KLMPK 7 Kep Jiwa
KLMPK 7 Kep Jiwa
KLMPK 7 Kep Jiwa
Disusun Oleh :
1. Marten Sumual
2. Olivia Lumentah
3. Euodia Tahendung
4. Michellyne Pangkey
5. Wulandari Aruperes
6. Yohanes Wenur
7. Milano Matheos
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Konsep Teori...........................................................................................................5
Pengertian Kehilangan dan berduka...................................................................5
Tanda dan gejala kehilangan..............................................................................5
Faktor.................................................................................................................6
Rentang Respon Kehilangan..............................................................................7
B. Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka...........................9
1. Pengkajian............................................................................................................9
2. Diagnosa..........................................................................................................11
3. Perencanaan....................................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dankejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berartisesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karenakondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini,
proses kehilangan dan berduka sedikitdemi sedikit mulai maju. Dimana individu
yang mengalami proses ini ada keinginanuntuk mencari bentuan kepada orang
lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorangperawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diritentang
pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yangkomprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasiyang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawatberkerja
sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanismekoping
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerimakehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangandalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut. Dalam kulturBarat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilanganyang sangat besar artinya, maka akan terjadi
masalah emosi, mental dan sosial yangserius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi
dalamlingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan kliendan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawatmemahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga,
parawat jugamengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-
perawat berakhir karenaperpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh
perawat dapat mendukung klien dankeluarganya selama kehilangan dan kematian
(Potter & Perry, 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
Pengertian Kehilangan dan berduka
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatutanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi
secarabertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi
atau tidakdiharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yangsebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan(Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialamioleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalamikehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yangberbeda.Kehilangan merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami suatukekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yangdimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, danlain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berdukadisfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status
yang merupakan pengalaman individudalam merespon kehilangan yang aktual
ataupun yang dirasakan seseorang,hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinyakehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individuyang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupunpotensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipeini kadang-kadangmenjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Tanda dan gejala kehilangan
a. Ungkapan kehilangan
b. Menangis
c. Gangguan tidur
d. Kehilangan nafsu makan
e. Sulit berkonsentrasi
f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
Sedih berkepanjangan
Adanya gejala fisik yang berat
Keinginan untuk bunuh diri
Faktor
faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan:
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial dan budaya
c. Kepercayaan spiritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomif. Kondisi fisik dan psikologi individu
4. Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
Aktual atau nyataMudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain,misalnya amputasikematian orang yang sangat berarti/di cintai.
PersepsiHanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya;seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan
perasaankemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
5. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
2. Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang
yangberarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan
mengganggu dari tipe-tioekehilangan, yang mana harus ditanggung
oleh seseorang.Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi
orang yang dicintai. Karenakeintiman, intensitas dan ketergantungan
dari ikatan atau jalinan yang ada, kematianpasangan suami/istri atau
anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasadan tidak
dapat ditutupi.
3. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentangmental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri,kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dariaspek diri mungkin sementara atau
menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspeklain yang dapat hilang
dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usiamuda,
fungsi tubuh.
4. Kehilangan objek eksternalKehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan milik sendiri ataubersama-sama, perhiasan, uang atau
pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakanseseorang terhadap
benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan bendatersebut.
5. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan
dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangatdikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode
ataubergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka
akan memilikitetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
6. Kehilangan kehidupan/ meninggalSeseorang dapat mengalami mati
baik secara perasaan, pikiran danrespon pada kegiatan dan orang
disekitarnya, sampai pada kematian yangsesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangankasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antaralain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan.Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalamkeadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dantidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin
f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda
yanghilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolaholah orang yang meninggal adalahp
embimbing.
h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
yangtelah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membu
angnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alcohol
7) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. Diagnosa
Adapun beberapa diagnose yang berkaitan dengan kondisi berduka dan
kehilangan, antara lain:
a) Isolasi Sosial
b) Gangguan Konsep Diri
c) Defisit Perawatan diri
3. Perencanaan
Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses berduka secara
normal, melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima
kehilangan sebagai bagian dari kehilangan yang nyata dan harus dilalui.
A. Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon kehilangan.
a) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah
memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkanperasaanya Tindakan Keperawatan:
Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.
Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan, kehilangan, apabila ia sudah siap secara emosional.
Dengarkan pasien dengan penuh pengertian dan jangan
menghukum atau menghakimi. Jelaskan kepada pasien bahwa
sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami
kehilangan.
Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal, seperti
memegang tangan, menepuk bahu, merangkul.
Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan
singkat.
Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap
kenyataan.
b) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah member
dorongan, member kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
rasa marahnya secara verbal,tanpa melawan dengan kemarahan.
Perawat harusmenyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari
perasaan frustasi dan ketidakberdayaan. Tindakan keperawatan:
Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya (misalnya
marah, menangis)
Dengarkan dengan empati, jangan member respons yang
mencela
Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
c) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah
membantu pasien mengidentifikasikan rasa bersalah dan perasaan
takutnya. Tindakan keperawatan:
Amati perilaku pasien.
Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.
Tingkatkan harga diri pasien.
Cegah Tindakan merusak diri
d) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah
mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu
pasien mengurangi rasa bersalah. Tindakan Keperawatan
Amati periaku pasien.
Diskusikan bersama pasien mengenai perasaanya.
Cegah tindakan merusak diri.
Hargai perasaan pasien.
Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait
dengan kenyataan.
Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan perasaannya,
bila perlu biarkan ia menangis sambil tetap didampingi.
Bahas pikirann yang selalu timbul bersama dengan pasien.
e) Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah membantu pasien
untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan Tindakan
keperawatan:
Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
C. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
disusun.
D. Evaluasi
1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.
2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
4. Memanfaatkan faktor pendukung
5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan
bahwa kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang
berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya
khayalan (yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam
rentang kehidupannya Gambaran rentang respon individu terhadap
kehilangan dan berduka menurut
Kublier-rose (1969) dibagi mejadi 4 yaitu: Fase Pengingkaran (denial),
Fase Marah (anger), Fase Tawar Menawar (bargaining), dan Fase Depresi
(depression) Fase Penerimaan. Selain itu terdapat dua sifat-sifat
kehilangan secara umum yaitu Tiba-tiba (Tidak dapat diramalkan) dan
Berangsur-angsur (Dapat Diramalkan). Di dalam menangani pasien
dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip prinsip keperawatan yang
sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan
(kematian anak). Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengidentifikasi factor predisposisi dan factor presipitasi. Dimana factor
predisposisi meliputi Genetic, Kesehatan Jasmani, Kesehatan Mental
Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu dan Struktur Kepribadian.
B. Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentanga asuhan keperawatan pada
klien dengan respon kehilangan dan berduka, maka kami menganggap
perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
asuhan keperawatan Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan
sebagaiberikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan
klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai
dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah. 3. Selalu
mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis
maupun yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37283353/Askep_kehilangan_dan_berduka
Diakses pada tanggal 29 agustus 2022 jam 22:38
https://id.scribd.com/document/358558813/ASKEP-JIWA-Kehilangan-Dan-
Berduka-Fi
Diakses pada tanggal 29 agustus 2022 jam 23 :40