Bab. Vi. Etika Organisasi Pgri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

BAB VI

ETIKA ORGANISASI PGRI

Pengantar

Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu
ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Dalam kehidupan sehari-hari etika sangatlah penting
peranannya, karena dengan adanya etika maka dapat mengatur
bagaimana manusia dapat bergaul atau bersosialisasi dengan
sesamanya. Yang mendasari tumbuh kembangnya etika dalam
kehidupan kita adalah agar perbuatan yang tengah kita jalankan
sesuai dengan adat atau kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia, karena dengan
adanya etika membuat manusia berorientasi bagaimana
menjalankan kehidupannya dalam tindakannya sehari-hari dan
dapat membedakan perbuatannya benar atau salah.
Realita yang terjadi etika secara perlahan-lahan mulai hilang
seiring perkembangan jaman, banyak peristiwa yang
menunjukkan di sekitar kita problema yang melanggar etika,
hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran manusia akan
pentingnya etika. Karena itu etika sangatlah penting kita
terapkan dalam kehidupan kita agar kita bisa membedakan
mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk selain itu
memberi batasan dalam pergaulan kita dengan sesama agar
bisa tercapai kehidupan yang aman dan tentram.Selain itu
dapat menciptakan suasana hidup yang aman dan tentram.
Terkait dalam praktik profesi, maka etika menjadi sebuah
modal pertanggungjawaban, agar segala pola piker, pola laku
dalam praktik terbingkai dalam koridor Etika.

Pokok Bahasan
1. Pengertian Etika
2. Pengertian Kode Etik Guru
3. Fungsi Kode Etik Guru
4. Tujuan Kode Etik Guru
5. Implementasi Kode Etik Guru

Capaian Pembelajaran

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Mahasiswa Memahami Etika dan Fungsi Kode Etik Guru

Indikator

1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Etika


2. Mahasiswa dapat mendiskripsikan Pengertian Kode Etik
Guru
3. Mahasiswa dapat mendiskripsikan Fungsi Kode Etik Guru
4. Mahasiswa dapat menjelaskan Tujuan Kode Etik Guru
5. Mahasiswa dapat mendiskripsikan Implelentasi Kode Etik
Guru

Pengertian Etika

Etika (Yunani Kuno: "ethiko", berarti "timbul dari kebiasaan")


adalah sesuatu cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang
memuat keyakinan ‘benar dan tidak sesuatu’. Perasaan yang
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
muncul bahwa ia akan salah melakukan sesuatu yang
diayakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral
dan self-respect (menghargai diri) bila ia meninggalkannya.
Tindakan yang diambil olehnya harus ia pertangungjawabkan
pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap orang
lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya
mendapatkan pujian. Etika diartikan sebagai seperangkat
prinsip moral yang memebedakan apa yang benar dan apa yang
salah. Etika merupakan bidang normatif, karena menentukan
dan menyarankan apa yang seharusnya orang lakukan atau
hindarkan.
Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini,
pertimbangan etika atau morallah yang menentukan tindakan
atau perilaku seseorang. Setiap orang akan mempertimbangkan
akibat dari tindakannya apakah baik atau buruk, benar atau
salah, berakibat lebih baik atau lebih buruk, pantas atau tidak
pantas. Ini dilakukan pada suatu momen dan situasi. Jadi, ada
pendapat bahwa etika dan moral itu situasional. Tindakan itu
adalah pilihan, dan pilihan itu memerlukan proses pengambilan
keputusan yang dipandu oleh subjective judgment atau
pertimbangan pribadi. Jadi, ada proses evaluasi moral. Yang
menjadi dasar utama dalam memutuskan pilihan dan tindakan
apa yang akan dilakukan seseorang merujuk kepada komitmen,
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
prinsip, nilai, dan aturan yang berlaku pada saat dan situasi itu.
Memang, tidak ada tindakan yang dilandasi moral yang hanya
ditentukan oleh situasi tanpa diwarnai komitmen pada suatu
prinsip. Prinsip di sini diartikan sebagai tujuan dalam arti luas
yang membantu menentukan keputusan nyata dan kriteria
normatif yang membawa pada situasi nyata.
Terkait dengan praktik profesi, etika difungsikan pada hal-hal
sebagai berikut:

- Etika adalah perbuatan standar yang memimpin


individu dalam membuat keputusan
- Etika adalah suatu studi mengenai yang benar dan yang
salah serta pilihan moral yang dilakukan seseorang
- Keputusan etis adalah suatu hal yang benar mengenai
perilaku standar
- Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia.
- Etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu
kehendak yang berhubungan dengan keputusan yang
benar dan yang salah dalam tindak perbuatannya
- Dapat menolong suatu pendirian dalam beragam suatu
pandangan dan moral.
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
- Dapat membedakan yang mana yang tidak boleh diubah
dan yang mana yang boleh diubah.
- Dapat menyelesaikan masalah-masalah moralitas
ataupun suatu sosial lainnya yang membingungkan
suatu masyarakat dengan suatu pemikiran yang
sistematis dan kritis.

Terkait dengan profesi penerapan etika terindikasikan dengan


hal-hal sebagai berikut:
- Adanya pengetahuan khusus, Biasanya keahlian
dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan,
pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
- Adanya kaidah dan standar moral yang sangat
tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku profesi
mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
- Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya
setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan
masyarakat.
- Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi.
Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada
izin khusus.
- Menjadi anggota dari suatu profesi.

Pengertian Kode Etik Guru

Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang


disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai
pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang
dimaksudadalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku
guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh
dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya.

Kode Etik Guru merupakan norma dan asas yang menjadi


landasan tingkah laku bagi guru atau pendidik. Mengingat kode
etik merupakan suatu kesepakatan bersama dari para anggota
suatu profesi, kode etik guru ditetapkan oleh Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) sebagaimana terbuat dalam AD &
ART

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Tujuan kode etik

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu


profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan
organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan
kode etik adalah sebagai berikut.

1) Menjunjung tinggi martabat profesi. Kode etik dapat


menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar
mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan
anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.

2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para


anggotanya. Kesejahteraan mencakup lahir (atau material)
maupun batin (spiritual, emosional, dan mental). Kode etik
umumnya memuat larangan-larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para
anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum
bagi honorarium anggota profesi dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan
seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin, kode etik umumnya
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
memberi petunjuk petunjuk kepada anggotanya untuk
melaksanakan profesinya.

3) Pedoman berperilaku. Kode etik mengandung peraturan


yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak jujur
bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama
rekan anggota profesi.

4) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Kode


etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan
mudah mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdiannya
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

5) Untuk meningkatkan mutu profesi. Kode etik memuat


norma norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.

6) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Kode etik


mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


dirancang organisasi. Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode etik
adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggota meningkatkan
pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mtu profesi
serta mutu organisasi profesi

Selanjutnya tujuan Kode Etik dapat disarikan sebagai berikut:


- Menjunjung tinggi martabat profesi Guru.
- Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Profesi Guru.
- Meningkatkan pengabdian para anggota profesi Guru
- Meningkatkan mutu profesi Guru.
- Meningkatkan mutu organisasi profesi Guru.
- Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya perilaku secara mandiri.

Fungsi Kode Etik Guru

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalm keanggotaan profesi.

Proses perumusan Kode Etik Guru Indonesia

kode etik guru dikembangkan dalam empat tahapan yakni:


- Tahap pembahasan atau perumusan pada tahun 1971-
1973.
- Tahap pengesahan yang dilakukan pada Kongres PGRI
ke XIII November 1973.
- Tahap penguraian yakni pada Kongres PGRI XVI Juni
1979.
- Tahap penyempurnaan pada Kongres PGRI XVI, Juli
1989.

Kode etik tersebut selalu disosialisasikan kepada setiap guru


atau anggota PGRI. Selain itu, rumusan dan isi kode etik guru
selalu diperbaiki dan disesuaikan dalam setiap kongres.

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Adapun lingkup kode etik guru di Indonesia mencakup dua hal
utama. Pertama, pernyataan prinsip dasar pandangan terhadap
posisi, tugas, dan tanggung jawab guru.
Kedua, pernyataan berupa rujukan teknis operasional yang
termuat dalam sembilan butir.
Adapun rumusan lengkap kode etik guru Indonesia adalah
sebagai berikut:

Kode Etik Guru Indonesia


1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.
 2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan
Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-
masing.
3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan.
 4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan
memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya
bagi kepentingan anak didik.

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


 5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan
pendidikan.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama
berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya.
 7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara
sesama guru baik berdasarkan lingkungan maupun
didalamhubungan keseluruhan.
 8. Guru bersama-sama memelihara membina dan
meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional sebagai
sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

Implementasi Kode Etik Guru

Dalam implementasinya Kode Etik menjadi bintang pengarah


profesi maka, Guru dan organisasi profesi guru
bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia.
Kemudian Guru dan organisasi guru berkewajiban
mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada rekan

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah.

Saat menjalankan praktik profesi, seorang orang yang


menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang
berkaitan dengan profesi guru ditetapkan sebagai pelanggaran.
Pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Jenis pelanggaran
meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.Pemberian
rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan
pelanggaran terhdap Kode Etik Guru Indonesia menjadi
wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Pemberian
sanksi dilaksanakan objektif, tidak diskriminatif, dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta
peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya dalam Implementasi Kode Etik Guru disarankan


sebagai berikut bertikut:

Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk


manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Konsepsi tentang manusia seutuhnya dapat dianalisis dari
beberapa dimensi. Pertama, keutuhan dimensi rohani-jasmani,
yaitu manusia seimbang antara perkembangan jasmani dan
rohaninya. Kedua, keutuhan antara dimensi sosial dan
individual, yaitu masyarakat yang selaras antara pemenuhan
kebutuhan individual dan sosialnya. Ketiga, keutuhan
perkembangan potensi yang dimiliki serta optimalisasi
perkembangannya, yaitu keselarasan antara perkembangan
psikomotorik, afektif, kognitif dan emosional. Berkembangnya
warga masyarakat seutuhnya dapat dilandasi oleh nilai-nilai
luhur pancasila. Artinya, seorang guru harus mengembangkan
masyarakat seutuhnya dengan berpijak pada nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam pancasila itu.

Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan


Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing

Guru dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik dan


pengajaran pada masyarakat harus berpegang teguh pada
kejujuran profesional, yaitu suatu pengakuan atas batas-batas
kemampuan profesionalnya. Tidak melakukan hal-hal yang
diluar batas kemampuannya dan tidak pula melakukan
pekerjaan yang ada dalam koridor kewenangan profesi lain.
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
Dalam penyampaianya harus memperhatikan ketepatan waktu
(on time), ketepatan penyampaian (on delivery), serta ketepatan
kurikulum/silabus/RPS (on specification).

Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh


informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan

Banyak informasi yang berhubungan dengan peserta didik


datang dari masyarakat dan guru dipandang perlu menggalinya
demi kepentingan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan
termasuk pada saat guru berada di masyarakat, Terkait dengan
Era Industrial 4.0 yang disebut pula dengan Abudance Era,
serta Big Data, maka tuntutan untuk selalu adaptasi.

Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan


memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya
bagi kepentingan anak didik

Agar tercapainya suasana sekolah sebaik-baiknya, guru


sebaiknya bekerja sama dengan masyarakat. Kerja sama
tersebut dapat berupa kerja sama dalam keamanan,
kenyamanan, kebersihan, serta kasrian dan kesehatan
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
lingkungannya. Hal tersebut dilakukan dengan strategi dan
pendekatan yang tepat sehingga masyarakat dapat mendukung
untuk menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya
sehingga menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar


sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan
pendidikan

Keberhasilan suatu pendidikan bukan hanya tanggung jawab


dari sekolah/madrasah karena pada hakikatnya pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah/madrasah
(lembaga pendidikan), masyarakat, dan keluarga. Oleh karena
itu, guru harus memelihara hubungan baik dengan orang tua
murid dan masyarakat untuk memikul tanggung jawab
bersama-sama terhadap pendidikan.

Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha


mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat, guru
diharapkan senantiasa mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya, baik secara pribadi maupun
bersama-sama. Pengembangan dan peningkatan mutu mengacu
pada peningkatan kualitas profesional, yaitu peningkatan
keterampilan-keterampilan profesional dalam bidang
kependidikan. Sedangkan peningkatan dan pengembangan
martabat profesi menunjukkan pada upaya untuk menempatkan
profesi keguruan yang ada di hati masyarakat.

Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama


guru baik berdasarkan lingkungan maupun didalamhubungan
keseluruhan

Didalam masyarakat guru memelihara hubungan seprofesi.


Artinya, ia mengadakan dan memelihara hubungan dengan
guru lainnya baik dengan guru yang berlatar keahlian sama
maupun berbeda. Dengan pemeliharaan hubungan tersebut
diharapkan antara sesama guru dimasyarakat terjadi persatuan
dan kesatuan yang kokoh dan berakar serta muncul rasa
senasib sepenanggungan.

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan
mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana
pengabdiannya

Dalam memelihara dan meningkatkan mutu kinerja organisasi


masyarakat paling tidak guru harus berupaya untuk
menerapkan misi dari PGRI, yaitu : misi profesi, misi
kemasyarakatan, dan misi kesejahteraan. Dalam menerapkan
misi profesi dimasyarakat guru berupaya merealisasikan
layanannya kepada masyarakat. Yakni layanan yang bersifat
sosial-profesional yang mana dapat dirasakan oleh masyarakat
sebagai layanan sosial dan tanpa pamrih. Penanaman misi
kemasyarakatan PGRI terhadap masyarakat mencakup
penanaman semangat persatuan dan kesatuan. Penanaman misi
kesejahteraan bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil,
sejahtera lahir batin

Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan


kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan

Sebagai warga Negara yang baik, guru senantiasa


melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan dimasyarakat, sepanjang itu berhubungan dengan
BAB VI KODE ETIK ORGANISASI
kemaslahatan masyarakat, misalnya kebijakan pemerintah
tentang guru dan berupaya membantu pemerintah dalam
merealisasikan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Media Sosial dan Etika Profesi.
Media sosial acapkali dapat memberikan dampak positif dan
negatif dan aspek buruk lainnya. Oleh karena itu, bagi seorang-
orang professional sebagai pengguna media sosial harus paham
dengan etika bermedia sosial agar tidak menyalahgunakan
platform tersebut.

Media sosial merupakan wadah untuk berjejaringan secara


online, memiliki manfaat luar biasa jika digunakan secara
benar dan menjunjung nilai-nilai kesantuan. Akan tetapi,
banyak juga yang salah dalam memanfaatkannya bahkan ada
kecenderungan salah yang tidak disadari, seperti
menyebarkan hate speeches dan berita palsu (Hoax).

Dampak lanjut dari penggunaan yang kura piawai dapat


terpoliferasi bahkan menimbulkan polarisasi di dunia nyata.
Pada gilirannya akan berdampak luas menimbulkan keributan
keruibutan yang dahsyat. Banyak pula kasus yang berujung
pada ranah hukum yang awal mula penyebabnya datang dari
perilaku penggunaan di media sosial.

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Etika bermedia akan menjadi bintang pengarah Agar hal ini
tidak terjadi, siapa pun pengguna media sosial sudah
sepantasnya harus melek (litered) akan etika dalam
menggunakan platform online tersebut.

Dampak Negatif yang timbul dari bermedia Sosial

Saat ini penggunaan media sosial nampaknya telah menjadi


bagian dari sebagian besar masyarakat Indonesia,bahkan sudah
membudaya. Media sosial bahkan telah menjadi hebit, bahkan
telah membuat manusia mania media sosial. Disamping
ketergantungan media sosial saat ini juga telah di jadikan
sebagai tempat untuk saling mendapatkan dan menyebarkan
informasi, bahkan saling serang secara sengaja.

Akibat yang dari penyalahgunaan media sosial dalam


menyebarkan informasi juga berdampak pada banyaknya para
pengguna yang masuk ke ranah hukum akibat dari penyebaran
informasi pada sosial media yang tidak menggunakan etika.

Upaya mengurangi dan mencegah permasalahan tersebut maka


diperlukan suatu etika dalam menggunakan media sosial agar
tidak saling menghina ataupun menuduh orang lain tanpa
alasan yang jelas. Tentunya Persatuan Guru Republik

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


Indonesia sejalan dentgan Visi dan Misinya arah kappa seluruh
anggotanya, agar selalu menjunjung nilai etika.

1. Etika dalam Berkomunikasi

Pada saat menjalankan profesinya dalam melakukan


komunikasi khususnya ketika memfaatkan media sosial, wajib
dan harus menjujung nilai nilai etika komunikasi.

Dalam praktik sering terjadi penggunaan kata-kata yang kurang


pantas, serta menimbulkan rasa bermusuhan, kebencian dan
bentuk cacian dan makian. Tentunya terkait dengan profesi
sebagai pendidik seharus selalu menjaga, bahwa diupayakan
memberikan keteladanan. Biasakanlah untuk menggunakan
Bahasa yang tepat dengan siapapun pada saat kita berinteraksi

2. Hindari Penyebaran SARA, Pornografi dan


Aksi Kekerasan

Sejatinya ketika Empu Sotasoma menorehkan sesanti “


Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Dharma Mangurua”,
telah ,mengajarkan kepada kita semua untuk tidak terpecah
belah. Sesanti ini merupakan nilai etika tertinggi di negeri yang
sarwa beda dengan penduduk yang terbilang ratusan juta. Maka

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


dalam bermedia social harus merujuk pada hal tersebut.
Hindari peyebaran informasi yang mengandung unsur SARA
(Suku, Agama, Ras dan Antar golongan).

Watak media social yang berbasis pada teknologi digital


memiliki daya poliferasi (penggadaan secara secara cepat)
memungkinkan suatu berita akan tergandakan secara
eksponensial ini yang harus dijadikan kesadaran komunikasi.

Biasakan untuk menyebarkan hal-hal yang berguna dan tidak


menimbulkan konflik antar sesama. Hindari juga mengunggah
(upload) visual yang menyedihkanb, misalnya foto kekerasan
seperti foto korban kekerasan, foto kecelakaan lalu lintas, foto
korban kebakaran, maupun foto kekerasan dalam bentuk
lainnya.Jangan menambah kesedihan para keluarga korban
dengan menyebarluaskan foto kekerasan dapat juga melanggar
privasi yang berakhir di ranah hukum.

3. Pilah dan Pilih Kebenaran Berita

Prtofesionalis pendidik harus sensitive terhadap akibat, selalu


mengedepankan adigium logic “If – Than”, bahwa “jika” selalu
diikuti “maka”. Ketika menemukan berita yang dirasakan tidak
logis, apalagi dapat menyentuh hak-hak privasi, seharusnya

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


tida ikut menggadakan dan membagikan. Berita yang
cenderung merugikan orang lain, menjatuhkan pesaing, atau
berita konflik masyarakat hendanyak tidak dibagikan.
Sesungguhnya menyadi profesi sebagai pendidik memilki
tanggung jawab besar dalam membuka wawasan berliterasi dan
komunikasi yang santun dan cerdas. Jika ingin meyebarkan
informasi pilah manfaatnya, pilih yang memotivasi kearah
pendidikan.

4.Hindari Plagiasi berita.

Dalam praktik bermedia social acapkali membelajarkan secara


tidak sadar menjadi seorang-orang plagiator. Sangat sering
terjadi dan tidak dirasakan bahwa di era big data ini semaunya
tersedia dengan percuma, ucapan selamat, stiker ucapan
bahagia, bahkan ucapan berita duka atau produk lainnya.
Namun tidak terasa mengikis kretivitas.
Dalam etika mengambil gambar/visual orang lain tanpa ijin
termasuk melanggar etika. Menyebarkan informasi dalam
bentuk visual, tulisan, video arang lain tanpa menyebutkan
sumber informasi termasuk kategori plagiasi. Oleh karenanya
setiap membuat rancangan pembelajar, desain pembelajaran,
membuat media atau lainnya, seharusnya memberikan disklamer

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


yang menyatakan bahwa karya yang dibuat masih menggunakan foto
atau visual orang lain.

5. Jangan mudah membuka Informasi Pribadi

“Flaxing” atau pamer keunggulan diri kadang perlu


disampiakan dalam bermedia Sosial, tentu ada suatu
batasannya. Sebagai profesi pendidik harus bersikap bijak
dalam menyebarkan informasi. Terkait dengan kehidupan
pribadi (privasi) harus sangat berhati. Hindari foto diri yang
eksotik dan erotic karena cenderung mengundung inteprertasi
buruk. Tidak mengunggah alamat, nomor selular, atau
keterangan pribadi yang lain, yang pada akhirnya dapat
dimanfaatkan pihak-pihak lain.

PENDALAMAN

Pendalaman materi, diharapkan saudara mendiskusikan


beberapa persoalan berikut, dipersilakan untuk membentuk
kelompok dengan beranggotakan antara 3 sd 5 mahasiswa.
Keluaran dalam bentuk PPT yang selanjutnya ditayangkan via
Youtube. Hasil pendalaman dapat dikirimkan berupa (Link url)

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI


1. Mengapa Etika diperlukan oleh organsasi
profesi?Menurut Kelompok saudara yang
dianggap sebagai pelanggaran berat dalam
praktik profesi adalah?
2. Bagaimana pendapat kelompok saudara proses
perumusan Kode Etik profesi.
3. Adakah keterkaitan antara Visi organisasi
dengan kode etik
4. Terkait dengan profesi Guru, saudara
diskripsikan pola hubungan antara Orang Tua
siswa dengan Guru?
5. Etika Guru bermedia Sosial.

Daftar Pustaka

Djam’an Satori, dkk, Profesi Keguruan, Universitas Terbuka,


Jakarta, 2010, hal. 5.27
Muhammat Rahman dan Sofan Amri. Kode Etik Profesi Guru,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), Hal. 75
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 49

BAB VI KODE ETIK ORGANISASI

Anda mungkin juga menyukai