Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Kencing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KENCING

Disusun Oleh :

M. Agus Taufiq Hidayah 2720227203


Dian Andika Eryuwanti 2720227201
Maimunah 2720227223
Safitri Gita Pranjani 2720227198
Siti Mardiyah 2020227191

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH   TAHUN 2022
BAB I
KONSEP TEORI

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim
ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Hastuti dan Sjaifullah,
2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan
bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung
kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah
(midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (IDI, 2011).

A. Etiologi
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80% kasus) dan
organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang paling sering menyebabkan
ISK: kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang
menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK
di masa kanakkanakInfeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih
antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba terdapat banyak faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling
sering diidentifikasi adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan katerisasi (Tenney
et al, 2017). Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya disebabkan akibat resisten
terhadap berbagai obat antibiotik (sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi,
organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah patogen yang paling umum
yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi saluran kemih diantara pasien kateter yang
didapatkan dari pemasangan kateter dalam jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine
kateter, disfungsi bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018).
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak yaitu diakibatkan oleh
sebagian besar pada perempuan karena anatomi uretra perempuan yang lebih pendek, sebagian
besar pula pada laki-laki karena tidak disirkumsisi, kebiasaan membersihkan genetalia yang kurang
baik.
Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi saluran kemih dapat dibedakan
berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK
dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan
menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan menjadi
ISK simpleks dan ISK kompleks (Pardede et al, 2011).
1. ISK berdasarkan gejalanya
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik
yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. Sekitar 10-
20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan
gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik
(Pardede et al, 2011).
2. ISK berdasarkan lokasi infeksi, yaitu :
a) Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis) Sistitis adalah keadaan inflamasi
pada mukosa buli-buli yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri
penyebab infeksi saluran kemih bawah (sistitis) terutama bakteri Escherichia
coli, Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang masuk ke buli-
buli melalui uretra (Purnomo, 2011). Gambaran klinis yang terjadi pada
pasien ISK bawah, antara lain nyeri di daerah suprapubis bersifat sering
berkemih, disuria, kadang terjadi hematuria (Imam, 2013). Penelitian yang
dilakukan pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis dengan
biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering adalah disuria atau
frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri abdomen (39%) (Pardede,
2018). Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada pasien ISK bawah
sebesar >103 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
b) Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis) Pielonefritis adalah keadaan
inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada pielum dan parenkim ginjal.
Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas (pielonefritis) adalah
Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus, dan Enterococcus fecalis (Purnomo,
2011). Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK atas, antara lain
demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan perut, mual serta muntah, sakit
kepala, disuria, sering berkemih (Imam, 2013). Jumlah koloni bakteri yang
ditemukan pada pasien ISK atas sebesar >104 cfu (colony forming unit)/mL
(Grabe et al., 2013).
3. ISK berdasarkan kelaianan saluran kemih Berdasarkan kelainan saluran kemih ISK
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK
complicated (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran
kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran
kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada
pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik, kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran kemih,
obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya
kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika (Purnomo,
2012).

B. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak (Purnomo, 2014). Mikroorganisme memasuki saluran kemih
tersebut melalui empat cara, yaitu:

1. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit perineum,
dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan,
yaitu :

a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina

b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih

d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal

2. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal
yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.

3. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang
menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini jarang terjadi.

4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian kateter.

Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal
dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari
feses atau dubur masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembangbiak
didalam saluran kemih yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan pada saluran kemih. Dan
terjadilah infeksi saluran kemih yang mengakibatkan (Fitriani, 2013). ISK biasanya terjadi akibat
kolonisasi daerah periuretra oleh organisme virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung
kemih. Hanya pada 8 minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin terjadi karena
penyebaran hematogen. Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi laki-laki berisiko lebih tinggi
mengalami ISK, tetapi setelah itu ISK predominan pada anak perempuan. Suatu faktor risiko
penting pada anak perempuan adalah riwayat pemberian antibiotik yang mengganggu flora normal
dan mendorong pertumbuhan bakteri uropatogenik (Bernstein, 2016).

C. Tanda dan Gejala

1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk

berkemih namun tidak air yang keluar.

2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna putih,coklat,

atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.

3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.

4. Nyeri pada pinggang.

5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal(diiringi

rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah).

6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuhsembuh dapat

menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.


D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran
kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan
angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan
perawatan berupa :
a) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
b) Mencegah konstipasi
c) Perubahan pola hidup, diantaranya membersihkan perineum dari depan ke
belakang, pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun, menghilangkan
kebiasaan menahan buang air kecil, menghindari kopi, alkohol
2. Penatalaksanaan Medis Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari
(2014) penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui medikamentosa
yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10 hari untuk
eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk
meredakan gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan secara
empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat.. Pemberian obat ISK
pada penderita geriatri mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya
dengan memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar
albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
b) Urine kultur
• Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya:
streptococcus, E. Coli, dll
• Menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
b) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan:
1) Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2) Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.

G. Paparan Kasus
Ny. S berusia 30 th datang ke RS dengan keluhan nyeri saat berkemih sudah 3 hari, nyeri
terasa dari perut sampai ke pinggang, Klien sering menahan kencing karena malas beranjak dari
tempat tidur, warna urine kemerahan , klien juga sering menggigil, klien mengatakan jarang minum
air putih. Saat berkemih terasa tidak tuntas tuntas atau anyang anyangan, tidak ada riwayat
hipertensi dan diabetes. Hasil pemeriksaan fisik TD : 130/90 mmHg Nd : 98x/menit , RR :
22x/menit Sh: 38 C, akral hangat, Skala nyeri 5, mukosa bibir kering.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
b) Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri saat berkemih sudah 3 hari SMRS, dan saat berkemih terasa
tidak tuntas
c) Riwayat Penyakit sekarang
Ny. S mengeluh nyeri perut sampai ke pinggang, menggigil, saat berkemih masih
terasa sakit
d) Riwayat Alergi
Klien tiak ada riwayat alergi
e) Pola Eliminasi
Sebelum sakit BAB 1x/hari dan BAK 5-6/hari warna kuning jernih
Sesudah sakit BAB 1x sehari dan BAK 10x/hari warna kemerahan dan terasa nyeri
f) Pola Istirahat-Tidur
Klien tidur mulai jam 21.00 dan sering terbangun pada malam hari karena
merasakan nyeri perut dan sering kencing tapi tidak terasa tuntas
g) Pola Nutrisi
Klien jarang minum air putih kurang dari 3 gelas sehari. Makan 1 porsi habis 3x
sehari
h) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran Composmetis
TD: 130/90 mmHg
Nd: 98x/menit
RR: 22x/menit
Sh: 38 C
2) B1 (Breathing)
Bentuk dada simetris tiak ada nyeri tekan, sonor, suara nafas vesikuler
3) B2 (Blood)
TD: 130/90 mmHg
Nd: 98x/Menit
Darah Lengkap : Hb 10,2 gr/dl Leokosit 15.000 /µl Trombosi 237ribu /µl
Hematokrit : 40 %
Pemeriksaan urine : Leokosit 7-8/LPB, Eritrosit 5-6 /LPB, Bacteri positif
4) B3 (Brain)
Kesadaran composmetis
5) Bladder
Nyeri tekan bagian bawah abdomen bawah, Oliguria, Disuria
6) B5 ( Bowel)
Bising Usus normal
7) B6 (Bone)
Tidak ada oedeme
2. Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
1 DS Gangguan rasa nyaman Inflamasi dan infeksi
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih nyeri uretra
Klien
- Klien merasa tidak tuntas saat berkemih
atau anyang-anyangan
- Klien mengatakan BAK ±10x/ hari dan
terasa sakit

- Klien mengatakan nyeri dari perut ke


pinggang

DO

- Klien tampak meringis

- Skala nyeri 4

- Ada nyeri tekan bawah abdomen

TD : 130/90

Nd : 98x/menit

RR : 22x/menit

Sh : 38 C

-Mukosa tampak kering

- Warna Urine Kemerahan

2 DS Hipertermia Proses penyakit


-Klien mengatakan jarang minum air
putih
-Klien mengatakan sering menahan
kencing
- Klien mengatakan sering menggigil

DO
TD : 130/90
Nd : 98x/menit
RR : 22x/menit
Sh : 38 C
-Mukosa tampak kering
- Warna urine kemerahan
- Akral hangat
- Hasil Laboratorium
Pemeriksaan urine : Leokosit 8/LPB,
Eritrosit 6 /LPB, Bacteri positif
Darah Lengkap : Hb 10,2 gr/dl Leokosit
15.000 /µl Trombosi 237ribu /µl
Hematokrit : 40 %

3 DS Gangguan pola Iritasi kandung kemih


-Klien mengatakan Nyeri saat berkemih eliminasi urine
-Klien mengatakan nyeri dari perut ke
pinggang
-Klien mengatakan sering menahan
kencing
-Klien merasa tidak tuntas saat berkemih
atau anyang-anyangan
- Klien mengatakan BAK ±10x/ hari dan
terasa sakit

DO:
Ada nyeri tekan bawah abdomen
TD : 130/90
Nd : 98x/menit
RR : 22x/menit
Sh : 38 C
Mukosa tampak kering
Warna Urine Kemerahan
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan urine : Leokosit 7-8/LPB,
Eritrosit 5-6 /LPB, Bacteri positif
Darah Lengkap : Hb 10,2 gr/dl Leokosit
15.000 /µl Trombosi 237ribu /µl
Hematokrit : 40 %

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Tujuan: Nyeri berkurang • Kaji lokasi, intensitas dan
berhubungan Kriteria Hasil : skala nyeri setiap 6 jam
dengan • Klien mampu • Observasi reaksi nonverbal
inflamasi dan mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan
infeksi uretra dengan teknik • Ajarkan teknik relaksasi
non nyeri nafas dalam atau
farmakologis kompres hangat
• Skala nyeri • Ciptakan lingkungan yang
berkurang dari 5 aman an nyaman untuk klien
menjadi 2 • Kolaborasi dalam pemberian
• Ekspresi klien analgetic
rileks •

2. Hipertemia Tujuan : suhu tubuh • Monitor TTV/ 4jam


berhubungan dalam batas normal • Monitor warna dan suhu kulit
dengan Kriteria hasil : • Pantau intake dan output
proses • Suhu tubuh cairan
penyakit dalam rentang • Berikan kompres hangat
normal 36-37º C • Anjurkan klien cukup minum
• Nadi dan air putih
Respirasi normal • Kolaborasi dalam pemberian
(nadi Cairan intravena dan
60-100x/menit) antipiretik dan antibiotik
RR
(16-20x/menit)
• Tidak ada
perubahan warna
kulit

3 Gangguan Tujuan : Gangguan • Observasi frekuensi berkemih


pola Eliminasi urine hilang selama 24 jam
eliminasi Kriteria hasil : • Catat haluaran berkemih
urine • Klien merasa selama 24 jam
berhubungan puas saat • Jelaskan tanda dan gejala
dengan iritasi berkemih infeksi saluran kencing
kandung • Tidak ada nyeri • Anjurkan klien minum air
kemih saat BAK putih yang cukup
• Warna urine • Kolaborasi dalam pemberian
jernih antibiotik
• Klien tampak
rileks

Anda mungkin juga menyukai