Trial Bab 4 Again

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian ekstraksi minyak atsiri yang berasal dari tanaman serai
wangi dengan menggunakan metode hydrosteam distillation. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk menetapkan pengaruh kadar air terhadap yield minyak atsiri serai
wangi, serta menetapkan berapa kadar air optimal pada proses ekstraksi minyak atsiri
dari serai wangi, dan untuk menetapkan berapa jumlah yield yang dihasilkan dengan
alat hydrosteam distillation yang telah dimodifikasi dan alat hydrosteam distillation
konvensional.

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kolom ekstraksi yang termodifikasi,
dengan variasi alat yaitu menggunakan satu dan dua vessel. Pemanas yang digunakan
pada alat ini merupakan pemanas listrik dengan daya 1000 watt. Bahan baku
tanaman serai wangi dengan varietas Cymbopogon winterianus diperoleh dari Desa
Sinar Harapan, Kecamatan Kedondong, kabupaten Pesawaran, provinsi Lampung.
Variasi perlakuan awal bahan yaitu memvariasikan kadar air bahan dengan cara
dikeringkan didalam ruangan, variasinya yaitu bahan segar, pengeringan 24 jam, 36
jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Sebelum dimasukan kedalam kolom ekstraksi bahan
serai wangi dikecilkan terlebih dahulu ukurannya menjadi ± 3 cm. Minyak atsiri hasil
ektraksi diambil setiap 750 ml kondensat yang diperoleh, pengambilan ini dilakukan
hingga tidak ada lagi minyak yang terkandung di dalam kondensat. Setelah diperoleh
hasil minyak atsiri dilakunan pengujian sifat fisik minyak atsiri dan juga kandungan
senyawa kimia di dalam minyak tersebut.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Pengeringan Bahan

Pengeringan pada penelitian ini bertujuan untuk memvariasikan kadar air didalam
bahan serai wangi. Kadar air didalam bahan umumnya dinyatakan dalam basis basah
(wet basis) atau basis kering (dry basis). Pada penelitian ini kadar air dinyatakan
dalam basis basah.

Kadar air basis basah (wet basis) dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
kg H 2 O
Kadar air basis basah (wet basis), x= x 100 %
kg H 2 O+ kg bahan
Berikut ini hasil pengeringan yang telah dilakukan:
Tabel 4.1 Hasil Pengeringan Bahan.

N Waktu Massa Bahan Kadar Air bahan


O (Jam) (gr) (%)
1 0 3.000 76,08
2 3 2.700 73,42
3 6 2.500 71,30
4 9 2.300 68,80
5 12 2.200 67,38
6 15 2.050 65,00
7 18 1.950 64,12
8 21 1.900 63,20
9 24 1.800 62,23
10 27 1.700 60,13
11 30 1.675 57,79
12 33 1.600 57,16
13 36 1.500 55,15
14 39 1.400 52,16
15 42 1.275 48,74
16 45 1.200 43,72
17 48 1.175 40,20
18 51 1.150 38,93
19 54 1.125 37,60
20 57 1.100 36,21
21 60 1.090 34,76
22 63 1.075 34,17
23 66 1.070 33,25
24 69 1.070 32,93
25 72 1.050 31,66
80%
70%

Kadar Air Bahan (%) 60%


50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu Pengeringan (jam)

Gambar 4.1 Grafik Kadar Air Bahan (%) Terhadap Waktu Pengeringan (jam)

4.1.2 Hasil Esktraksi

Penelitian ini menggunakan 2 variasi alat yaitu kolom ekstraksi dengan single vessel
yang merepresentasikan kolom ekstraksi konvensional dan kolom ekstraksi yang
sudah dimodifikasi yaitu kolom ekstraksi double vessel. Berikut hasil perolehan yield
dari kedua alat tersebut:
Hasil ekstraksi dengan kolom ekstraksi single vessel dan double vessel, sebagai berikut:
a. Hasil ekstraksi serai wangi menggunakan alat single vessel.
Tabel 4.2 Hasil Ekstraksi Serai Wangi Menggunakan Alat Single Vessel.

Kadar Air 750 ml Waktu Minyak Minyak Yield Massa jenis Q supply Q out Q loss Effisiensi
Bahan (%) ke- (menit) (ml) (gr) (%) (gr/ml) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 104 9,2 8,289 0,0028
2 192 3,5 3,154 0,0010
5
3 252 1,8 1,622 0,0005 0,901 27.120 8.460 18.660 31,1947
76,080
4
(Segar)
4 345 1 0,901 0,0003
5 452 0,4 0,360 0,0001
2
Total 452 15,9 14,326 0,4775
1 108 15 13,575 0,0045
2 172 3,8 3,439 0,0011
5
3 294 2,2 1,991 0,0006 0,905 27.780 8.460 19.320 30,4536
6
4 359 0,8 0,724 0,0002
4
5 463 0,6 0,543 0,0002
9
Total 463 22,4 20,272 0,6757
1 126 14,6 13,082 0,0044
2 215 5 3,439 0,0014
9
3 306 1,4 1,254 0,0004 0,896 29.160 8.460 20.700 29,0124
2
4 399 1 0,896 0,0003
5 486 0,896 1 0,0005
6
Total 486 23 20,608 0,6869

Tabel 4.2 (Lanjutan)

Kadar Air 750 ml Waktu Minyak Minyak Yield Massa jenis Q supply Q out Q loss Effisiensi
Bahan (%) ke- (menit) (ml) (gr) (%) (gr/ml) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 107 16,8 15,002 0,0050
2 198 0,893 3,393 0,0011
3
3 281 1,8 1,607 0,0005 0,893 27.120 8.460 18.660 31,1947
4
4 367 0,8 0,714 0,0002
4
5 452 0,4 0,357 0,0003
0
Total 452 23,6 21,075 0,7025
1 123 14,6 13,432 0,0045
2 224 4 3,680 0,0012
3
3 322 1,2 1,104 0,0003 0,92 30.420 8.460 21.960 27,8106
7
4 417 0,4 0,368 0,0001
2
5 507 0,2 0,184 0,0001
7
Total 507 20,4 18,768 0,6256
1 102 12,6 11,227 0,0037
2 201 2,3 2,049 0,0012
3
3 322 1,8 1,604 0,0005 0,891 30.720 8.460 22.260 27,5391
3
4 422 0,6 0,535 0,0001
8
5 512 0,2 0,178 0,0001
7
Total 512 17,5 15,593 0,5198

b. Hasil ekstraksi serai wangi menggunakan alat double vessel.

Tabel 4.3 Hasil Ekstraksi Serai Wangi Menggunakan Alat Double Vessel.
Kadar Air 750 ml Waktu Minyak Minyak Yield Massa jenis Q supply Q out Q loss Effisiensi
Bahan (%) ke- (menit) (ml) (gr) (%) (gr/ml) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 63 7,3 6,680 0,0022
3
2 145 2,7 2,471 0,0008
2
3 212 1,5 1,273 0,0004 0,915 20.760 8.460 12.300 40,7515
6
4 280 1 0,915 0,0003
1
5 346 0,5 0,458 0,0001
5
Total 345 13 11,895 0,3965
1 83 8,5 7,633 0,0025
4
2 152 3 2,694 0,0009
0
3 216 1,6 1,437 0,0004 0,898 21.180 8.460 12.720 39,9433
8
4 286 1,6 1,437 0,0004
8
5 353 0,6 0,458 0,0001
8
Total 353 15,3 13,739 0,4580
1 102 8,6 7,8 0,0026
2 160 3,3 2,993 0,001
3 227 1,6 1,451 0,0004 0,907 20.400 8.460 11.940 41,4706
8
4 282 1,6 1,451 0,0004
8
5 340 0,5 0,454 0,0001
5
Total 340 15,6 14,149 0,471

.Tabel 4.3 (Lanjutan)

Kadar Air 750 ml Waktu Minyak Minyak Yield Massa jenis Q supply Q out Q loss Effisiensi
Bahan (%) ke- (menit) (ml) (gr) (%) (gr/ml) (kJ) (kJ) (kJ) (%)
1 90 9 8,154 0,0027
2
2 149 3,6 3,262 0,0010
9
3 215 1,9 1,721 0,0005 0,906 20.700 8.460 11.940 40,8696
7
4 278 1,2 1,087 0,0003
6
5 345 0,1 0,091 0,0003
0
Total 345 15,8 14,315 0,4772
1 85 9,6 8,506 0,0028
2 160 3,8 3,367 0,0011
2
3 237 1,4 1,240 0,0004 0,886 22.800 8.460 14.340 37,1053
1
4 320 0,2 0,177 0,0000
6
5 380 0,1 0,089 0,0000
3
Total 380 15,1 13,379 0,3996
1 76 8 7,104 0,0023
7
2 141 3 2,664 0,0008
9
3 206 1,4 1,243 0,0004 0,886 21.420 8.460 12.960 39,4958
1
4 283 1 0,888 0,0003
0
5 357 0,1 0,089 0,0000
3
Total 357 13,5 11,988 0,3996
Berdasarkan data diatas diperoleh grafik perolehan yield terhadap kadar air bahan
kolom ekstraksi single vessel dan double vessel sebagai berikut:
a. Grafik perolehan yield terhadap kadar air bahan single vessel

0.8
0.7
0.6
0.5
Yield (%)

0.4
2
0.3
y=4,354981 x −3,99041 x+ 0,600143
0.2 R2=0,9945
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Kadar Air (%)

Gambar 4.2 Grafik Persen Yield Terhadap – Log Persen Kadar Air Pada Run
Menggunakan Alat Single Vessel.

b. Grafik perolehan yield terhadap kadar air bahan double vessel

0.6

0.5

0.4
YIeld (%)

0.3
2
y=−2,0020 x +1,8005 x−0,2723
0.2
2
R =0,9993
0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Kadar Air (%)

Gambar 4.2 Grafik Persen Yield Terhadap – Log Persen Kadar Air Pada Run
Menggunakan Alat Double Vessel.
4.1.3 Hasil Uji Sifat Fisik Minyak Atsiri Serai Wangi
Tabel 4.14 Tabel Hasil Uji Sifat Fisik Minyak Atsiri Serai Wangi

No. Jenis Uji S Persyaratan


at
u
a
n
Warna - kuning kecoklat-coklatan
Bobot jenis, 20℃ /20℃ - 0,880-0,922
Indeks Bias (n D 20) -
Total geraniol, % Min. 85
bobot/bobot
Sitronellal, bobot/bobot % Min. 35
Kelarutan dalam etanol -
80%
Zat asing:
- Lemak - Negatif
- Alkohol tambahan - Negatif
- Minyak pelikan - Negatif
- Minyak terpatin - Negatif

4.1.4 Hasil Uji Kandungan Minyak Atsiri


4.2 Pembahasan

4.2.1 Perlakuan Awal Bahan

Penelitian ini menggunakan bahan tanaman serai wangi (Cymbopogon winterianus)


yang diambil dari Desa Sinar Harapan, Kecamatan Kedondong, Kabupaten
Pesawaran. Kemudian diekstraksi menggunakan proses hydrosteam distillation
dengan menggunakan alat yang biasa digunakan di pasaran (single vessel) dan alat
yang telah dimodifikasi (double vessel).

Perlakuan awal bahan dalam proses ekstraksi minyak atsiri menjadi salah satu faktor
penentu jumlah perolehan yield dari proses ekstraksi. Guenther (1987) berpendapat
bahwa ada beberapa perlakuan pendahuluan antara lain pengeringan, pengecilan
ukuran (pembubukan) dan pemeraman.

Perlakuan awal bahan pada penelitan ini adalah 3 kg tanaman serai wangi segar serta
serai wangi yang dikeringkan dengan cara dikering anginkan selama 24 jam, 36 jam,
48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Kemudian bahan dipotong kurang lebih 3 – 5 cm yang
selanjutnya dilakukan proses ekstraksi.

Selama proses pengeringan dilakukan kadar air di dalam sel akan keluar dengan cara
memecah membran sel (Guenter, 1948). Sehingga hal tersebut memudahkan minyak
atsiri keluar ketika proses ektraksi dilakukan. Kadar air di dalam bahan dinyatakan
dalam basis kering (dry basis) atau basis basah (wet basis).
Kadar air basis kering (dry basis) atau basis basah (wet basis) dapat dinyatakan
menggunakan persamaan berikut:
kg H 2 O
Kadar air basis basah (wet basis), x= x 100 %
kg H 2 O+ kg bahan

kg H 2 O
Kadar air basis kering (dry basis), x= x 100 %
kg bahan
Pada penelitian ini persen kadar air bahan dinyatakan dalam persen basis basah,
adapun cara menghitungnya yaitu massa air dibagi dengan berat sampel ditambah
berat air pada sampel (berat sampel segar) kemudian dikali dengan 100%.

Pada penelitian ini ekstraksi dilakukan pada bahan segar, kemudian setelah
pengeringan 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam. Setelah dilakukan
pengeringan diperoleh kadar air didalam bahan sebagai berikut:

Tabel 4.15 Tabel Kadar Air Bahan Setelah Dilakukan Pengeringan untuk Run Single
Vessel.
Waktu Pengeringan Massa Bahan (gr) Kadar Air (%)
(Jam)
0 (Bahan Segar) 3.000 76,080
24 1.900 39,413
36 1.600 29,413
48 1.200 16,080
60 1.100 12,747
72 1.050 11,080

Tabel 4.16 Tabel Kadar Air Bahan Setelah Dilakukan Pengeringan untuk Run
Double Vessel.
Waktu Pengeringan Massa Bahan (gr) Kadar Air (%)
(Jam)
0 (Bahan Segar) 3.000 76,080
24 2.000 42,747
36 1.700 32,747
48 1.250 17,747
60 1.150 14,413
72 1.100 12,747

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa setelah dikeringkan kadar air yang
terkandung pada bahan untuk run double vessel lebih besar dibandingkan dengan
kadar air pada bahan untuk run single vessel pada waktu pengeringan yang sama.
Perbedaan tersebut dikarenakan ketika pengeringan untuk run double vessel kondisi
udara memiliki kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan ketika pengeringan untuk
run single vessel, hal itu terjadi karena turunnya hujan ketika proses pengeringan
untuk run double vessel dilakukan, yang menyebabkan kelembapan udara
mengingkat. Kelembaban udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pengeringan (Geankoplis C.J., 1993). Ketika kelembaban udara tinggi maka transfer
air dari bahan ke udara akan lebih lambat sehingga laju pengeringan juga menjadi
lambat.

4.2.3 Proses Ektraksi dengan Menggunakan Metode Hydrosteam Distillation

Proses ekstraksi dilakukan setelah proses pretreatment bahan selesai dilakukan.


Ektraksi dilakukan dengan metode Hydro-steam Distilation. Pada penelitian ini alat
yang digunakan yaitu alat yang didesain menyerupai alat ekstraktor konvensional dan
juga menggunakan alat ekstraktor yang telah dimodifikasi dengan menambahkan satu
dinding/vessel tambahan pada bagian unggun bahan diletakan.
Gambar 4.3 Alat Ekstraktor Gambar 4.4 Alat Ekstraktor
konvensional Single Vessel Termodifikasi Double Vessel

Pada bagian boiler, pemanas yang digunakan yaitu tubular heater dengan daya 1.000
watt. Grid berlubang diletakan diatas bagian boiler, grid ini dipasang sebagai tempat
peletakan unggun bahan yang juga berfungsi sebagai pemisah antara unggun dan
boiler. Kondensor yang digunakan merupakan kondesor dengan tipe heat exchanger
tipe sell and tube. Semua konstruksi alat menggunakan bahan stainless steel 201.
Kemudian alat yang digunakan sebagai penampung air kondensor berupa drum barel
plastik dengan dengan kapasitas 200 liter air.

Bahan serai wangi yang digunakan sebanyak 3 kg untuk setiap run yang dilakukan,
massa 3 kg tersebut merupakan massa bahan sebelum dikeringkan. Kemudian air
yang digunakan pada boiler sebanyak 13 liter. Untuk air kondensor digunakan air
yang diberi tambahan es batu, es batu ditambahkan berfungsi agar suhu air kondensor
tidak mengalami kenaikan akibat terus-menerus berkontak dengan steam keluaran
hasil ekstraksi.

Alat beroperasi diawali dengan memanaskan air pada bagian boiler hingga berubah
menjadi saturated steam, kemudian steam tersebut akan mengalir dan berkontak
dengan unggun bahan, pada saat steam berkontak dengan bahan saat itulah panas
pada steam dimanfaatkan untuk menaikan suhu bahan, kenaikan suhu pada bahan
menyebabkan rusaknya struktur sel pada bahan tersebut, dengan rusaknya struktur sel
bahan minyak atsiri yang berada didalam sel keluar dari dalam sel. Minyak atsiri
yang keluar dari dalam sel tidak langsung menjadi uap namun masih dalam fasa cair.
Setelah minyak atsiri kembali berkontak dengan steam barulah minyak atsiri tersebut
berubah fasa menjadi uap dan keluar bersama steam menuju alat kondensor (Tandon
S, 2008).

Steam dan minyak yang keluar akan terkondensasi pada kondensor, yang kemudian
kondensat tersebut ditampung pada Erlenmeyer dengan kapasitas 1000 ml. Kondensat
akan diambil sampelnya setiap 750 ml kondensat yang terkumpul, pengambilan ini
diambil hingga 5 kali pengambilan. Selanjutnya kondensat tersebut dipisahkan antara
air dan minyaknya menggunakan corong pemisah. Kemudian minyak yang diperoleh
disimpan didalam botol kaca dengan kapasitas 10 ml, untuk kemudian minyak
tersebut dilakukan pengujian baik uji sifat fisiknya maupun sifat kimianya.

4.2.4 Pengaruh Kadar Air Terhadap Perolehan Yield

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). pada penelitian ini
variasi kadar air diperoleh dari bahan segar dan setelah bahan dikering anginkan
selama 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, dan 72 jam. Bahan memiliki massa yang
sama sebelum dikeringkan yaitu 3 kg serai segar.

Menggunakan alat moisture analyzer diperoleh kadar air serai wangi segar sebesar
76,080% dan massa serai wangi bone dry sebesar 23,92%. Perhitungan kadar air
diperoleh dengan membandingkan massa sampel sebelum dikeringkan dan massa
yang hilang setelah dikeringkan dikali 100% (Jolly and Hadlow, 2012).

Pada run pertama menggunakan alat single vessel ekstraktor diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut.
Tabel 4.17 Tabel Pengaruh Kadar Air Terhadap Yield Minyak Atsiri Pada Run Alat
Single Vessel Ekstraktor.

Waktu Pengeringan Massa Bahan Kadar Air Yield


(Jam) (gr) (%) (%)
0 (Bahan Segar) 3.000 76,080 0,4775
24 1.900 39,413 0,6757
36 1.600 29,413 0,6869
48 1.200 16,080 0,7025
60 1.100 12,747 0,6256
72 1.050 11,080 0,5198

Kemudian pada run kedua menggunakan alat double vessel ekstraktor diperoleh hasil
peneliatian sebagai berikut.

Tabel 4.18 Tabel Pengaruh Kadar Air Terhadap Yield Minyak Atsiri Pada Run Alat
Double Vessel Ekstraktor.
Waktu Massa Bahan Kadar Air (%) Yield
Pengeringan (Jam) (gr) (%)
0 (Bahan Segar) 3.000 76,080 0,3965
24 2.000 42,747 0,4580
36 1.700 32,747 0,4716
48 1.250 17,747 0,4772
60 1.150 14,413 0,4460
72 1.100 12,747 0,3996

Pada run pertama diperoleh hasil terbaik pada kadar air 16,080% dengan perolehan
yield sebanyak 0,7025% dan pada run kedua diperoleh hasil terbaik pada kadar air
17,747 dengan perolehan yield 0,4772%. Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui
bahwa kadar air pada bahan berpengaruh terhadap perolehan yield dari ekstraksi
minyak atsiri serai wangi. Pada keadaan bahan segar minyak atsiri yang terkandung
didalam bahan masih berada didalam sel sehingga membutuhkan waktu lebih banyak
untuk mengekstrak minyak yang berada didalam sel, namun jika bahan terlalu lama
diekstrak panas dan tekanan yang terus meningkat dapat menyebabkan minyak
terpolimerisasi yang menghasilkan polimer dengan rantai molekul yang lebih panjang
(ketaren & Djatmiko B, 1978). Berdasarkan hal tersebutlah perolehan yield minyak
atsiri pada bahan segar kurang maksimal. Sedangkan pada bahan yang memiliki
kadar air yang terlalu rendah perolehan yield juga menjadi kurang maksimal karena
pada saat pengeringan terdapat kandungan minyak atsiri yang ikut menguap bersama
air (Sembiring & Manoi F, 2015).

Ermaya Dewi et.al (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa lama


penyulingan dan lama pelayuan berpengaruh nyata terhadap rendemen dan bobot
jenis minyak atsiri serai wangi, namun terhadap kelarutan alkohol lama penyulingan
dan lama pelayuan tidak berpengaruh nyata. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang diperoleh oleh sembiring dan manoi (2015) yang menyatakan bahwa
lama pelayuan dan lama penyulingan berpengaruh terhadap rendemen dan sifat fisika
dan kimia minyak serai wangi. Pada penelitiannya disebutkan bahwa rendemen dan
kualitas minyak atsiri terbaik diperoleh pada pelayuan selama 2 hari dan penyulingan
selama 4 – 6 jam, dan kualitas minyak sesuai dengan kualitas ekspor.

4.2.2 Optimasi Kadar Air Terhadap Perolehan Yield

Optimasi dapat digunakan hampir diseluruh bidang untuk mencapai efektifitas dan
efisiensi dari target yang diinginkan. Secara umum optimasi pencarian nilai terbaik
(minimum atau maksimum) dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks.
Optimasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan
dengan nilai-nilai dari satu atau lebih fungsi objektif sehingga diperoleh satu nilai
yang optimal (Berlianty, I., & Arifin, M., 2010).

Pada penelitian ini optimasi digunakan untuk menetapkan berapa kadar air optimal
pada proses ekstraksi minyak atsiri dari serai wangi. Proses optimasi dilakukan
dengan metode regresi linear. Regresi linear adalah metode statistik yang berfungsi
untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antar variabel faktor penyebab
(X) terhadap variabel akibatnya (Y). faktor penyebab pada umumnya dilambangkan
dengan x atau disebut juga dengan prediktor, sedangkan variabel akibat
dilambangkan dengan y atau disebut juga dengan respon.

Setelah dilakukan penelitian diperoleh data kadar air dan yield yang diperoleh sebagai
berikut :
Tabel 4.19 Tabel Hasil Kadar Air dan Yield yang Diperoleh.

Run Single vessel Run Double vessel


Kadar Air Yield(%) Kadar Air (%) Yield(%)
(%)
76,080 0,4775 76,080 0,3965
39,413 0,6757 42,747 0,4580
29,413 0,6869 32,747 0,4716
16,080 0,7025 17,747 0,4772
12,747 0,6256 14,413 0,4460
11,080 0,5198 12,747 0,3996

Berdasarkan data kadar air dan yield diatas akan diplotkan pada grafik sehingga akan
diperoleh garis hubungan antara yield dan kadar air. Selanjutnya dari garis yang
diperoleh dilakukan regresi linear sederhada orde-1. Regresi linear sederhana orde-1
akan menghasilkan persamaan garis, dimana persamaan garis ini yang akan diguji
dengan mencari koefisien determinasinya (R2). Analisis koefisien determinasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel independen
memengaruhi variabel dependen dan hasilnya dalam bentuk presentase. Apabila
koefisien determinasinya dirasa masih belum sesuai maka dilakukan regresi lanjutan
dengan orde-2, dan seterusnya.

Menurut Sugiyono (2017) dalam bukunya menjelaskan bahwa semakin besar nilai
presentase koefisien determinasi (R2) yang diperoleh menunjukan semakin besar
hubungan kontribusi variabel independen memengaruhi variabel dependenya. Tabel
berikut menunjukan nilai koefisien determinasi (R2) terhadap besarnya kontribusi
variabel independen memengaruhi variabel dependenya.

Tabel. 4.20 Pedoman Interpretasi Koefisien Determinasi


Nilai Keterangan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat

Pada run menggunakan alat single vessel diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)
menggunakan persamaan garis regresi linear orde-1 sebesar 0,0054, pada persamaan
garis regresi linear orde-2 sebesar 0,9107, dan pada persamaan garis regresi linear
orde-3 diperoleh nilai sebesar 0,9640. Sedangkan pada run double vessel diperoleh
nilai koefisien determinasi (R2) menggunakan persamaan garis regresi linear orde-1
sebesar 0,0249, pada persamaan garis regresi linear orde-2 sebesar 0,8501, dan pada
persamaan garis regresi linear orde-3 diperoleh nilai sebesar 0,9736.

4.2.3 Perbandingan Perolehan Yield

Anda mungkin juga menyukai