Printttt Bab Lengkappp Widya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil
telurnya. Ayam asli Indonesia secara umum berasal dari ayam hutan dan itik
liar, yang ditangkap dan dipelihara untuk diambil telurnya. Ayam ras
merupakan hasil rekayasa genetik (persilangan/hasil pemuliaan) yang telah
didomestikasikan sebagai ayam petelur maupun ayam pedaging. Kondisi ini
dilakukan berdasarkan karakter-karakter (sifat-sifat dominan) dari ayam-ayam
yang sudah ada di dunia termasuk Indonesia. Perbaikan-perbaikan genetik terus
diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat
memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Ayam petelur yang baik akan
dapat berproduksi dengan optimal pada umur 24-26 minggu (A, Faadhila.
2012).
Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan
sangat penting untuk diperhatikan. Karena dengan pemeliharaan ayam petelur
yang baik akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik. Fase grower pada
ayam petelur, terbagi kedalam kelompok umur 6-10 minggu atau disebut fase
awal grower dimana terjadi pertumbuhan anatomi dan sistem hormonal pada
fase ini.Anak ayam yang telah mencapai fase grower berarti telah melewati
masa starter yang kritis. Tata laksana untuk anak ayam fase tersebut pada
prinsipnya masih sama dengan fase starter. Tetapi karena mereka umurnya
telah meningkat, maka tentu saja relative lebih tahan terhadap lingkungan
ataupun infeksi penyakit (A, Faadhila. 2012).
Manajemen pemeliharaan ayam petelur merupakan kegiatan untuk
mengetahui pemeliharaan ayam petelur mulai dari penyampuran pakan,
pemberian pakan, pengobatan dan penyeleksian telur sehingga dapat
mengetahui manajemen pemeliharaan ayam tersebut baik atau tidak. Ayam
petelur dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa ayam tersebut mampu
untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup dengan waktu yang cepat.
Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 6 bulan dan akan terus

1
menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 2 tahun. Dengan total produksi
telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun Teknik manajemen
pemeliharaan ayam ras petelur yang sesuai sangat diperlukan untuk mencapai
hasil produksi yang optimal. Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang
sesuai, kita perlu memperhatikan manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai
dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal
usulnya ternak, vaksinasi dan sebagainya. Pemeliharaan ayam petelur
membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Kunci
utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik,
yaitu persiapan awal, terutama pada fase persiapan kandang, fase starter,
grower dan layer serta didukung dengan manajemen sistem recording baik
(Filipus. 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam proposal praktek kerja lapangan ini
yaitu bagaimana manajemen pemeliharaan ayam petelur dengan menggunakan
metode intensif.?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam proposal praktek kerja lapangan ini yaitu untuk
mengetahui manajemen pemeliharaan ayam petelur dengan menggunakan
metode intensif.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini ialah:

1. Mengetahui dan mampu memahami manajemen


pemeliharaan ayam petelur dengan cara intensif.
2. Mendapatkan pengalaman kerja sehingga nantinya siap
didunia kerja.
3. Untuk mendapatkan hasil yang dapat di ukur dari upaya yang
dilaksanakan
4. Untuk dapat mengembangkan hasil dari PKL.

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam petelur


Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus
untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan
dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banya.
Pengembangan usaha ternak unggas jenis ras layer (ayam petelur) di Indonesia
masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein hewani
masih kecil. Ini dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk yang selalu
meningkat dari tahun ke tahu terus diimbangi dengan kesadaran akan arti
penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola
konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat (A, Faadhila. 2012).
Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zat
gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup Sesuai dengan
kebutuhan terhadap angka kecukupan energi rata-rata penduduk Indonesia pada
tingkat konsumsi sebesar 2200 Kkal/orang/hari dengan tingkat ketersediaan
energi sebesar 2550 Kkal/orang/hari, dengan angka kecukupan protein rata-rata
sebesar 50 gram/orang/hari pada tingkat konsumsi dan 55 gram/orang/hari
pada tingkat ketersediaan, sedangkan Angka kecukupan konsumsi lemak
minimum setara dengan 10 % dari total energi dan maksimum 25 % dari total
energi, dengan konsumsi yang bersumber dari lemak rata-rata sebesar 20 % (A,
Faadhila. 2012).
Hal itu berarti target konsumsi protein hewani sekitar 11
g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani penduduk
Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh lebih rendah dibanding
Malaysia, Thailand dan Filipina. Ayam petelur adalah ayam betina dewasa
yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah
berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat
bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia
diseleksi secara ketat oleh para pakar Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua
jenis yaitu ayam jenis pedaging dan ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging,

4
pastinya dibudidayakan karena untuk dihasilkan daging dalam jumlah yang
banyak dengan kualitas yang baik, sedangkan ayam petelur juga dibudidaya
untuk menghasilkan telur dengan jumlah yang banyak dan kualitas yang baik.
Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil. Produksi telurnya antara 250
sampai 280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 5
bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai umur 2
tahun. Umumnya produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun
pertama ayam mulai bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya
cenderung akan terus menurun. Sebelum tahun 1940, peternakan ayam petelur
hanyalah merupakan usaha sampingan pertanian belaka. Jumlah ayam yang
dipiara para petani hanya kecil, 20-150 ekor saja, sekedar memenuhi kebutuhan
keluarga dan kalau sisa produksi baru dijual kepasar. Pada saat tersebut, ayam
dipiara tanpa kandang; dilepas dan bebas berkeliaran ke mana pun. Akan tetapi
karena adanya suatu pemikiran bahwa ayam yang berkeliaran itu dianggap
berbahaya bagi penyebaran penyakit, kemanusiaan, ayam-ayam tersebut harus
dikurung atau dibuatkan kandang. Ternyata ayam yang hidupnya terkurung pun
produksinya tidak mengecewakan, justru bagus dan tidak mengganggu serta
menghemat tempat. Sistem pemeliharaan ayam terkurung yang produksinya
bagus itu menarik perhatian para peternak. (A, Faadhila. 2012).
Gambar ayam petelur

Menurut (Andri, 2018) Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan


penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian. Karena dengan
pemeliharaan yang baik akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik,
kondisi ayam yang sehat, tingkat mortalitas yang rendah dan pada akhirnya
akan menghasilkan ayam petelur dengan produksi telur yang tinggi. Usaha
ternak ayam seperti halnya usaha-usaha ternak lainnya, yakni dengan tujuan

5
untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya produksi
yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu agar usaha peternakan itu bisa
berkembang serta menguntungkan perlu diatur segi manajemen pemeliharaan
yang bisa di pertanggungjawabkan secara baik dan ekonomis. Segi-segi
manajemen pemeliharaan ayam petelur yang baik dan ekonomis serta
memenuhi syarat untuk mendapakan hasil yang optimal akan coba kita uraikan
dalam bahasan sebagai berikut antara lain ialah :
A. Syarat-syarat sebagai peternak ayam
1. Seorang peternak harus menguasai ilmu. Adapun ilmu yang
dimaksud ialah:
a. Pemiliahan bibit (breeding)
b. Cara-cara pemberian makanan (feeding)
c. Tatalaksana yang betul (manajemen)
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
e. Serta bisa menciptakan pemasarannya (marketing)
Faktor-faktor inilah yang kiranya akan bisa
menunjang berhasil/tidaknya usaha peternakan. Dengan
demikian keberhasilan ini tidaklah ditentukan oleh modal
financial semata-mata, melainkan di lain pihak skill pun
mutlak diperlukan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa seseorang
yang memulai dari modal yang kecil pun bisa juga
berkembang, tetapi pada perusahaan lain yang dimulai dari
modal yang besar justru adakalanya mengalami kegagalan
kerena usahanya tanpa didasari skill, dan akhirnya gulung
tikar. Itulah sebabnya maka peternak dituntut memiliki ilmu
dan berjiwa peternak.
2. Lingkaran produksi Pada zaman dahulu, ayam dibiarkan
hidup atau dipertahankan sampai umur 5 tahun. Hal ini
terjadi karena pada waktu itu ternak ayam sekedar usaha
sampingan pertanian, belum ada tujuam ekonomis. Tetapi
dewasa ini, di zaman modern, usaha ternak menjadi usaha
ekonomis, sehingga lingkaran produksi telur yang optimal

6
harus menjadi pertimbangan. Dewasa ini yang dianggap
lingkaran produksi yang optimal ialah ayam-ayam umur 1,5
– 2 tahun. Ayam petelur yang lebih dari 2 tahun tidak
ekonomis lagi, sebab mereka tak mampu mengimbangi lagi
makanan yang dihabiskan. Itulah sebabnya maka ayam –
ayam yang sudah mencapai umur 2 tahun harus diafkir.
Penundaan pengafkiran berarti mengurang keuntungan.

2.2 Aspek manajemen pemeliharaan


Aspek-aspek yang meliputi manajemen pemeliharaan ayam petelur
sebagai berikut :
2.2.1 Manajemen kandang
Manajemen kandang merupakan bentuk upaya peternak dalam
melakukan pemeliharaan ayam petelur dalam sistem umbar maupun intensif,
hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya meningkatkan kualitas serta kuantitas
dari hasil berternak ayam petelur. Manajemen kandang sangat berpengaruh
dalam peningkatan produktivitas ayam, selain itu dapat mempermudah
peternak dalam melakukan pemeliharaan sebab kandang memiliki fungsi
sebagai tempat atau rumah bagi ternak seperti ayam petelur, kandang juga
berfungsi sebagai pelindung untuk ternak terhadap ancaman hewan buas
ataupun cuaca ekstrim seperti panas dan hujan (Priyatno. 2008).
Gambar kandang ayam petelur

Adapaun hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan


ayam petelur seperti :
1. Pengaturan udara
Pengaturan udara dalam kandang Jika keadaan udara di
dalam kandang diatur baik, dengan menggunakan ventilasi yang

7
sempurna, maka pemakaian makanan akan lebih ekonomis atau
optimal. Keadaan terlampau dingin, kebutuhan energi akan
meningkat dan sebaliknya keadan udara yang terlampau tinggi akan
menimbulkan gangguan metabolisme, akhirnya produksi merosot.
Hal ini berarti penggunaan makanan tidak optimal lagi, yang
akhirnya bisa mengurangi keuntungan.
2. Biaya pakan
Yang menjadi persoalan ekonomis atau tidaknya mengenai
makanan yang dihabiskan seekor ayam pada setiap harinya,
bukanlah ditentukan oleh harga makanan semata-mata, melainkan
yang memegang peranan penting dalam hasil ini ialah:
perbandingan yang ideal antara harga telur dan makanan ialah 1:5
ke atas.

3. Sistem kandang
Pada sistem kandang battery, aktivitas ayam untuk bergerak
tentu saja sangat kurang bila dibandingkan dengan ayam pada
kandang postal, apalagi bila dibandingkan dengan sistem ren.
Karena aktivitas gerak tubuh pada kandang tersebut sedikit, maka
energi yang diperlukan pun bias dikurangi, sehingga akan lebih
menghemat biaya makan. Menurut penelitian penghematan
makanan pada sistem battery bias mencapai 20 gram/ekor per hari.

Kandang memiliki fungsi yaitu untuk menjaga supaya ternak tidak


berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak, serta
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Pada luas sekitar 1
hektar atau 10.000 m² idealnya diisi dengan 20.000- 25.000 ekor. Kandang
pembesaran yang ideal berukuran panjang 40 m dan lebar 5 m. Kandang yang
tidak terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam dalam hal ini
kenyamanannya. Hal ini disebabkan semakin lebar kandang maka ayam akan
sulit mendapatkan udara segar karena sirkulasi atau pergerakan udara yang

8
lambat. Kandang pada ayam itu diantaranya yaitu kandang postal dan kandang
batteray (Priyatno. 2008).
Kandang tipe postal dengan luas 200 m², (40 x 5 m) cukup optimal
untuk memelihara pullet sejumlah 1600 ekor hingga berumur 112 hari.
Sedangkan kandang batteray yang berukuran 200 m² bisa diisi dengan pullet
sekitar 2500 ekor (Anonymous, 2012). Iklim kandang yang cocok untuk
beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35
°C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan
kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar
matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara
yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit
karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan
bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar
hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang (Priyatno.
2008).
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang
penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang
hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat
minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat
penerangan. a. Nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat
penampungan; b. Kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong
berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan
60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30%
di kiri) (Priyatno. 2008).
Kadang baterai merupakan kandang dengan bentuk menyerupai sangkar,
berbentuk kotak memanjang dan terdapat sekat pada setiap ukuran tertentu. Untuk
kandang petelur sistem baterai peternak dapat membuat dengan bahan yang terbuat
dari bambu atau dengan kawat. Harga kandang ayam petelur dari bambu relatif lebih
murah dibanding dengan dengan kawat. Dikarenakan bahan dari bambu lebih mudah
didapatkan dan harganya sangat terjangkau dan bisa mengemat pengeluaran pada
peternak ayam petelur. Sedangkan untuk kandang baterai yang terbuat dari
kawat memiliki daya tahan yang lebih kuat dapat menjadi barang investasi bagi
peternak karena tidak mudah rusak. Tetapi untuk pembuatan kandang baterai

9
memiliki harga dan biaya yang lebih besar dibanding pembuatan kandang pada
umumnya (Priyatno. 2008).
Ukuran kandang baterai disetiap kotaknya berkisar 30 – 35 cm (lebar),
45 cm (panjang) dan 60 cm (tinggi). Untuk ukuran kandang ayam petelur 50
ekor juga dapat menggunakan kandang sistem baterai dengan jumlah 5 ekor
ayam untuk satu kotak kandang baterai. Untuk lantai dasar pada kandang
baterai harus dibuat agak miring, hal ini dilakukan agar telur dapat
menggelinding dan memberikan kemudahan peternak dalam pegambilan telur.
1. cara membuat kandang ayam petelur skala kecil atau skala besar cara pembuatan
kandang ayam petelur sistem baterai peternak dapat terlebih dahulu memilih
bahan pembuatnya antara bambu atau menggunakan kawat. Kami dari hobi
ternak. com menyarankan agar pembuatan kandang baterai menggunakan bahan
bambu selain harga kandang ayam petelur dari bambu yang murah dan bahannya
pun mudah didapatkan.
Proses pemasukan ayam petelur dalam kandang batrai diusahakan 2 minggu
sebelum memasuki masa bertelur Sebelum kandang baterai dibuat maka peternak
harus terlebih dahulu membangun atap kandang utama yang terdiri atas tiang dan
atap. Hal tersebut dilakukan agar melindungi kandang baterai dari panas terik
matahari dan hujan. Untuk lantai pada kandang peternak tidak perlu disemen
cukup menggunakan tanah saja, karena tanah lebih kuat dalam proses penyerapan
kotoran ayam. Untuk dinding kandang, peternak tidak perlu membuatnya, karena
ayam petelur sudah terdapat didalam kandang baterai tersebut.
2. Susunan Kandang Tipe Baterai 
Semakin berkembangnya teknologi yang semakin maju, maka pembuatan
kandang baterai secara bertingkat untuk ayam petelur pun semakin berkembang
dan dimungkinkan untuk diterapkan oleh para peternak.
Adapun susunan kandang baterai adalah sebagai berikut :
1) Susunan kandang beterai satu tingkat saling bertolak belakang atau
berhadapan.
2) Susunan Kandang baterai dua tingkat saling bertolak belakang atau
berhadapan

10
3) Susunan kandang tiga tingkay saling bertolak belangang berbentuk
piramida atau berhadapan berbentuk segitiga terbalik.
4) Kandang baterai secara vertical
Dalam pembuatan kandang baterai dengan berbagi tingkat tersebut
peternak juga harus selalu memperhatikan luas kandang, suhu pada kandang
kelembaban udara, pencahayaan dan lain sebagainya.
3. Ukuran pembuatan kandang ayam petelur sistem baterai
Untuk jumlah tingkat kandang baterai yang dianjurkan oleh para peternak
adalah dengan bersusun 2 tingkat atau 3 tingkat saja, hal tersebut dilakukan agar
kotoran tidak menumpuk sehingga tidak menimbukan bau yang menyengan serta
dapat mengurangi kadar amonia dalam kandang. 
4. Kekurangan dan kelebihan penggunaan kandang baterai pada budidaya ayam
petelur.
 Kelebihan
1) Hemat dalam penggunaan lahan dan kandang
2) Memberikan kemudahan peternak dalam pemeliharaan
3) Ayam tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga sehingga produktivitas
telur ayam. semakin meningkat .
4) Siklus udara menjadi lebih bersih karena kotoran lansung jatuh ke lantai .
5) Menampung ayam petelur dalam jumlah banyak.
6) Memudahkan peternak dalam pengontrolan penyakit
7) Pembagian pakan yang lebih merata
 Kekurangan
1) Biaya kandang relatif lebih mahal
2) Masalah ayam petelur yang mudah terserang penyakit kelumpuhan
.

Kandang untuk usaha peternakan unggas komersial dikatakan baik


atau tidak, bukan hanya sekedar dapat memenuhi persyaratan teknis namun
juga harus memperhatikan persyaratan ekonomi seperti harga tanah masih
relatif murah untuk pengembangan, mudah memperoleh air, transportasi
mudah, komunikasi lancar, jauh dari pemukiman penduduk dan mudah
memperoleh tenaga kerja. Bahan kandang hendaknya dibuat dari bahan-

11
bahan yang harganya relatif murah tetapi diharapkan berkualitas, kecuali
untuk ternak yang berkapasitas diatas 7.000 ekor ke atas sebaiknya
digunakan bahan-bahan yang kualitasnya permanen misalnya untuk
kandang baterai ayam petelur periode layer sebaiknya menggunakan besi
kawat.

2.2.2 Manajemen bibit


Pemilihan bibit atau bisa disebut dengan Breeding merupakan hal
paling dasar apabila ingin memulai suatu usaha peternakan. Bibit unggul
diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam kualitas hasil
ternak. Dalam dunia perunggasan, bibit unggul diperlukan agar dapat
menghasilkan daging atau telur secara maksimal, sehingga peternak dapat
menghasilkan hasil ternak yang berkualitas dan maksimal Bibit ayam
petelur yang baik memiliki bobot serta warna bulu yang seragam, tidak
ditandai adanya cacat fisik pada ayam tersebut. Selain itu, ayam petelur
unggul memiliki bulu yang halus, kering, mengkilap serta ditandai dengan
kering dan tertutupnya pusar.
Ukuran dan bobot tubuh yang cukup merupakan pertanda anak ayam
(DOC) yang tumbuh secara baik. Bobot DOC pada umumnya memiliki
bobot sekitar 38-42 gram. Ukuran telur tetas merupakan hal yang sangat
menentukan bobot serta ukuran DOC. Peternak ayam hendaknya
mengetahui pedoman pemilihan ayam dalam memilih bibit ayam petelur.
Peternak harus memastikan bahwa DOC yang dipilih merupakan anak dari
induk yang sehat, bulu yang halus dan penuh, memiliki pertumbuhan serta
nafsu makan yang naik, tidak memiliki bekas kotoran yang melekat pada
dubur DOC tersebut serta dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Platinum Lohman merupakan jenis ayam petelur yang banyak
dikembangkan di Indonesia karena ayam ini memiliki produktivitas yang
tinggi serta memiliki ketahanan terhadap cuaca panas.
Cara pemberian pakan pada DOC haruslah dibedakan berdasarkan
usia dari DOC tersebut karena kandungan nutrisi dalam pakan harus sesuai
dengan kebutuhan ayam sehingga diharapkan ayam dapat bereproduksi
secara maksimal.  Sebagai perangsang pertumbuhan, Ayam sebaiknya diberi

12
pakan sedikit demi sedikit sesuai dengan umur ayam tersebut.  Pada
perkembangan DOC terdapat 3 periode pertumbuhan yaitu periode starter,
pullet, serta layer. Ketiga periode tersebut memiliki kebutuhan protein yang
berbeda sesamanya.  DOC periode Starter membutuhkan kandungan protein
lebih besar yaitu 19-22%, disusul dengan periode pullet sebesar 13-15%,
sedangkan pada periode layer membutuhkan kandungan protein sebesar 15-
18% .
2.2.3 Manajemen pakan
Pemberian pakan ayam petelur harus disesuaikan dengan umur.
Pada periode starter pakan harus selalu tersedia. Pemberian paka idealnya
adalah 4-9 kali sehari, namun agar mudahnya pakan disediakan sepanjang
hari. Hal itu penting karena pada periode starter pertumbuhan sangat cepat
dan konsumsi pakan pun tinggi. Para periode grower dan layer pakan
diberikan 2 atau 3 kali sehari. Pakan diberikan pagi dan sore atau pagi, sore,
dan malam karena waktu-waktu tersebut adalah saat dimana suhu
lingkungan nyaman bagi ayam. Karena di waktu sore dan malam ayam
makannya lebih banyak, maka pakan diberikan lebih banyak juga pada sore
dan malam. Berikan pakan di pagi hari sebanyak 30-40% dan 60-70% di
sore hingga malam. Pakan diberikan misalnya setiap jam 07.00 dan 15.00.
Atau setiap jam 07.00, 15.00, dan 21.00 setiap harinya. Hal-hal terkait yang
harus diperhatikan:

 Penting untuk disiplin memberi makan ayam layer tepat waktu di


jam yang sama, agar ayam tidak menjadi stres.
 Sediakan air minum yang bersih sepanjang hari, karena jika ayam
minumnya rendah maka konsumsi pakan juga rendah.
 Pemberian pakan harus kurang dari tinggi tempat pakan, untuk
menghindari pakan tercecer. Kerugian pakan tercecer ini jika
dihitung per harinya cukup tinggi.
 Pakan crumble diberikan pada periode starter dan grower.
 Pada periode layer diberikan pakan tepung karena lebih
hemat biaya. Namun agar konsumsi pakan tetap tinggi
sebaiknya dilakukan debeaking (pemotongan ujung paruh).

13
 Cuci bersih tempat makan dan minum setidaknya 2-3 kali
sehari. Bisa dilakukan sebelum pemberian pakan.
 Aplikasikan desinfektan pada peralatan makan ayam setiap
3-4 hari sekali.

Besarnya jumlah pakan yang diberikan per hari untuk


setiap ekor ayam berbeda-beda. Diantaranya tergantung pada strain
ayam, dan program perusahaan/kemitraan yang diikuti.

2.2.4 Manajemen kesehatan dan pengedalian penyakit


Pencegahan penyakit merupakan salah satu upaya meminimalisir
terjangkit penyakit terhadap ternak, banyak upaya yang dilakukan seperti
sanitasi kandang, vaksinasi, vitamin dan ketersediaan pakan dan air minum
ternak secara berkelangsungan. biaya pencegahan penyakit Pencegahan
penyakit bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti vaksinasi, sanitasi
dan penggunaan obat-obatan yang dicampur makanan/air minim yang
berbentuk feed supplement dan lain sebagainya. Tetapi pada umumnya
para peternak yang belum begitu mahir, segan mengeluarkan uang untuk
membeli obat-obatan tersebut guna mencegah terjadinya infeksi penyakit.
Sehingga kelak bila terjadi suatu wabah, peternak akan menderita kerugian
berlipat ganda (Murtidjo, B. A. 1992).
Sebab peternak akhirnya bukan saja kehilangan uang untuk beli
obat dan ongkos dokter, melainkan produksinya pun akan merosot atau
lebih fatal lagi, ayam yang tidak tertolong akhirnya mati. Dan kalau pun
ayam tadi bisa sembuh tetapi ayamayam yang habis menderita sakit itu
bila dipertahankan sebagai petelur kurang menguntungkan, sebab konversi
makanannya menurun dan bahkan bila menjadi carrier (pembawa) suatu
penyakit. Kesemuanya ini adalah merupakan pemborosan. Dengan
demikian pencegahan memegang peranan penting karena akan lebih
menghemat biaya (Murtidjo, B. A. 1992).

14
2.3 Rencana dan distribusi ayam petelur
Menurut (Hamka. 2014) telur ayam merupakan komoditas pangan
hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, selain daging ayam, daging sapi
dan susu. Telur banyak digemari masyarakat karena kendungan nutrisi lengkap
dan mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan tubuh serta harganya
terjangkau. Telur secara alami digunakan oleh bangsa unggas untuk
melanjutkan keturunannya. Sebagian besar produk telur ayam ditujukan untuk
dikonsumsi orang tidak disterilkan, mengingat ayam petelur yang
menghasilkannya tidak didampingi oleh ayam pejantan. Telur yang disterilkan
dapat pula dipesan dan dimakan sebagaimana telur-telur yang tidak disterilkan,
dengan sedikit perbedaan kandungan nutrisi. Telur yang disterilkan tidak akan
mengandung embrio yang telah berkembang, sebagaimana lemari pendingin
mencegah pertumbuhan sel-sel dalam telur. Telur ayam dapat dikelompokkan
ke dalam bentuk klasifikasi dalam berbagai kategori. Umumnya, telur
dibedakan dari berat dan warna kerabang. Berat telur ayam ras per butirnya
dikelompokan menjadi :

 Telur ekstra besar dengan berat lebih dari 60 gram

 Telur besar dengan berat 56 – 60 gram

 Telur sedang dengan berat 51 – 55 gram

 Telur kecil dengan berat 46 – 50 gram

 Telur sangat kecil dengan berat kurang dari 46 gram

Telah dikemukakan bahwa harga ditingkat konsumen merupakan harga


(transaksi) yang terjadi antara penjual dan pembeli di pasar tradisional.
Bertindak sebagai penjual adalah pedagang, sementara itu pembeli adalah
konsumen baik skala rumah tangga, skala industri rumah tangga, dan lain
sebagainya di pasar tradisional. Oleh karena itu, pengumpul dan pengecer
adalah sebagai aktor penting dalam menentukan harga telur ayam. Berdasarkan
identifikasi saluran distribusi yang telah dilakukan Tim EWS, ditemukan
puluhan saluran distribusi berdasarkan sumber telur ayam, yakni telur impor,

15
nonvertical integration, dan mandiri. Banyaknya saluran distribusi tersebut,
mendorong terjadinya fluktuasi harga komoditi telur ayam di tingkat
konsumen. Untuk persentase sumber telur ayam yang diterima oleh pengumpul
dari tiga pola yang ada berbeda-beda disetiap provinsi di Indonesia. Dengan
demikian, biaya distribusi sangat menentukan harga di tingkat konsusmen.
Atau dengan kata lain, harga di tingkat konsumen sangat ditentukan dari
panjang-pendeknya saluran distribusi dari pengumpul ke konsumen. Semakin
banyak aktor yang bermain di saluran distribusi komoditi ini, maka semakin
tinggi harga telur ayam di tingkat konsumen. Hal ini dikarenakan setiap aktor
mengupayakan mengambil margin keuntungan dari setiap saluran distribusi
yang ada( Hamka. 2014).

2.4 Analisis ekonomi ayam petelur


Prospek usaha peternakan ayam ras petelur di Indonesia di nilai sangat
baik di lihat baik dari pasar dalam negeri maupun luar negeri, jika di tinjau dari
sisi penawaran dan permintaan.Disisi pengeluaran kapasitas produksi
peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas
produksi yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan
pembibitan, pakan ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi dibawah
kapasitas terpasang, artinya prospek pengembangan masih terbuka. Disisi
permintaan, saat ini produksi ayam ras petelur belum mencukupi kebutuhan
pasar dalam negeri. Sisanya di penuhi dari telur ayan kampung ,itik, dan
puyuh. Iklim perdagangan global yang sudah mulai terasa saat ini, semakin
memungkinkan produk telur ayam ras petelur dari Indonesia untuk ke pasar
luar negeri, mengingat produk telur ayam ras bersifat elastik terhadap
perubahan pendapatan per kapita per tahun dari suatu Negara (Kotler, dan
Keller. 2009).
Pemerintah Indonesia telah memberi dukungan pengembangan
peternakan. Hal ini dapat di lihat dengan adanya pembangunan peternakan
dengan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan swasta.
Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian,dan
pengawasan terhadap ketersedian produk peternakan yang cukup baik, jumlah
maupun mutunya, aman, bergizi, beragam dan merata.Sedang swasta semacam

16
ini masih bisa di jumpai di tahun 1950-an yang di pelihara oleh beberapa orang
penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak
mengenal klasifikasi ayam.Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam
kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak
dimakan.Namun, pendapatan itu tidak benar, ayam negeri atau ayam ras ini
ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya (Kotler dan Keller. 2009).
Biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua biaya tetap (fixed cost)
adalah biaya relatif tetap jumlahnya dan terus di keluarkan walaupun produksi
yang diperoleh banyak atau sedikit.Jadi besarnya biaya tetap ini tidak
bergantung pada besar kecilnya produksi, contohnya pajak.Biaya variable
(variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh, contohnya untuk sarana produksi. Biaya tetap adalah biaya
yang tidak bergantung pada kesibukan perusahaan atau dengan perkataan lain
biaya yang tidak bergantung pada penggunaan kapasitas perusahaan, jadi tetap
atau manfaat biaya ini tidak berubah oleh adanya perubahan-perubahan pada
kapasitas perusahaan atau pabrik. Biaya variable (biaya perubah) yaitu biaya
yang dikeluarkan uantuk memperoleh faktor yang dapat berubah mengikuti
besar kecilnya produksi dengan berbagai cara (Kotler dan Keller. 2009). Besar
biaya yang dikeluarkan peternak dalam suatu usaha peternakannya tergantung
pada beberapa hal, yaitu:
1. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis ternak
2. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada besar kecilnya usaha
peternakan.
3. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada kemampuan manajemen dan
administrasi peternakan.
 Biaya produksi terbagi atas tiga yaitu:
1. Biaya variabel adalah biaya yang berubah-rubah disebabkan oleh adanya
perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan
bertambah maka biaya variabelnya juga akan meningkat.
2. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap
tingkatan /sejumlah hasil yang diproduksi.

17
3. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
dengan kata lain merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap.

Telur mempunyai peran penting sebagai substitusi daging dalam menu


makanan sehari-hari karena disadari bahwa telur merupakan bahan pangan
yang padat gizi dengan kandungan protein yang cukup tinggi yang dapat
dimanfaatkan tubuh untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel tubuh yang
rusak.Selain itu harganya cukup murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat (Kotler dan Keller. 2009). Ayam ras petelur dipelihara peternak
dengan sistem mandiri atau modal sendiri, sehingga memerlukan jumlah
permodalan yang besar.Di Kabupaten Lima Puluh Kota usaha peternakan ayam
petelur tumbuh dengan baik dalam kawasan tertentu di suatu daerah yang
berudara sejuk, sehingga menumbuhkan simpulsimpul agribisnis baru di
kawasan tersebut baik sebagai penyedia sarana produksi maupun dibidang
penjualan hasil produksi. Pada tahun 2007 subsektor peternakan memberikan
kontribusi sebesar 4,30 % terhadap pendapatan daerah di Kabupaten Lima
Puluh Kota (Kotler, dan Keller. 2009)

18
BAB III
METODE PELAKSAAN

3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Adapun praktek kerja lapangan ini dilaksanakan Di Peternakan Agribisnis
Uma Bulldozer Ai Ampuk. Selama satu semester atau selama 45 hari secara
intensif, mulai dari tanggal 23 Januari 2023 sampai dengan selesai.

3.2 Metode Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan Pengambilan Data


Metode pengambilan data dilakukan untuk memperoleh data primer. Data
primer dapat diperoleh melalui observasi. Pengumpulan data dengan observasi
adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dan sistematis terhadap
fenomena yang diselidiki. Dalam praktek kerja lapangan ini observasi yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat kegiatan apa yang dilakukan
dalam Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Dengan Metode Intensif.
Kemudian juga dapat dilakukan dengan Partisipasi aktif yaitu dengan ikut
melaksanakan Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Dengan Metode Intensif
Metode yang kedua adalah dokumentasi. Dengan partisipasi aktif yaitu ikut
melaksanakan langsung seluruh aktivitas pemeliharan ayam petelur dan,
mengambil dokementasi seperti gambar dan mencatat yang meliputi kegiatan
pemeliharaan, pemberian pakan, dan juga penyediaan pakan. Sehingga data yang
diperoleh sebagai bahan dalam penyusunan laporan PKL.

3.3 Rencana Jadwal Kegiatan


Kegiatan praktek kerja lapangan ini direncanakan untuk di laksanakan mulai
dari penentuan lokasi hingga laporan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang dihasilkan. Adapun rencana jadwal kegiatan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) pada program Studi Peternakan yang akan di laksanakan seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini :
Table 3.3 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan dan PerikananUniversitas
Samawa.

19
No Rencana Bulan
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Konsultasi
3 Pelaksanaan
PKL
4 Observasi
5 Penyusunan
Laporan PKL

20
DAFTAR PUSTAKA

A, Faadhila. 2012. Kiat Usaha Ayam Petelur. Bandung: Jaya Lestari Grafika.
Andri, 2018 wawancara dengan pemilik usaha peternakan ayam ras petelur.
Murtidjo, B. A. 1992 Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta
Priyatno. 2008. Sistem Perkandangan Ayam Petelur. Mediakom: Yogyakarta.
Abbas, M. H. 2004. Manajemen Ternak Unggas. Buku Ajar Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang.
Ahmadi. 2008. Sistem Perkandangan Unggas. http://kandangclosed
house.wordpress.com
Filipus. 2008. Analisis Break Even Point Usaha Peternakan Ayam Petelur UD.
Kencana Farm. Skripsi Fakultas Peternakan. Kabupaten Malang.
Hamka. 2014. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di CV. Cipta Aksara
Kelurahan Kastela Kecamatan Kota Ternate Selatan. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan.
Kotler, P dan K.L. Keller. 2009. Manajemen Pemasaran (terjemahan Bob Sabran,
MM). Erlangga, Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai