Makalah Typhus Abdominalis Kel.15
Makalah Typhus Abdominalis Kel.15
Makalah Typhus Abdominalis Kel.15
KELOMPOK 15:
BRITNEY PANGOW
MICHELLE POLI
VALENIA KILIS
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN THYPUS ABDOMINALIS”
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga karya tulis ini ini
bisa bermanfaat.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian..............................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Patologi..................................................................................................................4
D. Patofisiologi...............................................................................................................5
E. Manifestasi Klinik..................................................................................................6
F. Komplikasi.............................................................................................................7
G. Pemeriksaan Laboratorium.....................................................................................8
H. Penatalaksanaan.....................................................................................................9
I. Konsep Asuhan Keperawatan Typhus Abddominalis...............................................11
BAB III PENUTUP.........................................................................................................20
A. Kesimpulan.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat
hingga 40c dengan frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.
Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per
100.000 penduduk per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986 bahwa 3 % dari
seluruh kematian (50.000 kematian) disebabkan oleh demam enterik. Penyakit ini
1
meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun penderita belum dikatakan sembuh
total karena mereka masih dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain
(bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan untuk menjadi carrier 3 kali lebih
besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber penularan utama ialah penderita
demam enterik itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat mengeluarkan
berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam tinja dan tinja inilah yang merupakan
sumber pencemaran.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak Dengan Thypus Abdominalis
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian
Demam tyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difusi,
pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum (Soegeng
Soegijanto, 2002).
Typus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit
kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi, kadang-kadang pembesaran
hati/limpa/atau keduanya.
B. Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh
demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan paratyphoid
adalah S.typhi, S. Paratyhpi A, S. Paratyhpi B, S. Paratyhpi C. (Arjatmo
Tjokronegoro, 2007), yaitu :
a.) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu :
Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida), Antigen H
(flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.
b.) Salmonella paratyphi A, B, dan C merupakan bagian dari virus Salmonella
yang dapat ditentukan dengan adanya pemeriksaan laboratorium.
c.) Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)
C. Patologi
Pada dasarnya thypus abdominalis merupakan penyakit system
retikuloendotelial yang menunjukkan diri terutama pada jaringan limfusus, limpa,
hati, dan sum-sum tulang. Di usus, jaringan limfa terletak antemesenterian pada
dindingnya, dan dinamai plakat Peyer*. Usus yang terserang tifus umumnya ileum
3
terminale, tetapi kadang bagian lain usus halus dan kolon proksimal juga
dihinggapi. Pada permulaan plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar,
menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di mukosa usus. Pada
akhir minggu pertama infeksi terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di
ileum daripada di kolonsesuai dengan ukuran plakat Peyer yang ada disana.
Kebanyakan tukaknya dangkal, tapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan
pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita
sembuh biasanya ulkus membaik tanpa menimbulkan jaringan parut dan fibrosis.
Jaringan retikuloendeotelial lain juga mengalami perubahan. Kalenjar limfa
mesentrial penuh fagosit sehingga kalenjar besar dan melunak. Hati menunjukkan
proliferasi sel polimor fonuklear dan mengalami nekrosis fokal. Jaringan system
lain hampir selalu terlibat. Kandung empedu selalu terinfeksi, dan bakteri hidup
dalam empedu. Seduah sembuh, empedu penderita dapat tetap mengandung
bakteri, yang bersangkutan menjadi pembawa kuman. Sel ginjal mengalami
pembengkakan keruh yang mengandung koloni bakteri. Itu sebabnya pada
minggu pertama ditemukan kumannya dalam air kandung kemih. Bila sembuh
penderita demikian menjadi pembawa kuman yang menularkan lewat kemihnya.
Parotitis danorkitis kadang ditemukan pada penderita demam tifoid, sedangkan
bronchitis hampir selalu ada. Kadang terjadi pneumonia pada tifus abdominalis
lebih sering terjadi sekunder oleh infeksi pneumokokus.
4
basil tifus yang hidup darah. Infeksi disumsum tulang dapat ditunjukkan dengan
gambaran leokopenia disertai dihilangnya sel polimorfonuklear dan eosinofil,
dan bertambahnya sel mononuclear. Infeksi terjadi pada saluran pencernaan.
Basil diserap usus halus masukke dalam peredaran darah sampai di organ-organ
terutama hati dan limfe. Basil yang tidak hancur berkembang biak di dalam hati
dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri dan
perabaan. Kamu dan bila basil kembali masuk ke dalam darah (bakteriemia) dan
melanjutkan keseluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus
halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak nyeri,
tukak tersebut dapat mengakibatkan pendarahan dan perforasi usu halus, gejala
demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
D. Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh basil Salmonella typhosa. Penularan dapat
terjadi melalui mulut lewat makanan yang tercemar kemudian kuman
mengadakanpenetrasi ke usu halus dan jaringan limfoid dan berkembang biak.
Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel
retikuloendoteal melepaskan kuman ke dalam darah. Kuman-kuman selanjutnya
ke dalam beberapa organ-organ tubuhterutama kelenjar lymphoid usus halus dan
menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak pejeri.
Tukak dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan perforasi usus.
E. Manifestasi Klinik
Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteremia yang
mengakibatkan gejala toksis umum seperti letargi, sakit kepala, demam, dan
beradikardia. Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikulo
endothelial, umpanya kelainan hematologi, gangguan faal hati dan nyeri diperut.
5
Kelompok gejala lainnya disebabkan oleh komplikasi seperti ulserasi di usus
dengan penyakitnya.
Masa tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu. Pada
kasus ringan dan sedang, penyakit biasanya berlangsung 4 minggu. Timbulnya
berangsur, mulai dengan tanda malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri seluruh
badang, letargi, dan demam. Demam ini tidak selalu khas, kadang mirip dengan
demam pada influenza, tidak enak atau nyeri diperut. Konstifasi sering ada, tetapi
diare juga sering ditemukan.
Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu badan
menurun dan keadaan umum tampak baik.
Tifus abdominalis dapat kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang.
Kambuhan ini dapat ringan saja, tetapi dapat berat, dan mungkin terjadi dua atau
tiga kali. Gambaran klinik yang biasa ditemukan adalah:
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat remiten dan suhu
tinggi sekali selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur naik setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua pasienterus berada dalam keadaan demam,
pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
6
b. Gangguan pada saluran pencernaan
nyeri palpasi. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau
normal.
F. Komplikasi
Dapat terjadi pada:
a. Usus halus,umumnya jarang terjadi akan tetapi sering total yaitu:
2) Perporasi usus, timbil biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu terjadi pada
bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat
ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum. Yaitu pekak hati menghilang
dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto abdomen yang dibuat
dalam keadaan tegak.
7
G. Pemeriksaan Laboratorium
a.) Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,
aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
b.) Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah
penderitabiasanya dalam minggu pertama sakit.
c.) Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi(aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensisalmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serumklien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonellathypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
H. Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
8
dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5 hari kemudian.
Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. Di RSUP Persahabatan), penggunaan
klomfenikol msih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti
obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.
b) Ampisilin/amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg/BB, diberikan selama 2
minggu.
c) Kotrimoksazol ; 2X2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol-80 mg trimetoprim, diberikan selama dua minggu pula.
d) Sefalosporin generasi II dan III dapat berhasil mengatsi demam dengan
baik. Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.
Regimen yang dipakai adalah:
-Seftriakson 4 g/hari selama 3 hari.
-Norfloksasin 2 X 400 mg/hari selama 14 hari.
-Siprofloksasin 2 X 500 mg/hari selama 6 hari.
-Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari.
-Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
-Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.
c. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suporatif). Pertama pasien diberi diet
bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat
kesembuhan pasien. Namun bebrapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayur dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga diperlukan
9
pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan umum
pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan hemoestasis, sistem imun
akan tetap berfungsi dengan optimal.Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan
septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi parenteral total. Spektrum
antibiotic maupun kombinasi bebrapa obat yang bekerja secara sinergis dapat
dipertmbangkan. Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik.
Prognosis tidak begitu baik pada kedua keadaan di atas. Namun berbeda dengan
pengobatan pada penderita demam tifoid yaitu untuk wanita hamil. Tidak
semua antibiotik dapat diberikan. Kloram fenikol tidak boleh diberikan pada
trimister ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian
fetus intrauterin,dan sindrom Gray pada neonatus. Demikian pula dengan
tiamfenikol yang mempunyai efek teratogenik terhadap fetus. Namun pada
kehamilan lebih lanjut tiamfenikol dapat diberikan. Selain itu,
kotrimoksazol dan fluorokuinolon juga tidak boleh diberikan. Antibiotik yang
aman bagi kehamilan adaah golongan penisil (ampisin, amoksisilin), dan
sefalosporin generasi ketiga, kecuali pasien yang hipersensitif terhadap obat
tersebut.
10
I. Konsep Asuhan Keperawatan Typhus Abddominalis
1) Pengkajian:
a. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan,
tanggal MR.
b. Keluhan Utama
Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu makan
menurun, panas, dan demam.
f. Riwayat Psikososial
Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih).
Interpersonal: hubungan dengan orang lain.
11
Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mual, muntah selama sakit, lidah
kotor, dan terasa pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi status
nutrisi berubah karena terjadi gangguan pada usus halus.
- Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit
pada perutnya, mual, muntah, kadang diare. Kebiasaan tidur pasien akan
terganggu dikarenakan suhu badanyang meningkat, sehingga pasien merasa
gelisah pada waktu tidur.
- Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam
kesehatannya.
- Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien
akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
- Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas
yang meninggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.
- Pola reproduksi dan seksual
Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah.
- Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi pengetahuan dan
kemampuan dalam merawat diri.
- Pola persepsi dan konsep diri
Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
- Pola penanggulangan stress
Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
- Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan interpersonal
dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama
sakit.
12
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas
dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
h. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma)
untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
- Tanda - tanda vital dan keadaan umum
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum
pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui
adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi,
sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya pada pasien
typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.
- Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva
anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi
dan ditengah merah, fungsi pendengaran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
- Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan
nyeri tekan.
- Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping
hidung.
- Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh. Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat
banyak, akral hangat.
- Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
13
- Sistem muskuloskoletal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
- Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.
- Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita
penyakit thypoid.
2) Diagnosa Keperawatan
- Peningkatan suhu tubuh b.d infeksi Salmonella Typhii
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia,
- Intoleransi aktivitas b.d peningkatan kebutuhan metabolik.
- Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) b.d pengeluaran cairan
yang berlebihan (mual/muntah).
- Nyeri akut b.d inflamasi pencernaan.
- Resiko integritas kulit b.d program terapi bedrest total.
- Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurang informasi.
3) Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella
thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal Intervensi :
• Observasi suhu tubuh klien
- mengetahui perubahan suhu tubuh.
• Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas
- melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
• Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap
keringat seperti katun
- menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan
membantu mengurangi penguapan tubuh
• Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.
14
- klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu
mengurangi kecemasan yang timbul.
• Observasi TTV tiap 4 jam sekali.
- tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
• Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum.
- peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (2,5 liter / 24 jam).
- menurunkan panas dengan obat.
15
merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih
hangat.
• Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.
- antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi parenteral dibutuhkan
terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
- mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi.
16
- untuk pemenuhan kebutuhan cairan.
• Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretik.
- membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan/atau
penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.
• Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
- untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).
17
Diagnosa Keperawatan 7 : Resiko integritas kulit berhubungan dengan program
terapi bedrest total.
Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan integritas kulit.
Kriteria hasil : Individu dapat mempertahankan kebersihan kulit ( personal
hygiene)
Intervensi :
• Kaji faktor penyebab.
- menetapkan terapi yang dapat dilakukan.
• Beri kesempatan klien beradaptasi dalam aktivitas perawatan diri.
- Meningkatkan kemampuan klien dalam aktivitas perawatan diri.
• Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit.
- Melindungi klien dari resiko integritas kulit.
• Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan
aktivitas.
- Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
3.) Implementasi
Setelah semua rencana tindakan keperawatan disusun, maka langkah selanjutnya
melaksanakan dalam tindakan yang nyata yang bertujuan untuk mengatasi
18
masalah klien. Melaksanakan secara langsung, bekerja sama dengan profesi lain,
tenaga keperawatan lainnya. Untuk kelanjutan pelayanan keperawatan secara
berkesinambungan.
4.) Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan atau penilaian akhir dari
proses keperawatan yang telah dilaksanakan. Dimana perawat mencari kepastian
keberhasilan dan juga mengetahui sejauh mana masalah klien dapat di atasi. Jika
belum berhasil dengan baik dilakukan kajian ulang atau merevisi rencana
tindakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus
adalah penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang
dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang
dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa
19
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau
masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang
berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di
temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan
sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/qokjrpky-asuhan-keperawatan-typus-abdominalis-
doc.html
https://www.academia.edu/8901463/
Asuhan_Keperawatan_Typhoid_Abdominalis_Contoh_Asuhan_Keperawatan_Ty
phoid_Abdominalis
20
21
1