Ringkasan Anak
Ringkasan Anak
Ringkasan Anak
Anamnesis : sejak kapan merah2 muncul? pertama kali muncul dimana? Gatel gak? Kalau gatal sempat di garuk tidak?
Merah2 na timbul atau tidak? Ada yang bernanah atau berisi air? Ada di bagian mana aj? Semakin hari semakin banyak
tidak? Habis makan sesuatu tidak? Tanyakan keluhan penyerta : demam, batuk pilek, mata merah, sariawan, nafsu
makan, BAB dan BAK, mual muntah, sesak napas, nyeri sendi, pucat. Dalemin keluhan penyerta na jga kyk demam dlu
ato merah2 dluan yang muncul. Riwayat alergi, pernah seperti ini sblm nag k? riwayat keluarga juga ditanyakan.
Riwayat nutrisi, imunisasi, sosial dan lingkungan.
Pemeriksaan Fisik : KU, kesadaran, TTV (ada demam gk)
Kulit : efluoresensi lesi (lesi primer dan sekunder), ada bekas luka atau tidak, lokasinya ada dimana?
Mata : konjungtivis ada ato gk?
THT : sekret? Warna apa? Didalam mulut ada sariawan tidak?
Pulmo, cor, abdomen : kalau ada gejala penyerta harus diperiksa dengan benar.
SISANYA PERIKSA SEMUANYA SECARA GENERAL!!
DEMAM DENGUE
Anamnesis : sejak kapan demamnya? Demamnya langsung tinggi atau naik secara perlahan? Diukur gk, kalo iya brp
suhunya? Demam terus-menerus? Lebih sering malem atau pagi? Ada batuk pilek? Ada nyeri2 sendi? Ada mimisan,
bintik-bintik merah, gusi berdarah? Mual muntah? BAK terakhir kpn, warna apa, brp banyak? Ada BAB cair gk? Nafsu
makan menurun gk, jadi gmn makannya? Ada sesak nafas gk? Anaknya jadi lemas gk? Sudah diobati belum? Dengan
apa? Apakah membaik atau perburukan? RPD, RPK? Nutrisinya gimana? Anaknya lebih rewel dari biasanya? Ada
penurunan berat badan gk? Ada mata merah?
Kalo ada gejala penyerta periksa juga, sisanya periksa secara general
Penunjang : darah lengkap, IgG, IgM, rumplelit test (tourniquet), x-ray thorax bila pasien ada sesak napas
Dengue viral
Petekie, gusi
GRADE III GRADE IV berdarah, mimisan Encephalitis,
organomegali,
RL 10ml/kgBB/jam RL 20ml/kgBB/kali udah parah gitu
dalam 1 jam harus RL 5ml/kgBB/jam
Dengan sudah selesai
pemantauan HT Dengan
tiap 6 jam dan TTV Dengan pemantauan HT pemantauan HT
dalam 4 jam tiap 6 jam dan TTV tiap 6 jam dan TTV Cairan
dalam 4 jam dalam 4 jam maintainance
Keterangan: Plasma leakage (efusi pleura, acites, HT meningkat 20% dari baseline), DF itu tidak ada plasma
leakage, pemberian RL 10/7/5/3/1,5 ml/kgBB/jam, setelah itu pantau 6 jam HT na, klo turun 2x cairan boleh
diturunin RL na, klo naik 2x RL na naik. MAX cairan 3000ml/24 jam.
Klo syok IV cma boleh 24-48 jam, klo non syok IV cma boleh 60-72 jam
Indikasi rawat : tidak ada perbaikan klinis, muntah massif, intake sulit, nyeri perut hebat, penurunan kesadaran , akral
dingin, perdarahan, diuresis menurun
Indikasi rujuk : Bayi, DBD ¾, obese, perdarahan masif, penurunan kesadaran, thalasemia
RESUSITASI
Anamnesis : nama ibu, usia ibu, GPA, usia kehamilan, indikasi SC apa, ada penyulit persalinan, ibunya ada penyakit
apa gk? sudah masuk obat apa aja? Klo ada TBJ dan DJJ brp?
Persiapan : Infant warmer (nyalain pastikan itu hangat), topi, plastik, kain kering 2 (dihangatkan)
Laringoskop + blade miller 0-0 (prematur) atau 0 (aterm) → pasang atau susun dan pastikan lampunya nyala
ETT → ukuran 2.5 (< 1 kg atau UK < 28 mgg), 3 (1-2 kg atau UK 28-34 mgg), 3.5(2-3 kg atau UK 34-38
mgg), 4 (3kg atau UK >38 minggu) → pastikan ETT-nya non cuff (yang tidak ada ballonnya)
Mask (S/M), amubag → kita pasang sambungin ke O2 trus nyalain O2-nya liat ngembang gk resevoarnya? (klo
uda ada Neo puff gk usah siapin ini → 20/5)
Epinephrine (1:1000) jadi encerkan dalam NaCl → 9ml NaCl + 1 ml epi jadi 1 : 10.000
Infus set dan siapkan NaCl 50 cc takut ada perdarahan pada ibu (plasenta previa)
Naloksone → antidote untuk GA klo bayi tidak napas karena obat bius dari ibunya
Vit. K → dosisnya 0,3mg/ kgBB tapi kita asumsikan bayi beratnya 3000 gram jadi diberikan 1 mg (sediaannya
ada yang 10mg/1ml atau 2mg/1ml)
Resusitasi :
• Perkenalkan diri → buat team resus (kapten/pengering dan yang cek HR dan RR serta timer) → kita kapten yang
memimpin resus
• Cuci tangan steril lalu pake apron trus pke handscoon steril → siap nangkep bayi
• Pas nangkep nilai bayi nangis kuat dan tonus bagaimana? → bawa ke warmer (taro dengan kepala kearah badan)
• Keringkan dari kepala ke arah kaki sambil rangsang taktil, lakukan suction bila perlu. Bila aspirasi mekonium
bayi TIDAK boleh dikeringkan dan rangsang taktil namun suction terlebih dahulu sampai sebersih-bersihnya.
• Ganti kain dengan kain kering trus liat nangis gk?
o Kalau nangis kita nilai ada sianosis (berikan Free flow O2 1-2 lpm) atau retraksi (liat suhunya dulu normal
atau tidak, klo normal langsung berikan CPAP 20/5 klo belum normal hangatkan dulu)
• Nilai HR, gasping, apnea → kalau ada salah satunya langsung VTP 40-60x/menit dalam 30 detik (1 lepas-lepas 2)
• Cek ulang HR, gasping, apnea
o 100x → balik lagi ke sianosis atau retraksi
o 80x → re-evaluasi MRSOPA (mask, reposition → snifting position, suction bila perlu, Open mouth liat ada
obstruksi gk, pressure naikin, alternative airway → LMA, ETT)
o 60x → kalau bisa intub boleh atau compresi 3:1 (30 kali) + VTP
o <60x → epi dari umbilical (0,1 mg/kgBB) atau ETT (0,5 mg/kgBB) → kompresi 1 menit lagi → re-evaluasi
o Epinefrine boleh diulang 3x dan jarak pemberikan epi 3-5 menit (biasanya 2x epi tp tidak ada respon biasa na
ud malam prognosisnya), kalau perdarahan kasi NaCl 10 mg/kgBB lewat umbilical
IMUNISASI
Efek samping BCG : limfadenitis TB (langsung treat TB → RHZ), abses ditempat suntikan
Kalau sudah lebih dari 3 bulan → cek mantoux dulu. Bila tidak mantoux dan tidak ada kontak boleh diberikan vaksin
tapi observasi reaksi imunisasi (bila ada TB reaksinya berlebihan)
Rotavirus : ada 2 jenis pentavalent (rotateg) diberikan 3x dan monovalent (rotarix) 2x → maksimal diberikan rotavirus
ke-1 15 minggu dan maksimalnya 32 minggu penta dan 24 minggu mono.
Pentabio + polio atau hexaxim diberikan 2,3,4 bulan
MMR pada 15 bulan lalu 18 bulan gk usah booster campak lagi tp ksi hexaxim aj
Kalau belum vaksin campak boleh majuin vaksin MMR jadi usia 12 bulan, lalu usia 3 tahun boleh diulang
6 bulan influenza → dosis kedua interval 1 bulan → trus ulang per tahun
24 bulan tifoid (ulang tiap 3 tahun) + hep A (ulang booster 1x jaraknya 6-12 bulan)
5 tahun DPT
10-12 tahun TDaP / TD
Kalau ada riwayat demam tinggi/kejang saat pemberian vaksin pertama tidak boleh diberikan DTwP bolehnya DTaP.
Vaksin hidup tidak diberikan pada orang yang imunocompromised (HIV) → cek CD4 dlu >25% atau >200(>5tahun)
Bila batuk pilek ringan boleh diberikan vaksin, bila demam boleh juga bila tidak tinggi atau demam yang memang mau
sakit. Biasanya imunisasi campak dan TDaP bikin demam.
Kalau habis vaksin tunggu 30 menit dlu baru boleh pulang (takut ada anafilaksis)
ISK
Biasanya keluhannya demam, nyeri perut, klo bayi biasanya rewel dan nafsu makannya turun, kuning juga bisa.
Anamnesis : tanyakan tentang demamnya, singkirkan semua dd dari gejala demam na, tanyain ada batuk pilek, mual
muntah, nyeri berkemih, BAK terakhir kapan, warnanya, ada darah gk. Tanya juga ada kuning gk? (kolestasis), ada
keluhan anyang2an, sulit berkemih, BB ada turun gk?, tanya nutrisinya, status gizi dan imunisasi.
Pemeriksaan Fisik : nyeri pada suprapubik → sistitis, nyeri ketok CVA → PNA, biasanya tidak khas karena harus
singkirkan dd lainnya, periksan genital na dan tanyakan riwayat sirkumsisi
Penunjang : cek FBC, elektrolit, GDS, UL, kultur urin (gold standart), USG bila ada indikasi, Ur/Cr GFR bila klinis
mengarah ke gagal ginjal)
Diagnosis : tidak boleh pake suspek. Bila demamnya tinggi (>39) berarti di diagnosis PNA dd/ sistitis, klo gk demam
tinggi liat Lab na aj.
Tx : kotrimoxazole (isinya TMP 1 mg dan SMX 5 mg) → dosis TMP 5 mg/kgBB/12 jam (sediaan TMP sirup
40mg/5ml) untuk ISK bawah (diberikan 3-5 hari). Kalau ISK atas karena harus rawat ganti ceftriaxone
75mg/kgBB/hari (max 2 gram), kalau sudah bebas demam boleh pulang ganti oral dengan cefixime 5mg/kgBB/12 jam
(sediaan sirup 100mg/5ml) diberikan 7-10 hari.
Indikasi rawat inap : intake sulit, curiga PNA, muntah-muntah berlebihan, neonatus, ada gagal ginjal/ sepsis/ HT/
syok, klinis berat (toksik, muntah-muntah, dehidrasi)
Indikasi USG : semua bayi, curiga PNA, anak perempuan dengan ISK bawah berulang 2-3 kali, punya riwayat RVU
dalam keluarga
Edukasi : cara ceboknya dari depan kebelakang, ganti pempers 3 jam sekali, bersihkan alat kelamin dengan air bersih
Anamnesis : bengkaknya sejak kapan? Mana aj yang bengkak? Ada saat membaiknya gk? Ada nyeri berkemih?
Darahnya banyak gk? Trus harus tanya ttg TB juga (buat pemberian kortikosteroid jangka panjang), rule out gejala
GNAPS (batuk pilek dan impetigo)
Pemeriksaan Fisik : Harus cek tekanan darah, status gizi harus dengan LLA klo ada edema, diperiksakan BB ideal
karena berikan dosis obat harus dengan BB ideal. Edema dimulai dari mata (edema palpebral), perut, genital (klo udah
genital berarti edema anasarka), pretibial.
Penunjang : cek urin dipstick, FBC, elektrolit, GDS, UL, albumin, Ur/Cr, GFR, kolesterol total, ASTO (klo ada
keluhan na gross hematuria), boleh cek C3 dan C4 klo curiga ke autoimun.
Diagnosis banding : GNAPS, HSP nefritik, nefrotik lupus, IgA nefropati, GNA membranosa
Tatalaksana : prednisone 2mg/kgBB dibagi 3 dosis (sediaan 5mg) → max 80mg/hari (harusnya 60mg/hari),
furosemide (bila disertakan HT) 1-2mg/kgBB/kali diberikan 2x1 (max 160mg/hari), klo HT grade II berikan kaptopril
0,3-0,5 mg/kgBB/hari (max 6mg/kgBB/hari dan diberikan max 3x1), koreksi albumin bila albumin < 1 gram dengan
albumin 20%, obati gejala simptomatiknya, kolesterolnya tidak perlu diobat dengan statin
Pemantauan : tirah baring, diuresis ketat harus negative bila edema kalau tidak edema harus 0 balancenya, diet rendah
garam pada HT, tes mantoux sebelum pemberian prednisone, monitor TTV, cek BB tiap hari, ukur LP tiap hari,
edukasi efek samping obat dan pemberian obat.
KONTROL 1 bulan sekali selama setahun trus 6 bulan sekali trus 1 tahun sekali
Keluhan utama : hematuria atau penurunan kesadaran karena hipertensi krisis atau kejang karena encephalopati
metabolik/ hipertensi krisis (metabolic krn gagal ginjal → asidosis metabolic, elektrolit imbalance → natrium, ureum)
Anamnesis : SOCRATES, riwayat ISPA (commond cold, tonsillitis, dll) 2 minggu atau kulit (impetigo) 3 minggu, rule
out autoimun di keluarga (lupus, RA, DM tipe 1, hipo/hipertiroid)
Pemeriksaan Fisik : KU, kesadaran, TTV (tekanan darah), mata (edem), THT (tonsil, faring), jantung (klo ada
murmur diastolic bisa RHD), abdomen (spleen membesar → hemolitik anemia, hepar → heart failure), acites dicek,
genital edem gk, ektremitas clubbing dan edema pretibial, infeksi kulit ada gk
Penunjang : FBC, elektrolit, GDS, UL, ASTO (klo gross hematuria), C3 C4, Ur/Cr, GFR
Indikasi Biopsi : lebih dari 1 tahun, hematuria persistent, gross hematuria dengan HT, penurunan komplemen,
meningkatnya Ur/Cr
Tx : rawat inap, diet rendah garam (1 gram/hari), protein (2 gram/kgBB/hari), amoxicillin 25 mg/kgBB/kali diberikan
3x1, furosemide (kalo edema), kaptopril (klo HT grade II), simptomatik seperti demam.
KELUHAN UTAMA :
• Batuk: sejak kapan, berdahak, warna apa, bersama muntah, batuk darah, bentuk batuk (pertusis, tb), apa ada
waktu tertentu batuk + parah, keluhan penyerta tb (keringat malam, penurunan BB/ BB tdk naik, riw kontak
batuk lama), apa ada suara grok2
• Sesak: dari kapan, dipengaruhi posisi, yang memperparah/memperingan, apa perbaikan dengan obat,
progresivitasnya gimana, terus menerus, hilang timbul, biru (bibir, ekstrimitas), disertai bengkak, suara ngik2,
lebih parah pada waktu apa pagi/malam
• Demam: anam biasa ttg demam GOOD PAST OF A TEAM
• Keluhan BAB dan BAK, kapan BAK terakhir (>6 jam curiga dehidrasi/ intake kurang)
• Intake gimana, status nutrisi singkat,
• Riwayat tumbuh kembang (skrining apakah ada keterlambatan atau tidak)
RPD : Riw alergi, asma, sebelumnya pernah seperti ini, riw tersedak (pneumonia aspirasi),. PJB: riw DOE, saat
menyusu tampak capek, riw sianosis/biru, BB tidak naik
PEMERIKSAAN FISIK :
PENUNJANG :
• FBC, elektrolit, AGD, GDS, BTA/sputum, mantoux, xray thorax (AP/L), swab tenggorok
• Contoh AGD
PH = 7,3 (7,35 – 7,45)
PCO2 = 55 (<30)
PO2 = 50 (90-100)
HCO3 = 14 → semakin tinggi = asam
BE = -8 (-2- 2) → komponen metabolik bermakna
Sat O2 = 90% (<92% = gagal nafas)
→ asidosis metabolik dgn komponen respiratori blm terkompensasi dengan gagal nafas
→ asidosis metabolik cenderung hiperkalemi
PLANNING :
• Jika gagal nafas : rawat icu, intubasi, NGT, kateter, pantau urin, puasa sementara, IV line → D5 ¼ NS
maintanens
• Indikasi rawat inap: pneumonia sedang-berat, intake tidak adekuat, orang tua tidak dapat merawat dirumah,
tanda dehidrasi, infeksi berat
• Terapi : ampi 100mg/kg/hari QDS & kloram 75 atau 100 mg/kg/hari QDS
• Jika hospital acquired : cefotaxime 25 mg/kg/ (karena kalo dirumah sakit lebih kearah gram +)
ASMA
TRIAS / KELUHAN UTAMA : Variabilitas (keparahan, nokturnal, pencetus), Reversibiliti (membaik dengan obat),
Episodik (dapat berulang)
Serangan akut :
• <5 tahun
• kekerapan dan lamanya wheezing, riw alergi pada keluarga
• diagnosis asma pada balita
− pola gejala (wheezing, batuk, sesak nafas, terbangun malam karena asma)
− adanya faktor resiko untuk berkembang menjadi asma (riw alergi pada pasien/keluarga)
− respon terhadap terapi pengendali
GIZI BURUK
2. Hipotermia (biasanya terjadi pada tipe marasmus) → Suhu rektal <35.5’C / suhu ketiak <35’C
Yang perlu dilakukan : Diberikan selimut, skin to skin, Digantikan pakaian kering, Suhu diukur kembali setelah 30
menit
3. Dehidrasi
4. Elektrolit (koreksi)
Na → Na x kgBB x 0,6 K → K x kgBB x 0,4
Kebutuhan harian : Na atau Cl = 2-4 /kg/hari K = 1-2 /kg/hari
5. Infeksi
6. F-75
Transisi → ditingkatkan / 10 ml rehabilitasi à F100 setiap 4 jam sekali
Sampai antopometri BB/TB >-1 SD atau >90%
ANEMIA
Pemeriksaan Fisik :
DIAGNOSIS :
1. Kadar hemoglobin kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata <31% (N 32-35%)
3. Kadar serum Fe <50µg/dl (N : 80-180µg/dl)
4. Saturasi transferin <15% (N: 20-50%)
Stadium anemia
Defisiensi Defisiensi besi Anemia
cadangan besi eritropoietin defisiensi besi
Cadangan besi <100 0 0
Fe serum (µg/dl) Normal <60 <40
TIBC (µg/dl) 360-390 >390 >410
Saturasi transferin (%) 20-30 <15 <10
Feritin serum (µg/dl) <20 <12 <12
FEP (µg/RBC) >30 >100 >200
Hemoglobin Normal Normal Menurun
MCV & MCHC Normal Normal Menurun
PEMERIKSAAN FISIK
Pucat (konjungtiva, telapak tangan, kuku), kuku sendok/koilonikia, atrofi glositis, stomatitis angularis, hepatomegali,
splenomegali, jangka panjang→ kardiomegali, takikardi, sesak
Penunjang :
LAB → darah rutin, indeks mentzer (<13 thalasemi, >13 IDA) MCV, MCH, hapusan darah tepi, profil besi, TIBC,
saturasi transferin, bisa jg cek retikulosit, BMP, HB elektroforesis, ur/cr
Diagnosis banding
DIARE
Anamnesis : Tanyakan keluhan utama (mencret), sejak kapan (Akut : <2 minggu, Kronik : >2 minggu), Sebelum diare
habis makan apa/abis ngapain? BAB cair bisa dideksripsikan (Berapa kali, Konsistensi cair atau ada ampas, Warna,
Lendir, darah, Bau, Banyaknya sekali BAB)? BAB cair nyemprot gak (laktosa intoleran)? Sudah dikasih apa saja?
Oralit? Berobat? Tanyakan kebiasaan BAB yang biasanya (karena kadang ada ibu-ibu yang lebay)
Apakah ada demam (sejak kapan?, Sebelum berbarengan, atau sesudah munculnya ruam? berapa derajat? Diukur
dengan termometer? Langsung tinggi? makin tinggi setiap harinya? Sudah diminumkan obat apa? Apakah membaik?)
Apakah ada muntah (Tanyakan muntah sejak kapan? Berapa kali muntah dalam sehari? Isi muntah dan warna
muntah? Banyaknya muntah → seperti biasa, pakai takaran gelas aqua)
Apakah ada nyeri perut (Jika pada anak kecil, tanyakan apakah dia ada gestur pegang perut dan rewel? Nyeri perut
sejak kapan? Apakah berbarengan dengan BAB cair? Pada anak yang lebih besar tanyakan dimana yang paling sakit
dan tanyakan rasanya seperti apa → terus-terusan, hilang timbul, seperti ditusuk atau seperti dipukul. Apakah ada
rasa BAB tidak lampias?)
Apakah ada nyeri berkemih → hanya bisa dilakukan pada anak yang lebih besar. Jika ada, tanyakan sejak kapan?
Apakah berkemih jadi sedikit-sedikit dan jarang? Anyeng-anyengan? Warna urine?
TANDA-TANDA DEHIDRASI : Apakah anak menjadi rewel atau malah lemas? Apakah anak masih mau minum
atau sudah tidak mau? Kapan BAK terakhir? Apakah BAK jadi sedikit? Warna BAK apakah jadi lebih pekat? Pada
anak yang lebih kecil, tanyakan mamanya ganti pampers berapa kali hari ini, apakah isinya penuh atau tidak.
Apakah jika anak menangis masih ada air matanya? Bibirnya kering atau tidak?
Tanyakan gejala-gejala lain yang mendukung diagnosis etiologis diare. Sekitar lubang pantatnya merah? → rotavirus,
Apakah sering menggaruk-garuk pantat? → cacing, Apakah sering kentut-kentut → intoleransi laktosa, Apakah ibu
merasa berat badan sukar naik? Berat badannya naik berapa dalam 1 bulan?
Riwayat penyakit dahulu? Apakah anak pernah mengalami keluhan sama? Apakah anak pernah didiagnosis
terganggu pencernaannya? Apakah ada riwayat alergi atau asma? → untuk mengarahkan ke dx alergi susu sapi
Riwayat penyakit keluarga? Apakah ada yang punya keluhan sama di rumah? (mis, sedang diare juga atau pernah
punya riwayat alergi susu sapi atau intoleransi laktosa) Apakah ada riwayat alergi atau asma?
Riwayat kehamilan, persalinan, perinatal gabung aja jadi 1 elah! Ini anak keberapa, kontrol dimana berapa kali 1
dalam 1 bulan, apakah ada DM, HT, infeksi kehamilan, apakah minum obat rutin, lahir dimana, di usia berapa, berat
berapa, apakah langsung menangis spontan, apakah butuh perawatan khusus di awal-awal kehidupan.
Riwayat Nutrisi, Minum → ASI/SF, ml x kali/hari, waktu pemberian, habis dalam berapa lama. Makan → nasi/bubur
saring/bubur lebih tebal, konsistensi, isi, ml x kali/hari, waktu pemberian, habis dalam berapa lama. Siapa yang
menyediakan makanan/minum? Cukup bersih atau tidak?
Riwayat Tumbuh kembang? Sekarang sudah bisa apa saja? GAK USAH TANYA YANG DULU-DULU → tembak
langsung sesuai usia!
Riwayat Imunisasi? Sudah imunisasi sampai mana? → validasi lagi ke ibunya: itu usia berapa ya? Suntiknya dimana?
Sudah imunisasi rotavirus?
Riwayat sosial? Tinggal dimana → cari risiko untuk diare; tinggal di pemukiman padat penduduk, Tinggal dengan
siapa saja dalam 1 rumah, Apakah air yang digunakan cukup bersih? Sumbernya dari mana? Apakah di lingkungan
sekitar sedang ada wabah diare atau ada yang punya keluhan sama?
Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum, kesadaran → pastikan anak tidak somnolence atau agitated, Tanda-tanda vital →
HR beserta kualitas nadi, RR, BP, Temp, SpO2
Hidung : Pernapasan cuping hidung? Sekret? → bisa jadi ada manifestasi alergi
Mulut : Mukosa bibir dan bukal apakah kering? Ulcer apthous? Candidiasis?
Abdomen PF LENGKAP → Inspeksi (datar atau cembung), Auskultasi (BU ada atau tidak, x/menit, metallic sound,
bruits), Perkusi (Timpani? Atau meteorismus?), Palpasi (Supel? Turgor kulit, NT dan NL, jangan lupa cari punctum
maximum, massa, hepar dan lien teraba atau tidak, ginjal ballottement dan ketok CVA)
Pemeriksaan Penunjang : FBC, Elektrolit, GDS, Feses lengkap, Pemeriksaan feses dengan kertas pH (singkirkan
lactore intolerance), boleh minta AGD kalau klinisnya jelek (bisa asidosis metabolic)
IV
KaEN 3B atau NaCl
BB 3 – 10 kg = 200
ml/kgBB/hari
BB 10 – 15 kg = 175
ml/kgBB/hari
BB >15 kg = 150
ml/kgBB/hari
Dehidrasi Letargis Tidak Cekung Cekung, Kering Kurang Akral 2 TU + 2 TT
berat mau airmata dingin
(-) IV
RL atau Asering
KEY: 100 CC/KG
<12 bulan:
30 cc/kg dlm 1 j
70 cc/kg dlm 5 j
>12 bulan:
30 cc/kg dlm ½ j
70 cc/kg dlm 2,5 j
PO → setelah bisa
5 ml/kgBB
>12 bulan
30 ml/kg dalam ½
jam
70 ml/kg dalam
2,5 jam
Lanjut PO 5
mg/kgBB
Disentri Amoeba
Metronidazole 50
mg/kg/day dibagi
3 dosis selama 10-
14 hari →
Paromomycin
(Gabbryl) 25
mg/kg/day selama
7 hari.
Kolera Diare seperti air Demam KRAM PERUT Orang terdekat Sumber: Guideline
cucian beras, biasanya (-) Biasanya dengan keluhan CDC → Jenis
jumlah profuse, muntah (-) sama makrolide
frekuensi sering Riwayat bencana -Eritromisin 40
alam mg/kg/d
3 kali sehari, 3-5
hari
Maks 1 gram
-Azitromisin
15 mg/kg/day
untuk 3 hari
Alergi susu Diare bisa Demam (+/-) Muntah (+) bisa Detil mengenai Jika bisa ASI →
sapi berlendir berdarah jumlah susu yang back to ASI
dan/atau Anorexia (+) diberikan ketika
berdarah, Meteorismus gejala muncul Jika anaknya anak
berkurang jika atau kembung Riwayat keluarga sufor, maka harus
susu dikurangi (+) dengan alergi diberikan susu
atau dihentikan Kolik infantile GIBUR ATAU BB terhidrolisasi
→ hmmm SUKAR NAIK sempurna atau
bagaimanakah susu asam amino
bisa mengetahui → tapi jangan
soya dulu. Soya
Tanda dan cuma boleh kalo di
gejala alergi usia >6 bulan dan
lainnya kali nggak bisa
Rhinitis pakai susu lain
Dermatitis
Intoleransi Diare cair, bau Demam (-) Kentut-kentut Detil mengenai apa Ganti susu dengan
laktosa asam, bau asam, yang dimakan susu bebas
menyembur kembung, sebelum diare terjadi laktosa! (LLM)
(explosive), eritema natum dan berapa banyak
membaik yang dimakan.
dengan GIBUR ATAU BB
menghindari SUKAR NAIK
laktosa
Sediaan : Azitromisin 200 mg/5 ml, TMP-SMX 40:200 mg/5 ml (5mg/kgBB/12 jam, Metronidazol 125 mg/5ml
(dosis 10mg/kgBB/8 jam), Paromomisin 125 mg/5 ml, Eritromisin 200 mg/5 ml, Cefixime 100 mg/5 ml
Pembuatan oralit → 1 sachet dilarutkan dalam 200cc air matangatau 1 aqua gelas
KEJANG DEMAM (bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami
kenaikan suhu tubuh (>38) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial)
Anamnesis : Kejangnya kapan? Sudah berapa kali kejang? Karakteristik kejang seperti apa (fokal atau umum)? Durasi
kejang brp lama? Saat kejang ada muntah atau ngompol gak? Setelah kejang pasien sadar tidak? Kalau kejang lebih
dari 1 kali tanyakan jarak antar kejang brp lama dan pasien sadar atau tidak? Ada videonya gak? Kejang disertai
demam tidak (tanyakan lebih dalam bila ada)? Apakah sudah diberikan obat? tanyakan keluhan tambahan seperti mual
muntah, diare, sesak napas, penurunan kesadaran, nafsu makan menurun, batuk pilek? Kalau ada tanyakan lebih dalam
lagi? RPD (pernah kejang juga sblmnya gk kalo ada disertai demam gk)? RPK?
Rule out kejang karena SOL : Perubahan perilaku, Nyeri kepala kronis, pusing berputar, Kelemahan pada anggota
gerak, Anak menjadi lebih sering mengantuk → penurunan kesadaran kronis, Penurunan BB
Pemeriksaan penunjang :
1. FBC, elektrolit, GDS
2. USG bila pasien < 6 bulan dengan UUB belum menutup
3. LP → bila usia < 1tahun sangat dianjurkan, terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal, curiga infeksi SSP
Kontraindikasi : perdarahan, SOL, luka di daerah LP, hemodinamik tidak stabil
4. CT scan → kalau ada riwayat trauma, curiga SOL, perdarahan
5. EEG → bila curiga epilepsy (KDK / didahului kejang fokal lalu kejang umum), CP, GDD, mikrosefali,
encephalitis HSP
Tatalaksana :
1. Diazepam rectal bila lagi kejang (5mg untuk berat badan < 12 kg dan 10 mg untuk berat badan > 12 kg). boleh
diberikan 2x dengan jarak pemberiannya 5 menit.
2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB (max 20 mg)
3. Phenobarbital IV dengan dosis 20 mg/kg selama 10 menit
Phenytoin IV dengan dosis 20 mg/kg di dilute dalam 50 ml NS, drip dalam 10 menit pada BB ≤25 kg dan 20
menit untuk BB >25 kg (Max. rate 50 mg/menit)
Maksimum dosis phenobarbital dan phenytoin: 1000 mg/hari.
4. Apabila setelah pemberian phenytoin dan phenobarbital 20 mg/kg masih ada kejang → Boleh naikkan dosis jadi
30 mg/kg selama belum mencapai dosis maksimum 1000 mg/hari.
5. Apabila kejang masih berlanjut: Refrakter SE
• Midazolam: Bolus 100-200 mcg/kg IV (max. 10 mg), lanjut IV 100 mcg/kg/jam, dapat dinaikkan 50 mcg/kg
tiap 15 menit.
• Propofol: Bolus 1-3 mg/kg, lanjut IV 2-10 mg/kgjam
• Pentobarbital: Bolus 5-15 mg/kg, lanjut IV 0.5-5 mg/kg/jam
6. Antikonvulsan intermittent diberikan bila ada kelainan neurologis berat (CP), berulang 4x dalam satu tahun,
usia < 6 bulan, kejang terjadi pada suhu tubuh < 39, suhu tubuh meningkat dengan cepat
Diberikan : diazepam oral 0,3 mg/kg/kali atau rektal sebanyak 3x dengan dosis max 7,5 mg/kali. Diberikan
selama 48 jam pertama demam.
7. Antikonvulsan rumatan diberikan bila ada kejang fokal, kejang > 15 menit, terdapat kelainan neurologis yang
nyata (CP, hidrosefalus, hemiparesis)
Diberikan : asam valporat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis atau fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.
Lama pengobatannya 1 tahun bebas kejang dan tidak perlu tapoff beda dengan epilepsy harus 2 tahun bebas
kejang dan dilakukan tapoff.
Edukasi :
1. Menyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis yang baik
2. Memberiktahu cara penanganan kejang
a. Tetap tenang dan tidak panik
b. Longgarkan pakaian yang ketat terutamak di sekitar leher
c. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah bersihkan muntahan atau lendir di
mulut atau hidung
d. Walaupun terdapat kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
e. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang
f. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
g. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung > 5 menit
h. Bawa kedokter atau RS bila kejang berlangsung > 5 menit atau lebih, suhu > 40, kejnag tidak berhenti
dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.
TUBERCULOSIS (gejala utamanya tidak khas bisa sesak napas, batuk lama → jarang, demam → sering, dll)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Uji tuberkulin : mantoux (0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan pada volar lengan dengan arah suntikan memanjang
lengan (longitudinal) reaksi diukur 48-72 jam setelah penyuntikan. Indurasi transversal : ≥10mm adalah +. 5-9
meragukan dan perlu diulang minimal 2 minggu, <5mm : -. Klo ud vaksin BCG jadi harus > 15mm. (jarak
vaksin udah 5 tahun balik ke rule awal)
2. Foto toraks AP dan lateral kiri → gambaran radiologis sugestif TB : pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal,
konsolidas segmen/ lobus paru, milier , kavitas, efusi pleura, atelektasis, atau kalsifikasi.
3. Mikrobiologik dari bilasan lambung atau sputum → mencari BTA pada pemeriksaan langsung dan
mycobacterium tuberkulosis dari biakan. Kalau tidak negatif bukan berarti menyingkirkan diagnosis TB
4. Patologi : dari biopsi kelenjar, kulit, atau jaringan lain yang dicurigai TB
5. Pungsi lumbal : harus pada tb milier → biar tau ada meningitis TB atau ga
6. Foto tulang dengan pungsi bila ada indikas
7. Anak gizi buruk cek HIV (apalagi dengan diare kronik harus skrining) → rapid test
Diagnosis TB itu comfirmed bila ditemukan kuman mycobacterium tuberculosis pada kultur dahak atau darah. Bisa
juga dengan pemeriksaan BTA namun terkadang pada pasien anak-anak susah untuk mengeluarkan dahak. Bila susah
untuk mendapat spesimennya, diagnosis TB bisa dengan skoring TB pada anak. Bila Skoring > 6 bisa kita treat pasien
itu dengan TB. Klo gk 6 tp klinisnya masuk TB ya treat aj sebagai TB.
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak Jelas - Laporan keluarga, BTA (+)
BTA (-) / BTA tidak
jelas / tidak tahu
Uji tuberculin (mantoux) Negatif - - Positif (≥ 10 mm atau ≥
5mm pada
imunokompromais )
Berat badan / keadaan gizi - BB/TB < 90% atau Klinis gizi buruk atau -
BB/U < 80% BB/TB < 70% atau
BB/U < 60%
Demam yang tidak - ≥ 2 minggu - -
diketahui penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - -
Pembesaran Kelenjar limfe - ≥ 1 cm, lebih dari 1 - -
kolli, aksila, inguinal KGB, tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi - Ada pembengkakan - -
panggul, lutut, falang
Foto Thorax Normal / kelainan Gambaran sugestif - -
tidak jelas (mendukung) TB
TOTAL SKOR
• Gejala: demam, nyeri kepala dengan/tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise, letargi, kejang dan muntah →
sugestif meningitis
• demam sejak kapan? Langsung tinggi/perlahan-lahan? Setiap hari/hilang-timbul?
• nyeri kepala?
• kejang? Onset? Durasi? Bentuk kejang? Saat kejang sadar/tidak? Pasca kejang bagaimana?
• muntah proyektil?
• tanyakan infeksi sebelumnya: infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran cerna, keluar cairan dari telinga?
• pada bayi gejala yang timbul: demam, iritabel, letargi, malas minum dan high-pitched cry
• riwayat kontak flek paru?
• riwayat penurunan berat badan, keringat malam, napsu makan yang berkurang
• riwayat infeksi kulit yang membentuk sebuah letusan-letusan atau sesuai dermatomal?
• riwayat imunisasi?
• riwayat pengobatan dengan steroid? Infeksi HIV? Keganasan?
Pemeriksaan fisis :
a. Meningitis Bakterialis
- Usia 1-3 bulan: Ampisillin 200-400mg/kgbb dan sefotaksim 200-300mg/kgbb dibagi dalam 4 dosis; seftriakson
100mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis secara intravena
- Usia > 3 bulan: sefotaksim 200-300mg/kgbb IV dalam 3-4 dosis; seftriakson 100mg/kgbb dibagi 2 dosis;
ampisillin 200-400mg/kgbb dan kloramfenikol 100mg/kgbb dibagi dalam 4 dosis
→ jika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur dan hasil resistensi
Deksametason diberikan 0,6mg/kgbb/kali dibagi dalam 4 dosis atau 0,15mg/kgbb selama 4 hari. Injeksi
deksametason diberikan 15-30menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotik
Evaluasi: tanda kritis meningitis bakterialis hari ke-3 dan 4, tanda vital dan evaluasi neurologis dilakukan secara
teratur; guna mencegah muntah dan aspirasi perlu dipuasakan terlebih dahulu, lingkar kepala dimonitor dengan
ubun besar yang masih terbuka. Lama pengobatan 10-14hari
b. Meningitis Tuberkulosis
OAT → selama 12 bulan (2 bulan 4 macam dan 10 bulan 2 macam)
- INH 10-20mg/kgbb/hari ; max 300mg/hari (15)
- Rifampicin 10-20mg/kgbb/hari ; max 600mg/hari (10)
- Pirazinamid 15-30mg/kgbb/hari ; max 2000mg/hari (35)
- Etambutol 15-20mg/kgbb/hari ; max 1000mg/hari (25)
Kortikosteroid diberikan jika ditemukan adanya edema serebral dan menurunkan inflamasi. Prednison 1-
2mg/kg/hari selama 6-8minggu dipakai 2 mg (tap off 4 minggu dari 3x1 jadi 2x1 jadi 1x1). Adanya peningkatan
TIK → deksametason 6mg/m2 atau 0,15 mg/kg/kali setiap 4-6jam (4x1)
Jika 2 minggu pemberian prednisone → 2 minggu juga tap off na
Evaluasi: CBC, fungsi hati setiap 4-6bulan untuk mendeteksi adanya komplikasi antituberkulostatik.
Gejala sisa yang sering ditemukan: gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, palsi serebral, epilepsi, RM,
gangguan perilaku
Pencegahan: imunisasi BCG
Edukasi obat rutin sampai habis