PTK Agama Hindu
PTK Agama Hindu
PTK Agama Hindu
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk meningkatkan prestasi dan keterampilan kooperatif siswa melalui penerapan model
Pembelajaran Cooperative Learning.
1.3.2 Untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi mengenal Ajaran Cadhu
Sakti melalui penerapan model Pembelajaran Cooperative Learning.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Siswa
Dengan adanya temuan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
pemahaman konsep agama Hindu sehingga prestasi atau nilai siswa dapat memenuhi standar
KKM yang telah ditentukan dan dapat melatih keterampilan kooperatif siswa maka siswa akan
memperoleh gambaran bahwa belajar agama dapat lebih mudah dipahami dengan
bekerjasama dalam kelompok. Selain itu pula, melalui model pembelajaran ini, siswa dapat
mengikuti proses belajar mengajar yang lebih efektif dan tidak membosankan.
1.4.2 Bagi Guru
Penelitian ini berusaha mengungkap beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman konsep agama khususnya pada materi
Mengenal Ajaran Cadhu Sakti. Apabila ternyata terungkap bahwa strategi pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep agama (prestasi) dan
ketrampilan kooperatif siswa, maka informasi ini akan merupakan masukan yang berharga bagi
para guru Agama Hindu dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan
situasi kondisi di sekolah, dan materi yang diajarkan.
Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
dijadikan alternatif bagi masyarakat di daerah terpencil memanfaatkan hasil penelitian ini
dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Khusus untuk guru juga diharapkan dapat
memiliki pedoman baru tentang pembelajaran dan membina proses belajar mengajar yang lebih
efektif, efesien serta dapat memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
1.4.3 Bagi Sekolah
Temuan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman
konsep agama dan meningkatkan keterampilan kooperatif siswa, dapat memberikan masukan
kepada sekolah untuk memasukan model pembelajaran ini sebagai salah satu model
pembelajaran agama Hindu yang dapat dipilih. Dan tidak hanya terbatas pada mata pelajaran
agama Hindu saja, jika memungkinkan untuk dapat pula digunakan pada mata pelajaran yang
lain, sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
Jika dikaji, dapatlah dimengerti bahwa seorang guru pada saat mengajarkan ilmu
kepada sisyanya, diberikan pendidikan yang optimal baik berupa pendidikan jasmani maupun
rohani adalah berupa penyucian bathin, yang dapat dijalankan dengan Pranayama, selalu
bertingkah laku yang baik mau bersedekah kepada orang yang memerlukan, atau selalu berbuat
kebajikan dan perbuatan-perbuatan yang luhur lainnya.
Dari pengertian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa; Pendidikan agama Hindu
adalah suatu pendidikan yang diberikan oleh seorang guru atau beberapa orang guru yang
dalam aguron-guron disebut dengan acarya kepada anak didik atau sisya untuk mencapai
tingkat kedewasaan yang berbudhi luhur.
Dalam kepustakaan Seminar Kesatuan Tafsir I-IX, pengertian pendidikan agama Hindu
dibedakan atas dua macam yaitu: Pendidikan agama Hindu di luar sekolah dan pendidikan
agama Hindu di sekolah.
Pendidikan agama Hindu di luar pendidikan sekolah merupakan suatu upaya untuk membina
pertumbuhan jiwa masyarakat dengan sejarah agama itu sendiri sebagai pokok materinya.
Sedangkan pendidikan agama Hindu di sekolah yaitu suatu upaya untuk membina
pertumbuhan jiwa, raga anak didik dengan ajaran agama Hindu (Tim, 2003: 23).
1. Faktor internal, faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik, seperti:
a) Faktor biologis, yaitu kesehatan, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit
tertentu, cukup vitamin dan seluruh badan berfungsi dengan baik, sehingga mempengaruhi
belajarnya.
b) Faktor minat mempengaruhi terhadap prestasi belajar. Tanpa minat sulit menimbulkan
perhatian siswa terhadap pelajaran, sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar.
c) Faktor bakatnya, seringkali orang tua memaksakan supaya anaknya ke pola yang tidak sesuai
dengan bakatnya, sehingga mengalami kesulitan belajarnya.
2. Faktor eksternal, faktor yang timbul dari luar diri sendiri, seperti:
a) Faktor orang tua yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan prestasi anaknya. Kurangnya
perhatian orang tua terhadap belajar anak-anaknya, kemudian terlalu memanjakan anak-anak
berakibat pada fatalnya prestasi anak didik.
b) Faktor suasana rumah, suasana rumah yang terlalu ribut orang tua yang sering bertengkar dan
kurang harmonis dalam keluarga akan berakibat patal pula terhadap prestasi belajar anak didik.
c) Faktor lingkungan, teman bermain anak didik dalam masyarakat yang kurang baik sangat besar
pengaruhnya dalam pertumbuhan mental. Siswa tidak dapat menilai teman yang baik dan tidak
dapat mengendalikan dirinya, dia akan terganggu prestasi belajarnya.
d) Faktor sekolah, sekolah merupakan lembaga formal pertama setelah keluarga yang bertugas
mendidik serta mengarahkan anak untuk mengalami suatu perobahan sikap dan tingkah laku.
Dari uraian tentang model pembelajaran STAD, JIGSAW, GROUP INVESTIGATION,
dan STRUKTURAL tersebut di atas, maka model pembelajaran yang akan digunakan penulis
pada penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran STAD. Penulis menggunakan
model pembelajaran STAD karena pola dan pelaksanaannya cukup sederhana dan langsung
berdekatan dengan pembelajaran kooperatif.
2.5 Prosedur Pembelajaran Koopearatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda (Wartono, 2004).
Dalam penentuan anggota kelompok sedapat mungkin diusahakan terdapat beberapa siswa
yang kemampuannya tinggi, sedang dan rendah. Untuk itu sebelum penentuan anggota
kelompok diperlukan data tentang kemampuan masing-masing siswa berupa nilai test
sebelumnya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan
membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Untuk memaksimalkan keterampilan-keterampilan kooperatif yang dilakukan siswa,
diperlukan langkah-langkah utama dalam pembelajaran. Terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai
dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti
oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya
siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah
mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Enam fase pembelajaran kooperatif dapat dirangkum sebagai berikut :
Tabel 2.2
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE
TINGKAH LAKU GURU
1 2
Fase 1.Guru menyampaikan tujuan
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
dan memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memonivasi siswa
belajar
Fase 2.
menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3.
Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan kepada siswa cara
ke dalam kelompok- membentuk kelompok belajar dan membantu
kelompok belajar setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Fase 4.
Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Fase 5.
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6.
Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
(Wartono, 2004).
Dalam penelitian ini penulis tidak khusus menggunakan salah satu jenis model
pembelajaran kooporatif, tetapi memodifikasi implementasi model pembelajaran kooperatif
implementasi sesuai dengan sintak model pembelajaran ini yang ditemukan oleh Wartono dkk.
BAB III
METODE PENELITIAN
Selanjutnya dilakukan penghitungan rata- rata keterampilan kooperatif siswa dengan rumus:
Rata-rata = jumlah nilai keterampilan kooperatif
siswa X 100%
jumlah seluruh siswa
pada tabel 3.1 berikut ini diberikan tehnik menentukan kategori rata-rata keterampilan
kooperatif siswa (diadaptasi dari wartono : 2004). Rata-rata keterampilan kooperatif siswa
setelah pelaksanaan tindakan, kemudian di tentukan kategorinya berdasarkan tabel tersebut.
Tabel 3.1
Kategori keterampilan kooperatif siswa
NO RENTANGAN KATEGORI
1 0-25 Tidak terampil
2 26-50 Kurang terampil
3 51-75 Terampil
4 76-100 Sangat terampil
(diadaptasi dari Wartono; 24)
b. Data tentang pemahaman konsep siswa di analisis dengan menggunakan 1. Rata-rata
3. Prosentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dengan rumus : Jumlah siswa yang memenuhi KKM X
100%
Jumlah siswa
3.7 Indikator Kinerja
Untuk melihat efektivitas pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan
keterampilan kooperatif dan pemahaman konsep Agama pada konsep mengenal Ajaran Cadhu
Sakti, perlu ditetapkan indikator kinerja. Di samping itu penetapan indikator kinerja dapat
dipakai sebagai target pencapain dalam penelitian. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari
peningkatan keterampilan kooperatif siswa, daya serap (DS) dan KKM.
Target penelitian ini adalah rata-rata nilai keterampilan kooperatif siswa minimal berada
pada katagori terampil, daya serap (DS) 75% dan prosentase siswa yang memenuhi KKM 75%.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran Agama kelas VI sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP SD Bali Public School adalah 75. Bila siswa sudah
mencapai kriteria tersebut, siklus akan diberhentikan dan dianggap tindakan sudah berhasil.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
Tabel 3.2
Materi Pelajaran dan Alokasi waktu Tiap Siklus
Siklus I Siklus II
* Mengenal Ajaran Cadhu Sakti - Menjelaskan arti dari
Materi
* Pengertian Cadhu Sakti masing-masing
* Bagian-bagian Cadhu Sakti bagian Cadhu Sakti
* Arti dari masing-masing
bagian Cadhu Sakti
Alokasi waktu 4 jam pelajaran (4 X 35 mnt) 2 jam pelajaran
(2 X 35 mnt)
b. Siklus II
1. Rencana yang direvisi
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sbb:
a. Menyusun RPP untuk siklus II.
b. Menyiapkan instrumen pengumpulan data berupa data keterampilan kooperatif siswa dan tes
Ulangan Harian (UH) untuk siklus II.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif,
skenario, proses pembelajaran sesuai dengan RPP.
Perencanaan yang disusun disesuaikan dengan rekomendasi yang dihasilkan pada siklus I.
2. Tindakan
Hal-hal yang dilakukan dalam tindakan adalah sbb:
a. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
b. Melaksanakan scenario, memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran di tulis dipapan tulis agar lebih jelas.
c. Kelas dibagi menjadi delapan kelompok namun tetap heterogen tiap kelompok terdiri dari 3-4
orang siswa dan pembagian kelompok diawasi oleh guru.
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif.
e. Memberikan soal ulangan pada akhir siklus.
3. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar pedoman
observasi yang telah disiapkan untuk pengambilan data mengenai keterampilan kooperatif
siswa (terlampir). Hal-hal yang di observasikan adalah sbb:
a. Proses tindakan yang mencakup kesesuaian tindakan dengan perencanaan, atau perubahan
rencana tindakan dalam pelaksanaan tindakan.
b. Pengaruh tindakan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Pengaruh
tindakan, nampak dari prilaku siswa atau aktifitas siswa serta pencapaian siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Kendala tindakan, yaitu bagaimana kendala-kendala tersebut menghambat tindakan yang
dilaksanakan dan masalah-masalah yang timbul akibat tindakan yang dilakukan.
d. Kondisi yang mendukung pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi
Dalam refleksi, hasil observasi dievaluasi. Hasil evaluasi dapat berupa hal-hal sbb:
a. Rangkuman kendala yang dialami selama pelaksanaan tindakan
b. Gambaran mengenai pencapaian siswa dan keberhasilan tindakan pada sisklus II.
c. Konsekuensi yang timbul akibat penerapan pada siklus II
d. Rekomendasi sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.4.3 Hasil Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap
pelaksanaan tindakan, baik menyangkut guru dan siswanya. Observasi memungkinkan
mengetahui kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari penelitian tindakan kelas. Observasi
dilakukan secara konprehensif dalam kelas. Tujuan dilaksanakan pengamatan adalah untuk
mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang mana patut dipertahankan, diperbaiki, atau
dihilangkan sehingga proses pembelajaran dengan mengimplementasikan model pembelajaran
kooperatif melalui pendekatan Learning Commonity benar-benar berjalan sesuai dengan
kaidah yang ada. Setelah diadakan pengamatan dan dievaluasi proses pembelajaran,
dilanjutkan dengan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan menggunakan tes.
Setelah siklus II dijalankan yang mengacu pada refleksi dan pemecahan masalah pada
siklus I diperoleh rata-rata pemahaman konsep siswa tentang mengenal Cadhu
Sakti mengalami peningkatan ketuntasan rata-rata belajar siswa tentang mengenal pengertian
masing-masing bagian Cadhu Sakti sebesar 93.8 dengan daya serap sebesar 93.8% dan
prosentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 100%. Dengan
nilai maksimum 100 dan nilai minimum 87. Sedangkan rata-rata keterampilan kooperatif siswa
berada pada katagori sangat terampil.
4.4.4 Refleksi
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa dan nilai rata-
rata keterampilan kooperatif siswa sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah rata-rata nilai keterampilan kooperatif
siswa minimal berada pada katagori terampil, daya serap (DS) > 75% dan prosentase siswa
memenuhi KKM > 75%. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran Agama kelas
VI sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SD Bali Public School adalah 75.
Bila siswa sudah mencapai nilai tersebut, siklus akan diberhentikan dan dianggap tindakan
sudah berhasil. Sedangkan hasil yang diperoleh pada siklus II adalah diperoleh rata-rata
pemahaman konsep siswa tentang mengenal Ajaran Cadhu Sakti sebesar 93.8 dengan daya
serap sebesar 93.8% dan prosentase siswa yang memenuhi KKM sebanyak 100%. Sedangkan
rata-rata nilai kooperatif siswa berada pada katagori sangat terampil. Hasil tindakan pada siklus
II sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sehingga siklus diberhentikan dan
dianggap tindakan sudah berhasil.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing siklus menunjukkan peningkatan
pemahaman konsep siswa siklus I ke siklus II sebesar 28% yakni dari 72% ke 100%.
Peningkatan nilai rata-rata kemampuan kognetif siswa menunjukkan peningkatan sebesar 15.6
yakni dari rata-rata 78.2 ke 93.8. Peningkatan nilai rata-rata keterampilan kooperatif siswa dari
kategori terampil menjadi kategori sangat terampil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
melalui implementasi model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dapat
meningkatkan pemahaman konsep (prestasi) siswa dan keterampilan kooperatif siswa kelas VI-
A di SD Bali Public School, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Peningkatan pemahaman konsep siswa pada penelitian ini diakibatkan oleh
penggunaan tehnik atau cara belajar dengan mengimplementasikan model
pembelajaran Cooperative Learning, siswa berusaha untuk membaca materi pelajaran untuk
mencari konsep-konsep penting kemudian menghubungkan dengan konsep-konsep yang sudah
ada dalam pikirannya. Melalui kegiatan ini siswa menyusun sendiri konsep-konsep yang
dipelajari dan tidak diberikan begitu saja oleh guru. Hal ini sesuai dengan pandangan
kontruktivisme yang menyatakan bahwa konsep-konsep generaliasi ditemukan dan dibentuk
sendiri oleh siswa, guru hanya berfungsi sebagai mediator dan fasilitator dalam pembelajaran.
Model pembelajaran ini memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk saling
bekerja sama dalam kelompoknya, Bagi siswa yang belum memahami berusaha menggali
informasi melalui bertanya langsung kepada teman dalam kelompoknya, Siswa yang memiliki
kemampuan lebih memberikan penjelasan, karena memiliki tanggung jawab untuk secara
bersama-sama berusaha meraih predikat kelompok yang terbaik dan mendapat penghargaan.
Peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan kooperatif siswa diakibatkan oleh
suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, dan rilek
diantara anggota kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh dan
memberi masukan diantara mereka untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan
moral serta ketermpailan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Secara umum pola
interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi
siswa untuk meperoleh keberhasilan dalam belajarnya, karena setiap saat mereka akan
melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan serta saling
mengoreksi antar sesama dalam belajar.
Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara sesama anggota kelompok
menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar. Hal ini terjadi
karena dalam cooperative learning siswa diberikan kesempatan yang memadai untuk
memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya
pengetahuan yang dimilikinya dari anggota kelompok lainnya dan guru. Suasana belajar dan
rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota kelompok
memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik.
Proses pengembangan kepribadian yang demikian, membantu pula mereka yang kurang
berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar.
Pada konteks pembelajaran model kooperatif, siswa yang kurang bergairah dalam
belajar akan dibantu oleh siswa lainnya, yang mempunyai gairah yang lebih tinggi dan memiliki
kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Dalam suasana belajar yang
demikian disamping proses belajar itu berlangsung lebih epektif juga akan terbina nilai-nilai
lain yang sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu nilai gotong royong, kepedulian, saling
percaya, kesediaan menerima dan memberi, dan tanggung jawab siswa baik terhadap dirinya
maupun terhadap anggota kelompoknya.
Penggunaan model pembelajaraan kooperatif disamping membantu siswa untuk lebih
berhasil dalam belajar, juga memungkinkan bagi siswa untuk melatih keterampilan-
keterampilan kooperatif seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan
masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan menekan timbulnya prilaku-
prilaku menyimpang dalam kehidupan kelas (Slavin, 1992). Disamping itu strategi
pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
ketrampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Hal ini terjadi
karena setiap anggota kelompok belajar memiliki dua tangguing jawab dasar yang harus dia
lakukan, yaitu mempelajari dan memahami materi dan membantu teman belajrnya untuk
mkampu memahami dan mengerti sebagai mana yang ada pada dirinya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif memang benar memiliki dampak yang positif dalam
meningkatkan keterampilan kooperatif siswa yang ditandai dengan keterampilan kooperatif
siswa pada siklus I rata-rata 78.2 keterampilan kooperatif siswa berada pada kategori terampil,
dan siklus II keterampilan kooperatif siswa rata-rata 93.8 berada pada kategori sangat
terampil.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
pada materi mengenal Ajaran Cadhu Sakti ditandai dengan pemahaman konsep siswa pada
siklus I rata-rata 78.2, daya serap 78.2%, prosentase siswa yang memenuhi Kreteria Ketuntasan
Minimal 72%, pada siklus II rata-rata 93.8, daya serap 93.8% prosentase siswa yang memenuhi
Kreteria Ketuntasan Minimal 100%.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Hindu lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan keberhasilan implementasi model pembelajarn kooperatif dengan
pendekatan learning community dalam meningkatkan ketrampilan kooperatif siswa dan
pemahaman konsep siswa, maka disarankan kepada guru untuk mencoba
mengimplementasikan dengan perencanaan yang lebih baik lagi dengan melihat berbagai aspek
dan sudut pandang siswa.
2. Disarankan pada saat guru mengimplementasikan model ini, siswa lebih banyak menyediakan
buku pelajaran yang relevan untuk mendukung proses belajar mengajar sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung lebih baik. Guru hendaknya memberikan motivasi dan dorongan
pada siswa, agar siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
3. Sekolah diharapkan menyediakan fasilitas belajar bagi siswa dan gurunya sehingga
pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat diimplementasikan.
DAFTAR PUSTAKA
hmadi, Abu. H. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara
Komang, 2006. SKRIPSI Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Upacara Ngaben Masirig di Banjar
Pancaseming Desa Batuagung Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana – Bali Denpasar:
IHD Negeri Denpasar.
ur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
ur, M 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Guru PAH
ur, M 2005. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Timur.
k Rai, 2001. Upadesa Tentang Ajaran-Ajaran Agama Hindu. Paramita Surabaya.
ardika, 2004. Menata Bali Kedepan Kebijakan Cultural Pendidikan dan Agama. Denpasar : CV. Bali Media
Adhi Karsa.
to, W. 1987. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Jakarta : PT. Bina Aksara.
.B Putu 1998. Ajaran Agama Hindu (Budi Pekerti). Denpasar Dharma Acharya.
parma, 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Bali
yusun, 1994. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Hanuman Sakti.
-------, 2002. Buku Panduan Usulan Penelitian dan Skripsi Denpasar: Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri
Denpasar
-------, 2006. Semara Ratih Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Sekolah Dasar Kelas III Denpasar: Tri
Agung