Bahan Ajar Ketepatan Identifikasi
Bahan Ajar Ketepatan Identifikasi
Bahan Ajar Ketepatan Identifikasi
Akreditasi RS beralih dan berorientasi pada paradigma baru dimana penilaian akreditasi
didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator
standar utama penilaian akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012.
Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi pelayanan atau
pengobatan tertentu dengan mencocokan layanan atau perawatan dengan pasien
tersebut.5) Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang
berkode batang atau yang lain.
Sumber : JCI. Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit. 4th ed.
USA: Gramedia; 2011.
Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi
pelayanan atau pengobatan tertentu dengan mencocokkan layanan atau perawatan
dengan pasien tersebut .5 Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara
untuk mengidentifikasi pasien , seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang
berkode batang atau yang lain. Elemen dalam identifikasi pasien meliputi :
a. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk uji
klinis.
Pasien dilakukan identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
Definisi
Operasional dari identifikasi pasien meliputi:
1) Pasien diidentifikasi dengan menggunakan nama dan tanggal lahir/umur;
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah;
3) Pasien diidentifikasi sebelum diambil darah dan specimen lainnya;
4) Pasien diidentifikasi sebelum dilakukan tindakan/prosedur;
5) Ada kebijakan dan prosedur identifikasi pasien.
IPSG : 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (JCI) – IPSG atau International
Patient Safety Goal adalah sebuah standar yang diterbitkan oleh Joint Commission
International (JCI) sebagai bagian dari standar kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan
yang berfokus pada pasien.
Standar yang dimaksudkan adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien yang diharapkan, semaksimal mungkin. Keseluruhan standar JCI
memiliki 2 bagian yang terdiri dari 12 bab yang mencakup lebih dari 300 standar dan 1000
elemen penilaian yang harus dicapai untuk mendapatkan akreditasi dan sertifikasi dari JCI.
Salah satu standar tersebut adalah International Patient Safety Goals (IPSG) yang terdiri dari
6 standar baku. Berikut adalah 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (IPSG) yang
dikutip dari laman JCI :
Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly.
Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk of patient harm
resulting from falls
IDENTIFIKASI PASIEN
PENDAHULUAN
Rekam Medis adalah bukti tertulis maupun rekaman tentang identitas, anamnese, penentuan
fisik laboratorium, diagnosis serta segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada pasien dan pengobatan/perawatan, hal ini merupakan cermin kerja sama lebih dari
satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan dilakukan
setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien akan diawali dengan proses
identifikasi pasien, baik itu identifikasi sosial maupun identifikasi penyakit, pemeriksaan,
pengobatan dan tidakan medis lainnya.
Profesi kesehatan yang ada di institusi pelayanan kesehatan mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk mengisi berkas rekam medis selengkap mungkin dan dengan benar,
sesuai dengan profesinya masing-masing antara lain : dokter, perawat kesehatan, Radiolog,
perekam medis, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya.
Rekam medis yang baik harus memuat informasi yang lengkap mengenai apa, siapa ,
bilamana dan bagai mana pelayanan kesehatan diberkan kepada seorang pasien.
Oleh karena itu peran perekam medis dalam hal ini adalah pengisian data identifikasi pasien
sangat lah menentukan proses pelayanan yang akan diterima masien selanjutnya.
PENGERTIAN
Identifikasi artinya dalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan keterangan
tersebut dengan individu seseorang, dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat
mengetahui identitas seseorang dan dengan identitas tersebut kita dapat mengenal seseorang
dengan membedakan dari orang lain.
Sebaiknya identifikasi pasien dilakukan sebelum pasien diperiksa/dirawat, oleh karena itu
sedapat mungkin keterangan-keterangan dapat diminta langsung kepada pasien sendiri,
tetapi bila tidak mungkin dapat dimintakan keterangan kepada famili atau teman terdekat
yang ada.
Pengumpulan data identifikasi di rumah sakit sebaiknya dilakukan dengan cara wawancara
dan pengisian formulir dan akan lebih baik bila didukung dengan keterangan-keterangan
lain yang bersifal legal, misalnya KTP, Pasport, SIM dsb.
1. Petugas harus tenang, ramah, sopan dalam menghadapi pasien, mendengarkan dengan
penuh perhatian dan sabar menjelaskan hal-hal yang ditanyakan, perlu di ingat bahwa
orang yang datang dirumah sakit adalah orang yang dalam kesusahan, sehingga
kemungkinan emosinya kadang tidak terkontrol dan kesan pertama pasien kepada rumah
sakit terletak pada pelayanan di tempat penerimaan pasien (Admission office)
2. Petugas harus teliti dalam mencatat data identitas pasien
3. Harus ada petunjuk tertulis tentang tata cara pencatatan atau penulisan yang harus diikuti
oleh semua petugas, seperti cara penulisan nama, gelar dsb.
Untuk dapat mencatat data identifikasi pasien yang lengkap dari pasien maka perlu
disediakan kolom-kolom dan cara pengisiannya/penulisannya.
2. Nama Pasien
a. Apabila dengan wawancara, penyebutan nama sebaiknya dengan di eja, ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan dalam penulisan nama.
b. Nama pasien harus lengkap (bukan nama panggilan)
c. Nama pasien sendiri
d. Bagi pasien wanita yang bersuami, ditulis dengan NAMA SENDIRI baru di ikuti nama
suami. Misalnya, : Ny. Suhatini Suwardjo dsb
e. Nama marga ditulis dibelakang nama sendiri, misalnya : Ny.Suciati Sihite
f. Gelar ditulis dibelakang nama, misalnya : Gunarto, Drs, Gunarsih, dr. dsb.
g. Penulisan nama harus dengan huruf cetak atau capital.
h. Pencatatan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan. Dsb
3. Alamat
Penulisan alamat sebaiknya ditulis alamat tinggal sekarang (sesuai dengan KTP), dengan
mencatat nama jalan, nomor rumah, RT?RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten atau Kota
Madya dan Kode Pos.
5. Umur
Diisi sesuai isian/kolom yang disediakan, misalnya jika umurnya masih dalam hari maka
penulisan diletakan dalam kolom hari, jika umurnya bulan maka penulisan dalam kolom
bulan dst.
6. Jenis Kelamin
Diisi yang jelas.
7. Status Perkawinan
a. Kawin
b. Belum/Tidak kawin
c. Duda
d. Janda
8. Agama
a. Islam
b. Protestan
c.Roma Khatolik
d. Hindu
e. Budha
f. Lainnya (………)
9. Pendidikan
a. Belum/Tidak tamat SD d. Tamat SLTA
b. Tamat SD e. Tamat Akademi
c. Tamat SLTP f. Tamat Universitas/PT
10. Pekerjaan
Ditulis pekerjaan pasien dan alamat pekerjaan lengkap dengan nomor telepon.
11. KTP
Nomor KTP harus ditulis dengan l;engkap dan jelas.
PENUTUP
Dalam mencatat data identitas pasien sebainya diusahakan sebanyak banyaknya, selengkap
lengkapnya dan dengan banar, jika dalam mencari data pasien dapat diperoleh dengan
selelengkap mungkin dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan maka dengan bukti-
bukti itu kita dapat menetapkan jati diri seorang pasien dengan tepat.
https://sriwahyuhandayani.wordpress.com/2010/05/04/identifikasi-pasien/
BAB I
PENDAHULUAN
Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan pengobatan.
Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah
pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar
sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin
mengalami disabilitas sensori, atau akibat situasi lain.
Untuk mencegah kesalahan tadi diperlukan metode yang pertama, cara yang dapat
dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut.
Rumah Sakit mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien. Nomor kamar atau lokasi
pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di rumah sakit,
seperti di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau
kamar operasi. Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk memastikan telah
mengatur semua situasi yang memungkinkan untuk diidentifikasi.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien di RS .
Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien
selama perawatan di rumah sakit
2. Mencegah kejadian / kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi. Kesalahan ini dapat
berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan modifikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan
pemeriksaan diagnostik.
3. Mencegah kejadian cidera pada pasien.
BAB II
PENGERTIAN
2.1 Pengertian
Pengertian identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut
dengan individu seseorang.
Gelang identifikasi pasien adalah suatu alat berupa gelang identifikasi yang dipasangkan kepada
pasien secara individual yang digunakan sebagai identitas pasien yang menjalani rawat inap.
BAB III
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD),
pasien rawat jalan dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur ( sebelum pemberian obat,
sebelum pemberian tranfusi darah dan produk darah, sebelum pengambilan sample untuk
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, sebelum dilakukan pengobatan / tindakan
lain).
2. Pelaksana panduan ini adalah semua tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung yang bekerja di
rumah sakit.
BAB IV
TATA LAKSANA
h. Gelang identifikasi Alergi sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pasien,
yaitu:
1) Nama Pasien
2) Nomor rekam medis pasien
3) Jenis Alergi
i. Gelang identifikasi Risiko Jatuh sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
1) Nama psien
2) Nomor rekam medis pasien
3) Tingkat Risiko Jatuh
j. Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien.
k. Nama tidak boleh disingkat, nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
l. Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang identifikasi. Ganti gelang identifikasi jika
terdapat kesalahan penulisan data.
m. Jika gelang identifikasi terlepas atau rusak, segera berikan gelang identifikasi yang baru.
n. Gelang Identifikasi harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di rumah sakit.
o. Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
p. Periksa ulang detail data di gelang identifikasi sebelum dipakaikan ke pasien.
q. Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: “Siapa nama
Anda?” (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Apakah nama anda Ibu Susi?”)
r. Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien tidak sadar, bayi, afasia,
disatria, gangguan jiwa). Verifikasi identitas pasien kepada keluarga/pengantarnya. Jika mungkin,
gelang identifikasi jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu
intervensi. Tanya ulang nama pasien dan nomor Rekam Medis, kemudian bandingkan jawaban
pasien dengan data yang tertulis di gelang identitas.
s. Semua pasien rawat inap menggunakan minimal 1 gelang identifikasi.
t. Pengecekan gelang identifikasi dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
u. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan gelang
identifikasi terpasang dengan baik.
v. Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan membandingkan
data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang identifikasi.
w. Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang identifikasi:
1) Hal ini dikarenakan pasien menolak penggunaan gelang identifikasi
2) Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika gelang identifikasi tidak dipakai.
Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis pasien.
3) Jika pasien menolak menggunakan gelang identifikasi, petugas harus memotivasi pasien serta
menjelaskan tujuan pemasangan gelang identifikasi serta risiko jika tidak memakai gelang
identifikasi, dan jika pasien tetap menolak, maka pasien harus menandatangani penolakan tindakan.
6. Tatalaksana Identifikasi Pasien yang akan Dilakukan Pengambilan dan Pemberian Darah
a. Identifikasi, pengambilan sample, penerimaan dan penyerahan komponen darah (transfusi)
merupakan tanggungjawab Perawat / Bidan.
b. Dua orang Perawat / Bidan yang kompeten harus memastikan kebenaran: data demografik pada
kantong darah, nomor register darah, jenis darah, golongan darah, pada pasien dan yang tertera
pada kantong darah, waktu kadaluwarsanya, dan identitas pasien pada gelang Identitas.
c. Perawat / Bidan harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan nomor rekam medis.
d. Jika Perawat / Bidan tidak yakin/ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan transfusi
darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.
9. Tatalaksana Identifikasi Nama Pasien yang Sama di Ruangan Rawat Inap
a. Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus diinformasikan kepada perawat yang bertugas
setiap kali pergantian jaga (Breafing, Debreafing)
b. Jika dalam satu ruang terdapat pasien dengan nama sama, pada cover luar folder rekam medik dan
semua formulir permintaan penunjang harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA
SAMA”.
1. Gelang berwarna merah muda/pink untuk pasien berjenis kelamin perempuan
2. Gelang berwarna biru untuk pasien berjenis kelamin laki-laki
3. Gelang berwarna merah untuk pasien dengan alergi tertentu.
Catatan: Semua pasien harus ditanyakan apakah mereka memiliki alergi tertentu. Semua jenis alergi
harus dicatat pada rekam medis pasien.
4. Gelang berwarna kuning untuk pasien dengan risiko jatuh.
Catatan: Semua pasien harus dikaji apakah mereka berisiko jatuh dan dicatat pada rekam medisnya,
gelang berwarna kuning dipasang pada pasien dengan kategori risiko sedang dan tinggi.
5. Gelang warna ungu untuk pasien Do Not Resuscitate (DNR).
6. Stempel “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” untuk pasien yang namanya sama dirawat
dalam satu ruang yang sama.
III. Melepas Gelang Identifikasi
1. Gelang identifikasi (Gelang Pink/Gelang Biru), hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari
rumah sakit.
2. Gelang untuk alergi (Gelang merah), hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari rumah sakit.
3. Gelang untuk risiko jatuh (Gelang Kuning), hanya dilepas saat pasien sudah tidak berisiko jatuh.
4. Yang bertugas melepas gelang identifikasi adalah perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien
selama masa perawatan di rumah sakit.
5. Gelang identifikasi dilepas setelah semua proses selesai dilakukan. Proses ini meliput: pemberian
obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan mengenai rencana perawatan selanjutnya
kepada pasien dan keluarga.
6. Gelang identifikasi yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-potongan kecil
sebelum dibuang ke tempat sampah, khusus untuk bayi disimpan didalam berkas RM.
7. Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi sementara (saat masih di
rawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan gelang identifikasi mengganggu suatu prosedur.
Segera setelah prosedur selesai dilakukan, gelang identifikasi dipasang kembali.
BAB V
DOKUMENTASI
Dokumentasi Identitas pasien dicatat pada gelang pasien, lembar Rekam Medis, lembar pengantar
pemeriksaan penunjang, dan sensus harian. Setiap pelaporan dan pencatatan insiden yang
berhubungan dengan identifikasi pasien akan dipantau dan ditindaklanjuti oleh Tim KPRS.
BAB VI
PENUTUP
Panduan ini kami susun untuk menjadi acuan pelaksanaan peningkatan ketelitian identifikasi pasien
di RS. Proses identifikasi pasien ini berlaku untuk semua staf rumah sakit yang terkait dalam
memberikan layanan kepada pasien. Ketepatan mengidentifikasi pasien harus dimulai pada saat
kontak pertama dengan pasien dan itu merupakan tanggung jawab semua staf rumah sakit apakah
itu klinisi atau admisi. Seiring dengan ini diharapkan proses identifikasi pasien berjalan dengan baik
di rumah sakit ini.
https://sasarankeselamatanpasien.blogspot.com/2017/05/panduan-identifikasi-
pasien.html
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Pelayanan
kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien. Namun diakui dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (Adverse
Event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Kasih Ibu Surakarta berkomitmen untuk menjalankan program Keselamatan Pasien dengan
memperhatikan Enam Sasaran Keselamatan Pasien sesuai dengan International Patient Safety
Goals yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh