LP Kasus Isk
LP Kasus Isk
LP Kasus Isk
Definisi
3. Etiologi
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari infeksi saluran
kemih penyebab terseringnya adalah E.coli . Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
1. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple )
2. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
6. Patofisiologis
Akumulasi etiologi
Aliran balik
Reflek renointestin
Perkembangan kuman
Mual, muntah,
anoreksia
Infeksi Saluran Kemih
MK: Kekurangan
volume cairan
Respon
peradangan
Rasa sakit & panas pada Kandung kemih tidak kuat
simpisis, dysuria MK: menampung urine
Hipertermi Polakisuria,
urgensi
MK: Nyeri Akut MK: Gangguan
eliminasi urin
b. Keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa
sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta
rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian
atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil,
rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa
sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta
rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian
atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil,
rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran
kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti Diabetes
Mellitus, hipertensi. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih
disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang,
namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah
keadan klien.
4. Riwayat psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya berinteraksi
dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit. Adakah hambatan dalam
interaksi sosial dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat).
5. Assesment nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang
mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam,
tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah
keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi
nyeri.
Hal ini perlu dikaji terkait dengan usia anak, kondisi kesehatan klien , dan klien
yang berada ditempat tidur memiliki risiko jatuh yang tinggi.
7. Pola kebiasaan
a. Nutrisi
Frekuensi makan dan minum berkurang atau tidak dikarenakan bila adanya mual dan
muntah. Apakah terdapat nafsu klien menurun atau meningkat. .
b. Cairan
Bagaiamana kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja jenis minuman yang
dikonsumsi, dan berapa frekuensi minum dalam 24 jam. Bagaimana intake dan ouput
cairan.
c. Eliminasi
Buang air besar ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada buang air kecil,
bagaimana frekuensi miksi bertambah atau berkurang. Adakah nyeri pada bagian
suprapubik. Bagaimana bau urine pasien adakah bau kekhasan, bagaimana warna
air kencingnya, bagaimana karakteristik urine, dan bagaimana volume urine
sebelum dan setelah sakit.
d.Istirahat dan tidur
Adakah gangguan tidur karena perubahan pola buang air kecil, atau adanya rasa nyeri
dan rasa mual muntah.
e. Personal Hygine
Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi, gosok gigi, mencuci
rambut, dan memotong kuku.
f. Aktivitas atau mobilitas fisik
Pergerakan terbatas atau tidak dalam melaksanakan aktivitasnya, apakah
memerlukan bantuan perawat dan keluarga.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe yaitu
pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pemeriksaan ini meliputi:
1) Kepala
Mengetahuii turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya lesi atau
bekas luka.
a) Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman atau
kecoklatan, edema, dan distribusi rambut kulit.
b) Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak, tekstur
kepala kasar atau halus, akral dingin atau hangat.
2) Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor.
3) Wajah
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka dan
kelainan pada kepala.
a) Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda atau
missal lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada
parase/kelumpuhan.
b) Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan
4) Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan otot-otot
mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau pandagan pada mata.
Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis.
a) Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil : isokor, miosis atau
medriasis.
b) Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra
okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma kaji ada
nyeri tekan.
5) Telinga
Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.
a) Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran bentuk,
kebersihan, lesi.
b) Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan
kartilago.
6) Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis.
a) Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada
secret.
b) Palpasi : apakah ada nyeri tekan massa.
7) Leher
Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan organ
yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
a) Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati
adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari depan
belakan dan samping.
b) Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien, minta pasien menelan
dan rasakan adanya kelenjar tiroid.
8) Abdomen
Mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi peristaltik
usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.
a) Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
b) Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
c) Auskultasi : bising usus normal 5-35 x/menit.
d) Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
9 ) Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan, adanya
nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
a) Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi
interkosta, amati pergerakan paru.
b) Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
c) Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
d) Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas,vesikuler, wheezing/crecles
10 ) Ekstremitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada ektremitas
atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi mengenai ukuran dan adanya
atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot dengan memberi penahanan pada
anggota gerak atas dan bawah.
11 ) Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien. Lakukan inspeksi
dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit kering/lembab, dan apakah
terdapat oedema
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiogis d.d tanda dan gejala minor Mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Tanda dan gelaja minor
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis.
b) Hipertermi b.d proses penyakit d.d tanda dan gejala minor Suhu tubuh diatas
nilai normal. Tanda gejala minor kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan
kulit terasa hangat
c) Gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih d.d Desakan berkemih
(urgensi), urin menetes (dribbling), sering buang air kecil, nokturia,
mengompol, enuresis, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas
(hesistancy), atau volume residu urin meningkat.
Penurunan kapasitas kandung kemih, iritasi kandung kemih, penurunan
kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih, efek tindakan
medis dan diagnostik (misal operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi,
dan obat-obatan), kelemahan otot pelvis, ketidakmampuan mengakses toilet
(misalnya imobilisasi), hambatan lingkungan, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan elimiasi, outlet kandung kemih tidak lengkap
(misalnya anomali saluran kemih kongenital), dan imaturitas (pada anak usia
<3 tahun).
No SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan ekspektasi : menurun Observasi
dengan agen Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik
pencedera fisiologis Keluhan nyeri menurun (5) durasi, frekuensi, kualitas,
di tandai dengan : Meringis menurun (5) intensitas nyeri
gejala dan tganda Sikap protektif menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
mayor Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non
1. Mengeluh nyeri Kesulitan tidur menurun (5) verbal
2. Tampak Frekuensi nadi membaik (5) 4. Identifikasi faktor yang
meringis Pola napas membaik (5) memperberat dan memperingan
3. Gelisah nyeri
4. frekuensi nadi 5. Identifikasi pengetahuan dan
meningkat keyakinan tentang nyeri
5. Sulit tidur 6. Identifikasi pengaruh budaya
gejala dan tanda terhadap respon nyeri
minor 7. Identifikasi pengaruh nyeri
1. Tekanan darah pada kualitas hidup
meningkat 8. Monitor keberhasilan terapi
2. Pola napas komplementer yang sudah
berubah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
dingin, terapi bermain
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Hipertermi (D0130) Termoregulasi (L14134 ) Manajeman hipertermia (I5506)
penyebab Ekspektasi : membaik Observasi
- Dehidrasi Kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab hipotermi
Tanda Gejala Mayor Suhu tubuh membaik (5) 2. Monitor suhu tubuh
dan minor Kulit merah menurun (5) 3. Monitor haluan urine
Mayor Pucat menurun (5) Hipoksia 4. Monitor komplikasi akibat
1. Suhu tubuh diatas menurun (5) hipertermia
nilai normal Tekanan darah menurun (5) Terapeutik
Minor 1. Sediakan lingkungan
1. Kulit merah Yang dingin Longgarakan atau
2. Kejang lepas pakaian
3. Takikardia 2. Berikan cairan oral
4. Takipneu 3. Lakukan pendinginan
5. Kulit teraba hangat eksternal (kompres pada axila,
dahi, leher)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit jika perlu
3. Gangguan Eliminasi urine (04034) Manajemen eliminasi urine
Eliminasi urien Ekspektasi : Membaik (04152)
(D0040) Kritersia hasil : Observasi
Penyebab : Disuria menurun (5) 1.Identifikasi tanda dan gejala
Frekuensi BAK membaik (5)
1. Penurunan retensi atau inkontinensia urine
Karakteristik urine membaik
kapasitas kandung 2. Identifikasi faktor penyebab
(5)
kemih retensi atau inkontinensia urine
Berkemih tidak tuntas (5)
2. Iritasi kandung 3. Monitor eliminasi urine (mis.
kemih Frekuensi, konsistensi, aroma,
3. penurunan volume dan warna)
kemampuan Terapeutik
menyadari tanda- 4. Catat waktu-waktu dan
tanda gangguan haluaran berkemih
kandung kemih 5. Batasi asupan cairan, jika perlu
4. Efek tindakan 6. Ambil sampel urine tengah
medis dan diagnostik (midstream) atau kultur
(misal operasi ginjal, Edukasi
operasi saluran kemih, 7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
anestesi, dan obat- saluran kemih
obatan) 8. Ajarkan cara mengukur asupan
5. kelemahan otot cairan dan haluran urine
pelvis 9. Ajarkan cara mengambil
spesiemen urine midstream
10. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
irigasi kandung
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
yang berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan tindakan yang disesuaikan pada kriteria hasil dalam tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).