Penyakit Menular
Penyakit Menular
Penyakit Menular
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu unsur yang dipandang penting dalam kesejahteraan umum.
Kesehatan menurut Undang-Undang No.36 Tahun 2009 merupakan keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang dapat memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan senantiasa diarahkan
pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan dalam
penyelenggaraannya meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
harus dilaksanakan dengan menyeluruh, terpadu, tepat serta berkesinambungan untuk
mencapai hasil lebih optimal. Promosi kesehatan termasuk kedalam upaya peningkatan
kesehatan yang menurut WHO adalah proses mengupayakan individu-individu dan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang
mem-pengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkat-kan derajat kesehatannya (Fitriani,
2011). Salah satu tonggak promosi kesehatan di Indonesia adalah Deklarasi Jakarta (1997)
dalam Depkes RI (2008) yang merumuskan prioritas promosi kesehatan abad 21 untuk
meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan, meningkatkan investasi untuk
pembangunan kesehatandan perluasan kemitraan untuk kesehatan, meningkatkan
kemampuan masyarakat dan perberdayaan individu serta menjamin tersedianya infrastruktur
promosi kesehatan.
ANGKA KEJADIAN
Kasus TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas PAUH
Bulan Januari - September 2022
Target 178 Jumlah Pasien 54 orang
Tercapai 30,3 %
DASAR HUKUM
1. Presiden Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 67 tahun 2021
tentang Penanggulangan Tuberkulosis yang bertujuan sebagai acuan bagi
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemerintah
Desa, serta Pemangku Kepentingan lainnya dalam melaksanakan Penanggulangan TBC.
Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis ini
mengatur mengenai:
TUJUAN PROGRAM
a) Meningkatnya kesehatan masyarakat mengenai Penyakit Menular
b) Mewujudkan pelayanan kesehatan Penyakit Menular yang berkualitas. Kualitas
pelayanan kesehatan di bidang teknis medis dan komunikasi
c) Adanya kebijakan dari pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan pelayanan
Kesehatan Penyakit Menular yang berkualitas
d) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan Penyakit Menular yang berpusat kepada
kebutuhan masyarakat.
SASARAN PROGRAM
i. Sasaran Primer
1. Pasien
2. Individu sehat
3. Keluarga
MANFAAT PROGRAM
1.Penyakit Menular
a) Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai penanggulangan Penyakit Menular.
b) Peningkatan perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PROGRAM
Menurut departemen Kesehatan RI tahun 2009, TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Penyakit ini menyebar dan ditularkan melalui udara ketika orang yang terinfeksi TB paru
batuk, bersin, berbicara atau meludah. Millennium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB
paru sebagai salah satu penyakit menjadi target untuk diturunkan, selain Malaria dan AIDS. Tuberkulosis
merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah sangat serius di masyarakat. TB
merupakan salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan menjadi salah satu prioritas
dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (Wibowo, 2014).
Pengendalian manajerial
Pihak manajerial adalah pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, kepala dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota dan/atau atasan dari institusi terkait. Komitmen, kepemimpinan dan dukungan manajemen
yang efektif berupa penguatan dari upaya manajerial bagi program PPI TB yang meliputi:
b. Membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai alur pasien untuk semua pasien batuk, alur
pelaporan dan surveilans
c. Membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif
d. Memastikan desain dan persyaratan bangunan serta pemeliharaannya sesuai PPI TB
e. Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI TB (tenaga, anggaran, sarana dan prasarana)
yang dibutuhkan
f. Monitoring dan evaluasi
g. Melakukan kajian di unit terkait penularan TB
h. Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi masyarakat terkait PPI TB
Pengendalian administrative
Adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah/mengurangi pajanan kuman TB kepada petugas kesehatan,
pasien, pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan, mendiseminasikan dan memantau pelaksanaan
standar prosedur dan alur pelayanan.
Upaya ini mencakup:
a. Strategi TEMPO (TEMukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat)
b. Penyuluhan pasien mengenai etika batuk
c. Penyediaan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu serta pembuangan dahak yang benar
d. Pemasangan poster, spanduk dan bahan untuk Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
e. Skrining bagi petugas yang merawat pasien TB
Pengendalian administratif lebih mengutamakan strategi TEMPO yaitu penjaringan, diagnosis dan
pengobatan TB dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi penularan TB secara efektif. Penerapannya
mudah dan tidak membutuhkan biaya besar, dan ideal untuk diterapkan. Dengan menggunakan strategi
TEMPO akan mengurangi risiko penularan kasus TB dan TB resisten obat yang belum terindentifiasi.
Pengendalian lingkungan
Adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi untuk
mencegah penyebaran dan mengurangi/menurunkan kadar percik renik di udara. Upaya pengendalian
dilakukan dengan menyalurkan percik renik ke arah tertentu (directional airflow) dan atau ditambah dengan
radiasi ultraviolet sebagai germisida 4. Pengendalian dengan alat pelindung diri.Penggunaan alat pelindung
diri pernapasan oleh petugas kesehatan di tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko terpajan,
sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan. Petugas
kesehatan menggunakan respirator dan pasien menggunakan masker bedah. Petugas kesehatan dan
pengunjung perlu mengenakan respirator jika berada bersama pasien TB di ruangan tertutup. Pasien atau
tersangka TB tidak perlu menggunakan respirator tetapi cukup menggunakan masker bedah untuk melindungi
lingkungan sekitarnya dari droplet (Kemenkes, 2014)
B. IMPLEMENTASI PROMOSI KESEHATAN DALAM MASING MASING PROGRAM
PRIORITAS
1. Pengertian puskesmas
Puskesmas adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2009)
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Puskemas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan
lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan
6. Institusi Kesehatan
Institusi Kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti rumah
sakit, Puskesmas dan klinik swasta.
7. Penyakit Turbekolosis di Institusi Kesehatan
Turbekolosis di Institusi adalah upaya untuk meberdayakan pasien, masyarakat, pengunjung dan
petugas agar tahu dan mampu untuk membantu menjaga dan pencegahan penyakit TB kepada
teman dan keluarga dari infeksi kumanberperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan
Sehat.
8. Tujuan Penyakit Turbekolosis di Instansi Kesehatan
Adapun tujuan program penanggulangan TB paru yaitu menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat TB paru dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga penyakit TB paru tidak menjadi masalah
kesehatan Indonesia.
Penemuan penderita tuberkulosis didasarkan pada gejala umum yaitu, batuk terus menerus dan berdahak
selama 3 minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur dahak, batuk darah,
sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari sebulan. Setiap
orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala tersebut, harus dianggap sebagai
seorang suspek tuberkulosis atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis secara langsung .penemuan penderita merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana
pasien TB. Penemuan dan penyembuhan penderita TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat. Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien
yang memahami dan sadar akan gejala TB, akses terhadap fasilitas kesehatan dan adanya tenaga kesehatan
yang kompeten yang mampu melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut Penemuan
penderita TB paru secara pasif adalah penjaringan tersangka TB hanya dilaksanakan pada orang yang
datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan (puskesmas). Dalam penemuan kasus secara pasif
didukung dengan promosi aktif, yaitu petugas kesehatan memberikan penyuluhan secara aktif sehingga
masyarakat mengetahui gejala penyakit TB paru. Dengan adanya promosi aktif dapat meningkatkan
cakupan penemuan tersangka, hal ini disebut dengan penemuan kasus secara pasif dengan promosi aktif.
Pelibatan semua layanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan
pengobatan.
8) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan secara Cuma-Cuma dan
dikelola dengan manajemen logistik yang efektif demi menjamin ketersediaannya.
9) Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan
dan mempertahankan kinerja program.
10) Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan
lainnya terhadap TB.
Kegiatan program penanggulangan TB paru meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pendukung. Kegiatan
pokok mencakup kegiatan penemuan kasus (case finding) dan penegakan diagnosis. Salah satu kegiatan
pendukung program tersebut yaitu penyuluhan kepada masyarakat.
13.Penyuluhan Tuberkulosis
Penyuluhan TBC perlu dilakukan karena masalah TBC banyak berkaitan dengan masalah
pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TBC .Penyuluhan TBC dapat
dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting secara langsung ataupun menggunakan media.
Penyuluhan langsung bisa dilakukan perorangan dan masyarakat. Sementara penyuluhan tidak
langsung dengan menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak (leaflet, poster, atau spanduk) dan
media massa berupa (media cetak dan media elektronik) Dalam program penanggulangan TBC,
penyuluhan langsung perorangan sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan
pengobatan penderita. Penyuluhan ini ditujukan kepada suspek, penderita dan keluarganya, supaya
penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh. Bagi anggota keluarga yang sehat
dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar dari penularan
TBC. Penyuluhan dengan menggunakan bahan cetak dan media massa dilakukan untuk dapat
menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi masyarakat tentang TBC dari
“suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan memalukan”, menjadi “suatu penyakit yang
berbahaya, tapi dapat disembuhkan”. Bila penyuluhan ini berhasil, akan meningkatkan penemuan
penderita secara pasif .
14.Strategi DOTS
World Health Organization (WHO) telah memperkenalkan strategi Directly Observed Treatment
Shortcource (DOTS) yang dijadikan sebagai program penanggulangan TB di Indonenesia. Sistem
DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu perlunya komitmen politik penentu kebijakan, diagnosis
dengan mikroskopis yang baik, pemberian obat yang baik dan diawasi secara baik, jaminan
ketersediaan obat serta pencatatan dan pelaporan yang akurat
Pertama, adanya jaminan komitmen pemerintah untuk menanggulangi tuberkulosis di suatu negara.
Komitmen politik penentu kebijakan merupakan faktor kunci penting. Secara umum komitmen
pemerintah dibangun atas kesadaran tentang besarnya masalah TB dan pengetahuan tentang adanya
program penanggulangan TB yang telah terbukti ampuh. Komitmen ini dimulai dengan keputusan
pemerintah untuk menjadikan tuberkulosis sebagai prioritas penting atau utama dalam program
kesehatannya.
Kedua, penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopis, terutama bagi mereka yang datang ke
fasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan. Pendekatan ini disebut sebagai passive case
finding. Hal ini dipilih mengingat secara umum pemeriksaan mikroskopis merupakan cara yang
paling cost effective dalam menemukan kasus TB. Dalam hal ini, pada keadaan tertentu dapat
lakukan pemeriksaan radiografi, dengan kriteria-kriteria yang jelas sehingga dapat diterapkan di
masyarakat.
Aspek ke tiga dari strategi DOTS adalah pemberian obat yang diawasi secara langsung, atau dikenal
dengan istilah DOT ( Directly Observed Therapy). Pasien diawasi secara langsung ketika menelan
obatnya, obat yang diberikan harus sesuai dengan standar dan diberikan secara gratis pada seluruh
pasien tuberkulosis yang menular dan yang kambuh. Untuk menjamin seseorang menyelesaikan
pengobatannya maka perlu ditunjuk seorang pengawas menelan obat (PMO). Pengobatan
tuberkulosis memakan waktu 6 bulan. Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan
pasien telah menghilang, ia merasa dirinya telah sehat, dan menghentikan pengobatannya. Karena
itu, harus ada sistem yang menjamin pasien mau menyelesaikan seluruh masa pengobatannya
sampai selesai.
Aspek ke empat dari strategi DOTS adalah jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan
tepat waktu. Masalah utama dalam hal ini adalah perencanaan dan pemeliharaan stok obat pada
berbagai tingkat daerah, sehingga diperlukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat yang baik,
seperti misalnya jumlah kasus pada setiap kategori pengobatan, kasus yang ditangani dalam waktu
yang lalu, data akurat stok di masing-masing gudang yang ada.
Sementara aspek ke lima dari strategi ini adalah sistem monitoring serta pencatatan dan pelaporan
yang baik. Setiap pasien tuberkulosis yang diobati harus mempunyai satu kartu identitas penderita
yang kemudian tercatat di catatan TB yang ada di kabupaten. Pasien harus membawa kartu
kemanapun dan menggunakan kartu yang sama sehingga dapat melanjutkan pengobatannya dan
tidak sampai tercatat dua kali (Aditama, 2002)
PEMECAHAN MASALAH
ALTERNATIF PEMECAHAN
PRIORITAS PENYEBAB PEMECAHAN MASALAH YANG
NO MASALAH MASALAH MASALAH TERPILIH
MANUSIA
Memberikan informasi
1 Masih rendah
Kurang Optimalnya pada pembina wilayah dan
pelaporan dan Menyiapkan
kerja sama lintas petugas program lain untuk
penjaringan dari blangko TB05 dan
program UKP dan UKM melakukan penjaringan
pembina wilayah pot dahak
dan lintas sektor kepada pasien yang batuk
maupun program
batuk lebih dari 2 minggu
3
Membuatkan
jadwal kegiatan
Masih belum ada Kurangnya
penyuluhan pada
keinginan dari keluarga pengetahuan tentang Memberikan penyuluhan
keluarga individu,
pasien untuk meminum pentingnya tentang TPT di kelurahan
keluarga dan
obat TPT pada anak pencegahan TPT
kelompok terkait
TB
LINGKUNGAN
4 Membuatkan
dikarenakan sekarang Memberikan penyuluhan
Masih kurang koordanisi jadwal kegiatan
masih masa transisi dan kerjasama dengan
antar kader penyuluhan oleh
dari kondisi Covid 19 promkes
promkes