KLMPK 7 Kep Jiwa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN


BERDUKA

Disusun Oleh :
1. Marten Sumual
2. Olivia Lumentah
3. Euodia Tahendung
4. Michellyne Pangkey
5. Wulandari Aruperes
6. Yohanes Wenur
7. Milano Matheos

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA TOMONON


2022
KATA PENGANTAR
Syukur atas rahmat Allah,kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kehilangan Dan Berduka tepat
pada waktunya Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari cara dan membuat makalah ini.
Kelompok menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
serta dosen pembimbing.

Tomohon,29 agustus 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Konsep Teori...........................................................................................................5
 Pengertian Kehilangan dan berduka...................................................................5
 Tanda dan gejala kehilangan..............................................................................5
 Faktor.................................................................................................................6
 Rentang Respon Kehilangan..............................................................................7
B. Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka...........................9
1. Pengkajian............................................................................................................9
2. Diagnosa..........................................................................................................11
3. Perencanaan....................................................................................................11
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dankejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berartisesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karenakondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini,
proses kehilangan dan berduka sedikitdemi sedikit mulai maju. Dimana individu
yang mengalami proses ini ada keinginanuntuk mencari bentuan kepada orang
lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorangperawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diritentang
pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yangkomprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasiyang salah,
sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawatberkerja
sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanismekoping
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerimakehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangandalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat
berlanjut. Dalam kulturBarat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilanganyang sangat besar artinya, maka akan terjadi
masalah emosi, mental dan sosial yangserius.
  Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi
dalamlingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan kliendan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi
perawatmemahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga,
parawat jugamengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-
perawat berakhir karenaperpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh
perawat dapat mendukung klien dankeluarganya selama kehilangan dan kematian
(Potter & Perry, 2005).
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
Pengertian Kehilangan dan berduka
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatutanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi
secarabertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi
atau tidakdiharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat
kembali.Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yangsebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan(Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialamioleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalamikehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yangberbeda.Kehilangan merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami suatukekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yangdimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, danlain-lain.Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berdukadisfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status
yang merupakan pengalaman individudalam merespon kehilangan yang aktual
ataupun yang dirasakan seseorang,hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinyakehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individuyang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupunpotensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipeini kadang-kadangmenjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Tanda dan gejala kehilangan
a. Ungkapan kehilangan
b. Menangis
c. Gangguan tidur
d. Kehilangan nafsu makan
e. Sulit berkonsentrasi
f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:
 Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama
 Sedih berkepanjangan
 Adanya gejala fisik yang berat
 Keinginan untuk bunuh diri
Faktor
faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan:
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial dan budaya
c. Kepercayaan spiritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomif. Kondisi fisik dan psikologi individu

4. Tipe kehilangan
Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
 Aktual atau nyataMudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang
lain,misalnya amputasikematian orang yang sangat berarti/di cintai.
 PersepsiHanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya;seseorang yang berhenti bekerja / PHK,
menyebabkan
perasaankemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

5. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
2. Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang
yangberarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan
mengganggu dari tipe-tioekehilangan, yang mana harus ditanggung
oleh seseorang.Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi
orang yang dicintai. Karenakeintiman, intensitas dan ketergantungan
dari ikatan atau jalinan yang ada, kematianpasangan suami/istri atau
anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasadan tidak
dapat ditutupi. 
3. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentangmental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri,kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dariaspek diri mungkin sementara atau
menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspeklain yang dapat hilang
dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usiamuda,
fungsi tubuh.
4. Kehilangan objek eksternalKehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan milik sendiri ataubersama-sama, perhiasan, uang atau
pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakanseseorang terhadap
benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan bendatersebut.
5. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan
dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangatdikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode
ataubergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka
akan memilikitetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
6. Kehilangan kehidupan/ meninggalSeseorang dapat mengalami mati
baik secara perasaan, pikiran danrespon pada kegiatan dan orang
disekitarnya, sampai pada kematian yangsesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.

Fase kehilangan menurut Engel:


1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menar
ik diri,duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik
dapat berupapingsan, diare, keringat berlebih.
2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan
mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah,
bersalah, frustasidan depresi.
3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah da
ndepresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak
keberkembangnya keasadaran

Fase berduka menurut Rando


1. Penghindaranpada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak
percayaan
2. Konfrontasipada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika
klien secaraberulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka
paling dalam.
3. AkomodasiPada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang
akut danmulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari
dimana klien belajarhidup dengan kehidupan mereka.
4. Teori MartocchioMartocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan
yang mempunyailingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan.
Durasi kesedihan bervariasidan bergantung pada faktor yang
mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksiyang terus menerus
dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka
yangmendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

Rentang Respon Kehilangan


Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).
 Fase Pengingkaran
  Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percayaatau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi,
dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak
mungkin terjadi “.Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit
terminal, akan terusmencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada
fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare,gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harusberbuat apa. Reaksi ini dapat
berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
 Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinyakehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
seringdiproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkanperilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yangtidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka
merah, nadi cepat,gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
 Fase Tawar-menawar 
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka
iaakan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Responini sering dinyatakan dengan kata-
kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka sayaakan sering berdoa “.
Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang seringkeluar adalah “
kalau saja yang sakit, bukan anak saya”. 
 Fase Depresi
  Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagaipasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan,
perasaan tidakberharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain :menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.
 
 Fase Penerimaan
  Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selaluberpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang.Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
obyek atauorang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya
akan beralih kepada obyek yang baru. Apabila individu dapat memulai fase ini
dan menerima dengan perasaan damai,maka dia akan mengakhiri proses berduka
serta mengatasi perasaan kehilangannyadengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat
menerima fase ini maka ia akan mempengaruhikemampuannya dalam mengatasi
perasaan kehilangan selanjutnya.
B. Konsep Askep pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka
1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita
klien: apayang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui
perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa
yangmereka pikir dan rasakan adalah :
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
 Perilaku koping yang adekuat selama proses
a. Faktor predisposisi
 Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga ya
ngmempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalammenghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang tera
tur,cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkandengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang m
empunyairiwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangioleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasikehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan or
angyang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam
mengatasiperasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasapercaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.

b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangankasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
1) Kehilangan kesehatan 
2) Kehilangan fungsi seksualitas 
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antaralain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan.Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalamkeadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dantidak tepat.
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan 
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e. Respon Fisiologis 
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin

f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda 
yanghilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g. Respon Kognitif 
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolaholah orang yang meninggal adalahp
embimbing.

h. Perilaku
 Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang 
yangtelah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membu
angnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alcohol
7) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian yaitu Perawat


mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan untuk
menentukan tingkatan berduka.
a) Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencangkup:
sesak di dada, napas pendek, berkeluh kesah.perasaan penuh di perut,
kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat.
b) Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976) juga dikaji: respons
fisiologis, respons tubuh terhdapa kehilangan atau mengetahui lebih dulu
kehilangan dengan suatu reaksi stress Perawat dapat mengkaji tanda klinis
respons tersebut.
c) Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung
pada persepsi individu terhadap pengalaman kehilangan, umur, kultur,
keyakinan spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik.
d) Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup
genetic, kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman kehilangan di masa
lalu.
e) Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang
mengalami kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh
individu.

2. Diagnosa
Adapun beberapa diagnose yang berkaitan dengan kondisi berduka dan
kehilangan, antara lain:
a) Isolasi Sosial
b) Gangguan Konsep Diri
c) Defisit Perawatan diri

3. Perencanaan
Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses berduka secara
normal, melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima
kehilangan sebagai bagian dari kehilangan yang nyata dan harus dilalui.
A. Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon kehilangan.
a) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah
memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkanperasaanya Tindakan Keperawatan:
 Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.
 Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang
kenyataan, kehilangan, apabila ia sudah siap secara emosional.
 Dengarkan pasien dengan penuh pengertian dan jangan
menghukum atau menghakimi. Jelaskan kepada pasien bahwa
sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami
kehilangan.
 Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal, seperti
memegang tangan, menepuk bahu, merangkul.
 Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan
singkat.
 Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
 Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap
kenyataan.
b) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah member
dorongan, member kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
rasa marahnya secara verbal,tanpa melawan dengan kemarahan.
Perawat harusmenyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari
perasaan frustasi dan ketidakberdayaan. Tindakan keperawatan:
 Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya (misalnya
marah, menangis)
 Dengarkan dengan empati, jangan member respons yang
mencela
 Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
c) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah
membantu pasien mengidentifikasikan rasa bersalah dan perasaan
takutnya. Tindakan keperawatan:
 Amati perilaku pasien.
 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.
 Tingkatkan harga diri pasien.
 Cegah Tindakan merusak diri
d) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah
mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu
pasien mengurangi rasa bersalah. Tindakan Keperawatan
 Amati periaku pasien.
 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaanya.
 Cegah tindakan merusak diri.
 Hargai perasaan pasien.
 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait
dengan kenyataan.
 Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan perasaannya,
bila perlu biarkan ia menangis sambil tetap didampingi.
 Bahas pikirann yang selalu timbul bersama dengan pasien.
e) Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah membantu pasien
untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan Tindakan
keperawatan:
 Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

B. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah/
kronis.
 Tujuan Umum:
Klien dapat berintervensi dengan orang lain.
 Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
2) Klien dapat memahami penyebab dari harga diri rendah.
3) Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
4) Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur
dan terbuka.
5) Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan
perbaikan komunikasi dengan orang lain
 Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien. Rasional: Rasa
percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang
mendukung dalam mengatasi perasaannya
2) Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan
perasaannya. Rasional: Motivasi meningkatkan
keterbukaan klien.
3) Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.Rasional:
dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat
beradaptasi dengan perasaannya
4) Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan
tidak menghakimi.Rasional: empati dapat diartikan sebagai
rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlihat
secara emosi.
5) Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan
negatif dari dirinya. Rasional: meningkatnya harga diri.
6) Berikan dukungan, support dan pujian setelah klien mampu
melakukanaktivitasnya. Rasional: pujian membuat klien
berusaha lebih keras lagi
2. Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efetif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan
 Tujuan:
1) Klien merasa harga dirinya naik
2) Klien menggunakan koping yang adaptif
3) Klien menyadari dapat mengntrol perasaannya
 Intervensi:
1) Merespon kesadaran diri dengan cara:
Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan
Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang
dimilikinya Memaksimalkan partisipasi klien dalam
hubungan teraeutik Kesadaran diri sangan diperlukan dalam
membina hubungan Rasional: terapeutik perawat/klien
2) Menyelidiki diri dengan cara: Membantu klien menerima
perasaan dan pikirannya Membantu klien menjelaskan
konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui
keterbukaan Berespon secara empati dan menekankan
bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien Rasional:
Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan
dalam penerimaan terhadap dirinya sendiri
3) Mengevaluasi diri dengan cara: Membantu klien menerima
perasaan dan pikiran Mengekspresikan respon koping
adaptif terhadap masalahnya Rasional: Respon koping
adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah
secara konstruktif
4) Membuat perencanaan yang realistik: Membantu klien
mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah Membantu
klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik Rasional:
Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi
permasalahannya dengan cara menentukan perencanaan
yang realistic
5) Bertanggung jawab dalam bertindak. Membuat klien untuk
melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon
maladaptif dan mempertahankan respon oping yang adaptif
Rasional:Penggunaan koping yang adaptif membantu
dalam proses penyelesaian masalah klien
6) Mengobserfasi tingkat depresi: Mengamati perilaku klien
Bersama klien membahas perasaannya Rasional: Dengan
mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan
selanjutnya disusun dengan tepat.
7) Membantu klien mengurangi rasa bersalah.
Menghargai persaan klien Mengidentifikasi dukungan yang
positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan Memberikan
kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaannya Bersama klien membahas pikiran yang selalu
timbul Rasional: Individu dalam keadaan terduka sering
mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang yang
hilang
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Intoleransi Aktivitas
 Tujuan Umum:
Klien mampu melakukan perawan diri secara optimal
 Tujuan Khusus:
1) Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan
2) Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih
3) Klien dapat menyikat giginya dengan bersih
4) Klien dapat merawat kukunya sendiri
 Intervensi:
1) Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan
Rasional: Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam
proses menyembuhkannya
2) Menganjurkan klien untuk mandi Rasional: Pengertian
yang baik dapat membantu klien dapat mengerti dan
diharapkan dapat melakukan sendiri
3) Menganjurkan klien untuk mencuci baju Rasional:
Diharapkan klien mandiri
4) Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri
Rasional: Diharapkan klien mandiri
5) Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi Rasional:
Diharapkan klien mandiri

C. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
disusun.

D. Evaluasi
1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.
2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
4. Memanfaatkan faktor pendukung
5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan
bahwa kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang
berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya
khayalan (yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam
rentang kehidupannya Gambaran rentang respon individu terhadap
kehilangan dan berduka menurut
Kublier-rose (1969) dibagi mejadi 4 yaitu: Fase Pengingkaran (denial),
Fase Marah (anger), Fase Tawar Menawar (bargaining), dan Fase Depresi
(depression) Fase Penerimaan. Selain itu terdapat dua sifat-sifat
kehilangan secara umum yaitu Tiba-tiba (Tidak dapat diramalkan) dan
Berangsur-angsur (Dapat Diramalkan). Di dalam menangani pasien
dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip prinsip keperawatan yang
sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan
(kematian anak). Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengidentifikasi factor predisposisi dan factor presipitasi. Dimana factor
predisposisi meliputi Genetic, Kesehatan Jasmani, Kesehatan Mental
Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu dan Struktur Kepribadian.
B. Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentanga asuhan keperawatan pada
klien dengan respon kehilangan dan berduka, maka kami menganggap
perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
asuhan keperawatan Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan
sebagaiberikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan
klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai
dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah. 3. Selalu
mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis
maupun yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37283353/Askep_kehilangan_dan_berduka
Diakses pada tanggal 29 agustus 2022 jam 22:38
https://id.scribd.com/document/358558813/ASKEP-JIWA-Kehilangan-Dan-
Berduka-Fi
Diakses pada tanggal 29 agustus 2022 jam 23 :40

Anda mungkin juga menyukai