Makalah-Imunologi Tugas Kelompok 4 Mata Kuliah Idk (1) - 1
Makalah-Imunologi Tugas Kelompok 4 Mata Kuliah Idk (1) - 1
Makalah-Imunologi Tugas Kelompok 4 Mata Kuliah Idk (1) - 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kekebalan tubuh sangat mendasar perannya bagi kesehatan, tentunya harus
di sertai dengan pola makan yang sehat, olah raga yang cukup serta terhindar dari
masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir didalam
tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang
sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap
penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir pembentukan sistem kekebalan tubuhnya
belum sempurna dan memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan sang ibu untuk
membantu kekebalan tubuh bayi. Semakin dewasa sistem kekebalan tubuh terbantuk
semakin sempurna. Namun pada orang lanjut usia sistem kekebalan tubuhnya secara
alami semakin menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit
penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan, makan
siang serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada nafsu makan.
Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga dan
stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan terus menurun, lesu, cepat lelah
dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat ini banyak orang yang masih muda banyak
yang mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta polusi,
diet tidak seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga menurunkan
kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh seringkali terabaikan sehingga
timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia dini.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah imunologi?
2. Apa pengertian sistem imun?
3. Apa fungsi sistem imun?
4. Bagaimana respon imun?
5. Apa yang dimaksud antigen dan antibodi?
6. Apa saja macam-macam imunitas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah imunologi
2. Untuk mengetahui pengertian sistem imun
3. Untuk mengetahui fungsi sistem imun
4. Untuk mengetahui bagaimana respon imun
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud antigen dan antibodi
6. Untuk mengetahui apa saja macam-macam imunitas
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah (immunis : bebas, logos:ilmu), ilmu yang mempelajari system
pertahanan tubuh/cabang ilmu biomedis luas yang meliputi studi tentang semua aspek
dari sistem kekebalan pada semua organisme. Ini berkaitan dengan, antara lain, fungsi
fisiologis dari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan kesehatan dan penyakit, malfungsi
dari sistem kekebalan pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hypersensitivities,
defisiensi imun, penolakan transplantasi), kimia, fisik dan fisiologis karakteristik
komponen dari sistem kekebalan tubuh in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki
aplikasi dalam beberapa disiplin ilmu pengetahuan, dan dengan demikian lebih lanjut
dibagi.
B. Sejarah Imunologi
I. Tahap Empirik
Mithridates Eupatoris VI seorang raja dari Pontis Yunani, (132 – 63 SM)
dianggap ahli imunologi pertama. Cara: meminum racun sedikit demi sedikit
sehingga orang menjadi kebal terhadap racun. Dikenal dengan paham
mithridatisme. Pada abad ke 12, bangsa Cina mengenali bagaimana mengatasi
penyakit cacar. Cairan atau kerak dari orang yang terkena cacar tapi tidak berat
apabila dioleskan pada kulit orang sehat dapat melindungi terhadap cacar. Begitu
pula orang timur tengah menggoreskannya pada orang dengan membubuhkan
bubuk pada penderita cacar yang tidak parah akan melindungi keadaan yang lebih
parah. Metode ini dikenal dengan: tindakan variolasi. Dr Edward Jenner (1749 –
1823), menggunakan bibit penyakit cacar dari sapi untuk ditularkan pada
manusia. Mulailah penggunaan vaksinasi untuk menggantikan istilah variolasi.
Vacca: sapi.
4
II. Tahap Ilmiah
Louis Pasteur dan kawan-kawan (1822 – 1895), meneliti kemungkinan
pencegahan penyakit dengan cara vaksinasi melalui penggunaan bibit penyakit
yang telah dilemahkan terlebih dahulu. Pada waktu itu digunakan untuk
mengatasi penyakit kholera yang disebabkan Pasteurella aviseptica. Pfeifer (1880)
murid Koch meneliti Vibrio cholerae untuk mengatasi wabah penyakit kholera. ¨
Elie Metchnikof (1845 – 1916) mengungkapkan bagaimana mekanisme efektor
bekerja dalam tubuh terhadap benda asing. Memperkuat pendapat Koch dan
Neisser. Adanya mekanisme efektor dari sel leukosit untuk mengusir bakteri
dinamakan proses fagositosis. Sel tubuh yang memiliki kemampuan fagositosis
dinamakan fagosit.
Fodor (1886), ilmuwan pertama yang mengamati pengaruh langsung dari
serum imun tehadap mikroba tanpa campur tangannya komponen seluler.
Penemuan ini diperkuat oleh Behring dan Kitasato (1890) yang menunjukkan
bahwa serum dapat menetralkan aktifitas tetanus dan difteri. Jules Bordet (1870 –
1961) mengemukakan bahwa untuk lisis diperlukan 2 komponen yang terdapat
dalam serum imun. Sebuah diantaranya bersifat termostabil yang dikemudian hari
ternyata adalah antibody sedangkan komponen lainnya bersifat termolabil yang
dinamakan komplemen. Pada saat itulah mulai diperkenalkan istilah antigen untuk
memberikan nama bagi semua substansi yang dapat menimbulkan reaksi dalam
tubuh terhadapnya. Dan juga istilah antibody untuk substansi dalam serum yang
mempunyai aktifitas menanggulangi terhadap antigen yang masuk ke tubuh.
Penemuan oleh Fodor mengawali penelitian untuk mendukung teori
mekanisme melalui imunitas humoral. Wright dan Douglas (1903), mengatakan
proses fagositosis akan dipermudah apabila ditambahkan serum imun. Bahan
yang diduga dikandung dalam serum itu dinamakan opsonin. Jadi mekanisme
efektor seluler dan humoral bersifat saling memperkuat. Pada saat bersamaan
ditemukan fenomena lain dalam imunologi yaitu adanya penyimpangan dalam
tubuh seseorang karena bereaksi terlalu peka. Pirquet membedakan fenomena tsb
5
dalam bentuk “serum sickness”, alergi dan anafilaksis.
Sampai Tahun 1940- an banyak dilakukan penelitian tentang aplikasi
dan pengembangan tentang fenomena imunologi khususnya dalam penyediaan
serum imun (anti tetanus, anti rabies dll), reagen untuk diagnostik dan program
vaksinasi. Felton, menemukan fenomena lain yaitu bahwa dalam tubuh mungkin
dapat timbul tidak adanya respon imun terhadap suatu subtansi atau antigen
tertentu. Fenomena ini disebut toleransi imunologik. Felton berhasil memurnikan
untuk pertamakalinya antibody dari antiserum kuda terhadap pneumococcus.
6
monoklonal antibodi oleh sel-sel myeloma hybridizing mutan dengan antibodi -
produksi sel B (hybridoma teknik).
Rolf Zinkernagel (kanan) (1944 -) dan Peter Doherty (kiri) (1940 -)
Penerima tahun 1996, Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran untuk demonstrasi
mereka tentang MHC. Dalam penyelidikan tentang bagaimana limfosit T
melindungi tikus melawan infeksi virus choriomeningitis limfositik (LCMV).
D. Respon Imun
Respon imun merupakan respon yang ditimbulkan oleh sel-sel dan molekul yang
menyusun sistem imunitas setelah berhadapan dengan substansi asing (antigen). Respon
imun ini juga banyak didefinisikan sebagai respons tubuh berupa suatu urutan kejadian
yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons ini
dapat melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Respon imun
bertanggung jawab mempertahankan kesehatan tubuh, yaitu mempertahankan tubuh
terhadap serangan sel patogen maupun sel kanker.
Respon imun terbagi menjadi dua jenis berdasarkan mekanisme pertahanan tubuh
yaitu :
a) Respon imun spesifik : Menghancurkan senyawa asing yang sudah dikenalnya
b) Respon imun nonspesifik : Lini pertama terhadap sel sel atipikal (sel asing, mutan
yang cedera) Mencakup : Peradangan, interferon, sel NK dan sistem komplemen
Respon sistem imun tubuh pasca rangsangan substansi asing (antigen) adalah
munculnya sel fungsional yang akan menyajikan antigen tersebut kepada limfosit untuk
7
dieliminasi. Setelah itu muncul respon imun nonspesifik dan/atau respon imun spesifik,
tergantung kondisi survival antigen tersebut. Apabila dengan repon imun spesifik sudah
bisa dieliminasi dari tubuh, maka respon imun spesifik tidak akan terinduksi. Apabila
antigen masih bisa bertahan (survival), maka respon imun spesifik akan terinduksi dan
akan melakukan proses pemusnahan antigen tersebut.
Perbedaan antara imunitas non spesifik dan spesifik adalah imunitas non
spesifik berespons dengan cara yang sama pada paparan berikutnya dengan
mikroba, sedangkan imunitas spesifik akan berespons lebih efisien karena adanya
memori imunologik.
8
Mekanisme efektor dalam respons imun spesifik dapat dibedakan menjadi:
a) Respons imun seluler
Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang
biak secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk
dijangkau oleh antibody. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut
diperlukan respons imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi
sel T yang disebut dengan sel T penolong (T-helper) akan mengenali
mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui major histocompatibility
complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal
ini menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk
diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag untuk
menghancurkan mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang
disebut dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk
menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang disajikan melalui MHC
kelas I secara langsung (cell to cell). Selain menghancurkan mikroorganisme
secara langsung, sel Tsitotoksik, juga menghasilkan gamma interferon yang
mencegah penyebaran mikroorganisme kedalam sel lainnya.
9
makrofag, merangsang produksi antibody. Selain oleh sel Tpenolong, produksi
antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor), sehingga produksi
antibody seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
10
dan mastosit, Vasoactive amine yang dilepaskan oleh trombosit, serta
anafilatoksin yang berasal dari komponen – komponen komplemen, sebagai
reaksi umpan balik dari mastosit dan basofil. Mediator-mediator ini akan
merangsang bergeraknya sel-sel polymorfonuklear (PMN) menuju lokasi
masuknya antigen serta meningkatkan permiabilitas dinding vaskuler yang
mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut
dengan respons inflamasi akut (Abbas, 1991; Stite; 1991; Kresno, 1991).
11
c) Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:
a. Karbohidrat merupakan imunogenik
b. Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten
c. Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik
d. Protein merupakan imunogenik
Letak antigen :
a. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal,
sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri.
b. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang
bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein,
karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun.
Karakteristik Antigen
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun
adalah sebagai berikut:
a) Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat
imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal
sebagai nonself.
b) Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein
berukuran besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000
kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam
amino tidak bersifat imunogenik.
12
dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang
berbeda.
d) Determinan antigenic (epitop)
Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat diikat antibodi
disebut dengan determinan antigenic atau epitop. Antigen dapat
mempunyai satu atau lebih determinan. Suatu determinan mempunyai
ukuran lima asam amino atau gula.
2) Antibodi
Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada
tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi
sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen. Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig
M, Ig E dan Ig D.
a) Imunoglobulin G
Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk
imunitas bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat
opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada
imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan
komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.
b) Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih,
air mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus,
mencegah kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/
mengganggu gerak kuman yang memudahkan fagositosis.
13
c) Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat
rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan
mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap
antigen.
d) Imunoglobulin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil
dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis,
trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.
e) Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen.
Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
14
pertahanan tubuh. Oleh karena itu makrofag juga memproduksi APC yang berfungsi
mempresentasikan antigen terhadap limfosit.agar respon imun berlangsung dengan
baik.Ada dua limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T
F. Macam-macam Imunitas
Imunitas dapat dibedakan menjadi imunitas alami dan imunitas buatan.
a. Imunitas alami
Imunitas alami yaitu kekebalan yang sudah dimiliki seseorang sejak lahir,
misalnya kekebalan manusia terhadap penyakit-penyakit hewan atau dikenal
sebagai kekebalan spesies walaupun ada juga penyakit hewan yang dapat menular
pada manusia, misalnya penyakit tuberkolosis dari sapi yang ditularkan melalui
susu sapi, penyakit antraks dari biri-biri dan sapi serta beberapa penyakit lainnya.
b. Imunitas buatan
Imunitas buatan yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang selama
hidupnya, imunitas ini dapat dibedakan lagi menjadi imunitas aktif dan imunitas
pasif. Timbulnya imunitas aktif disebabkan oleh adanya rangsangan antigen
tertentu dari kuman atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh secara
kebetulan atau sengaja sehingga tubuh menghasilkan antibodi tertentu pula sesuai
dengan antigen yang harus dilawan. Masuknya antigen secara kebetulan, misalnya
karena terinfeksi kuman penyakit campak, cacar air, atau gondong, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Ada beberapa macam vaksin yang dikelompokkan berdasarkan jenis
antigen yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :
a) Toksoid yaitu larutan toksin diubah melalui perlakuan-perlakuan kimia dan
fisika sehingga tidak bersifat racun lagi terhadap tubuh.
b) Bakteri atau virus yang sudah dimatikan oleh sinar ultraungu, pemanasan,
atau secara kimia, misalnya vaksin Salk pencegah kelumpuhan pada anak-
anak karena polio.
c) Bakteri atau virus yang sudah dilemahkan sehingga hanya menimbulkan
infeksi ringan dalam waktu singkat, misalnya, vaksin cacar, tuberkolosis,
antraks, dan vaksin Sabin pencegah polio.
15
d) Antigen yang telah dipisahkan dari kuman penyebab penyakit tertentu,
misalnya antigen yang diperoleh dari bakteri penyakit pneumonia.
Imunitas aktif biasanya diperoleh beberapa minggu setelah vaksinasi dan
berguna sebagai tindak pencegahan terhadap beberapa penyakit, misalnya batuk
rejan (pertusis), cacar (variola), hepatitis, polio, difteri, dan campak. Kekebalan
tersebut dapat bertahan sampai bertahun-tahun bahkan ada yang seumur hidup.
Imunitas pasif dilakukan dengan cara memasukkan antibody tertentu dalam
bentuk serum, yaitu plasma darah yang sudah tidak mengandung fibrinogen.
Dalam hal ini tubuh kita berperan aktif untuk mendapatkan kekebalan tersebut.
Kekebalan yang diperoleh dengan cara ini biasanya bersifat sementara, yaitu
berkisar dari beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Serum yang mengandung antibodi diperoleh dari manusia atau hewan,
seperti kuda dan kelinci yang tubuhnya telah diberi antigen dari kuman penyakit
tertentu. Beberapa serum yang telah lama dikenal, misalnya serum yang
mengandung antibodi terhadap kuman tetanus, difteri, campak, gondong, cacar,
dan rabies. Imunitas pasif dapat juga berasal dari tubuh ibu yang masuk ke tubuh
fetus melalui plasenta.. Hal ini sangat penting untuk melindungi bayi pada
minggu-minggu pertama kelahiran terhadap beberapa penyakit. Zaat antibodi
dapat juga diberikan dari ibu yang baru melahirkan melalui air susunya.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan tubuh dari pengaruh luar yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungungi tubuh dari infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan dalam
tubuh melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu dapat berrkembang dalam
tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
Sistem imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi penyebab penyakit
dengan menghancurkan dan mennghilangkan mikroorganisme atau substansi asing
(bakteri, virus, parasit, jamur serta tumor) yang masuk kedalam tubuh, menghilangkan
jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, menggenali sel atau
jaringan yang abnormal. Sasaran utama yaitu bakteri, patogen dan virus. Leukosit
merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, dan sel mast).
17