan biaya utang, baik
utang jangka pendek (utang modal kerja) maupun utang jangka panjang
(utang investasi);

h. melakukan penyesuaian dalam hal terdapat pembiayaan utang dengan


tingkat bunga yang berbeda dengan tingkat bunga pasar untuk
mencerminkan risiko yang sebanding pada objek Penilaian;

i. menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of


capital) secara proporsional berdasarkan bobot setiap jenis struktur
modal dan biaya dari setiap jenis struktur modal

Pasal 83
 Penilai Bisnis wajib mengungkapkan dalam Laporan Penilaian Bisnis
mengenai alasan, Asumsi, dan proses perhitungan Tingkat Diskonto.

PROYEKSI PENDAPATAN EKONOMIS


Pasal 84
 Penilai Bisnis Wajib menggunakan proyeksi pendapatan ekonomis dalam
Pendekatan Pendapatan

 Digunakan untuk mengestimasi aliran pendapatan ekonomis objek


Penilaian dengan menggunakan Tingkat Diskonto yang wajib disesuaikan
dengan tingkat pendapatan ekonomis objek Penilaian
Pasal 85
 Tingkat Diskonto dan Tingkat Kapitalisasi yang ditetapkan oleh Penilai
Bisnis wajib diuraikan dan digunakan dalam analisis proyeksi pendapatan
ekonomis serta mengungkapkannya dalam Laporan Penilaian Bisnis
Pasal 86
 Dalam membuat proyeksi pendapatan ekonomis, Penilai Bisnis wajib:
a. menganalisis laporan keuangan objek Penilaian dan perusahaan
pembanding pada industri yang sama dalam jangka waktu paling singkat 3
tahun terakhir;

b. melakukan penyesuaian atas laporan keuangan objek Penilaian, yang


meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, dan laporan arus kas;
Penyesuaian digunakan sebagai kertas kerja Penilai Bisnis

c. memperhatikan kondisi yang terjadi setelah Tanggal Penilaian yang dapat


mempengaruhi proyeksi pendapatan ekonomis;

d. mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan usaha objek Penilaian sesuai


dengan tingkat pendapatan ekonomis yang dihasilkan oleh objek Penilaian
dan kepentingan usaha objek Penilaian;

e. melakukan penyesuaian terhadap proyeksi laporan keuangan yang


meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, dan laporan arus kas;

f. mempertimbangkan masa manfaat atau siklus usaha objek Penilaian;

g.dalam hal pendapatan ekonomis objek Penilaian atau operasional objek


Penilaian tergantung pada faktor produksi utama yang memiliki masa
manfaat terbatas atau memiliki siklus tertentu maka proyeksi keuangan
wajib disusun selama masa manfaat atau mencerminkan sifat siklikal dari
bisnis tersebut.

Penyesuaian digunakan sebagai kertas kerja PenilaiBisnis

 Dalam melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan Penilai Bisnis


wajib melakukan hal sebagai berikut:

a. menganalisis dan menyajikan kembali data keuangan objek Penilaian


secara konsisten dan menggunakan mata uang yang sama dengan mata uang
yang digunakan dalam laporan keuangan;

b. menyesuaikan nilai yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi nilai


yang wajar;

c. menyesuaikan pendapatan dan beban ke tingkat yang wajar dan


menggambarkan hasil yang berkelanjutan;

d. melakukan pengelompokan serta penyesuaian terhadap seluruh aset,


liabilitas, pendapatan, dan beban non-operasi.
 Setelah dilakukan penyesuaian laporan keuangan maka Penilai Bisnis wajib
menyajikan proyeksi pendapatan ekonomis dalam Laporan Penilaian Bisnis,
yang mencakup dividen berdasarkan perkiraan dividend pay out ratio, arus
kas, dan earning before interest, tax, depreciation, and amortization.
Pasal 87
 Periode proyeksi pendapatan ekonomis wajib dilakukan dalam jangka waktu
paling singkat 5 tahun ke depan, atau disesuaikan dengan sisa umur dari
fasilitas produksi utama objek Penilaian Penilai Bisnis dilarang mendasarkan
proyeksi pendapatan ekonomis hanya dengan menggunakan tren data
historis.

Pasal 88
 Penilai Bisnis dilarang mendasarkan proyeksi pendapatan ekonomis hanya
dengan menggunakan tren data historis.

NILAI TERMINAL (TERMINAL VALUE)


Pasal 89
 Untuk melakukan Penilaian suatu bisnis dengan premis Kelangsungan Usaha
dimana terdapat proyeksi untuk periode waktu tetap dan periode waktu
kekal, Penilai Bisnis perlu menghitung Nilai Terminal (Terminal Value).
Pasal 90
 Dalam menghitung Nilai Terminal maka Penilai wajib mengikuti ketentuan
sebagai berikut:

A. Estimasi Nilai Terminal (Terminal Value) dilakukan dalam


mengaplikasikan metode diskonto arus kas dengan 2 periode proyeksi
laporan keuangan, yaitu periode waktu tetap dan periode waktu kekal;

B. metode yang digunakan untuk mengestimasi Nilai Terminal yaitu:

1. Nilai sisa (residual value);


2. Kapitalisasi Pendapatan.

Pasal 91
 Nilai sisa (residual value) digunakan dalam hal objek Penilaian memiliki
jangka waktu yang tertentu

(SEOJK 17)
 Dalam hal menghitung nilai sisa objek Penilaian yang memiliki jangka
waktu tertentu dengan menggunakan model Modal Investasi maka Nilai
Terminal (Terminal Value) diperoleh dengan mengestimasi nilai sisa dari
Modal Investasi, yaitu aset tetap ditambah dengan estimasi jumlah yang
dapat direalisasikan dari modal kerja bersih dikurangi dengan biaya yang
harus dikeluarkan pada akhir periode spesifik.

 Dalam hal menghitung nilai sisa objek Penilaian yang memiliki jangka
waktu tertentu dengan menggunakan model ekuitas maka Nilai Terminal
(Terminal Value) diperoleh dengan mengurangkan jumlah liabilitas pada
akhir periode tertentu terhadap estimasi dari nilai sisa Modal Investasi.

 Dalam hal menghitung nilai sisa objek Penilaian yang memiliki jangka
waktu tertentu berupa aset tetap maka Penilai Bisnis wajib mengacu pada
hasil penilaian properti.

 Penilai Bisnis wajib menjelaskan dan mengungkapkan Asumsi yang


digunakan untuk mengestimasi nilai sisa dari objek Penilaian dalam
laporan penilaian

 Metode Kapitalisasi Pendapatan digunakan dalam hal entitas yang menjadi


objek Penilaian memiliki jangka waktu yang kekal atau tidak dapat
ditentukan atau tidak dapat ditentukan (seperti halnya untuk aset tak
berwujud tertentu) maka Nilai Terminal (Terminal Value) diestimasi dengan
mengkapitalisasi arus kas periode kekal, yaitu arus kas satu periode setelah
periode tetap, dengan tingkat kapitalisasi terminal.

(SEOJK 17)
 Metode Kapitalisasi Pendapatan dapat digunakan untuk suatu entitas atau
aset tak berwujud yang menjadi objek Penilaian yang dianggap sudah
berada dalam tahap pertumbuhan yang konstan.

 Arus kas untuk periode kekal adalah arus kas periodik yang mewakili entitas
atau aset tak berwujud yang menjadi objek Penilaian dalam satu siklus
usaha.

 Tingkat kapitalisasi terminal diperoleh dengan mengurangi tingkat diskonto


yang digunakan dalam Penilaian dengan suatu tingkat pertumbuhan tertentu
yang diasumsikan konstan, dimana tingkat pertumbuhan dapat positif,
negatif, maupun nol.

 Tingkat pertumbuhan untuk periode kekal tidak dapat melebihi tingkat


pertumbuhan ekonomi atau industri jangka panjang dimana perusahaan
beroperasi dan Penilai Bisnis wajib memilih tingkat pertumbuhan jangka
panjang yang lebih rendah.
 Penilai Bisnis wajib menjelaskan dan mengungkapkan Asumsi yang digunakan
untuk pertumbuhan periode kekal dalam laporan Penilaian aset tak
berwujud, dengan mempertimbangkan:

a) pembatasan operasi perusahaan;


b) penggunaan mata uang dalam proyeksi; dan
c) penyusunan proyeksi keuangan dengan Asumsi nilai riil tanpa
memperhitungkan inflasi atau nilai nominal.

Pasal 92

 Penghitungan Nilai Terminal (Terminal Value) wajib mengikuti ketentuan


yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
 ketentuan lebih lanjut mengenai Nilai Terminal ditetapkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan

PENDAPAT KEWAJARAN
Pasal 93

 Pendapat Kewajaran diberikan setelah Penilai Bisnis melakukan analisis


atas:

a. Nilai dari objek yang ditransaksikan;

b. dampak keuangan dari transaksi yang akan dilakukan terhadap


kepentingan pemegang saham;

c. pertimbangan bisnis yang digunakan oleh manajemen perusahaan terkait


dengan rencana transaksi yang akan dilakukan terhadap kepentingan
pemegang saham.

 Pendapat Kewajaran wajib diberikan atas keseluruhan rencana transaksi dan


unsur analisis rencana transaksi.
Pasal 94
 Dalam melakukan analisis, Penilai Bisnis wajib melakukan hal yang paling
sedikit meliputi:

a. analisis transaksi
b. analisis kualitatif dan kuantitatif atas rencana transaksi;
c. analisis atas kewajaran nilai transaksi;
d. analisis atas faktor lain yang relevan
(SEOJK 17)
 Analisis transaksi wajib paling sedikit meliputi hal sebagai berikut:
a. identifikasi dan hubungan antara pihak yang bertransaksi;
b. perjanjian dan persyaratan yang disepakati dalam transaksi; dan
c. penilaian atas risiko dan manfaat dari transaksi yang akan dilakukan;

 Analisis kualitatif wajib paling sedikit meliputi hal sebagai berikut:


a. riwayat perusahaan dan sifat kegiatan usaha;
b. analisis industri dan lingkungan;
c. analisis operasional dan prospek perusahaan;
d. alasan dilakukannya transaksi;
e. keuntungan dan kerugian yang bersifat kualitatif atas transaksi yang akan
dilakukan;

 Analisis kuantitatif meliputi hal sebagai berikut:


A. penilaian atas potensi pendapatan, aset, liabilitas, dan kondisi keuangan
perusahaan, termasuk:
1) penilaian kinerja historis;
2) penilaian arus kas;
3) penilaian atas proyeksi keuangan yang diperoleh dari pihak manajemen
pemberi tugas;
4) analisis rasio keuangan;
5) analisis laporan keuangan sebelum transaksi dan proforma laporan keuangan
setelah transaksi dilakukan;

B. melakukan analisis inkremental (incremental analysis) untuk mengukur nilai


tambah dari transaksi dengan mempertimbangkan paling sedikit meliputi hal
sebagai berikut:

1) kontribusi nilai tambah terhadap perusahaan sebagai akibat dari transaksi


yang akan dilakukan, termasuk dampaknya terhadap proyeksi keuangan
perusahaan;
2) biaya atau pendapatan yang relevan;
3) informasi non keuangan yang relevan;
4) prosedur pengambilan keputusan oleh perusahaan dalam menentukan
rencana dan nilai transaksi dengan memperhatikan alternatif lain; dan
5) hal material lainnya yang dapat memberikan keyakinan bagi Penilai Bisnis
dalam memberikan opini kewajaran transaksi;

C. melakukan analisis sensitivitas (sensitivity analysis) untuk mengukur


keuntungan dan kerugian dari transaksi yang akan dilakukan, jika diperlukan;
 Analisis atas kewajaran nilai transaksi wajib paling sedikit meliputi hal
sebagai berikut:

a. perbandingan antara rencana nilai transaksi dengan hasil Penilaian atas


transaksi yang akan dilakukan;

b. analisis untuk memastikan bahwa rencana nilai transaksi memberikan


nilai tambah dari transaksi yang akan dilakukan;

c. Analisis atas kewajaran nilai transaksi dilakukan untuk meyakini bahwa


rencana nilai transaksi berada dalam kisaran Nilai yang didapatkan dari hasil
Penilaian

PENDAPAT KEWAJARAN ATAS TRANSAKSI PINJAM- MEMINJAM / PENJAMINAN


Pasal 95

 Pendapat Kewajaran atas Transaksi Pinjam-Meminjam Dana dan/atau


Penjaminan wajib didasarkan pada hasil evaluasi atas objek transaksi dan
wajib diberikan atas keseluruhan rencana transaksi pinjam-meminjam
dana dan/atau penjaminan serta unsur analisis rencana transaksi

(SEOJK 17)
 Pemberian Pendapat Kewajaran atas Transaksi Pinjam-Meminjam Dana
dan/atau Penjaminan wajib memperhatikan hal sebagai berikut:

A. pemberian Pendapat Kewajaran atas Transaksi Pinjam-Meminjam Dana


dan/atau Penjaminan diberikan setelah Penilai Bisnis melakukan analisis
atas:

1) besaran dana dari objek transaksi;

2) dampak keuangan dari transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau


penjaminan terhadap kepentingan perusahaan;
3) pertimbangan bisnis yang digunakan oleh manajemen perusahaan terkait
dengan transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan terhadap
kepentingan pemegang saham;

B. dalam melakukan analisis, Penilai Bisnis wajib memperhatikan hal


sebagai berikut:

1) analisis pengaruh transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan


terhadap keuangan perusahaan;

2) identifikasi dan hubungan antara pihak dalam hal transaksi pinjam-


meminjam dana dan/atau penjaminan;

3) analisis perjanjian dan persyaratan yang disepakati oleh pihak dalam


transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan;

4) analisis likuiditas dari transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau


penjaminan;

5) analisis manfaat dan risiko dari transaksi pinjam- meminjam dana


dan/atau penjaminan;

6) analisis kualitatif atas transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau


penjaminan;
 wajib memperhatikan:

 riwayat perusahaan yaitu riwayat transaksi pinjam-meminjam dana


dan/atau penjaminan dan sifat kegiatan usaha;

 analisis industri dan bisnis;

 analisis operasional dan prospek perusahaan

 analisis alasan dan latar belakang manajemen untuk melakukan


transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan;

 keuntungan dan kerugian yang bersifat kualitatif atas transaksi


pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan

 analisis dampak leverage pada keuangan perusahaan di masa yang


akan datang, yang dibandingkan dengan industri yang sejenis dan
sebanding;
 analisis dampak likuiditas pada keuangan perusahaan di masa yang
akan datang untuk memastikan bahwa pinjaman dapat dilunasi pada
saat jatuh tempo;

 analisis dampak keuangan perusahaan jika proyek yang dibiayai oleh


dana hasil transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan
tersebut mengalami kegagalan;

7) analisis kuantitatif atas transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau


penjaminan;
 wajib memperhatikan:

1) penilaian atas potensi pendapatan, aset, liabilitas, dan kondisi keuangan


perusahaan, termasuk:

 penilaian kinerja historis;


 penilaian atas proyeksi keuangan;
 analisis rasio keuangan;
 analisis keuangan baik sebelum maupun setelah transaksi pinjam-
meminjam dana dan/atau penjaminan;
 analisis atas kemampuan perusahaan atau penerima jaminan untuk
melunasi transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan
sampai saat jatuh tempo; dan
 analisis cash management dan financial covenant dari transaksi
pinjam-meminjam dana

8) analisis kelayakan rencana penggunaan dana atas transaksi pinjam-


meminjam dana dan/atau penjaminan antara lain:

a) analisis kelayakan investasi;


b) analisis kelayakan pelunasan utang;
c) analisis atas faktor lain yang relevan;

 analisis yield dari transaksi pinjam-meminjam dana terhadap efek bersifat


utang yang sejenis dan sebanding yang memiliki peringkat yang sama atau 1
(satu) notch di atas atau di bawah, jika transaksi pinjam-meminjam dalam
bentuk surat berharga;

 melakukan analisis inkremental (incremental analysis) untuk mengukur nilai


tambah dari transaksi pinjam-meminjam dana dengan mempertimbangkan:

a) kontribusi nilai tambah terhadap perusahaan sebagai akibat dari transaksi


pinjam-meminjam dana, termasuk dampaknya terhadap proyeksi keuangan
perusahaan;
b) biaya atau pendapatan yang relevan;
c) informasi non keuangan yang relevan;
 melakukan analisis sensitivitas (sensitivity analysis) untuk mengukur
keuntungan dan kerugian dari transaksi pinjammeminjam dana dan/atau
penjaminan, jika diperlukan;

 Analisis atas jaminan yang terkait dengan transaksi pinjam-meminjam dana


dan/atau penjaminan, dengan ketentuan dalam hal jaminan yang diberikan
adalah saham di anak perusahaan maka saham anak perusahaan tersebut
wajib dilakukan Penilaian dengan ketentuan:

1) Tanggal Penilaian pada Penilaian saham anak perusahaan wajib sama


dengan Tanggal Penilaian Pendapat Kewajaran;

2) dalam hal Penilaian saham anak perusahaan mengacu pada laporan


keuangan interim maka dapat digunakan laporan keuangan yang telah
direviu oleh akuntan publik yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan;

3) dalam hal Penilaian saham anak perusahaan mengacu pada hasil Penilaian
properti maka hasil Penilaian properti yang digunakan sebagai acuan adalah
hasil Penilaian properti yang diterbitkan oleh Penilai Properti;

4) hasil Penilaian properti yang dijadikan acuan wajib dilampirkan dalam


laporan Penilaian saham anak perusahaan tersebut.

STUDI KELAYAKAN BISNIS


Pasal 97
 Pendapat yang diberikan oleh Penilai Bisnis dalam melakukan Penugasan
Penilaian Profesional berupa Studi Kelayakan Bisnis adalah untuk
menyatakan kelayakan suatu bisnis atau proyek.

 Dalam hal Penilai Bisnis tidak memiliki keahlian dalam bidang properti maka
Studi Kelayakan Bisnis yang memerlukan Penilaian properti wajib mengacu
pada hasil opini Penilai Properti.

 Pendapat diberikan setelah Penilai Bisnis melakukan analisis atas:

a. kelayakan pasar;
b. kelayakan teknis;
c. kelayakan pola bisnis;
d. kelayakan model manajemen;
e. kelayakan keuangan.
( SEOJK 17 )
 Dalam melakukan analisis atas kelayakan pasar, Penilai Bisnis wajib
memperhatikan:
a. kondisi pasar, seperti pangsa pasar, kesinambungan (sustainability),
potensi pasar, sasaran, dan potensi nilai pasar;
b. pesaing usaha;
c. strategi pemasaran;

 Dalam melakukan analisis atas kelayakan teknis Penilai Bisnis wajib


memperhatikan:

a. kapasitas;
b. ketersediaan dan kualitas sumber daya, termasuk bahan baku mentah,
pekerja, dan ahli profesional;
c. proses produksi;

 Dalam melakukan analisis atas kelayakan pola bisnis Penilai Bisnis wajib
memperhatikan:

a. keunggulan kompetitif karena keunikan dari pola bisnis;


b. kemampuan pesaing untuk meniru produk;
c. kemampuan untuk menciptakan nilai;

 Dalam melakukan analisis atas kelayakan model manajemen, Penilai Bisnis


wajib memperhatikan:

a. ketersediaan tenaga kerja;


b. manajemen kekayaan intelektual (intellectual property);
c. manajemen risiko;
d. kapasitas dan kemampuan manajemen; dan
e. kesesuaian struktur organisasi dan manajemen; dan

 Dalam melakukan analisis atas kelayakan keuangan manajemen, Penilai


Bisnis wajib memperhatikan:

a. biaya pendirian (start-up costs);

b. modal kerja;

c. sumber pembiayaan;

d. biaya operasional;

e. biaya bahan baku mentah;

f. proyeksi laporan keuangan;

g. analisis titik impas (break even analysis);


h. analisis profitabilitas (overall profitability);

i. tingkat imbal balik investasi (overall return on investment)


(SEOJK 17)
 Laporan pendapat atas Studi Kelayakan Bisnis yang berbentuk laporan
lengkap paling sedikit memuat:

a. nomor dan Tanggal Laporan Penilaian Bisnis;

b. Tanggal Penilaian;

c. identitas pemberi tugas;

d. maksud dan tujuan pemberian pendapat mengenai kelayakan bisnis atau


proyek;

e. penjelasan mengenai data, informasi, dan prosedur yang digunakan;

f. penjelasan tentang ruang lingkup Penugasan Penilaian Profesional;

g. uraian mengenai, Asumsi dan kondisi pembatas;

h. keterangan dan informasi usaha atau proyek yang dinilai, paling sedikit
meliputi:

1) profil usaha atau proyek;

2) kinerja keuangan, jika terdapat keterangan atau informasi kinerja


keuangan;

3) produk dan jasa;

4) teknologi yang digunakan;

5) pasar yang dituju (intended market environment);

6) pesaing dan persaingan;

7) informasi industri;

8) pola bisnis;

9) strategi pemasaran dan penjualan;


10) kebutuhan produksi atau operasi;

11) kebutuhan manajemen dan sumber daya manusia;

12) hak atas kekayaan intelektual;

13) peraturan perundang-undangan yang terkait;

14) aspek lingkungan;

15) faktor risiko utama;

16) persyaratan modal dan strategi finansial;

i. uraian mengenai hasil analisis

j. uraian mengenai pendapat atas kelayakan suatu bisnis atau proyek;

k. pernyataan Penilai Bisnis yang meliputi:

1) pernyataan mengenai independensi Penilai Bisnis;

2) pernyataan bahwa perhitungan dan analisis dalam Studi Kelayakan Bisnis


telah dilakukan dengan benar;

3) pernyataan bahwa Penilai Bisnis bertanggung jawab atas hasil Studi


Kelayakan Bisnis;

l. informasi mengenai kualifikasi dan keahlian Penilai Bisnis;

m. tanda tangan Penilai Bisnis dengan mencantumkan nama, tempat, nomor


surat tanda terdaftar, serta tanggal pelaporan;

n. lampiran yang memuat lampiran yang diperlukan dalam melakukan


analisis dan mendukung hasil Penilaian
LAPORAN PENILAIAN BISNIS
Pasal 99 dan 100
 Penilai Bisnis yang melakukan Penugasan Penilaian Profesional wajib
membuat Laporan Penilaian Bisnis.

 Laporan Penilaian Bisnis terdiri atas:

A. laporan yang menyajikan kesimpulan Nilai terhadap objek Penilaian;


B. laporan Pendapat Kewajaran yang menyajikan kesimpulan atas
kewajaran suatu transaksi;
 wajib berbentuk laporan lengkap (narrative report atau long form report)
dan laporan ringkas (short form report)

C. Laporan Pendapat Kewajaran yang menyajikan kesimpulan dan atas


kewajaran transaksi pinjam meminjam dana dan/atau penjaminan

D. laporan Studi Kelayakan Bisnis yang menyajikan kesimpulan kelayakan


suatu usaha atau proyek;

E. Laporan Penilaian Bisnis lainnya.

 Laporan Penilaian Bisnis wajib berbentuk laporan lengkap (narrative report


atau long form report) dan laporan ringkas (short form report) dan wajib
menggunakan definisi dan istilah

 Dalam hal Penilai Bisnis wajib menggunakan definisi dan istilah , apabila
menggunakan istiah lain yang tidak ditetapkan dalam Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan ini maka definisi dan istilah lain tersebut wajib diungkapkan
secara jelas dalam Laporan Penilaian Bisnis.

 Laporan ringkas (short form report) dapat disajikan secara terpisah namun
merupakan satu kesatuan dari Laporan Penilaian Bisnis.

 Laporan Penilaian Bisnis wajib disusun sesuai dengan ketentuan mengenai


bentuk dan isi Laporan Penilaian Bisnis yang ditetapkan oleh OJK

Isi Laporan yang Menyajikan Kesimpulan Nilai

 Laporan yang menyajikan kesimpulan Nilai terhadap objek Penilaian


dalam bentuk laporan lengkap (narrative report atau long form report)
paling sedikit memuat hal sebagai berikut:

A. surat pengantar;

B. daftar isi;

C. identitas pemberi tugas antara lain nama, bidang usaha, alamat, nomor
telepon, faksimili, dan email;

D. maksud dan tujuan penilaian;

E. definisi dan istilah yang digunakan dalam penilaian;


F. Tanggal Penilaian;

G. Tanggal Laporan Penilaian Bisnis;

H. Premis Nilai dan dasar Nilai yang digunakan;

I. Asumsi dan kondisi pembatas serta skenario hipotesis yang secara


langsung mempengaruhi penilaian;

J. data dan informasi, dengan ketentuan Penilai Bisnis wajib


mengidentifikasi dan mengungkapkan data dan informasi baik yang diketahui
maupun patut diketahui, yang diperoleh dari dalam atau dari luar pihak
pemberi tugas, yang meliputi:

1) hasil pelaksanaan inspeksi;

2) hasil pemeriksaan atas dokumen hukum yang relevan dengan objek


Penilaian;

3) penjelasan mengenai tingkat kepemilikan dan sifat pengendalian objek


Penilaian;

4) penjelasan mengenai tingkat likuiditas pasar objek Penilaian;

5) uraian mengenai Tenaga Ahli dan hasil pekerjaan Tenaga Ahli dalam hal
Penilai Bisnis mendasarkan Penilaian-nya pada hasil kerja Tenaga Ahli;

6) uraian mengenai Penilai Properti dan hasil Penilaian oleh Penilai Properti
dalam hal Penilai Bisnis mendasarkan penilaiannya pada hasil Penilaian
properti;

7) penjelasan mengenai kejadian penting setelah Tanggal Penilaian;

8) uraian mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait


dengan penilaian, jika terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan Penilaian;

9) hasil identifikasi atas aset non operasional, liabilitas non operasional, dan
kelebihan atau kekurangan aset operasional (excess or deficient) yang
terkait dan pengaruhnya terhadap penilaian;

10) informasi mengenai identitas dan jabatan pihak yang telah diwawancarai
dan hubungannya dengan objek Penilaian;

11) informasi keuangan;


12) informasi perpajakan;

13) data industri, data pasar, data ekonomi, dan informasi empiris lainnya
yang mendukung penilaian;

14) dokumen dan sumber informasi yang disediakan oleh atau yang terkait
dengan entitas;

15) informasi non keuangan yang relevan mengenai objek Penilaian,


meliputi:

a) sifat, latar belakang, dan riwayat perusahaan;

b) fasilitas produksi, jika terdapat fasilitas produksi;

c) struktur organisasi;

d) manajemen, termasuk direktur, komisaris, dan karyawan kunci;


e) jenis ekuitas dan hak yang melekat;

f) produk dan/atau jasa yang dihasilkan;

g) latar belakang ekonomi;

h) pasar geografis;

i) pasar industri, jika terdapat pasar industri;

j) pemasok dan pelanggan kunci, jika terdapat pemasok dan pelanggan


kunci;

k) persaingan usaha;

l) risiko usaha;

m) strategi dan rencana masa depan perusahaan (business plan);

16) tambahan informasi lain yang diperlukan oleh pengguna Laporan


Penilaian Bisnis di luar hal yang telah diuraikan;

K. Penyesuaian terhadap data laporan keuangan, dengan ketentuan Penilai


Bisnis wajib menguraikan penyesuaian data laporan keuangan serta
pertimbangan yang mendasari setiap penyesuaian terhadap data laporan
keuangan;
L. analisis atas laporan keuangan dan informasi keuangan lainnya, dengan
ketentuan Penilai Bisnis wajib mengungkapkan uraian mengenai hasil
analisis atas:

1) laporan keuangan historis tahunan atau interim termasuk rasio utama,


dan data stastistik;

2) informasi keuangan prospektif yang dapat berupa anggaran, perkiraan,


dan/atau proyeksi;

3) perbandingan laporan keuangan yang sebanding (common size) untuk


periode yang sesuai;

4) perbandingan informasi keuangan industri yang sebanding (common size)


untuk periode yang sesuai;

5) informasi perpajakan;

6) informasi kompensasi bagi pemegang saham;

7) informasi mengenai asuransi yang ditanggung oleh perusahaan untuk


karyawan kunci, jika terdapat asuransi yang ditanggung oleh perusahaan
untuk karyawan kunci;

8) analisis dan pembahasan manajemen mengenai:

a) keuntungan dan kerugian atas kontrak usaha;

b) aset dan liabilitas di luar laporan posisi keuangan (kontijensi);

c) hasil penjualan produk atau jasa oleh perusahaan pada periode


sebelumnya, jika terdapat hasil penjualan produk atau jasa oleh perusahaan
pada periode sebelumnya;

d) perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja historis pada objek


Penilaian;

e) perbandingan kinerja objek Penilaian dengan tren industri yang sesuai;

M. pertimbangan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian, dengan


ketentuan Penilai Bisnis wajib menyatakan bahwa Penilai Bisnis telah
mempertimbangkan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai
penilaian dan penyajian laporan penilaian bisnis di pasar modal;
N. penggunaan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian, dengan
ketentuan Penilai Bisnis wajib menjelaskan dan mengungkapkan
pertimbangan penggunaan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian serta
uraian dalam penerapannya;

O. perhitungan indikasi Nilai, dengan ketentuan Penilai Bisnis wajib


mengungkapkan proses perhitungan untuk menghasilkan indikasi Nilai;

P. penggunaan diskon dan premi, dengan ketentuan Penilai Bisnis wajib:

1) mengungkapkan diskon dan premi yang digunakan, seperti Diskon Tanpa


Pengendalian (Discount for Lack of Control) dan/atau Diskon Likuiditas Pasar
(Discount for Lack of Marketabilities);

2) menguraikan faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan jumlah


atau persentase diskon dan premi yang digunakan;

3) menguraikan Nilai setelah diskon dan premi digunakan.

Q. rekonsiliasi estimasi Nilai dan kesimpulan Nilai

1) Penilai Bisnis wajib menyajikan rekonsiliasi dari berbagai estimasi Nilai


yang diperoleh dari Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang
digunakan serta mengungkapkan pertimbangan rekonsiliasi yang mendasari
kesimpulan Nilai;

2) uraian mengenai kesimpulan Nilai, baik berupa Nilai tunggal (single


amount) maupun kisaran (range);

R. pernyataan Penilai Bisnis yang meliputi:

1) pernyataan mengenai independensi Penilai Bisnis;

2) pernyataan bahwa Penilai Bisnis bertanggung jawab atas Laporan


Penilaian Bisnis;

3) pernyataan bahwa Penugasan Penilaian Profesional telah dilakukan


terhadap objek Penilaian pada Tanggal Penilaian;

4) pernyataan bahwa analisis telah dilakukan untuk tujuan sebagaimana


diungkapkan dalam Laporan Penilaian Bisnis;

5) pernyataan bahwa Penugasan Penilaian Profesional telah dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) pernyataan bahwa perkiraan Nilai yang dihasilkan dalam Penugasan
Penilaian Profesional telah disajikan sebagai kesimpulan Nilai;

7) pernyataan bahwa lingkup pekerjaan dan data yang dianalisis telah


diungkapkan;

8) pernyataan bahwa kesimpulan Nilai telah sesuai dengan Asumsi dan


kondisi pembatas;

9) pernyataan bahwa data ekonomi dan industri dalam Laporan Penilaian


Bisnis diperoleh dari berbagai sumber yang diyakini Penilai Bisnis dapat
dipertanggungjawabkan.

S. informasi mengenai kualifikasi dan keahlian Penilai Bisnis;

T. tanda tangan Penilai Bisnis dengan mencantumkan nama, tempat, nomor


surat tanda terdaftar, serta tanggal pelaporan;

U. Lampiran yang diperlukan dalam melakukan analisis dan mendukung hasil


Penilaian dalam Laporan Penilaian Bisnis

 Laporan Pendapat Kewajaran yang menyajikan kesimpulan dan atas


kewajaran transaksi pinjam meminjam dana dan/atau penjaminan yang
berbentuk laporan lengkap memuat:

a. nomor dan Tanggal Laporan Penilaian Bisnis;

b. Tanggal Penilaian;

c. identitas pemberi tugas;

d. maksud dan tujuan pemberian pendapat kewajaran;

e. uraian mengenai ada atau tidak adanya benturan kepentingan atas


transaksi yang akan dilakukan;

f. pernyataan Penilai Bisnis yang meliputi:

1) pernyataan mengenai independensi Penilai Bisnis;

2) pernyataan bahwa perhitungan dan analisis dalam rangka pemberian


Pendapat Kewajaran Atas Transaksi PinjamMeminjam Dana dan/atau
Penjaminan telah dilakukan dengan benar;

3) pernyataan bahwa Penilai Bisnis bertanggungjawab atas laporan Pendapat


Kewajaran Atas Transaksi PinjamMeminjam Dana dan/atau Penjaminan;
g. penjelasan mengenai data, informasi, dan prosedur yang digunakan;

h. penjelasan tentang ruang lingkup Penilaian

i. uraian mengenai, Asumsi dan kondisi pembatas;

j. uraian mengenai pengaruh transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau


penjaminan terhadap keuangan perusahaan;

k. informasi mengenai hubungan pihak yang akan melakukan transaksi;

l. uraian mengenai Penilai Bisnis dan/atau Penilai Properti serta hasil


Penilaian oleh Penilai Bisnis dan/atau Penilai Properti yang menjadi dasar
dalam pemberian Pendapat Kewajaran Atas Transaksi Pinjam-Meminjam
Dana dan/atau Penjaminan;

m. uraian mengenai perjanjian atas transaksi pinjam-meminjam dana


dan/atau penjaminan;

n. uraian mengenai perjanjian dan analisis terhadap likuiditas atas transaksi


pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan;

o. uraian mengenai risiko dan manfaat atas transaksi pinjammeminjam dana


dan/atau penjaminan;

p. uraian mengenai hasil analisis kelayakan rencana penggunaan dana atas


transaksi pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan;

q. uraian mengenai hasil analisis kualitatif

r. uraian mengenai hasil analisis kuantitatif

s. uraian mengenai hasil analisis atas jaminan yang terkait dengan transaksi
pinjam-meminjam dana dan/atau penjaminan

t. pendapat mengenai kewajaran transaksi atas transaksi pinjammeminjam


dana dan/atau penjaminan; u. informasi mengenai kualifikasi dan keahlian
Penilai Bisnis;

v. tanda tangan Penilai Bisnis dengan mencantumkan nama, tempat, nomor


surat tanda terdaftar, serta tanggal pelaporan;

w. lampiran yang diperlukan dalam melakukan analisis dan mendukung hasil


Penilaian
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 101

 Ketentuan mengenai pemberian Pendapat Kewajaran untuk transaksi


tertentu ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

 Pelaksanaan analisis dan cakupan informasi dalam melakukan analisis


dalam pemberian Pendapat Kewajaran untuk transaksi tertentu wajib
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 102 - 104
 Setiap Pihak yang melanggar ketentuan Pasal 2-100 dikenai sanksi
administrative, dikenakan juga kepada Pihak yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran, dijatuhkan oleh OJK.

 Sanksi administratif berupa:


a. peringatan tertulis;
b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pencabutan izin usaha;
f. pembatalan persetujuan;
g. pembatalan pendaftaran.
 Tata cara pengenaan sanksi sesuai ketenuan peraturan perundang-
undangan. Sanksi dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului
pengenaan sanksi administratif berupa peringatan tertulis

 Sanksi administratif berupa denda dapat dikenakan secara tersendiri


atau secara bersama-sama dengan pengenaan sanksi administrative.
Selain sanksi administratif Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan
tindakan tertentu terhadap setiap Pihak yang melakukan pelanggaran
ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.

 Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi


administratif dan tindakan tertentu kepada masyarakat
Pasal 105-107
 Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 196/BL/2012 tentang
Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal
beserta Peraturan Nomor VIII.C.3 yang merupakan lampirannya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku,

 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan 25 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai