TUGAS MAKALAH IMUNOLOGI Kelompok 5
TUGAS MAKALAH IMUNOLOGI Kelompok 5
TUGAS MAKALAH IMUNOLOGI Kelompok 5
TENTANG IMUNOLOGI
DISUSUN OLEH :
Anggun Agustin 22250004
Bella Pramita 22250006
Dhea Amnda Dwi Putri 22250013
Rani Alvionita 22250027
Sanjaya 22250033
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah Biologi dengan membahas Dasar-dasar Imunologi dalam bentuk makalah.
Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari beberapa sumber. isi
makalah ini mencakup tentang sejarah imunologi, pengertian imunologi, fungsi sistem imun,
respon imun, jenis-jenis imun, pengertian antigen dan antibodi, penjelasan sistem
komplemen, sel -sel sistem imun dan KELAINAN PADA SISTEM IMUN.
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan.
Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... .... 1
Bab II Isi
2.1 Sejarah Imunologi................................................................................................ .... 2
2.2 Pengertian Imunologi........................................................................................... .... 3
2.3 Fungsi Sistem Imunologi.......................................................................................... 4
2.4 Respon Imunologi..................................................................................................... 5
2.5 Jenis-jenis Imunologi................................................................................................ 6
2.6 Pengertian Antigen dan Antibody............................................................................ 7
2.7 Sistem Komplemen................................................................................................... 8
2.8 Sel-sel Sistem Imunologi.......................................................................................... 9
2.9 Reaksi Hipersensitivas.............................................................................................. 10
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan .... 8
Daftar Pustaka .... 9
BAB I
a) Sitolisis
Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks serangan membran) yang berfungsi adalah C5-
C9. Mekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh melawan mikrooorganisme. Proses
lisis ini dapat melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.
b) Sifat biologik aktif
Fagositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi C3b dan iC3b mungkin merupakan
mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi bakteri dan jamur secara sistemik Fagositosis
ini juga lebih meningkat bilamana bakteri disamping berikatan dengan komplemen juga
berikatan dengan antibodi IgG atau IgM. Melekatnya antibodi dan fragmen komplemen pada
reseptor spesifik yang terdapat pada sel fagosit tidak hanya menyebabkan opsonisasi, tetapi
juga memacu untuk terjadinya fagositosis.
Anafilaksis dan kemotaksis
C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast dan sel
basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan permeabilitas dan
kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat pada permukaan sel mast, sel
basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a terdapat pada permukaan sel mast, basofil,
netrofil, monosit, makrofag, dan sel endotelium.
Melekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos menyebabkan kontraksi
otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang paling poten dan C4a adalah yang
paling lemah.
C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a dan C4a; oleh karena C5a
juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel-sel fagosit maka C5a dapat
menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke tempat mikroorganisme, benda asing atau
jaringan yang rusak; proses ini disebut kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat
merangsang metabolisme oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan
daya untuk memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut
Proses peradangan
Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkan terkumpulnya sel-
sel dan serum protein yang diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka memusnahkan
mikroorganisme atau benda asing tersebut; proses ini disebut peradangan.
Pelarutan dan eliminasi kompleks imun
Untuk menetralkan terbentuknya kompleks imun yang berlebihan ini, sistem
komplemen dapat meningkatkan fungsi fagosit. Fungsi ini terutama oleh reseptor yang
terdapat pada permukaan eritrosit. Kompleks imun yang beredar mengaktifkan komplemen
dan mengaktifkan fragmen C3b yang menempel pada antigen. Kompleks tersebut akan
berikatan dengan reseptor pada permukaan eritrosit. Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati
hati dan limpa, maka sel fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat membersihkan
kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit tersebut.
3. Regulasi
Aktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu :
a. komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang tidak
stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan rusak,
b. adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor, faktor I dan
faktor H,
c. pada permukaan membran sel terdapat protein yang dapat merusak fragmen
komplemen yang melekat.
Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui
aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.
Regulasi jalur alternatif
Jalur altematif juga di regulasi pada berbagai fase oleh beberapa protein dalam
sirkulasi maupun yang terdapat pada permukaan membran. Faktor H berkompetisi dengan
faktor B dan Bb untuk berikatan dengan C3b. Juga CR1 dan DAF dapat berikatan dengan
C3b sehingga berkompetisi dengan faktor B. Dengan adanya hambatan ini maka
pembentukan C3 konvertase juga dapat dihambat. Faktor I, menghambat pembentukan
C3bBb; dalam fungsinya ini faktor I dibantu oleh kofaktor H, CR1 dan MCP. Faktor I
memecah C3b dan yang tertinggal melekat pada permukaan sel adalah inaktif C3b (iC3b),
yang tidak dapat membentuk C3 konvertase, selanjutnya iC3b dipecah menjadi C3dg dan
terakhir menjadi C3d.
2.8 SEL-SEL IMUN
1. Sel-Sel Sistem Imun Nonspesifik
Sel sistem imun non spesifik bereaksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah
atau belum pernah dijumpai. Reaksinya pun tidak perlu diaktivasi terlebih dahulu seperti
pada sistem imun spesifik. Lebih jauh lagi respon imun non spesifik merupakan lini pertama
pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam. Sel-sel yang berperan dalamnsistem
imun nonspesifik adalah sel fagosit, sel nol, dan sel mediator.
a) Sel Fagosit
Sel fagosit terbagi dua jenis, yaitu fagosit mononuclear dan fagosit polimorfonuklear.
Fagosit mononuclear terdiri dari sel monosit dan sel makrofag, sedangkan fagosit
polimorfonuclear terdiri dari neutrofil dan eusinofil.
Sel Monosit dan Sel Makrofag
Persentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5 %. Monosit bersirkulasi
dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke dalam jaringan, dan
berkembang menjadi makrofaga (macrophage) besar (pemangsa besar). Makrofaga jaringan,
yang merupakan sel-sel fagositik terbesar, adalah fagosit yang sangat efektif dan berumur
panjang. Sel-sel ini menjulurkan kaki semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel
ke polisakarida pada permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian
dirusak oleh enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu.
Sel Neutrofil
Neutrofil merupakan sel fagosit yang berasal dari sel bakal myeloid dalam sumsum
tulang. Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel darah putih (leukosit). Neutrofil adalah
fagosit pertama yang tiba, diikuti oleh monosit darah, yang berkembang menjadi makrofaga
besar dan aktif. Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal
kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk datang.
Sel Eusinofil
Sama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal myeloid. Ukuran
sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga sebagai fagosit. Eosinofil
berjumlah 2-5% dari sel darah putih. Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan
dengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atau
Schistosoma mansoni). Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis
oleh eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri pada parasit
melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang dapat membunuh
banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga memiliki kecenderungan khusus untuk berkumpul
dalam jaringan yang memiliki reaksi alergi. \
b) Sel Nol
Sel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung
petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh karena itu disebut sel nol. Sel ini
beredar dalam pembuluh darah sebagai limfosit besar yang khusus, memiliki granular
spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperi sel tumor
dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada
patogen intraseluler. Sel jenis khusus mirip limfosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang
ini juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus dan merupakan 10 % – 20 % bagian dari
limfosit perifer. Bentuknya lebih besar dari limfosit B dan limfosit T.
c) Sel Mediator
Sel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan trombosit. Sel
tersebut disebut sebagai mediator dikarenakan melepaskan berbagai mediator yang berperan
dalam sistem imun.
Sel basofil dan sel mast
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan diduga juga dapat
berfungsi sebagai fagosit. Sel basofil secara struktural dan fungsional mirip dengan sel mast,
yang tidak pernah beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh.
Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sistem
sirkulasi, tapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang
sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat. Ada dua macam
sel mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast mukosa. Yang pertama ditemukan di
sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah heparin dan histamine.
Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang
belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan daerah yang meradang, dimana apabila
terpajan ke tromboplastin jaringan di jaringan yang cedera maka fibrinogen, yang telah
diaktifkan melalui proses berjenjang yang melibatkan pengaktifan suksesif faktor-faktor
pembekuan, diubah menjadi fibrin. Fibrin inilah yang membentuk bekuan cairan
interstitiumdi ruang-ruang di sekitar bakteri dan sel yang rusak.
2. Sel-sel Sistem Imun Spesifik
Karakteristik Sel T
Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel –sel ini harus berkontak langsung dengan
sasaran suatu proses yang dikenal sebagai immunitas yang diperantarai oleh sel (cell-
mediated immunity, imunitas seluler).
Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap Sel T
memiliki protein-protein reseptor unik.
Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut disajikan di permukaan
suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang bersangkutan, yaitu,
baik antigen asing maupun antigen diri harus terdapat di permukaan sel sebelum sel
T dapat mengikuti keduanya.
Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T efektor. Sebagian kecil
tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap merespon secara
lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh.
Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing dalam kombinasi dengan
antigen jaringan individu itu sendiri, suatu pelajaran yang diwariskan ke semua
turunan sel T berikutnya
Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen tertentu sebelum sel T
teraktivasi besiap untuk melancarkan serangan imun seluler.
Subpopulasi sel T
Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel klon sel T
komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan
sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas seluler.
Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh
antigen.
Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing, misalnya sel
tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.
Sel Th (helper)
Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat aktivitas sel T
sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.
Sel Ts (supperssor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan
penolong. Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong dalam subpopulasi
penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara
imunologik. Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka
memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas
makrofag.
Sel Tdh (delayed hypersensitivity)
Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya
ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya
menyerupai sel Th.
Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang mempunyai efek
biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel T yang disensitisasi.
Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan
sebagainya.
b) Sel B
Sel B merupakan 5-15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam sirkulasi. Fungsi
utamanya ialah memproduksi antibodi. Sel B ditandai dengan adanya immunoglobulin yang
dibentuk didalam sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian menempel pada permukaan sel
yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen. Kebanyakan sel perifer mengandung
IgM dan IgD dan hanya beberapa sel yang mengandung IgG, IgA, dan IgE, pada
permukaannya. Sel B dengan IgA banyak ditemukan dalam usus. Antibody permukaan
tersebut dapat ditemukan dengan teknik imunofluoresen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker
dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
DAFTAR PUSTAKA
file:///G:/IMUNOLOGI%20%C2%AB%20DUNIA%20KEDOKTERAN%20dokterkecil.htm
file:///G:/Dasar_dasar_imunologi.htm
file:///G:/Tabel-2-sistem_imunologi.htm
file:///G:/imunologi.htm
file:///G:/Fungsi%20 imunologi _dasar.htm