Bahan Ajar Ketepatan Identifikasi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

identifikasi pasien yang merupakan salah satu bagian penting dari keselamatan pasien.

Akreditasi RS beralih dan berorientasi pada paradigma baru dimana penilaian akreditasi
didasarkan pada pelayanan berfokus pada pasien. Keselamatan pasien menjadi indikator
standar utama penilaian akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012.

identifikasi pasien belum dilakukan


dengan baik, sesuai hasil kuesioner dan pengamatan masih ditemukan pasien rawat
inap yang belum menggunakan gelang identitas, 100% petugas belum memberikan
edukasi tentang manfaat penggunaan gelang identitas pasien, dan 85% petugas belum
melaksanakan identifikasi secara benar. Pelaksanaan identifikasi berdasar nama dan
nomor kamar pasien. Walaupun sosialisasi, ronde patient safety, pemasangan poster
identifikasi pasien telah di lakukan dan semua dokumen tentang identifikasi pasien
telah lengkap.

Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi pelayanan atau
pengobatan tertentu dengan mencocokan layanan atau perawatan dengan pasien
tersebut.5) Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang
berkode batang atau yang lain.

Dalam hal ini nomor kamar pasien atau lokasi tidak


digunakan.
Identifikasi ini digunakan dua identitas di lokasi yang berbeda dalam
rumah sakit, seperti rawat inap, rawat jalan dan IGD atau kamar operasi.

Sumber : JCI. Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit. 4th ed.
USA: Gramedia; 2011.

Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan diberi
pelayanan atau pengobatan tertentu dengan mencocokkan layanan atau perawatan
dengan pasien tersebut .5 Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara
untuk mengidentifikasi pasien , seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir, gelang
berkode batang atau yang lain. Elemen dalam identifikasi pasien meliputi :
a. Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk uji
klinis.
Pasien dilakukan identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.

Definisi
Operasional dari identifikasi pasien meliputi:
1) Pasien diidentifikasi dengan menggunakan nama dan tanggal lahir/umur;
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah;
3) Pasien diidentifikasi sebelum diambil darah dan specimen lainnya;
4) Pasien diidentifikasi sebelum dilakukan tindakan/prosedur;
5) Ada kebijakan dan prosedur identifikasi pasien.

Definisi operasional dari Sosialisasi kebijakan Patient Safety meliputi mengadakan


pertemuan khusus untuk memberikan sosialisasi tentang patient safety , melakukan Ronde
patient safety dan pemasangan poster identifikasi pasien di ruang rawat inap, IGD
dan rawat jalan

1. Pasien dipakaikan gelang identitas setelah mendapat pelayanan di IDG/ poliklinik


2. Gelang identitas sesuai dengan identitas pasien
3. Apakah pasien/keluarga mengerti tujuan penggunaan gelang identitas
4. Apakah petugas menjelaskan fungsi/tujuan penggunaan gelang identitas
5. Apakah pasien diidentifikasi dengan menggunakan minimal dua identitas pasien
(nama dan umur/tanggal lahir/alamat) ?
6. Apakah pasien ditanya nama dan umur/tanggal lahir/alamat sebelum pemberian obat,
darah atau produk darah (minimal 2 identitas) ?
7. Apakah pasien ditanya nama dan umur/tanggal lahir/alamat sebelum mengambil
darah dan spesimen lain untuk uji klinis (minimal 2 identitas) ?
8. Apakah pasien ditanya nama dan umur/tanggal lahir/alamat sebelum pemberian
pengobatan dan tindakan/prosedur (minimal 2 identitas) ?

Sasaran Keselamatan Pasien –


International Patient Safety Goals (IPSG)
5 Desember 2019 MAA-HS 0 Komentar

IPSG : 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (JCI) – IPSG atau International
Patient Safety Goal adalah sebuah standar yang diterbitkan oleh Joint Commission
International (JCI) sebagai bagian dari standar kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan
yang berfokus pada pasien.

Standar yang dimaksudkan adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien yang diharapkan, semaksimal mungkin. Keseluruhan standar JCI
memiliki 2 bagian yang terdiri dari 12 bab yang mencakup lebih dari 300 standar dan 1000
elemen penilaian yang harus dicapai untuk mendapatkan akreditasi dan sertifikasi dari JCI.

Salah satu standar tersebut adalah International Patient Safety Goals (IPSG) yang terdiri dari
6 standar baku. Berikut adalah 6 Goals Keselamatan Pasien di Rumah Sakit (IPSG) yang
dikutip dari laman JCI :
Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly.

Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:

 Nama lengkap dan tanggal lahir, atau


 Nama lengkap dan nomor medical record, atau
 Nama lengkap dan alamat

Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif/Improve Effective Communication

 Melakukan proses feedback saat menerima instruksi per telepon


 Melakukan hand over saat serah terima pasien
 Melakukan critical result dalam waktu 30 menit
 Menggunakan singkatan yang dibakukan.

Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan perhatian/Improve


the safety of High-Alert Medications

Tidak menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan (termasuk potassium


chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl >0.9%)

Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan/Ensure


Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery

 Melakukan site marking


 Menggunakan dan melengkapi surgical checklist
 Melakukan time out
Mengurangi Risiko Infeksi/ Reduce the risk of health care-Associated Infections

Melakukan cuci tangan pada saat :

 Sebelum kontak dengan pasien


 Sebelum melakukan tindakan aseptic
 Setelah kontak dengan cairan tubuh
 Setelah kontak dengan pasien
 Setelah kontak dengan lingkungan pasien

Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk of patient harm
resulting from falls

 Melakukan pengkajian awal dan berkala mengenai risiko pasien jatuh.


 Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi.

IDENTIFIKASI PASIEN

{ Mei 4, 2010 @ 5:06 pm } · { Uncategorized }

PENDAHULUAN

Rekam Medis adalah bukti tertulis maupun rekaman tentang identitas, anamnese, penentuan
fisik laboratorium, diagnosis serta segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada pasien dan pengobatan/perawatan, hal ini merupakan cermin kerja sama lebih dari
satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Bukti tertulis pelayanan dilakukan
setelah pemeriksaan tindakan, pengobatan sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien akan diawali dengan proses
identifikasi pasien, baik itu identifikasi sosial maupun identifikasi penyakit, pemeriksaan,
pengobatan dan tidakan medis lainnya.

Fungsi rekam medis adalah :…..

1. Sebagai sumber informasi medis


2. Alat komunikasi
3. Bukti tertulis tentang pelayanan
4. Alat untuk analisis dan evaluasi kualitas pelayanan
5. Untuk penelitian dan pendidikan
6. Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumber daya

Profesi kesehatan yang ada di institusi pelayanan kesehatan mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk mengisi berkas rekam medis selengkap mungkin dan dengan benar,
sesuai dengan profesinya masing-masing antara lain : dokter, perawat kesehatan, Radiolog,
perekam medis, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya.
Rekam medis yang baik harus memuat informasi yang lengkap mengenai apa, siapa ,
bilamana dan bagai mana pelayanan kesehatan diberkan kepada seorang pasien.
Oleh karena itu peran perekam medis dalam hal ini adalah pengisian data identifikasi pasien
sangat lah menentukan proses pelayanan yang akan diterima masien selanjutnya.

PENGERTIAN

Identifikasi artinya dalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan keterangan
tersebut dengan individu seseorang, dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat
mengetahui identitas seseorang dan dengan identitas tersebut kita dapat mengenal seseorang
dengan membedakan dari orang lain.

Untuk mengadakan identifikasi kita memerlukan 3 hal :

1. Mengenali secara fisik :


a. Melihat wajah/fisik seseorang secara umum.
b. Membandingkan seseorang dengan gambar/foto

2. Memperoleh keterangan pribadi


Yang dimaksud dengan keterangan pribadi antara lain
a. Nama
b. Alamat
c. Agama
d. Tempat/Tanggal lahir
e. Tanda tangan
f. Nama orang tua/Suami/Istri dsb

3. Mengadakan penggabungan antara pengenalan fisik dengan keteranga pribadi, dari


penggabungan tersebut biasanya yang paling dapat dipercaya berupa : KTP, Pasport, SIM
dsb.

PENGUMPULAN DATA IDENTIFIKASI

1. Cara pengumpulan identifikasi dapat dilakukan dengan cara :


a. Wawancara langsung dengan sumbernya atau orang lain, biasanya sebelum wawancara
dimulai sudah disiapkan pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan.
b. Mengisi formulir identifikasi oleh orang yang bersangkutan, dalam membuat format isian
buatlah pertanyaan-pertanyaan yang jelas sehingga mudah diisi dan tidak ragu-ragu.
c. Gabungan wawancara dengan mengisi formulir, setelah formulir diisi maka dilanjutkan
dengan wawancara untuk meyakinkan isian yang telah dibuat, shingga informasi yang
diperoleh akan lebih akurat.

2. Keakuratan data identifikasi


a. Data identifikasi bisa tidak akurat/benar karena memang dibuat tidak benar untuk tujuan
tertentu.
b. Pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat menimbulkan kesalahfahaman sehingga
data yang diperoleh kurang akurat/kurang jelas, atau karena situasi tertentu sehingga
seseorang takut/malu mengungkapkan identitas.

DATA IDENTIFIKASI PASIEN DI RUMAH SAKIT


Setiap berkas rekam medis pasien dirumah sakit pasti memuat data identifikasi pasien, oleh
karena itu dapat dibayangkan betapa sangat banyaknya tersimpan data identikasi pasien di
rumah sakit.
Unit rekam medis sangat pertanggung jawab atas kelengkapan data identifikasi setiap
pasien, maka dalam memperoleh data identifikasi pasien harus diperoleh data selengkap
mungkin sehingga dalam proses pelayanan kesehatan selanjutnya akan berjalan dengan
baik.
Masalah masalah yang timbul akibat dari kesalahan identifikasi akan menyebabkan kerugian
bagi rumah sakit karena akan terjadi pemborosan waktu, tenaga, materi ataupun pekerjaan
yang tidak efisien dan lebih jauh akan merugikan pasien itu sendiri, misalnnya kesalahan
pemberian obat/tindakan dsb.

Sebaiknya identifikasi pasien dilakukan sebelum pasien diperiksa/dirawat, oleh karena itu
sedapat mungkin keterangan-keterangan dapat diminta langsung kepada pasien sendiri,
tetapi bila tidak mungkin dapat dimintakan keterangan kepada famili atau teman terdekat
yang ada.
Pengumpulan data identifikasi di rumah sakit sebaiknya dilakukan dengan cara wawancara
dan pengisian formulir dan akan lebih baik bila didukung dengan keterangan-keterangan
lain yang bersifal legal, misalnya KTP, Pasport, SIM dsb.

HAL –HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENERIMA PASIEN

1. Petugas harus tenang, ramah, sopan dalam menghadapi pasien, mendengarkan dengan
penuh perhatian dan sabar menjelaskan hal-hal yang ditanyakan, perlu di ingat bahwa
orang yang datang dirumah sakit adalah orang yang dalam kesusahan, sehingga
kemungkinan emosinya kadang tidak terkontrol dan kesan pertama pasien kepada rumah
sakit terletak pada pelayanan di tempat penerimaan pasien (Admission office)
2. Petugas harus teliti dalam mencatat data identitas pasien
3. Harus ada petunjuk tertulis tentang tata cara pencatatan atau penulisan yang harus diikuti
oleh semua petugas, seperti cara penulisan nama, gelar dsb.

TATA CARA PENCATATAN DATA IDENTIFIKASI PASIEN DI RS

Untuk dapat mencatat data identifikasi pasien yang lengkap dari pasien maka perlu
disediakan kolom-kolom dan cara pengisiannya/penulisannya.

1. Nomor Rekam Medis


Diisi berdasarkan dalam urutan nomor rekam medis yang sudah disiapkan, sesuai dengan
aturan dari masing-masing rumah sakit.

2. Nama Pasien
a. Apabila dengan wawancara, penyebutan nama sebaiknya dengan di eja, ini dilakukan
untuk menghindari kesalahan dalam penulisan nama.
b. Nama pasien harus lengkap (bukan nama panggilan)
c. Nama pasien sendiri
d. Bagi pasien wanita yang bersuami, ditulis dengan NAMA SENDIRI baru di ikuti nama
suami. Misalnya, : Ny. Suhatini Suwardjo dsb
e. Nama marga ditulis dibelakang nama sendiri, misalnya : Ny.Suciati Sihite
f. Gelar ditulis dibelakang nama, misalnya : Gunarto, Drs, Gunarsih, dr. dsb.
g. Penulisan nama harus dengan huruf cetak atau capital.
h. Pencatatan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan. Dsb

3. Alamat
Penulisan alamat sebaiknya ditulis alamat tinggal sekarang (sesuai dengan KTP), dengan
mencatat nama jalan, nomor rumah, RT?RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten atau Kota
Madya dan Kode Pos.

4. Tempat dan Tanggal Lahir


Dicatat selengkap mungkin.

5. Umur
Diisi sesuai isian/kolom yang disediakan, misalnya jika umurnya masih dalam hari maka
penulisan diletakan dalam kolom hari, jika umurnya bulan maka penulisan dalam kolom
bulan dst.

6. Jenis Kelamin
Diisi yang jelas.

7. Status Perkawinan
a. Kawin
b. Belum/Tidak kawin
c. Duda
d. Janda

8. Agama
a. Islam
b. Protestan
c.Roma Khatolik
d. Hindu
e. Budha
f. Lainnya (………)

9. Pendidikan
a. Belum/Tidak tamat SD d. Tamat SLTA
b. Tamat SD e. Tamat Akademi
c. Tamat SLTP f. Tamat Universitas/PT

10. Pekerjaan
Ditulis pekerjaan pasien dan alamat pekerjaan lengkap dengan nomor telepon.

11. KTP
Nomor KTP harus ditulis dengan l;engkap dan jelas.

12. Suku Bangsa


Ditulis sesuai dengan sukunya
13. Nama Keluarga terdekat/Nama penanggung jawab pasien
Tulislah nama dan alamat dengan lengkap serta hubungan keluarga dengan pasien (anak,
istri, adik dsb).
14. Penanggung jawab biaya perawatan
Tulis nama dan alamat jika peroranga tulis hubungan keluarga, jika instansi tulis nama
instansi alamatnya.

PENUTUP

Dalam mencatat data identitas pasien sebainya diusahakan sebanyak banyaknya, selengkap
lengkapnya dan dengan banar, jika dalam mencari data pasien dapat diperoleh dengan
selelengkap mungkin dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan maka dengan bukti-
bukti itu kita dapat menetapkan jati diri seorang pasien dengan tepat.

https://sriwahyuhandayani.wordpress.com/2010/05/04/identifikasi-pasien/

Panduan Identifikasi Pasien

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan pengobatan.
Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, adalah
pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar
sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin
mengalami disabilitas sensori, atau akibat situasi lain.

Untuk mencegah kesalahan tadi diperlukan metode yang pertama, cara yang dapat
dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pelayanan atau pengobatan; dan kedua, mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut.

Rumah Sakit mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien
ketika pemberian obat, darah  atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis; atau memberikan pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur
memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien. Nomor kamar atau lokasi
pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di rumah sakit,
seperti di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau
kamar  operasi. Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk memastikan telah
mengatur semua situasi yang memungkinkan untuk diidentifikasi.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien di RS .

Tujuan Khusus

1.        Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien
selama perawatan di rumah sakit
2.        Mencegah kejadian / kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi. Kesalahan ini dapat
berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan modifikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan
pemeriksaan diagnostik.
3.        Mencegah kejadian cidera pada pasien.

BAB II

PENGERTIAN

2.1 Pengertian
Pengertian identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut
dengan individu seseorang.
Gelang identifikasi pasien adalah suatu alat berupa gelang identifikasi yang dipasangkan kepada
pasien secara individual yang digunakan sebagai identitas pasien yang menjalani rawat inap.

2.2 Prinsip Identifikasi Pasien


1.        Semua pasien rawat inap, IGD, IRJ dan yang akan menjalani suatu prosedur, harus diidentifikasi
dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama masa perawatannya.
2.        Kapanpun dimungkinkan, pasien rawat inap harus menggunakan gelang identifikasi dengan minimal
2 data (nama pasien, dan nomer rekam medis).
3.        Tujuan utama tanda identifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi pemakainya.
4.        Gelang identifikasi ini digunakan pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat,
darah atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis;
pemberian pengobatan atau tindakan lain.

2.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab


1.        Seluruh staf Rumah Sakit
a.         Memahami dan menerapkan prosedur identifikasi pasien.
b.         Memastikan identifikasi pasien yang benar ketika pemberian obat, darah atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau
tindakan lain.
c.         Melaporkan kejadian salah identifikasi pasien; termasuk hilangnya gelang pengenal.
2.        SDI yang bertugas
a.         Staf Pendaftaran melakukan pendaftaran identitas pasien berdasarkan Identitas yang berlaku (KTP)
dan mencetaknya bagi yang belum punya KTP bisa menggunakan kartu identitas lain ( Akta
Kelahiran, Kartu Pelajar atau Kartu Keluarga).
b.         Perawat / Bidan Penanggung Jawab pasien bertanggung jawab memakaikan gelang identifikasi
pasien dan memastikan kebenaran data yang tercatat di gelang pengenal.
c.         Perawat / Bidan Penanggung Jawab pasien memastikan gelang identifikasi terpasang dengan baik.
Jika terdapat kesalahan data, gelang identifikasi harus diganti, dan bebas coretan.
3.        Kepala Instalasi / Kepala Ruang / Tim KPRS
a.         Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur identifikasi pasien dan menerapkannya.
b.         Menyelidiki semua insiden salah identifikasi pasien dan memastikan terlaksananya suatu tindakan
untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.        Kepala Bidang / Kepala Bagian
a.         Memantau dan memastikan panduan identifikasi pasien dikelola dengan baik oleh kepala instalasi.
b.         Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi pasien.

BAB III
RUANG LINGKUP
1.         Panduan ini diterapkan kepada semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD),
pasien rawat jalan dan pasien yang akan menjalani suatu prosedur ( sebelum pemberian obat,
sebelum pemberian tranfusi darah dan produk darah, sebelum pengambilan sample untuk
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, sebelum dilakukan pengobatan / tindakan
lain).
2.         Pelaksana panduan ini adalah semua tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi, bidan dan tenaga
kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf pendukung yang bekerja di
rumah sakit.

BAB IV
TATA LAKSANA

       I.            Tatalaksana Identifikasi


1.      Tatalaksana Gelang Identifikasi Pasien
a.       Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau
tindakan lainnya.
b.      Pakaikan gelang identifikasi di pergelangan tangan pasien, jelaskan dan pastikan gelang terpasang
dengan baik dan nyaman untuk pasien.
c.       Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki. Pada situasi di
mana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang identifikasi dapat dipakaikan di baju pasien di
area yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat di rekam medis pasien. Gelang identifikasi harus
dipasang ulang jika baju pasien diganti dan harus selalu menyertai pasien sepanjang waktu.
d.      Jika pasien alergi terhadap gelang identifikasi, maka gelang identifikasi dilapisi dengan kassa.
e.       Pada kondisi tidak memakai baju, gelang identifikasi harus menempel pada badan pasien dengan
menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini harus di catat di rekam medis pasien.
f.       Gelang identifikasi pasien dan gelang alergi hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari
rumah sakit. Gelang risiko jatuh hanya boleh dilepas apabila pasien sudah tidak berisiko jatuh.
g.      Gelang identifikasi pasien (Gelang Pink/Gelang Biru) sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
1)      Nama pasien minimal 2 kata, jika kurang dari 2 kata ditambahkan dengan nama nasab ibu kandung,
Nama pasien sesuai dengan nama yang tercantum dalam KTP.
2)      Nomor rekam medis pasien
3)      Tanggal lahir

h.         Gelang identifikasi Alergi sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pasien,
yaitu:
1)      Nama Pasien
2)      Nomor rekam medis pasien
3)      Jenis Alergi
                                  i.          Gelang identifikasi Risiko Jatuh sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
1)      Nama psien
2)      Nomor rekam medis pasien
3)      Tingkat Risiko Jatuh
j.        Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien.
k.      Nama tidak boleh disingkat, nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
l.        Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang identifikasi. Ganti gelang identifikasi jika
terdapat kesalahan penulisan data.
m.    Jika gelang identifikasi terlepas atau rusak, segera berikan gelang identifikasi yang baru.
n.      Gelang Identifikasi harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di rumah sakit.
o.      Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
p.      Periksa ulang detail data di gelang identifikasi sebelum dipakaikan ke pasien.
q.      Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: “Siapa nama
Anda?” (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Apakah nama anda Ibu Susi?”)
r.        Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien tidak sadar, bayi, afasia,
disatria, gangguan jiwa). Verifikasi identitas pasien kepada keluarga/pengantarnya. Jika mungkin,
gelang identifikasi jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu
intervensi. Tanya ulang nama pasien dan nomor Rekam Medis, kemudian bandingkan jawaban
pasien dengan data yang tertulis di gelang identitas.
s.       Semua pasien rawat inap menggunakan minimal 1 gelang identifikasi.
t.        Pengecekan gelang identifikasi dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
u.      Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan gelang
identifikasi terpasang dengan baik.
v.      Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan membandingkan
data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang identifikasi.
w.    Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang identifikasi:
1)      Hal ini dikarenakan pasien menolak penggunaan gelang identifikasi
2)      Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika gelang identifikasi tidak dipakai.
Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis pasien.
3)      Jika pasien menolak menggunakan gelang identifikasi, petugas harus memotivasi pasien serta
menjelaskan tujuan pemasangan gelang identifikasi serta risiko jika tidak memakai gelang
identifikasi, dan jika pasien tetap menolak, maka pasien harus menandatangani penolakan tindakan.

2.      Tindakan/prosedur yang membutuhkan identifikasi


a.       Berikut adalah prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien:
a)      Pemberian obat-obatan
b)     Prosedur pemeriksaan radiologi (rontgen, CT Scan, dan sebagainya)
c)      Intervensi pembedahan dan prosedur invasive, pengobatan/ tindakan lainnya.
d)     Pengambilan sampel (misalnya darah, tinja, urin, dan sebagainya)
e)      Pemberian tranfusi dan produk darah
f)      Transfer pasien
g)     Konfirmasi kematian
b.      Para staf RS Muhammadiyah Tuban harus mengkonfirmasi identifikasi pasien dengan benar dengan
menanyakan nama dan nomor rekam medis, kemudian mencocokkan dengan yang tercantum di
rekam medis dan gelang identifikasi. Jangan menyebutkan nama, nomor rekam medis dan meminta
pasien untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya/tidak.
c.       Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak memakai gelang identifikasi. Gelang
identifikasi harus dipakaikan ulang oleh perawat yang bertugas menangani pasien secara personal
sebelum pasien menjalani suatu prosedur.

3.      Tatalaksana Identifikasi Pasien Pada Pemberian Obat-Obatan


a.       Perawat harus memastikan identitas pasien dengan benar sebelum melakukan prosedur, dengan
cara:
i.        Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan nomor rekam medis.
ii.      Periksa dan cocokkan data pada gelang identifikasi dengan rekam medis. Jika data yang diperoleh
sama, lakukan prosedur/berikan obat.
iii.    Jika terdapat ≥ 2 pasien di ruangan rawat inap dengan nama yang sama, periksa ulang identitas
dengan melihat alamat rumahnya.
b.      Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus diperoleh sebelum pemberian obat
dilakukan.
4.      Tatalaksana Identifikasi Pasien yang Menjalani Pemeriksaan Radiologi
a.       Petugas Radiologi harus memastikan identitas pasien dengan benar sebelum melakukan prosedur,
dengan cara:
i.        Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan nomor rekam medisnya.
ii.      Periksa dan cocokkan data pada gelang pengenal dengan rekam medis. Jika data yang diperoleh
sama, lakukan prosedur.
iii.    Jika terdapat ≥ 2 pasien di Instalasi radiologi dengan nama yang sama, periksa ulang identitas
dengan melihat alamat rumahnya.
b.      Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus diperoleh sebelum pajanan radiasi
(exposure) dilakukan.

5.      Tatalaksana Identifikasi Pasien yang Menjalani Tindakan Operasi


a.       Petugas di kamar operasi harus mengkonfirmasi identitas pasien.
b.      Jika diperlukan untuk melepas gelang identifikasi selama dilakukan operasi, tugaskanlah seorang
perawat di kamar operasi untuk bertanggungjawab melepas dan memasang kembali gelang
identifikasi pasien.
c.       Gelang identifikasi yang dilepas harus ditempatkan di depan rekam medis pasien.

6.      Tatalaksana Identifikasi Pasien yang akan Dilakukan Pengambilan dan Pemberian Darah
a.       Identifikasi, pengambilan sample, penerimaan dan penyerahan komponen darah (transfusi)
merupakan tanggungjawab Perawat / Bidan.
b.      Dua orang Perawat / Bidan yang kompeten harus memastikan kebenaran: data demografik pada
kantong darah, nomor register darah, jenis darah, golongan darah, pada pasien dan yang tertera
pada kantong darah, waktu kadaluwarsanya, dan identitas pasien pada gelang Identitas.
c.       Perawat / Bidan harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan nomor rekam medis.
d.      Jika Perawat / Bidan tidak yakin/ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan transfusi
darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.

7.      Tatalaksana Identifikasi pada Bayi Baru Lahir atau Neonatus


a.       Gunakan gelang pengenal di ekstremitas yang berbeda.
b.      Untuk bayi baru lahir yang masih belum diberi nama, data di gelang pengenal berisikan nama ibu,
nomor rekam medis bayi, tanggal dan jam lahir bayi.
c.       Saat nama bayi sudah didaftarkan, gelang pengenal berisi data ibu tetap dipasang dan gelang
pengenal yang berisikan data bayi dipasang di ekstremitas yang berbeda.
d.      Gunakan gelang pengenal berwarna merah muda (pink) untuk bayi perempuan dan biru untuk bayi
laki-laki.
8.      Tatalaksana Identifikasi Pasien Rawat Jalan
a.       Tidak perlu menggunakan gelang Identifikasi.
b.      Sebelum melakukan suatu prosedur/terapi, tenaga medis / perawat / bidan / tenaga kesehatan
lainnya harus menanyakan identitas pasien berupa nama dan nomor rekam medis. Data ini harus
dikonfirmasi dengan yang tercantum pada rekam medis.
c.       Jika pasien adalah rujukan dari dokter / puskesmas / layanan kesehatan lainnya, surat rujukan harus
berisi identitas pasien berupa nama lengkap, dan alamat. Jika data ini tidak ada, dikonfirmasi kepada
pasiennya sebelum prosedur / terapi dilaksanakan.
d.      Jika pasien rawat jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri, verifikasi data dengan
menanyakan keluarga / pengantar pasien.

9.      Tatalaksana Identifikasi Nama Pasien yang Sama di Ruangan Rawat Inap
a.       Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus diinformasikan kepada perawat yang bertugas
setiap kali pergantian jaga (Breafing, Debreafing)
b.      Jika dalam satu ruang terdapat pasien dengan nama sama, pada cover luar folder rekam medik dan
semua formulir permintaan penunjang harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA
SAMA”.

10.  Tatalaksana Identifikasi Pasien yang Identitasnya Tidak Diketahui


a.       Pasien akan dilabel menurut prosedur RS Muhammadiyah Tuban sampai pasien dapat diidentifikasi
dengan benar. Contoh pelabelan yang diberikan berupa: Tn. X. / Ny. X, Pria/Wanita, Tidak Dikenal
dan nomor Rekam Medisnya.
b.      Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang identifikasi baru dengan identitas yang benar.

11.  Tatalaksana Identifikasi Pasien Dengan Gangguan Jiwa


a.       Kapanpun dimungkinkan, pasien gangguan jiwa harus menggunakan gelang identifikasi.
b.      Akan tetapi terdapat hal-hal seperti kondisi pasien atau penanganan pasien yang menyebabkan
sulitnya mendapat identitas pasien dengan benar sehingga perlu dipertimbangkan untuk
menggunakan metode identifikasi lainnya dengan sumber data dari keluarganya.
c.       Identifikasi pasien dilakukan oleh petugas yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi pasien, dan
lakukan pencatatan di rekam medis.
d.      Pada kondisi dimana petugas tidak yakin/tidak pasti dengan identitas pasien (misalnya saat
pemberian obat), petugas dapat menanyakan nama dan tanggal lahir pasien atau nama dan alamat
(jika memungkinkan) dan dapat dicek ulang pada rekam medis.
e.       Jika terdapat ≥ 2 pasien dengan nama yang sama di ruang rawat, berikan tanda/label notifikasi pada
rekam medis, dan dokumen lainnya.

12.  Tatalaksana Identifikasi Pasien Yang Meninggal


a.       Pasien yang meninggal di ruang rawat RS harus dilakukan konfirmasi terhadap identitasnya dengan
gelang identifikasi dan nomor rekam medis (sebagai bagian dari proses verifikasi kematian)

    II.            Macam-macam Gelang Identifikasi


Gelang identifikasi pasien yang tersedia di RS adalah sebagai berikut:

1.      Gelang berwarna merah muda/pink untuk pasien berjenis kelamin perempuan
2.      Gelang berwarna biru untuk pasien berjenis kelamin laki-laki
3.      Gelang berwarna merah untuk pasien dengan alergi tertentu.
Catatan: Semua pasien harus ditanyakan apakah mereka memiliki alergi tertentu. Semua jenis alergi
harus dicatat pada rekam medis pasien.
4.      Gelang berwarna kuning untuk pasien dengan risiko jatuh.
Catatan: Semua pasien harus dikaji apakah mereka berisiko jatuh dan dicatat pada rekam medisnya,
gelang berwarna kuning dipasang pada pasien dengan kategori risiko sedang dan tinggi.
5.      Gelang warna ungu untuk pasien Do Not Resuscitate (DNR).
6.      Stempel “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” untuk pasien yang namanya sama dirawat
dalam satu ruang yang sama.
III.            Melepas Gelang Identifikasi
1.      Gelang identifikasi (Gelang Pink/Gelang Biru), hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari
rumah sakit.
2.      Gelang untuk alergi (Gelang merah), hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari rumah sakit.
3.      Gelang untuk risiko jatuh (Gelang Kuning), hanya dilepas saat pasien sudah tidak berisiko jatuh.
4.      Yang bertugas melepas gelang identifikasi adalah perawat yang bertanggungjawab terhadap pasien
selama masa perawatan di rumah sakit.
5.      Gelang identifikasi dilepas setelah semua proses selesai dilakukan. Proses ini meliput: pemberian
obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan mengenai rencana perawatan selanjutnya
kepada pasien dan keluarga.
6.      Gelang identifikasi yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-potongan kecil
sebelum dibuang ke tempat sampah, khusus untuk bayi disimpan didalam berkas RM.
7.      Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi sementara (saat masih di
rawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan gelang identifikasi mengganggu suatu prosedur.
Segera setelah prosedur selesai dilakukan, gelang identifikasi dipasang kembali.

IV.            Pelaporan Insiden/Kejadian Kesalahan Identifikasi Pasien


1.      Setiap petugas yang menemukan adanya kesalahan dalam identifikasi pasien harus segera melapor
kepada petugas yang berwenang di ruang rawat inap tersebut, kemudian melengkapi laporan
insidens sesuai prosedur.
2.      Petugas harus berdiskusi dengan Karu / Koordinator, Kasi, Kabid mengenai pemilihan cara terbaik
dan siapa yang memberitahukan kepada pasien/keluarga yang terjadi akibat kesalahan identifikasi.
3.      Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah:
a.       Kesalahan penulisan nama, nomor Rekam Medis, atau tanggal lahir
b.      Kesalahan informasi / data di gelang identifikasi
c.       Tidak adanya gelang identifikasi di pasien
d.      Mis-identifikasi data/pencatatan di rekam medis
e.       Mis-identifikasi pemeriksaan penunjang medis
f.       Mis-identifikasi laporan investigasi
g.      Mis-identifikasi persetujuan rawat inap
h.      Registrasi ganda saat masuk rumah sakit
i.        Salah memberikan obat ke pasien
j.        Pasien menjalani prosedur yang salah
k.      Salah pelabelan identitas pada sampel darah
l.        Salah dalam penempatan berkas Rekam Medis.
4.      Kesalahan juga termasuk insidens yang terjadi akibat adanya misidentifikasi, dengan atau tanpa
menimbulkan bahaya, dan juga insidens yang hampir terjadi dimana misidentifikasi terdeteksi
sebelum dilakukan suatu prosedur.
5.      Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah:
a.       Kesalahan pada administrasi/tata usaha
i.        Salah memberikan label
ii.      Kesalahan mengisi formulir
iii.    Kesalahan memasukkan nomor/angka pada rekam medis
iv.    Penulisan alamat yang salah
v.      Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca
b.      Kegagalan verifikasi
i.          Tidak adekuatnya/tidak ada protokol verifikasi
ii.        Tidak mematuhi protokol verifikasi
c.       Kesulitan komunikasi
i.          Hambatan akibat penyakit pasien, kondisi kejiwaan pasien, atau keterbatasan bahasa
ii.        Kegagalan untuk pembacaan kembali
iii.      Kurangnya kultur/budaya organisasi
6.      Jika terjadi insidens akibat kesalahan identifikasi pasien, lakukan hal ini berikut ini:
a.       Pastikan keamanan dan keselamatan pasien
b.      Pastikan bahwa tindakan pencegahan cedera telah dilakukan.
c.       Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah atau dilakukan di tempat yang salah,
para klinisi harus memastikan bahwa langkah-langkah yang penting telah diambil untuk melakukan
prosedur yang tepat pada pasien yang tepat.

    V.            Revisi dan Audit


1.      Kebijakan ini akan dikaji ulang dalam kurun waktu 2 tahun
2.      Rencana audit disusun oleh Komite KPRS serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah
implementasi kebijakan audit klinis ini meliputi:
a.       Jumlah presentase pasien yang menggunakan gelang identifikasi
b.      Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di gelang identifikasi
c.       Alasan mengapa pasien tidak menggunakan gelang identifikasi
d.      Efektifitas cara identifikasi lainnya
e.       Insiden yang terjadi dan berhubungan dengan mis-identifikasi
3.      Setiap pelaporan insiden yang berhubungan dengan identifikasi pasien akan dipantau dan
ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan.

BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi Identitas pasien dicatat pada gelang pasien, lembar Rekam Medis, lembar pengantar
pemeriksaan penunjang, dan sensus harian. Setiap pelaporan dan pencatatan insiden yang
berhubungan dengan identifikasi pasien akan dipantau dan ditindaklanjuti oleh Tim KPRS.

BAB VI
PENUTUP

Panduan ini kami susun untuk menjadi acuan pelaksanaan peningkatan ketelitian identifikasi pasien
di RS. Proses identifikasi pasien ini berlaku untuk semua staf rumah sakit yang terkait dalam
memberikan layanan kepada pasien. Ketepatan mengidentifikasi pasien harus dimulai pada saat
kontak pertama dengan pasien dan itu merupakan tanggung jawab semua staf rumah sakit apakah
itu klinisi atau admisi. Seiring dengan ini diharapkan proses identifikasi pasien berjalan dengan baik
di rumah sakit ini.

https://sasarankeselamatanpasien.blogspot.com/2017/05/panduan-identifikasi-
pasien.html

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Pelayanan
kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien. Namun diakui dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan – KTD (Adverse
Event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Kasih Ibu Surakarta berkomitmen untuk menjalankan program Keselamatan Pasien dengan
memperhatikan Enam Sasaran Keselamatan Pasien sesuai dengan International Patient Safety
Goals yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

Anda mungkin juga menyukai