TUGAS MAKALAH IMUNOLOGI Kelompok 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TENTANG IMUNOLOGI

DISUSUN OLEH :
Anggun Agustin 22250004
Bella Pramita 22250006
Dhea Amnda Dwi Putri 22250013
Rani Alvionita 22250027
Sanjaya 22250033

Dosen pembimbing : Septi, S.Pd., M.Si

FAKULTAS S1 KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN


TAHUN AJARAN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata kuliah Biologi dengan membahas Dasar-dasar Imunologi  dalam bentuk makalah.
Makalah ini kami tulis berdasarkan hasil pencarian kami dari beberapa sumber. isi
makalah ini mencakup tentang  sejarah imunologi, pengertian imunologi, fungsi sistem imun,
respon imun, jenis-jenis imun, pengertian antigen dan antibodi, penjelasan sistem
komplemen, sel -sel sistem imun dan KELAINAN PADA SISTEM IMUN.

Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang dasar-dasar


imunologi, walaupun tidak secara detail.

Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk  pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan.

Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang..................................................................................................... .... 1
Bab II Isi
2.1  Sejarah Imunologi................................................................................................ .... 2
2.2  Pengertian Imunologi........................................................................................... .... 3
2.3  Fungsi Sistem Imunologi.......................................................................................... 4
2.4  Respon Imunologi..................................................................................................... 5
2.5  Jenis-jenis Imunologi................................................................................................ 6
2.6  Pengertian Antigen dan Antibody............................................................................ 7
2.7  Sistem Komplemen................................................................................................... 8
2.8  Sel-sel Sistem Imunologi.......................................................................................... 9
2.9  Reaksi Hipersensitivas.............................................................................................. 10
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan                                                                                                            .... 8
Daftar Pustaka                                                                                                           .... 9
BAB I

1.1  Latar Belakang


Manusia dan hewan mempunyai system untuk mempertahankan diri terhadap penyakit
yang dikenal dengan system imunitas. Ada dua jenis imunitas , yaitu imunitas bawaan dan
imunitas adaptif. Kedau imunitas tersebut merupakan garis pertahanan pertama terhadap
semua pengganggu. Bagian utama tubuh yang berfungsi sebagai imunitas bawaan adalah
kulit,air mata dan air liur.
System kekebalan tubuh sangat mendasar perannya bagi kesehatan , tentunya harus
disertai dengan pola makan yang sehat, makan cukup berolahraga, dan terhindar dari
masuknya senyawa yang beracun kedalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh,
maka harus segera dikeluarkan.tem kekebalan tubuh Kondisi system kekebalan tubuh
menentukan kualitas hidup. Dalam tubuh yang sehat terdapat system kekebalan tubuh yang
kuat sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit juga prima. Pada bayi yang baru lahir,
pembentukan system kekebalan tubuhnya belum sempurna dan memerlukan ASI yang
membawa system kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh sang bayi .
semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun pada orang lanjut usia,
system kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit
degenerative atau penuaan.
Pada pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan.
Hal ini berdampak juga pada pola makan. Sarapan didalam kendaraan, makan siang serba
tergesa, dan malam karena kelelahan tidak nafsu makan. Belum lagi kualitas makanan yang
dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan steres. Apabila terus berlanjut, daya tahan
tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak
orang yang masih muda mengidap penyakit degenerative. Kondisi stress dan pola hidup
modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga memerlukan kecukupan antibody. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali
terabaikan, sehingga timbulberbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia produktif.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah imunologi
b. Apa pengertian imunologi?
c.   Apa fungsi system imun ?
d. Bagaimana respon imun?
e. Apa saja jenis-jenis imun?
f. Apa yang dimaksud antigen dan antibody?
g. Apa yang dimaksud dengan system komplement?
h. Apa saja sel-sel system imun?
i. Apa saja yang kelainan system imun?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui sejarah imunologi
 Untuk mengetahui pengertian imunologi
 Untuk mengetahui fungsi system imun
 Untuk mengetahui respon imun
 Untuk mengetahui jenis-jenis imun
 Untuk mengetahui antigen dan antibody
 Untuk mengetahui system complement
 Untuk mengetahui sel-sel system imun
 Untuk mengetahui kelainan system imun
BAB II
ISI

2.1 SEJARAH IMUNOLOGI


Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respon
tubuh, terutama respon kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, girolamo
fracastoro mengajukan teori kontagion bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang
dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu, tetapi zat tersebut sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasikan.
1. Edwar jenner
Pada tahun 1789, Edwar jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi
variola secara alamiah, bila ia telah terpajar sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox). Sejak
itulah, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun pada waktu itu belum diketahui bagaimana
mekanisme yang sebenarnya terjadi. Memang imunologi tidak akan maju bila diiringi dengan
kemajuan dalam bidang teknologi, terutama teknologi kedokteran. Dengan ditemukannya
mikroskop maka kemajuan dalam bidang mikrobiologi meningkat dan mulai dapat
ditelusuripenyebab penyakit infeksi. Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru dimulai
setelah louise Pasteur pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat
membiak mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Penemuan
ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun 1885. Hasil
karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya yang
merupakan pencapaian gemilang imunologi yang memberi dampak positif pada penurunan
mordibitas penyakit infeksi pada anak.
    2.  Robert Koch
Pada tahun 1880, Robert menemukan kuman penyebab penyakit tuberkolosis. Dalam
rangka mencari vaksin terhadap tuberkolosis ini,ia mengamati adanya reaksi tuberculin
(1891) yang merup[pakn reaksi hipersensitifitas lambat pada kulit terhadap kuman
tuberculosis. Reaksi tuberculin ini kemudian kemudian oleh mantoux (1908) dipakai untuk
mendiagnosis penyakit tuberculosis pada anak. Vaksin terhadap tuberkolusis ditemukan pada
tahun 1921 oleh calmette dan Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG ( bacillua calmette
Guerin). Kemudian diketahui bahwa tidak hanya mikroorganisme hidup yang dapat
menimbulkan kekebalan , bahanyang yidak hidup dapat menginduksi kekebalan.
3.  Alexander yersin dan roux
Setelah roux menemukan toksin diferi pada tahun 1885, Von Behring dan Kitasato
menemukan antitoksin diferi pada binatang(1890). Sejak itu dimulailah pengobatan dengan
serum kebal yang diperoleh dari kuda dan imunologi diterapkan dalam pengobatan penyakit
infeksi pada anak. Pengobatan dengan serum kebal ini dikemudian berkambang menjadi
pengobatan dengan imunglobulin spesifik atau globulin gama yang diperoleh dari manusia.
4. Clemens von pirquet
Dengan pemakaian serum kebal , muncullah secara klinis kelainan akibat pemberian
serum ini. Dua orang dokter anak,clements von pirquet dari austriadan bela shick diri
hongaria melaporkan pada tahun1905, bahwa anak yang mendapat suntikan serum kebal
berasal dari kuda terkadang menderita panas, pembesaran kelenjar, dan eritema yang
dinamakan penyakit serum ( serum sicknes ). Perancis , Charles richet dan paul portier (1901)
menemukan bahwa reaksi kekebalan tubuh yang diharapkan timbul dengan menyuntikkan zat
toksin pada anjing tidak terjadi , bahkan yang terjadi adalah keadaan sebaliknyayaitu
kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis (tanpa pencegahan ). Mulailah
imunologi dilibatkan dalam reaksi lain dari kekebalan akibat pemberian toksin atau
antitoksin. clements von pirquet dari Austria (1906) memakai istilah reaksi alergi untuk
reaksi imunologi ini. Pada tahun 1873 charles blackley mempelajari penyakit hay fever yaitu
penyakit dengan gejala klinis konjungtivitas dan rhinitis, serta melihat bahwa ada hubungan
antara penyakit ini dengan serbuk sari (pollen). Oleh wolf Eisber (1906) dan meltezer (1910),
penyakit ini dinamakan anafilaksis pada manusia (human anaphylaxis).
5.      Metchnikoff
Pada tahun 1883, Metchnikoff sebenarnya telah mengatakan bahwa pertahanan tubuh
tidak saja diperankan oleh faktor humoral, tetapi leukosit juga berperan dalam pertahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada waktu itu peran leukosit baru dikenal fungsi
fagositosisnya. Beliaulah yang menemukan sel makrofag. Sekarang kita mengetahui bahwa
sel makrofag aktif berperan pada imunitas selular untuk eliminasi antigen. Baru pada tahun
1964, Cooper dan Good dari penelitiannya pada ayam menyatakan bahwa sistem limfosit
terdiri atas 2 populasi, yaitu populasi yang perkembangannya bergantung pada timus dan
dinamakan limfosit T, serta populasi yang perkembangannya bergantung pada bursa
fabricius dan dinamakan limfosit B. Tetapi pada waktu itu belum dapat dibedakan antara
limfosit T dan limfosit B. Limfosit T berperan dalam hipersensitivitas lambat pada kulit dan
penolakan jaringan, sedangkan limfosit B dalam produksi antibodi.
2.2 PENGERTIAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker
dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mencakup kajian mengenai semua aspek system imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologi system imun yang baik dalam keadaan
sehat maupun sakit malfungsi system imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,
hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allografi, karekteristik fisik ,kimiawi, dan
fisiologi komponen-komponen system imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki
berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa
subdisiplin.
2.2 PENGERTIAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker
dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mencakup kajian mengenai semua aspek system imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologi system imun yang baik dalam keadaan
sehat maupun sakit malfungsi system imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,
hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allografi, karekteristik fisik ,kimiawi, dan
fisiologi komponen-komponen system imun in vitro, in situ, dan in vivo.
2.3 FUNGSI SISTEM IMUN
Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit dengan menghancurkan dan
menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta
tumor) yang masuk ke dalam tubuh, Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak
untuk perbaikan jaringan, Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Dan Sasaran
utama yaitu bakteri patogen dan virus. Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel
plasma, makrofag, dan sel mast).
2.4 RESPON IMUN
Tahap :
Deteksi dan mengenali benda asing, Komunikasi dengan sel lain untuk berespons,
Rekruitmen bantuan dan koordinasi respons dan estruksi atau supresi penginvasi
2. 5 JENIS-JENIS IMUN
1. Sistem imun non spesifik ,natural atau sudah ada dalam tubuh (pembawaan )
Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam melawan mikroorganisme. Disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.Terdiri dari:
a)      Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan, batuk, bersin akan mencegah masuknya
berbagai kuman patogen kedalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan
selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.
b)      Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga,
spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara
biokimiawi. asam HCL dalam cairan lambung , lisozim dalam keringat, ludah , air mata dan
air susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif  dengan
menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam
neuraminik yang mempunyai sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
c)      Pertahanan humoral
Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan tubuh secara humoral.
Bahan-bahan tersebut adalah:
Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
         Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
         Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
        Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan
makrofag untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi).
Interferon
Adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang
mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron
mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus
sehingga menjadi resisten terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat mengaktifkan
Natural Killer cell (sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan
perubahan pada permukaannya. Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian
membunuhnya. Dengan demikian penyebaran virus dapat dicegah.
C-Reactive Protein (CRP)
Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP
dibentuk oleh badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat
meningkat (100 x atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada
imunitas non spesifik, karena dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang
terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
d)      Pertahanan seluler
Fagosit/makrofag dan sel NK berperanan dalam sistem imun non spesifik seluller.
Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis tetapi sel utama yang
berperaan dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag)
serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi
dengan komplemen dan sistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa
tingakt sebagai berikut:
Kemotaksis, menangkap, memakan (fagosistosis), membunuh dan mencerna.
Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infekis sebagai respon terhadap berbagai factor
sperti produk bakteri dan factor biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Antibody
seperti pada halnya dengan komplemen C3b dapat meningkatkan fagosistosis (opsonisasi).
Antigen yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh fagosit untuk kemudian
dihancurkan. Hal tersebut dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fc dari
immunoglobulin pada permukaan fagosit.
2.   Sistem imun spesifik atau adaptasi
Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang pertama kali
muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut.
Bila sel imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing
yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian akan dihancurkan olehnya. Oleh karena
sistem tersebut hanya mengahancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka
sistem itu disebut spesifik.sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan
benda asing yang berbahaya, tetapi umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi,
komplemen , fagosit dan antara sel T makrofag.
Sistem imun spesifik ada 2 yaitu;
a)      Sistem imun spesifik humoral
Yang berperanan dalam sistem imun humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B
tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel
tersebut akan berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menbentuk zat
anti atau antibody. Antibody yang dilepas dapat ditemukan didalam serum. Funsi utama
antibody ini ialah untuk pertahanan tehadap infeksi virus, bakteri (ekstraseluler), dan dapat
menetralkan toksinnya.
b)      Sistem imun spesifik selular
Yang berperanan dalam sistem imun spesifik seluler adalah limfosit T atau sel T. sel
tersebut juga berasal dari sel asal yang sama dari sel B. factor timus yang disebut timosin
dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormon asli dan dapat memberikan
pengaruhnya terhadap diferensiasi sel T diperifer. Berbeda dengan sel B , sel T terdiri atas
beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama sel imun spesifik adalah
untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan
keganasan.
Imunitas spesifik dapat terjadi sebagai berikut:
Alamiah
         Pasif
Imunitas alamiah pasif ialah pemindahan antibody atau sel darah putih yang
disensitisasi dari badan seorang yang imun ke orang lain yang imun, misalnya melalui
plasenta dan kolostrum dari ibu ke anak.
         Aktif
Imunitas alamiah katif dapat terjadi bila suatu mikoorgansme secara alamiah masuk
kedalam tubuh dan menimbulkan pembentukan antibody atau  sel yang tersensitisasi.
Buatan  
         Pasif
Imunitas buatan pasif dilakukan dengan memberikan serum, antibody, antitoksin
misalnya pada tetanus, difteri, gangrengas, gigitan ular dan difesiensi imun atau pemberian
sel yang sudah disensitisasi pada tuberkolosis dan hepar.
         Aktif
Imunitas buatan aktif dapat ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid
tetanus, antigen mikro organism baik yang mati maupun yang hidup.
2.6 ANTIGEN DAN ANTIBODY
a. Pengertian Antigen
Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit
pada manusia dan hewan.  Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi,
protozoa dan cacing parasit.  Molekul antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing
seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. 
b. Letak Antigen
Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi
antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat
antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker,
dan racun
c. Karakteristik
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah
sebagai berikut:
 Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat imunogenik, jadi untuk
menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself.
 Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran besar.  Molekul
dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran
sangat kecil seperti asam amino tidak bersifat imunogenik.
 Kompleksitas kimiawi dan struktural
Jumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat diperlukan, misalnya homopolimer asam
amino kurang bersifat munogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua
atau tiga asam amino yang berbeda.
 Determinan antigenic (epitop)
Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibody disebut dengan
determinan antigenic atau epitop.  Antigen dapat mempunyai satu atau lebih determinan. 
Suatu determinan mempunyai ukuran lima asam amino atau gula.
 Tatanan genetic penjamu
        Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap
antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
 Dosis, cara dan waktu pemberian antigen
Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka respon imun
tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk
jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara dosis yang
diberikan)
d)     Pembagian Antigen
         Secara fungsional
 Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
 Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
         Pembagian antigen menurut epitop
 Unideterminan, univalent yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop pada satu
molekul.
 Unideterminan, multivalent yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih
determian tersebut ditemukan pada satu molekul.
 Multideterminan, univalent yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi
hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)  Multideterminan,
multivalent yaitu banyak macam determinan dan banyak  dari setiap macam pada
satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara
kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14
         Pembagian antigen menurut spesifisitas
 Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies yang
berbeda.
 Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu.
 Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam satu
spesies.
 Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama dari
spesies yang berbeda.
 Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri (Baratawidjaja
1991: 14-15; Sell      : 9–10).
         Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
 T dependent yaitu antigen yang memerlukan pengenalan oleh sel T dan sel B
untuk dapat menimbulkan respons antibodi.  Sebagai contoh adalah antigen
protein.
 T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel
Tuntuk membentuk antibodi.  Antigen tersebut berupa molekul besar polimerik
yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida,
ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri.(Baratawidjaja 1991: 15).
e)      Reaksi Antigen dan Antibodi
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa
masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada
protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari
barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk
dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan
molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk
berfungsi sebagai reseptor antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan
menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan
spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk
antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun
sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10
sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi
dengan antibodi disebut antigenisitas. Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi
respon imun disebut imunogenitas.
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:
a. Primer Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan
antibodi pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
b. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya
c. Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan
effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody
mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
d. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak
cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
e. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,
sehingga tidak dapat ertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.
f. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
g. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa
antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa
sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan
melalui proses lisis membran plasmanya.
h. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi antigen-
antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya.
2. Antibodi
Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi
oleh antigen. Antibodi merupakan senjata yang tersusun dari protein dan dibentuk untuk
melawan sel-sel asing yang masuk ke tubuh manusia.
Fungsinya yaitu :
         Untuk mengikatkan diri kepada sel-sel musuh, yaitu antigen.
         Membusukkan struktur biologi antigen tersebut lalu menghancurkannya.
  Sifat Antibodi
Antibodi mempunyai sifat yang sangat luar biasa, karena untuk membuat antibodi
spesifik untuk masing-masing musuh merupakan proses yang luar biasa, dan pantas
dicermati. Proses ini dapat terwujud hanya jika sel-sel B mengenal struktur musuhnya dengan
baik. Dan, di alam ini terdapat jutaan musuh (antigen)..
Proses Pembentukan Antibodi
 Antibodi terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi tersebut
diwariskan dari ibu ke janinnya melalui inntraplasenta. Antibody yang dihasilkan
pada bayi yang baru lahir titier masih sangat rendah, dan nanti antibody tersebut
berkembang seiring perkembangan seseorang.
    Pembentukan antibody karena keterpaparan dengan antigen yang menghasilkan
reaksi imunitas, dimana prosesnya adalah:
 Misalnya bakteri salmonella. Saat antigen (bakteri salmonella) masuk ke dalam tubuh,
maka tubuh akan meresponnya karena itu dianggab sebagai benda asing. karena
bakteri ini sifatnya interseluler maka dia tidak sanggup untuk di hancurkan dalam
makrofag karena bakteri ini juga memproduksi toksinsebagai pertahanan tubuh. Oleh
karena itu makrofag juga memproduksi APC yang berfungsi mempresentasikan
antigen terhadap limfosit.agar respon imun berlangsung dengan baik.Ada dua limfosit
yaitu limfosit B dan limfosit T.
e)      Klasifikasi Antibodi
         IgG (Imuno globulin G)
IgG merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa
hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG
beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka
mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi.
Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka melindungi tubuh
terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam racun.
         IgA (Imuno globulin A)
Antibodi ini terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air
mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus.
Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus
yang lebih menyukai media lembap seperti itu. Secara struktur, IgA mirip satu sama lain.
Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan. Setelah
kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap melindunginya.
Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat
dalam organisme bayi yang baru lahir. Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan
melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga
akan hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur
beberapa minggu.
         IgM (Imuno globulin M)
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat
organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan musuh. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada
umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman
penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah
terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
         IgD (Imuno globulin D): IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada
permukaan sel B. Mereka tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan
menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap
antigen.
         IgE (Imuno globulin E)
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini bertanggung jawab
untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk berperang. Antibodi ini
kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh
orang yang sedang mengalami alergi.

2.7 SISTEM KOMPLEMENT


Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks
protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di
sirkulasi darah dalam keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur
yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi
sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi
biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem
komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat
membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau
bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada
jaringan berlangsung terus-menerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan
penyakit.
Komplemen sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit, dan juga oleh
sel fagosit mononuklear yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen C l juga dapat di
sintesis oleh sel epitel lain diluar hepar. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit
mononuklear terutama akan disintesis ditempat dan waktu terjadinya aktivasi. Sebagian dari
komponen protein komplemen diberi nama dengan huruf C: Clq, Clr, CIs, C2, C3, C4, C5,
C6, C7, C8 dan C9 berurutan sesuai dengan urutan penemuan unit tersebut, bukan menurut
cara kerjanya
1.      Aktivasi Komplemen
a)      Aktivasi komplemen jalur klasik
Aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau disebut pula jalur intrinsik, dibagi
menjadi 3 tahap yaitu :
 Regulasi jalur klasik, terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui aktivitas C1 inhibitor dan
penghambatan C3 konvertase.
 Aktivitas C1 inhibitor
Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH). Sebagian besar C1
dalam peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1 dengan kompleks
antigen-antibodi akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.
 Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa
regulator.  
b)  Aktivasi komplemen jalur alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga
reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan
antibodi IgG dan IgM.  Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus
menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa
enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi
frclgmen C3a dan C3b. Fragmen C3b bersama dengan ion Mg++ dan faktor B membentuk
C3bB. Fragmen C3bB diaktifkan oleh faktor D menjadi C3bBb yang aktif (C3 konvertase)
(Lihat Gambar 5-2). Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil
sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh
faktor H dan faktor I menjadi iC3b,
2.      Efek Biologik Komplemen
Fungsi sistem komplemen pada pertahanan tubuh dapat dibagi dalam dua golongan
besar, 1) lisis sel sasaran oleh kompleks serangan membran, dan 2) sifat biologik aktif
fragmen yang terbentuk selama aktivasi.

a)      Sitolisis
Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks serangan membran) yang berfungsi adalah C5-
C9. Mekanisme ini sangat penting bagi pertahanan tubuh melawan mikrooorganisme. Proses
lisis ini dapat melalui jalur alternatif maupun jalur klasik.
b)     Sifat biologik aktif
Fagositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi C3b dan iC3b mungkin merupakan
mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi bakteri dan jamur secara sistemik Fagositosis
ini juga lebih meningkat bilamana bakteri disamping berikatan dengan komplemen juga
berikatan dengan antibodi IgG atau IgM. Melekatnya antibodi dan fragmen komplemen pada
reseptor spesifik yang terdapat pada sel fagosit tidak hanya menyebabkan opsonisasi, tetapi
juga memacu untuk terjadinya fagositosis.
Anafilaksis dan kemotaksis
C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast dan sel
basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan permeabilitas dan
kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat pada permukaan sel mast, sel
basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a terdapat pada permukaan sel mast, basofil,
netrofil, monosit, makrofag, dan sel endotelium.
Melekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos menyebabkan kontraksi
otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang paling poten dan C4a adalah yang
paling lemah.
C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a dan C4a; oleh karena C5a
juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel-sel fagosit maka C5a dapat
menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke tempat mikroorganisme, benda asing atau
jaringan yang rusak; proses ini disebut kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat
merangsang metabolisme oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan
daya untuk memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut
Proses peradangan
Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkan terkumpulnya sel-
sel dan serum protein yang diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka memusnahkan
mikroorganisme atau benda asing tersebut; proses ini disebut peradangan.
Pelarutan dan eliminasi kompleks imun
Untuk menetralkan terbentuknya kompleks imun yang berlebihan ini, sistem
komplemen dapat meningkatkan fungsi fagosit. Fungsi ini terutama oleh reseptor yang
terdapat pada permukaan eritrosit. Kompleks imun yang beredar mengaktifkan komplemen
dan mengaktifkan fragmen C3b yang menempel pada antigen. Kompleks tersebut akan
berikatan dengan reseptor pada permukaan eritrosit. Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati
hati dan limpa, maka sel fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat membersihkan
kompleks imun yang terdapat pada permukaan sel eritrosit tersebut.
3.      Regulasi
Aktivasi komplemen dikontrol melalui tiga mekanisme utama, yaitu :
a. komponen komplemen yang sudah diaktifkan biasanya ada dalam bentuk yang tidak
stabil sehingga bila tidak berikatan dengan komplemen berikutnya akan rusak,
b. adanya beberapa inhibitor yang spesifik misalnya C1 esterase inhibitor, faktor I dan
faktor H,
c. pada permukaan membran sel terdapat protein yang dapat merusak fragmen
komplemen yang melekat.
Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu melalui
aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.
Regulasi jalur alternatif
Jalur altematif juga di regulasi pada berbagai fase oleh beberapa protein dalam
sirkulasi maupun yang terdapat pada permukaan membran. Faktor H berkompetisi dengan
faktor B dan Bb untuk berikatan dengan C3b. Juga CR1 dan DAF dapat berikatan dengan
C3b sehingga berkompetisi dengan faktor B. Dengan adanya hambatan ini maka
pembentukan C3 konvertase juga dapat dihambat. Faktor I, menghambat pembentukan
C3bBb; dalam fungsinya ini faktor I dibantu oleh kofaktor H, CR1 dan MCP. Faktor I
memecah C3b dan yang tertinggal melekat pada permukaan sel adalah inaktif C3b (iC3b),
yang tidak dapat membentuk C3 konvertase, selanjutnya iC3b dipecah menjadi C3dg dan
terakhir menjadi C3d.
2.8 SEL-SEL IMUN
1.   Sel-Sel Sistem Imun Nonspesifik
Sel sistem imun non spesifik bereaksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah
atau belum pernah dijumpai. Reaksinya pun tidak perlu diaktivasi terlebih dahulu seperti
pada sistem imun spesifik. Lebih jauh lagi respon imun non spesifik merupakan lini pertama
pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam. Sel-sel yang berperan dalamnsistem
imun nonspesifik adalah sel fagosit, sel nol, dan sel mediator.
a)      Sel Fagosit
Sel fagosit terbagi dua jenis, yaitu fagosit mononuclear dan fagosit polimorfonuklear.
Fagosit mononuclear terdiri dari sel monosit dan sel makrofag, sedangkan fagosit
polimorfonuclear terdiri dari neutrofil dan eusinofil.
Sel Monosit dan Sel Makrofag
Persentase sel monosit dalam sel darah putih berkisar 5 %. Monosit bersirkulasi
dalam darah hanya selama beberapa jam, kemudian bermigrasi ke dalam jaringan, dan
berkembang menjadi makrofaga (macrophage) besar (pemangsa besar). Makrofaga jaringan,
yang merupakan sel-sel fagositik terbesar, adalah fagosit yang sangat efektif dan berumur
panjang. Sel-sel ini menjulurkan kaki semu (psedopodia) yang panjang yang dapat menempel
ke polisakarida pada permukaan mikroba dan menelan mikroba itu, sebelum kemudian
dirusak oleh enzim-enzim di dalam lisosom makrofaga itu.
Sel Neutrofil
Neutrofil merupakan sel fagosit yang berasal dari sel bakal myeloid dalam sumsum
tulang. Jumlahnya sekitar 60-70% dari semua sel darah putih (leukosit). Neutrofil adalah
fagosit pertama yang tiba, diikuti oleh monosit darah, yang berkembang menjadi makrofaga
besar dan aktif. Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal
kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk datang.
Sel Eusinofil
Sama seperti sel fagosit lainnya, sel eosinofil berasal dari sel bakal myeloid. Ukuran
sel ini sedikit lebih besar daripada neutrofil dan berfungsi juga sebagai fagosit. Eosinofil
berjumlah 2-5% dari sel darah putih. Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkan
dengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atau
Schistosoma mansoni). Walaupun kebanyakan parasit terlalu besar untuk dapat difagositosis
oleh eosinofil atau oleh sel fagositik lain, namun eosinofil dapat melekatkan diri pada parasit
melalui molekul permukaan khusus, dan melepaskan bahan-bahan yang dapat membunuh
banyak parasit. Selain itu, eosinofil juga memiliki kecenderungan khusus untuk berkumpul
dalam jaringan yang memiliki reaksi alergi. \
b)      Sel Nol
Sel Natural Killer (Sel NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung
petanda seperti pada permukaan sel B dan sel T. Oleh karena itu disebut sel nol. Sel ini
beredar dalam pembuluh darah sebagai limfosit besar yang khusus, memiliki granular
spesifik yang memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperi sel tumor
dan sel yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada
patogen intraseluler. Sel jenis khusus mirip limfosit yang diproduksi di dalam sumsum tulang
ini juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus dan merupakan 10 % – 20 % bagian dari
limfosit perifer. Bentuknya lebih besar dari limfosit B dan limfosit T.
c)      Sel Mediator
Sel yang termasuk sel mediator adalah sel basofil, sel mast, dan trombosit. Sel
tersebut disebut sebagai mediator dikarenakan melepaskan berbagai mediator yang berperan
dalam sistem imun.
Sel basofil dan sel mast
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan diduga juga dapat
berfungsi sebagai fagosit. Sel basofil secara struktural dan fungsional mirip dengan sel mast,
yang tidak pernah beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh.
Awalnya sel basofil dianggap berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sistem
sirkulasi, tapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang
sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang terletak di jaringan ikat. Ada dua macam
sel mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast mukosa. Yang pertama ditemukan di
sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah heparin dan histamine.
Trombosit
Trombosit adalah fragmen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum tulang
belakang. Trombosit berperan dalam pembatasan daerah yang meradang, dimana apabila
terpajan ke tromboplastin jaringan di jaringan yang cedera maka fibrinogen, yang telah
diaktifkan melalui proses berjenjang yang melibatkan pengaktifan suksesif faktor-faktor
pembekuan, diubah menjadi fibrin. Fibrin inilah yang membentuk bekuan cairan
interstitiumdi ruang-ruang di sekitar bakteri dan sel yang rusak.
2. Sel-sel Sistem Imun Spesifik
Karakteristik Sel T
 Sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel –sel ini harus berkontak langsung dengan
sasaran suatu proses yang dikenal sebagai immunitas yang diperantarai oleh sel (cell-
mediated immunity, imunitas seluler).
 Bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap Sel T
memiliki protein-protein reseptor unik.
 Sel T diaktifkan oleh antigen asing apabila antigen tersebut disajikan di permukaan
suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang bersangkutan, yaitu,
baik antigen asing maupun antigen diri harus terdapat di permukaan sel sebelum sel
T dapat mengikuti keduanya.
 Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi sel T efektor. Sebagian kecil
tetap dorman, berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap merespon secara
lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh.
   Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing dalam kombinasi dengan
antigen jaringan individu itu sendiri, suatu pelajaran yang diwariskan ke semua
turunan sel T berikutnya
 Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen tertentu sebelum sel T
teraktivasi besiap untuk melancarkan serangan imun seluler.
Subpopulasi sel T
Ketika sel T terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari sel klon sel T
komplementer berproliferisai dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan
sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas seluler.
Terdapat tiga subpopulasi sel T, tergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh
antigen.
         Sel Tc (cytotocic)
Sel T yang menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing, misalnya sel
tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.
         Sel Th (helper)
Berperan menolong sel B dalam memproduksi antibodi, memperkuat aktivitas sel T
sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag.
         Sel Ts (supperssor)
Sel T yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan
penolong. Sebagian besar dati milyaran Sel T diperkirakan tergolong dalam subpopulasi
penolong dan penekan, yang tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi patogen secara
imunologik. Kedua subpopulasi tersebut disebut sel T regulatorik, karena mereka
memodulasi aktivitas sel B dan Sel T sitotoksik serta aktivitas mereka sendiri dan aktivitas
makrofag.
         Sel Tdh (delayed hypersensitivity)
Merupakan sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya
ketempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam fungsinya, sel Tdh sebenarnya
menyerupai sel Th.
         Limfokin
Dalam biakan sel limfosit T dapat ditemukan berbagai bahan yang mempunyai efek
biologic. Bahan-bahan tersebut disebut limfokin dan dilepas sel T yang disensitisasi.
Beberapa jenis limfokin yaitu: interleukin, interferon, factor supresor, factor penolong , dan
sebagainya.
b)   Sel B
                  Sel B merupakan 5-15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam sirkulasi. Fungsi
utamanya ialah memproduksi antibodi. Sel B ditandai dengan adanya immunoglobulin yang
dibentuk didalam sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian menempel pada permukaan sel
yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen. Kebanyakan sel perifer mengandung
IgM dan IgD dan hanya beberapa sel yang mengandung IgG, IgA, dan IgE, pada
permukaannya. Sel B dengan IgA banyak ditemukan dalam usus. Antibody permukaan
tersebut dapat ditemukan dengan teknik imunofluoresen.

2.9 KELAINAN PADA SISTEM IMUN


Kelainan system kekebalan berfariasi dari yang ringan seperti alergi sampai yang serius
seperti penolakan pencangkokan organ,desiensi kekebalan, serta penyakit autonium.
1.  ALERGI
Alergi (hipersensitif) disebabkan oleh respons kekebalan tubuh terhadap antigen.
Antigen-antigen yang dapat menimbulkan suatu tanggapan alergi dikenel sebagai allergen
(penyebeb alergi).
a. Reaksi Alergi cepat
Reaksi alergi cepat , seperti alergi akibat tersengat lebah , alergi terhadap tepung sari atau
hewan kesayangan, disebabkan oleh mekenisme kekebalan humoral. Kekebalan tersebut
diperantarai oleh sekresi antibody ke cairan tubuh untuk melawan antigen penyerbu. Reaksi
hipersensitif cepat ini diakibatkan oleh produksi zat antibody IgE. Ketika seseorang terkena
zat penyebab alergi , antibody IgE akan terikat pada sel-sel darah putihyang berisi histamine,
yaitu bahan kimiayang menyebabkan gejala alergi yang umum, seperti hidung bash, mata
berair, dan bersin. Jika lokasi ikatan antara antigen dangan sel darah putih terisi oleh
allergen , maka sel-sel darah putih akan melepaskan histamine.
b      .Reaksi Alergi lambat
Reaksi alergi lambat dikenal dengan delayed type hipersensivitas atau DTH , contohnua
kasus orang yang keracunan tumbuhan menjalar . contoh DTH ekstrim terjadi ketika
makrofag tidak dapat dengan mudah menghancurkan unsur penyerbu. Akibatnya , sel T
diaktifkan sehingga menyebabkan peradangan pada jaringan tubuh. Radang ini terus berlanjut
sepanjang sel T diaktifkan.
2.      PENOLAKAN TRANSPLANTASI
System kekebalan mengenali dan menyerang apapun yang secara normal berbeda dari
unsur yang ada didalam tubuh seseorang, bahkan unsur yang hanya sedikit berbeda, seperti
organ dan jaringan yang dicangkokkan. Penolakan trnspalasi dapat dibagi menjadi tiga
ketegori yaitu:
 penolakan Hiperakut
Penolakan tipe ini terjadi segera begitu transplantasi contohnya pada transplantasi ginjal.
Penolakan hiperakut dapat diatasi dengan cara mencangkokkan organ pada resipien yang
memiliki golongan sama dengan donor.
 Penolakan Akut
Penolakan akut biasanya terjadi beberapa hari setelah transplantasi. Untuk mengatasi hal
ini , biasanya pada resipien diberikan obat, seperti siklosporin yang memengaruhi respons
molekul MHC resipien terhadap donor.
 Penolakan Kronis
Penolakan kronis terjadi karena organ yang di transplantasikan kehilangan fungsi yang
disebabkan oleh darah beku pada pembuluh darah organ.
3.      AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Suatu penyebab infeksi yang menurunkan kekebalan secara fatal adalah HIV (Human
Immunodeficiency virus). Virus tersebut menyebabkan kasus AIDS debgan menginfeksi dan
secara cepat menghancurkan sel-sel T penolong. AIDS adalah suatu sindrom menurunnya
kekebalan system kekebalan tubuh. AIDS termasuk penyakit menular seksual PMS.
4.      DEFISIENSI IMUN
Defisiensi kekebalan imun dapat diperoleh dari keturunan . defisiensi i min yang
diwariskan tersebut umumnya mencerminkan kegagalan pewarisan suatu gen kepada generasi
berikut sehingga dihasilkan makrofag yang tidak mampu mencerna dan menghancurkan
organisme penyerbu, contohnya adalah serve combined immunodefiency (SCID). Penderita
SCID mengalami kekurangan limfosit B dan T sehingga harus tinggal dilingkungan steril
agar tidak terkena infeksi.
5.      PENYAKIT AUTOIMUN
Ketika suatu penyakit autoimun menyerang , system kekebalan akan menyerang organ
atau jaringannya sendiri seolah-olah mereka adadlah unsur asing. Penyakit autoimun sering
terjadi pada kasus kencing manis dan demam rematik.

BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel
dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem
ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker
dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
DAFTAR PUSTAKA

file:///G:/IMUNOLOGI%20%C2%AB%20DUNIA%20KEDOKTERAN%20dokterkecil.htm
file:///G:/Dasar_dasar_imunologi.htm
file:///G:/Tabel-2-sistem_imunologi.htm
file:///G:/imunologi.htm
file:///G:/Fungsi%20 imunologi _dasar.htm

Anda mungkin juga menyukai