Peraturan Internal Rumah Sakit 2020
Peraturan Internal Rumah Sakit 2020
Peraturan Internal Rumah Sakit 2020
(HOSPITAL BYLAWS)
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
Hospital Bylaws ini bertujuan untuk mengatur batas kewenangan, hak, kewajiban dan
tanggung jawab Pemilik melalui perwakilannya (Dewan Pengawas), Direksi selaku
3. MANFAAT
Adapun manfaat dari Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), adalah:
1. Sebagai acuan Pemilik dalam melakukan pengawasan.
2. Sebagai acuan bagi Direksi selaku pengelola dalam mengelola dan menyusun kebijakan
teknis operasional.
3. Sebagai sarana menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
4. Sebagai sarana dalam perlindungan hukum.
5. Sebagai acuan penyelesaian konflik.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) ini yang dimaksud dengan :
1. Peraturan perundang-undangan adalah segala ketentuan yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia;
2. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur
tata cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi, peraturan
internal staf medis dan peraturan internal staf keperawatan;
3. Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) adalah aturan yang mengatur agar
tata kelola korporasi rumah sakit (corporate governance) terselenggara dengan baik
melalui pengaturan antara pemilik, pengelola, komite medik, dan komite keperwatawan
di rumah sakit;
4. Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah aturan yang mengatur
tata kelola klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di
rumah sakit;
5. Peraturan internal staf keperawatan (Nursing Staff Bylaws) adalah aturan yang
mengatur tata kelola klinis untuk menjaga profesionalisme tenaga keperawatan di rumah
sakit;
6. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat;
7. UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur adalah Rumah Sakit
Umum Daerah Type “C” yang organisasinya diatur dalam Peraturan Bupati Belitung
Timur Nomor 47 Tahun 2019 Tentang Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi Dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Umum Daerah Pada Dinas Kesehatan,
Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Kabupaten Belitung Timur
8. Pemilik adalah pemilik UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur,
yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur;
9. Dewan Pengawas Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Dewan Pengawas, adalah
organ rumah sakit yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
rumah sakit, yang merupakan suatu unit non struktural yang bersifat independen dan
keanggotaannya terdiri dari unsur pemilik rumah sakit, organisasi profesi, asosiasi
BAB II
IDENTITAS
Bagian Pertama
Kedudukan Rumah Sakit
Pasal 2
Nama dan Alamat
(1) Rumah sakit ini bernama UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur.
(2) Alamat UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur adalah di Komplek
Perkantoran Terpadu Jalan Raya Manggar-Gantung Desa Padang Kecamatan Manggar
Kabupaten Belitung Timur 33516
Pasal 3
Kepemilikan
UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur adalah Rumah Sakit Umum kelas
C yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur, dimana direktur
bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
Bagian Kedua
Identitas
Pasal 4
Kelas
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur merupakan Rumah Sakit Umum Kelas C berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan
Perdagangan Kabupaten Belitung Timur Nomor : 503/001/IOP.RS/DPMPTSPP/I/2018 tentang
Izin Operasional Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Belitung Timur
Pasal 5
Lambang
Logo UPT Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Belitung Timur berupa Palang Hijau dan
tulisan RSUD Kabupaten Belitung Timur yang dinaungi oleh Pelangi dengan gambar dan
penjelasan sebagaimana berikut:
Warna Pelangi Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila dan Ungu adalah melambangkan
pemberian pelayanan yang penuh dengan cinta kasih, penuh kesejahteraan, kehangatan, penuh
harapan kebaikan, memberikan kenyamanan dan kedamaian, keikhlasan, serta pelayanan yang
adil dan bijaksana dengan memperhatikan standar dan mutu pelayanan.
Tulisan RSUD Kabupaten Belitung Timur adalah melambangkan organisasi yang tangguh
dalam menghadapi tantangan hambatan, serta memiliki semangat perubahan untuk menjadi
rumah sakit dengan pelayanan prima.
Bagian Ketiga
Visi, Misi, Motto dan Nilai-Nilai
Pasal 6
Visi dan Misi Rumah Sakit
1. Visi Rumah Sakit adalah “Menjadi Rumah Sakit dengan Pelayanan Prima dan Terpercaya”.
2. Misi Rumah Sakit adalah:
a. mewujudkan tata kelola Rumah Sakit yang profesional dan akuntabel; dan
b. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara komprehensif, berkesinambungan dan
akuntabel.
Pasal 7
Motto
Motto Rumah Sakit adalah Bersahabat, Tanggap, dan Penuh Tanggung Jawab (BTP) yang
bermakna hangat dan responsif dalam memenuhi kebutuhan pelanggan Rumah Sakit.
Pasal 8
Nilai-Nilai
Nilai-nilai yang dianut oleh Rumah Sakit adalah:
a. Ikhlas;
Nilai ikhlas adalah bahwa dalam melayani, setiap petugas Rumah Sakit harus memiliki
motivasi pemberian pelayanan tanpa pamrih dan tanpa diskriminasi serta melakukan yang
terbaik, dilandasi prinsip bekerja adalah ibadah.
b. Jujur;
Nilai jujur adalah bahwa dalam melayani, setiap petugas Rumah Sakit harus memiliki
komitmen dan kesadaran untuk melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab sesuai
dengan aturan yang berlaku.
c. Disiplin;
d. Kerjasama;
Nilai kerjasama adalah bahwa dalam melayani, setiap petugas Rumah Sakit berupaya untuk
selalu membangun komunikasi, koordinasi, kerjasama dan kolaborasi yang baik guna
mewujudkan kesamaan gerak dan langkah untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
e. Professional.
Nilai profesional adalah bahwa dalam melayani, setiap petugas Rumah Sakit selalu
mengedepankan standar dan mutu layanan guna mewujudkan pelayanan prima dan
terpercaya.
Bagian Keempat
Tujuan, Tugas dan Fungsi
Pasal 9
(1) Tujuan Rumah Sakit adalah melaksanakan tugas Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya kesehatan perorangan yang
meliputi upaya penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta pendidikan dan
pelatihan dibidang kesehatan.
(2) Upaya kesehatan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselaraskan dengan
upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung
Timur.
(3) Tujuan Rumah Sakit BLUD adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan perorangan
yang meliputi upaya penyembuhan dan rehabilitasi, peningkatan derajat kesehatan serta
upaya pencegahan penyakit kepada masyarakat untuk mewujudkan tugas-tugas Pemerintah
Daerah dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
serta meningkatkan kinerja.
(4) Dalam rangka mencapai tujuan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
Rumah Sakit dikelola ala korporasi dengan prinsip efisiensi dan produktifitas.
Pasal 10
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat
dan pelayanan kesehatan jiwa.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 10, UPT RSUD Kabupaten
Belitung Timur mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
BAB III
DEWAN PENGAWAS
Bagian Pertama
Pasal 12
Kedudukan
(1) Dewan Pengawas Rumah Sakit dibentuk oleh Pemilik Rumah Sakit.
(2) Dewan Pengawas Rumah Sakit adalah suatu unit non struktural yang bersifat independen
dan bertanggung jawab kepada pemilik Rumah Sakit.
(3) Pembentukan Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan atas usulan
pemimpin Rumah Sakit BLUD kepada Bupati.
Pasal 13
Keanggotaan
(3) Jumlah Anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang, seorang di antaranya
ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas merangkap Anggota.
(4) Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas berdasarkan atas usulan dari Pimpinan Rumah
Sakit BLUD.
(5) Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang
pengangkatannya tidak bersamaan dengan pengangkatan Pejabat Pengelola Rumah Sakit
BLUD.
Pasal 14
Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c, memiliki kriteria antara
lain:
Bagian Kedua
Dewan Pengawas
(1) Dewan Pengawas mempunyai tugas melakukan pengawasan dan pembinaan yang berkaitan
dengan pengelolaan Rumah Sakit BLUD.
(2) Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dewan Pengawas
mempunyai fungsi:
a. mewakili Bupati dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pembinaan Rumah Sakit
BLUD;
b. sebagai mediator antara Pejabat Pengelola Rumah Sakit BLUD dan Bupati dalam
rangka upaya peningkatan kinerja;
c. sebagai mitra kerja Pejabat Pengelola Rumah Sakit BLUD dalam pengambilan
keputusan terkait dengan pengelolaan Rumah Sakit BLUD; dan
d. sebagai pendamping Pejabat Pengelola Rumah Sakit dengan pihak eksternal.
Pasal 16
a. memberikan saran dan masukan kepada Bupati mengenai Rencana Bisnis dan Anggaran
yang diusulkan oleh Pejabat Pengelola Rumah Sakit;
b. mengikuti perkembangan kegiatan Rumah Sakit BLUD dan memberikan saran dan
masukan kepada Bupati mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan
Rumah Sakit BLUD;
c. melaporkan kepada Bupati tentang kinerja Rumah Sakit BLUD;
d. memberikan nasehat kepada Pejabat Pengelola dalam melaksanakan pengelolaan Rumah
Sakit BLUD;
e. melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun non keuangan, serta
memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh Pejabat Pengelola
Rumah Sakit BLUD;
f. memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja; dan
g. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 17
a. mengambil keuntungan pribadi atau kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung
dari kegiatan Rumah Sakit BLUD;
Pasal 18
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Pengawas diberikan
kewenangan untuk:
a. melihat buku-buku, surat serta dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan verifikasi
dan memeriksa kekayaan Rumah Sakit BLUD;
b. meminta penjelasan dari Pejabat Pengelola Rumah Sakit atau pejabat lainnya mengenai
segala persoalan yang menyangkut pengelolaan Rumah Sakit BLUD;
c. meminta Pejabat Pengelola Rumah Sakit atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Pejabat
Pengelola Rumah Sakit untuk menghadiri Rapat Dewan Pengawas;
d. memberikan persetujuan atau bantuan kepada Pejabat Pengelola Rumah Sakit dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu; dan
e. mengusulkan fasilitas dan anggaran yang berkaitan dengan tugas-tugas dewan pengawas
kepada Pejabat Pengelola Rumah Sakit sesuai dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit
BLUD.
Pasal 19
a. Dewan Pengawas berhak memperoleh akses atas informasi tentang Rumah Sakit secara tepat
waktu dan lengkap;
b. Dewan Pengawas berhak memiliki Sekretaris Dewan Pengawas yang dapat menjalankan
fungsi kesekretariatan secara memadai;
c. semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas dibebankan
kepada Rumah Sakit dan secara jelas yang dimuat dalam Rencana Bisnis dan Anggaran
Rumah Sakit; dan
d. memasuki ruangan-ruangan Rumah Sakit dalam rangka memonitor pelaksanaan Rumah Sakit
BLUD.
Bagian Ketiga
Pasal 20
Masa jabatan sebagai Anggota Dewan Pengawas adalah selama 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Bagian Keempat
Pasal 21
(1) Anggota Dewan Pengawas berhenti secara otomatis karena habis masa jabatannya
dan/atau meninggal dunia.
(2) Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usulan
pimpinan Rumah Sakit BLUD.
Pasal 22
Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya karena:
Pasal 23
(2) Dalam hal Anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan berkeberatan, dapat mengajukan
keberatan selambat-lambatnya selama 30 (tiga puluh) hari kerja.
(3) Dalam hal tenggang waktu yang diberikan tidak dimanfaatkan oleh Anggota Dewan
Pengawas maka Keputusan pemberhentiannya berlaku secara otomatis.
Pasal 24
(1) Bupati dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas atas usulan Pimpinan BLUD untuk
mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris dapat dibantu seorang Anggota Sekretariat apabila dibutuhkan sesuai dengan
beban kerja.
(4) Sekretaris Dewan Pengawas dan Anggota Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
bukan merupakan Anggota Dewan Pengawas.
(6) Pemberhentian Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (5), apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
c. adanya kebijakan Pemerintah Daerah terkait dengan keberadaan Sekretaris Dewan
Pengawas;
d. terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit BLUD;
e. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan
yang berkaitan dengan tugasnya;
f. tidak lagi memenuhi persyaratan; atau
g. mengundurkan diri
Pasal 25
Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, memiliki kriteria antara
lain:
a. pendidikan paling rendah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat;
b. dapat mengoperasionalkan komputer untuk mendukung tugas dan fungsi Dewan Pengawas;
c. dapat bekerja penuh waktu; atau
Pasal 26
Pasal 27
Bagian Kelima
Pasal 28
Pasal 29
(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri minimal 2/3 (dua per
tiga) dari jumlah Anggota.
(2) Dalam hal kuorum tidak tercapai, Rapat tidak dapat dilaksanakan, dan ditunda untuk
dijadwalkan kembali.
(3) Dalam hal kuorum tetap tidak tercapai setelah penundaan maka Rapat tetap tidak dapat
dilaksanakan.
Pasal 30
(2) Setiap Undangan Rapat harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani Ketua Dewan
Pengawas, serta diketahui oleh Pimpinan Rumah Sakit BLUD.
(3) Undangan Rapat berkala harus disampaikan 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan Rapat.
Pasal 31
(1) Rapat Khusus diadakan atas permintaan Pimpinan Rumah Sakit BLUD.
(2) Undangan Rapat Khusus harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh Pimpinan
Rumah Sakit BLUD.
(3) Rapat Khusus atas permintaan Anggota Dewan Pengawas harus mendapat persetujuan
Pimpinan Rumah Sakit BLUD.
Pasal 32
(2) Undangan Rapat Tahunan Dewan Pengawas harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani
oleh Pimpinan Rumah Sakit BLUD.
Pasal 33
Setiap Rapat Khusus dan Rapat Tahunan Dewan Pengawas wajib dihadiri oleh seluruh Anggota
Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola Rumah Sakit BLUD.
Pasal 34
(2) Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir maka Rapat dipimpin oleh salah satu
Anggota Dewan Pengawas yang ditunjuk.
Pasal 35
a. honorarium Ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar 40% (empat puluh perseratus)
dari gaji Pemimpin Rumah Sakit BLUD;
b. honorarium Anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 36% (tiga puluh enam
perseratus) dari gaji Pemimpin Rumah Sakit BLUD; dan
c. honorarium Sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar 15% (lima belas perseratus)
dari gaji Pemimpin Rumah Sakit BLUD.
Pasal 36
Peserta Rapat
Setiap rapat, selain dihadiri oleh Ketua, Sekretaris dan Anggota Dewan Pengawas serta Direktur
Utama, juga dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit dan Kepala Bidang lainnya dan apabila
diperlukan sesuai dengan agenda rapat, Komite Medik, Komite Keperawatan, dan pihak lain
yang ada di lingkungan Rumah Sakit atau dari luar lingkungan Rumah Sakit.
Pasal 37
Pejabat Ketua
(1) Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka bila kuorum
telah tercapai, Anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua untuk memimpin
rapat.
(2) Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berkewajiban melaporkan hasil
keputusan rapat kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.
Pasal 38
Kuorum
(1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri oleh 3 (tiga) orang dari seluruh anggota Dewan
Pengawas.
(3) Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat, hari dan jam
yang sama minggu berikutnya.
(4) Bila kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutnya dan segala keputusan
yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas berikutnya.
(1) Penyelenggaraan setiap risalah Rapat Dewan Pengawas menjadi tanggung jawab Sekretaris
Dewan Pengawas.
(2) Risalah Rapat Dewan Pengawas harus disahkan dalam waktu maksimal tujuh hari setelah
rapat diselenggarakan, dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut tidak boleh
dilaksanakan sebelum disahkan oleh seluruh Anggota Dewan Pengawas yang hadir.
Pasal 40
Pemungutan Suara
(1) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam Rapat Dewan Pengawas
ditentukan dengan mengangkat tangan; atau bila dikehendaki oleh para Anggota Dewan
Pengawas, pemungutan suara dapat dilakukan dengan amplop tertutup.
(2) Putusan Rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan
pemungutan suara.
(3) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama, maka ketua berwenang untuk
menyelenggarakan pemungutan suara yang kedua kalinya.
(4) Suara yang diperhitungkan hanyalah suara anggota Dewan Pengawas yang hadir pada rapat
tersebut.
Pasal 41
Pembatalan Putusan Rapat
(1) Dewan Pengawas dapat merubah atau membatalkan setiap putusan yang diambil pada Rapat
Rutin atau Rapat Khusus sebelumnya, dengan syarat bahwa usul perubahan atau pembatalan
tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana ditentukan
dalam Peraturan Internal Rumah Sakit ini.
(2) Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas tidak diterima dalam
rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan
terhitung sejak saat ditolaknya usulan.
Bagian Keenam
Paragraf Kesatu
Pasal 42
Pasal 43
(1) Komposisi Pejabat Pengelola Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, dapat
dilakukan perubahan, baik jumlah maupun jenisnya, setelah melalui kajian oleh Tim yang
dibentuk oleh Bupati.
(2) Perubahan komposisi Pejabat Pengelola Rumah Sakit ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Paragraf Kedua
Pasal 44
(1) Pengangkatan dalam jabatan Pejabat Pengelola Rumah Sakit didasarkan pada kompetensi
yang sesuai dengan jabatan yang bersangkutan.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan pejabat yang
terdiri atas kompetensi dasar, kompetensi bidang, dan kompetensi khusus.
(3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan,
kualitas dan kualifikasi sesuai kemampuan keuangan Rumah Sakit.
Pasal 45
Pejabat Pengelola Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 46
(2) Pejabat Pengelola Rumah Sakit dapat diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. tersangkut masalah hukum diatas 6 (enam) bulan dan memiliki kekuatan hukum tetap;
c. adanya kebijakan Pemerintah Daerah terkait dengan perubahan komposisi Pejabat
Pengelola Rumah Sakit;
d. kinerja menurun 2 (dua) tahun berturut turut;
e. mengundurkan diri;
f. sebagai Calon Bupati dalam Pemilihan Kepala Daerah; atau
g. Pejabat Pengelola Rumah Sakit dapat diberhentikan untuk sementara waktu dari
jabatannya dalam hal Pejabat Pengelola Rumah Sakit yang bersangkutan sedang
menjalani proses peradilan berkaitan dengan tuntutan pidana.
(3) Direktur atau Pejabat Struktural yang diberhentikan sebelum masa jabatannya habis diberi
kesempatan mengajukan keberatan selambat-lambatnya selama 30 (tiga puluh) hari kerja.
(4) Dalam hal tenggang waktu yang diberikan tidak dimanfaatkan oleh Pejabat Pengelola
Rumah Sakit maka Keputusan Pemberhentiannya berlaku secara otomatis.
Paragraf Ketiga
Pasal 47
(1) Yang dapat diangkat menjadi Pejabat Pengelola Rumah Sakit adalah seseorang yang
memenuhi syarat Kompetensi Dasar, Kompetensi Bidang, dan Kompetensi Khusus.
(2) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kompetensi yang wajib
dimiliki oleh setiap Pejabat Pengelola Rumah Sakit, yang meliputi integritas,
kepemimpinan, perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, kerjasama dan fleksibel.
(3) Kompetensi Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kompetensi yang
diperlukan oleh setiap Pejabat Pengelola Rumah Sakit sesuai dengan bidang pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya yang meliputi bidang orientasi pada pelayanan, orientasi pada
kualitas, berpikir analitis, berpikir konseptual, keahlian tekhnikal, manajerial dan
profesional dan inovasi.
(4) Kompetensi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kompetensi yang harus
dimiliki oleh Pejabat Pengelola Rumah Sakit dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya
sesuai dengan jabatan dan kedudukannya dengan Kompetensi Khusus yang meliputi
pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman jabatan.
(1) UPT RSUD merupakan unit organisasi profesional yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
(2) UPT RSUD dibina dan bertanggung jawab kepada Dinas.
Pasal 49
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur merupakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Susunan Organisasi
Pasal 50
(2) Bagan Struktur Organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
BAB V
TUGAS DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 51
(1) RSUD mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, perawatan intensif
dan pelayanan kesehatan jiwa.
(2) Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), RSUD mempunyai fungsi:
e. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit;
f. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
g. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
h. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Bagian Kedua
Jabatan Pimpinan RSUD
Pasal 52
Bagian Ketiga
Unsur Organisasi
Pasal 53
(1) Bagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dipimpin oleh seorang
Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
(2) Sub Bagian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, angka (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Bagian.
Pasal 54
(1) Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b mempunyai
tugas membantu Direktur dalam memberikan pelayanan administratif dan teknis yang
meliputi pengelolaan tata usaha umum, perencanaan, monitoring dan evaluasi,
kepegawaian, diklat, pengembangan sumber daya manusia, kerumahtanggaan dan logistik
rumah sakit.
(2) Kepala Bagian Tata Usaha dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki fungsi :
Pasal 55
Pasal 56
(1) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas pokok mengelola
perencanaan, evaluasi dan pelaporan manajemen aset lingkup RSUD.
(2) Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan dalam menjalankan tugas pokok
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki fungsi :
a. menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan teknis norma, standar prosedur dan
kriteria di lingkup perencanaan, evaluasi, pelaporan dan aset;
Pasal 57
(1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok mengelola administrasi
umum, rumah tangga dan kepegawaian lingkup RSUD.
Pasal 59
(1) Seksi Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c angka (1)
mempunyai tugas pokok melaksanakan fungsi pelayanan medis yang meliputi pelayanan
rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensive dan pelayanan kesehatan jiwa.
(2) Kepala Seksi Pelayanan Medik dalam menjalankan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memiliki uraian tugas :
a. menyusun dan merencanakan program kerja seksi pelayanan medik;
b. menyusun rencana kebutuhan anggaran sumber daya dan sarana pelayanan medik;
c. mengumpulkan dan pengolahan data dan informasi dalam rangka pengelolaan
pelayanan medik;
d. menyusun dan membuat pengelolaan tatalaksana penyelenggaraan pelayanan medik;
Pasal 60
(1) Seksi Pelayanan Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, angka
(2) mempunyai tugas pokok melaksanakan fungsi pelayanan keperawatan
(2) Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan dalam menjalankan tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki uraian tugas :
a. menyusun rencana kegiatan di bidang ketenagaan dan pengembangan mutu pelayanan
keperawatan;
b. merencanakan kebutuhan jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan yang di butuhkan di
rumah sakit;
c. merencanakan pengembangan kompetensi tenaga keperawatan melalui pendidikan dan
pelatihan;
d. merencanakan kebutuhan peralatan keperawatan;
e. menyusun dan membuat pedoman pola karir perawat klinik bersama Komite
Keperawatan;
f. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat daerah/unit kerja lain
yang terkait dengan keperawatan;
g. melaksanakan pembinaan dan bimbingan kepada kepala ruangan dan pelaksana
keperawatan di rumah sakit;
h. mengawasi dan mengendalikan pelayanan keperawatan di rumah sakit agar asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan terlaksana dengan baik dan bermutu;
i. melaksanakan pengawasan dan evaluasi pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan
kebidanan di rumah sakit;
Bidang Penunjang
Pasal 61
(1) Bidang Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan serta melakukan
pengendalian dan pengawasan kegiatan pelayanan penunjang medik dan pelayanan
penunjang non medik.
(2) Bidang Penunjang dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjalankan fungsi :
a. penyusunan rencana operasional di lingkungan bidang pelayanan penunjang berdasarkan
program kerja rumah sakit serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. perumusan perencanaan, pelaksanaan program dan anggaran serta rencana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah dan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah di lingkup
bidang penunjang;
c. pembinaan, pengendalian, pengawasan pelaksanaan tugas bawahan di lingkup bidang
penunjang;
d. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat daerah/unit kerja lain terkait
pelayanan bidang penunjang;
e. pengelolaan manajemen resiko bidang penunjang;
f. pengkoordinasian kendali mutu dan biaya dan keselamatan pasien di bidang penunjang;
g. pengkoordinasian dan penetapan data jasa pelayanan penunjang secara berkala;
h. pelaksanaan pengembangan kompetensi sumber daya manusia di lingkup bidang
penunjang;
i. pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkup bidang penunjang;
j. pelaksanaan tugas dari atasan sesuai tugas dan fungsi.
Pasal 62
(1) Seksi Penunjang Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, angka 1
mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan penunjang medik.
(2) Kepala Seksi Penunjang Medik dalam menjalankan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memiliki uraian tugas :
Pasal 63
(1) Seksi Penunjang Non Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, angka 2
mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan penunjang non medik.
(2) Kepala Seksi Penunjang Non Medik dalam menjalankan tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki uraian tugas :
a. merencanakan kegiatan penunjang non medik berdasarkan rencana operasional bidang
penunjang sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan tugas bawahan
pada seksi penunjang non medik;
c. melaksanakan dan mendistribusikan pengelolaan sarana prasarana seksi penunjang non
medik;
d. melaksanakan pemeliharaan fasilitas sarana prasarana UPT RSUD Kabupaten Belitung
Timur;
e. melaksanakan pengembangan pelayanan penunjang non medik dan pengembangan sistem
informasi rumah sakit;
f. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan perangkat daerah/unit kerja lain
yang berkaitan dengan pelayanan penunjang non medik;
g. membuat laporan dan melakukan evaluasi pelaksanaan tugas bawahan pada seksi
penunjang non medik;
h. melaksanakan tugas dari atasan sesuai tugas dan fungsi.
Bagian Keempat
Komite Medik
Pasal 64
(1) Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, adalah merupakan
wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk
memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pelayanan rumah sakit serta meningkatkan profesionalisme staf medis yang
bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis
di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
(2) Dalam melaksanakan tugas kredensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
komite medik menjalankan fungsi:
a. pembuatan dan penyusunan daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku;
b. penyelenggaran pemeriksanaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik dan
mental, perilaku dan etika profesi;
c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan;
d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat;
f. pelaporan hasil penilaian kredensi dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis
kepada komite medik;
g. pelaksanaan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan
klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan
h. pelaksanaan rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
(3) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, Komite Medik menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan audit medis;
b. pelaksanaan rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan
berkelanjutan bagi staf medis;
c. pelaksanaan rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan
bagi staf medis; dan
d. pelaksanaan rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang
membutuhkan.
Komite Keperawatan
Pasal 65
(1) Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, adalah
merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit yang keanggotaannya
terdiri dari tenaga keperawatan;
(2) Komite Keperawatan bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan keperawatan dan
pelayanan kebidanan yang berorientasi pada keselamatan pasien di rumah sakit;
(3) Komite Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara :
a. melakukan kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan dan kebidanan di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi tenaga keperawatan; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi perawat dan bidan.
(4) Dalam melaksanakan fungsi kredensial, komite keperawatan mempunyai tugas:
a. menyusun daftar rincian kewenangan klinis dan buku putih;
b. melakukan verifikasi persyaratan kredensial;
c. merekomendasikan kewenangan klinis tenaga keperawatan;
d. merekomendaskan pemulihan kewenangan klinis;
e. melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
f. melaporkan seluruh proses kredensial kepada ketua komite keperawatan untuk
diteruskan kepada direktur rumah sakit;
(5) Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, komite keperawatan mempunyai
tugas;
a. menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik;
b. merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan tenaga
keperawatan;
c. melakukan audit keperawatan dan kebidanan; dan
d. memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
(1) Komite Tenaga Kesehatan Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
adalah merupakan organisasi non struktural yang dibentuk untuk menerapkan tata kelola
klinis agar tenaga kesehatan di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi klinis, pemeliharaan etika dan disiplin profesi klinis;
(2) Komite Tenaga Kesehatan Lain mempunyai tugas;
a. melakukan verifikasi keahlian tenaga kesehatan yang diperbolehkan dalam melakukan
pelayanan kesehatan melalui mekanisme proses kredensial dan re-kredensial;
b. memelihara mutu profesi dan memantau kualitas kinerja profesi tenaga kesehatan
melalui evaluasi penilaian kinerja dan audit klinis;
c. menjaga etika, disiplin dan perilaku profesi tenaga kesehatan melalui penerapan
pedoman perilaku pegawai pada UPT RSD Kabupaten Belitung Tiimur khususnya bagi
tenaga kesehatan.
Pasal 67
(1) Komite Etik dan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h adalah
unsur organisasi nonstruktural yang membantu kepala atau direktur rumah sakit untuk
penerapan etika rumah sakit dan hukum perumahsakitan;
(2) Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas :
a. memberikan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur rumah sakit mengenai
kebijakan, peraturan, pedoman, dan standar yang memiliki dampak etik dan/atau
hukum;
b. memberikan pertimbangan dan/atau rekomendasi terkait pemberian bantuan hukum dan
rehabilitasi bagi sumber daya manusia rumah sakit;
Pasal 68
(1) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf j adalah merupakan organisasi nonstruktural pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang mempunyai fungsi utama menjalankan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta
Pasal 69
(1) Panitia Pengendalian Resistensi Antimikroba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf k adalah unsur organisasi nonstruktural yang bertujuan menerapkan Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit melalui perencanaan,
(1) Tim Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k adalah
merupakan organisasi non struktural yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek
pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan;
(2) Tim Keselamatan Pasien menjalankan fungsi:
a. Penyusunan standar dan pedoman keselamatan pasien;
b. Penyusunan dan pelaksanaan program keselamatan pasien;
c. Pengembangan dan pengelolaan sistem pelaporan insiden, analisis dan penyusunan
rekomendasi keselamatan pasien;
Bagian Kelima
Satuan Pemeriksaan Internal
Pasal 71
(1) Satuan Pemeriksaan Internal (SPI) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf l
merupakan unsur organisasi yang bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja
internal rumah sakit;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Satuan Pemeriksaan Internal menjalankan fungsi sebagai
berikut:
a. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan manajemen resiko di unit kerja rumah sakit;
b. Penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, pemantauan efektifitas, dan
efisiensi sistem dan prosedur dalam bidang administrasi pelayanan serta administrasi
umum dan keuangan;
c. Pelaksanaan tugas khusus dalam lingkup pengawasan intern yang ditugaskan oleh
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit;
d. Pemantauan pelaksanaan dan ketetapan pelaksanan tindak lanjut atas laporan hasil
audit; dan
e. Pemberian konsultasi, advokasi dan pembimbingan dan pendampingan dalam
pelaksanaan kegiatan operasional rumah sakit.
(1) Satuan Pemeriksaan Internal dalam melaksanakan tugasnya juga memiliki kewenangan
sebagai berikut:
a. mendapatkan akses terhadap seluruh dokumen, pencatatan, sumber daya manusia dan
fisik aset BLUD pada seluruh bagian dan unit kerja lainnya;
b. melakukan komunikasi secara langsung dengan pimpinan BLUD dan/atau Dewan
Pengawas;
c. mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan pimpinan BLUD dan/atau
Dewan Pengawas;
d. melakukan koordinasi dengan aparat pengawasan intern pemerintah dan aparat
pemeriksaan ekstern pemerintah; dan
e. mendampingi aparat pengawasan intern pemerintah dan/atau aparat pemeriksaan ekstern
pemerintah dalam melakukan pengawasan.
Bagian Keenam
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 72
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 73
(1) Hubungan kerja antara UPT Rumah Sakit Daerah dengan Dinas bersifat pembinaan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dalam rangka sinkronisasi dan
harmonisasi pelaksanaan tugas UPT Rumah Sakit Daerah dengan Dinas dalam pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan daerah.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur melaksanakan koordinasi dengan
Kepala Dinas.
(4) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, UPT Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai
jaringan pelayanan terkait dengan institusi pelayanan kesehatan lainnya.
(5) Dalam mengoptimalkan penyelenggaraan tugas dan fungsi RSUD, Bidang Pelayanan
Medik dan Keperawatan dan Bidang Penunjang memiliki hubungan koordinatif dan
kooperatif dengan Kepala Instalasi, Kepala Unit, Ketua Komite atau satuan panitia dalam
merencanakan kebutuhan dan memonitoring pelayanan medik dan keperawatan serta
pelayanan penunjang.
Pasal 74
(1) Setiap pimpinan dalam lingkungan Rumah Sakit Daerah mengawasi pelaksanaan tugas
bawahan masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-
langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap pimpinan dalam lingkungan Rumah Sakit Daerah bertanggung jawab memimpin
dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
BAB V
TATA KELOLA RUMAH SAKIT DAERAH
Pasal 75
(1) Rumah Sakit Daerah dalam penyelenggaraan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis,
dibina dan bertanggungjawab kepada Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
(2) Rumah Sakit Daerah bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola Rumah Sakit dan
tata kelola klinis serta menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum
daerah.
(3) Otonom dalam tata kelola Rumah Sakit sebagaimana dimaksud ayat (2) menyangkut
penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah sakit berdasarkan prinsip-prinsip transparan,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran dalam pelayanan.
(4) Otonom dalam tata kelola klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut
penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi:
a. kepemimpinan klinis;
b. audit klinis;
c. data klinis berbasis bukti;
d. peningkatan kinerja;
e. pengelolaan keluhan;
f. mekanisme monitor hasil pelayanan;
g. pengembangan profesi; dan
h. akreditasi rumah sakit.
Pasal 76
(1) Rumah Sakit Umum Daerah dalam pelaksanaan otonomi tata kelola Rumah Sakit dapat
ditetapkan sebagai satuan kerja mandiri, dan secara kelembagaan/institusional bertanggung
jawab kepada Dinas sebagai Unit Pembina.
(2) Pelaksanaan otonomi tata kelola Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui koordinasi dengan Dinas dalam penyusunan perencanaan kegiatan dan
anggaran serta pengelolaan sumber daya manusia.
Pasal 77
Rumah Sakit Umum Daerah wajib membuat laporan kinerja sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan pengelolaan Rumah Sakit.
(1) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Dinas
secara berkala setelah mendapat persetujuan Dewan Pengawas Rumah Sakit Daerah.
(2) Laporan kinerja sebagaimana pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat data dan
informasi tentang pencapaian indikator pelayanan di rumah sakit, pengelolaan ketenagaan,
dan pengelolaan keuangan serta asset.
(3) Selain laporan kinerja, rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan informasi tentang
jumlah kesakitan, jumlah kematian, pola penyakit menular dan tidak menular, dan jumlah
kematian ibu melahirkan/ kematian bayi serta kejadian luar biasa dilaporkan sesuai
kebutuhan daerah.
Pasal 78
(1) Dinas wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap laporan kinerja Rumah Sakit
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) sebagai bahan penyusunan
kebijakan dan program kesehatan daerah.
(2) Rumah Sakit Daerah menggunakan kebijakan dan program kesehatan daerah sebagaimana
dimaksud ayat (1) sebagai salah satu acuan dalam menyusun perencanaan dan kegiatan
tahunan Rumah Sakit.
BAB VI
HAL MEWAKILI
Pasal 79
(1) Direktur dalam hal berhalangan menjalankan tugasnya dapat menunjuk Kepala Bagian atau
Kepala Bidang untuk mewakili.
(2) Dalam hal Direktur, Kepala Bagian dan Kepala Bidang berhalangan untuk jangka waktu
tertentu maka segala pengambilan keputusan diserahkan kepada Kepala Dinas.
Prosedur Kerja
Pasal 80
(2) Dalam rangka standarisasi kegiatan, setiap satuan organisasi wajib memiliki Standar
Prosedur Operasional (SPO).
(3) Ketentuan mengenai Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagaimanan dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Keputusan Direktur.
(4) Setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok jabatan fungsional di lingkungan Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan pendekatan lintas fungsi secara vertikal dan horisontal dalam lingkungan
masing-masing dalam rangka meningkatkan pelayanan.
(5) Selain menerapkan prisip sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) setiap pimpinan unit
organisasi dan Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas wajib menerapkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara.
(6) Asas Umum Penyelenggaraan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. Asas Kepastian Hukum;
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;
c. Asas Kepentingan Umum;
d. Asas Keterbukaan;
e. Asas Proposionalitas;
f. Asas Profesionalitas; dan
g. Asas Akuntabilitas.
(7) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib mengawasi,
memimpin, mengkoordinasikan, membimbing serta memberikan petunjuk bagi pelaksanaan
tugas bawahannya dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(8) Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Rumah Sakit wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk dan bertanggungjawab kepada atasan masing-masing dan
menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya dengan tembusan kepada satuan
organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.
(9) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya wajib diolah
dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk
memberikan petunjuk kepada bawahan.
(11) Dalam hal tugas-tugas yang diberikan kepada pimpinan satuan organisasi setingkat
dibawahnya tidak dapat dilaksanakan, maka tugas-tugas dilaksanakan oleh satuan organisasi
yang setingkat.
(1) Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas
mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada kompetensi sumber daya manusia
yang meliputi kompetensi dasar, kompetensi bidang dan kompetensi khusus dalam rangka
peningkatan pelayanan.
(2) Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit dapat berstatus Pegawai Negeri Sipil atau Non
Pegawai Negeri Sipil yang pengangkatannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
Rumah Sakit.
(3) Ketentuan mengenai kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan kebutuhan bisnis yang sehat.
(4) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan
dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan dengan memperhatikan
kompetensi dasar, kompetensi bidang, dan kompetensi khusus.
(5) Mutasi jabatan dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun sejak
pengangkatan dalam jabatan yang berkenaan berdasarkan pola karier pegawai.
(6) Ketentuan mengenai pola karier pegawai Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Rumah Sakit berkaitan dengan pembinaan karier di lingkungan
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Bupati
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebutuhan bisnis yang sehat di
lingkungan Rumah Sakit.
Pasal 82
(1) Sumber daya lain adalah seluruh aset dan kegiatan yang menghasilkan pendapatan diluar
pendapatan operasional dan dikelola oleh Rumah Sakit.
(3) Pengelolaan sumber daya yang berupa alat kesehatan wajib dilakukan kalibrasi alat secara
berkala.
(4) Sistem pengelolaan sumber daya lain diusulkan oleh Direktur untuk ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 83
(1) Dalam menjaga kelestarian lingkungan, Rumah Sakit wajib mengelola limbah Rumah Sakit
melalui Penyusunan Analisas Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengelolaan limbah padat
dan cair, pengawasan dan pengendalian vektor.
(3) Pengelolaan limbah cair wajib memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan secara nasional
dan regional meliputi pengelolaan secara kimiawi, fisik dan biologis sebelum dibuang ke
lingkungan.
(4) Dalam mengelola limbah padat (sampah), Rumah Sakit wajib memisahkan sampah medis
dari sampah non medis.
(5) Pengelolaan sampah medis wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Remunerasi
Pasal 84
(1) Remunerasi adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium,
insentif, bonus atas prestasi pesangon, dan/atau pensiun yang diberikan kepada Pejabat
Pengelola Rumah Sakit, pegawai Rumah Sakit, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan
Pengawas yang ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pejabat Pengelola Rumah Sakit, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan
pegawai Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan remunerasi sesuai
dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
(3) Remunerasi bagi Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimasud
pada ayat (2) diberikan dalam bentuk Honorarium.
Pasal 85
a. ukuran dan jumlah aset yang dikelola dan tingkat pelayanan serta produktifitas;
b. pertimbangan persamaannya dengan Rumah Sakit lain;
c. kemampuan pendapatan Rumah Sakit; dan
d. kinerja operasional Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Bupati dengan
mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, indikator pelayanan, dan indikator
manfaat bagi masyarakat.
Pasal 86
(1) Remunerasi bagi pegawai Rumah Sakit, dihitung berdasarkan indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja (basic index);
b. ketrampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku (competency index);
c. risiko kerja (risk index);
d. tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
e. jabatan yang disandang (position index); dan
f. hasil/capaian kinerja (performance index).
(2) Bagi Pejabat Pengelola Rumah Sakit dan pegawai Rumah Sakit yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil, gaji pokok dan tunjangan mengikuti peraturan perundang-undangan tentang
gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil, serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai
remunerasi yang ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 87
(1) Pejabat Pengelola Rumah Sakit, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas yang
diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh
perseratus) dari remunerasi/Honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal
diberhentikan sampai dengan ditetapkannya Keputusan definitif tentang jabatan yang
bersangkutan.
(2) Bagi Pejabat Pengelola Rumah Sakit bersatatus Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan
sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memperoleh penghasilan
sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari remunerasi bulan terakhir di Rumah Sakit sejak
(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum, Rumah Sakit
wajib menyusun Standar Pelayanan Minimal yang diatur dengan Peraturan Bupati.
(2) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan oleh
Pemimpin BLUD.
(3) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan serta kemudahan
untuk mendapatkan layanan.
Pasal 89
(1) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (1) wajib
memenuhi syarat:
a. fokus pada jenis pelayanan;
b. terukur;
c. dapat dicapai;
d. relevan dan dapat diandalkan; dan
e. tepat waktu.
(2) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah
mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi Rumah
Sakit.
(3) Terukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah merupakan kegiatan yang
pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
(4) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, adalah merupakan kegiatan
nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat
pemanfaatannya.
(5) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, adalah
merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan
fungsi Rumah Sakit.
(6) Tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, adalah merupakan kesesuaian
jadual dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.
(1) Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang
dan/atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk
tarif layanan yang berdasarkan perhitungan biaya satuan perunit layanan.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi
dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa besaran tarif atau pola tarif
sesuai jenis layanan Rumah Sakit.
(5) Dalam hal tarif lebih rendah dari perhitungan biaya satuan per unit layanan, Pemerintah
Daerah berkewajiban menutup selisih tarif dengan dengan biaya satuan per unit layanan
tersebut.
Pasal 91
(1) Tarif layanan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 diusulkan oleh Direktur
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan
disampaikan kepada Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Belitung
Timur.
(3) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
(4) Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
membentuk Tim.
(5) Pembentukan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang keanggotaannya dapat berasal
dari:
a. pembina teknis;
b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi; dan
d. lembaga profesi.
Pasal 92
(2) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara keseluruhan
maupun per unit layanan.
(3) Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berpedoman pada
ketentuan dalam Pasal 75.
Pengelolaan Keuangan
Bagian Kesatu
Pendapatan
Pasal 93
a. jasa layanan;
b. hibah terikat dan tidak terikat;
c. hasil kerjasama operasional (KSO) dengan pihak lain;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan
f. Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah.
Pasal 94
(1) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 huruf a berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat.
(2) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77
huruf b dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat.
(3) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf c dapat
berupa perolehan dari kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang
mendukung tugas dan fungsi Rumah Sakit.
(4) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf d berupa pendapatan yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan
kepada masyarakat.
(5) Pendapatan Rumah Sakit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 Huruf e dapat berupa pendapatan yang berasal dari
(6) Lain-lain pendapatan Rumah Sakit yang sah sebagiamana dimaksud dalam Pasal 77 huruf f
antara lain:
a. hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;
b. hasil pemanfaatan kekayaan;
c. jasa giro;
d. pendapatan bunga;
e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; atau
f. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh Rumah Sakit.
Pasal 95
(1) Seluruh pendapatan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 kecuali yang
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan hibah terikat, dapat dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran Rumah
Sakit sesuai Rencana Bisnis dan Anggaran.
(2) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlakukan sesuai peruntukannya.
(3) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 dilaporkan kepada Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah Kabupaten Belitung Timur setiap
triwulan.
(4) Format Laporan Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacu pada ketentuan
Lampiran IV Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.
Bagian Kedua
Biaya
Pasal 96
(1) Biaya Rumah Sakit merupakan biaya operasional dan biaya non operasional.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup seluruh biaya yang
menjadi beban Rumah Sakit dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang
menjadi beban Rumah Sakit dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi.
(4) Biaya Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan untuk membiayai
program peningkatan pelayanan dan program pendukung pelayanan.
(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) terdiri dari:
a. biaya pelayanan; dan
b. biaya umum dan administrasi.
(2) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup seluruh biaya
operasional yang berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.
(3) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup
seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan.
(4) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. biaya pegawai;
b. biaya bahan;
c. biaya jasa pelayanan;
d. biaya pemeliharaan;
e. biaya barang dan jasa; dan
f. biaya pelayanan lain lain.
(5) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari:
a. biaya pegawai;
b. biaya administrasi kantor;
c. biaya pemeliharaan;
d. biaya barang dan jasa;
e. biaya promosi; dan
f. biaya umum dan administrasi lain lain.
Bagian Ketiga
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 98
(1) Pembinaan dan pengawasan Rumah Sakit dilakukan oleh Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(2) Pembinaan dan pengawasan Rumah Sakit dalam melaksanakan PPK BLUD dilakukan oleh
Bupati melalui Dewan Pengawas.
(3) Pengawasan keuangan dan operasional secara internal dilakukan oleh Satuan Pengawas
Internal (SPI) yang bertanggungjawab kepada Pejabat Pengelola Rumah Sakit.
(4) Pembinaan dan pengawasan juga dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Belitung Timur.
Bagian Keempat
Pasal 99
(1) Kinerja Rumah Umum Sakit BLUD dievaluasi setiap tahun dan dilakukan penilaian oleh
Bupati melalui Dewan Pengawas terhadap aspek keuangan dan aspek non keuangan untuk
mengukur tingkat pencapaian hasil pengelolaan BLUD sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Strategi Bisnis dan Rencana Bisnis dan Anggaran.
(2) Evaluasi dan penilaian kinerja aspek keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur
berdasarkan tingkat kemampuan Rumah Sakit BLUD dalam hal memperoleh hasil usaha
atau hasil kerja dari layanan yang diberikan (rentabilitas), memenuhi kewajiban jangka
pendek (likuiditas), memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas), dan kemampuan
penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai pengeluaran.
(3) Evaluasi dan penilaian kinerja non keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil pengelolaan Rumah Sakit BLUD
sebagaimana ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal, Renstra Stratejik Bisnis dan
Rencana Bisnis dan Anggaran.
(4) Evaluasi dan penilaian kinerja aspek non keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diukur berdasarkan perspektif pelanggan, perspektif proses internal pelayanan dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
(5) Penilaian kinerja penatabukuan keuangan dapat dilakukan oleh Lembaga Pengawas
Eksternal (Badan Pengawas Keuangan) dan/atau Akuntan Publik.
(6) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) adalah pihak yang independen dan
professional, yang memberikan pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan mempunyai persyaratan sebagai
berikut:
a. Auditor Eksternal harus bebas dari pengaruh Dewan Pengawas, Pejabat Pengelola
Rumah Sakit dan pihak yang berkepentingan di Rumah Sakit (stakeholders);
b. Auditor Eksternal tidak boleh memberikan jasa lain di luar audit selama periode
pemeriksaan; dan
c. Pemeriksaan oleh Auditor Eksternal dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan yang
berlaku umum dan sesuai dengan kode etik profesi Akuntan.
Pasal 100
(1) Pengelolaan, pengurusan dan pelaksanaan kegiatan Rumah Sakit secara keseluruhan
dilakukan oleh 1 (satu) orang Direktur, 1 (satu) orang Kepala Bagian, dan 2 (dua) orang
Kepala Bidang .
(2) Kepala Bidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari 1 (satu) orang Bidang
Pelayanan Medis dan Keperawatan dan 1 (satu) orang Bidang Penunjang.
(3) Kepala Bidang bertanggung jawab kepada Direktur dalam hal pengelolaan dan pengawasan
rumah sakit beserta fasilitasnya, sumber daya manusia dan sumber daya terkait.
(4) Direktur Rumah Sakit dan Kepala Bidang bertugas untuk melaksanakan kebijakan
pengelolaan Rumah Sakit setelah ditetapkan oleh Pemilik sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundangan-undangan dan peraturan kebijakan serta segala ketentuan umum
yang berlaku, dan berbagai aturan dalam Peraturan Internal Rumah Sakit ini, serta
memperhatikan hasil pelaksanaan tindakan / audit yang dilaksanakan oleh Komite Medik,
Komite Keperawatan dan Satuan Pemeriksaan Internal di Rumah Sakit.
(5) Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direktur Rumah Sakit dan Kepala
Bidang diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Organisasi dan Tata Laksana
Rumah Sakit.
(6) Direktur Rumah Sakit dan Kepala Bidang mempunyai tugas dan wewenang untuk :
a. Memimpin dan mengelola Rumah Sakit sesuai dengan tujuan Rumah Sakit dengan
senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna.
b. Memelihara dan mengelola kekayaan Rumah Sakit.
c. Mewakili dan bertindak untuk kepentingan dan atas nama Rumah Sakit, baik di dalam
maupun di luar Pengadilan setelah berkoordinasi dengan Direktur Utama PT X.
d. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola Rumah Sakit
sebagaimana yang telah digariskan oleh Pemilik.
e. Menetapkan kebijakan manajerial / operasional Rumah Sakit.
f. Menyiapkan Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang dan Rencana Bisnis dan Anggaran
Rumah Sakit.
g. Mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi Rumah Sakit sesuai dengan
kelaziman yang berlaku bagi rumah sakit.
h. Mengusulkan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit lengkap dengan susunan jabatan,
uraian jabatan dan rincian tugasnya.
Pasal 101
Pengangkatan, Masa Kerja dan Pemberhentian Direktur Rumah Sakit
(1) Direktur Rumah Sakit dan Kepala Bidang diangkat dan diberhentikan oleh Bupati Belitung
timur
(2) Lamanya masa jabatan dimaksud pada ayat (1) merupakan kewenangan sepenuhnya dari
keputusan Bupati Belitung Timur
(3) Direktur Rumah Sakit dan Kepala Bidang dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya apabila berdasarkan kenyataan yang bersangkutan :
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan/atau
kesalahan yang bersangkutan dengan pengurusan Rumah Sakit.
(4) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf d, merupakan
pemberhentian tidak dengan hormat.
(6) Kedudukan sebagai Direktur Rumah Sakit atau Kepala Bidang berakhir dengan
dikeluarkannya keputusan Bupati Belitung Timur.
Pasal 102
Persyaratan Menjadi Direktur Rumah Sakit
(1) Yang dapat diangkat menjadi Direktur Rumah Sakit adalah orang-perorangan yang :
a. Direktur Rumah Sakit harus seorang tenaga Medis yang mempunyai kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan;
b. Berkewarganegaraan Indonesia;
c. Berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan kinerja guna kemajuan
Rumah Sakit;
Pasal 103
Persyaratan menjadi Kepala Bidang
Pasal 104
Koordinasi antar Direktur Rumah Sakit dan Kepala Bidang
(1) Dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) maka
Direktur Rumah Sakit dapat bertindak atas nama rumah sakit berdasarkan persetujuan
Kepala Bidang lainnya.
(2) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat (2),
Direktur Rumah Sakit dapat melaksanakan sendiri atau menyerahkan kekuasaan kepada :
a. Seorang atau beberapa Kepala Bidang;
b. Seorang atau beberapa orang pejabat rumah sakit, baik secara sendiri maupun bersama-
sama; atau
c. Orang atau badan lain, yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.
(3) Apabila salah satu atau beberapa Kepala Bidang berhalangan tetap menjalankan
pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum memangku jabatan,
maka kekosongan jabatan tersebut dipangku oleh Kepala Bidang lainnya yang ditunjuk
sementara oleh Direktur Utama PT X.
(4) Apabila semua Kepala Bidang berhalangan tetap melakukan pekerjaannya atau jabatan
Direktur terluang seluruhnya dan belum diangkat penggantinya, maka pengelolaan Rumah
Sakit untuk sementara dijalankan oleh Dewan Pengawas.
Bagian Kedua
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
(1) Anggota Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur untuk masa jabatan tertentu.
(2) Lamanya masa jabatan Anggota Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit ialah selama 3 (tiga)
tahun.
(3) Anggota Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit dapat diberhentikan pada masa jabatannya
apabila berdasarkan kenyataan anggota Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Rumah Sakit;
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan dan atau
kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan Rumah Sakit;
e. Adanya kebijakan dari Pemilik Rumah Sakit;
(4) Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberitahukan secara
tertulis oleh Direktur Rumah Sakit kepada anggota Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit
yang bersangkutan;
Pasal 106
(1) Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit bertanggung jawab kepada Direktur UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur
(2) Tugas secara terperinci dari Panitia Etik dan Hukum Rumah Sakit adalah:
a. Memberikan pertimbangan dan saran kepada Direktur Rumah Sakit dalam hal menyusun
dan merumuskan kebijakan dalam aspek hukum dan etika pelayanan di UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur serta etika penyelenggaraan organisasi UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur;
b. Membantu Direktur Rumah Sakit dalam penyelesaian masalah yang terkait dalam aspek
hukum dan etika pelayanan di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur serta etika
penyelenggaraan organisasi UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur;
c. Membantu Direksi melakukan pembinaan dan pemeliharaan dalam aspek hukum dan
etika pelayanan di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur serta etika penyelenggaraan
organisasi UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur dalam penyelenggaraan fungsi rumah
sakit, yang terkait dengan hospital bylaws UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur;
d. Apabila diperlukan, menyiapkan gugus bantuan hukum dalam penanganan masalah
hukum di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
BAB VI
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL
KORPORASI
Pasal 107
(1) Peraturan Internal Korporasi ini dapat dirubah/disempurnakan oleh UPT RSUD Kabupaten
Belitung Timur dengan mekanisme yang disepakati oleh Direksi, Komite Medik, Komite
Keperawatan dan pihak lain yang ada dilingkungan UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Wewenang untuk melakukan perubahan adalah menjadi kewenangan Direktur dan Direksi
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur sesuai kebutuhannya.
(3) Mekanisme perubahan / penyempurnaan dilakukan melalui pemberitahuan dari Direktur
Rumah Sakit dan dibahas bersama oleh Direksi, Komite, Panitia dan pihak lain yang terkait
dilingkungan UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur kepada Direktur Ruamh Sakit
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 108
BAB I
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 1
Kelompok Staf Medis
Pasal 2
Secara administratif manajerial, Kelompok Staf Medis (KSM) berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Medik dan keperawtan.
Pasal 3
(1) Kelompok Staf Medis (KSM) merupakan organisasi Staf Medis yang terdiri dari Dokter
Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi, Dokter Gigi Spesialis yang memberikan Pelayanan
Medis di UPT RSUD KABUPATEN BELITUNG TIMUR.
(2) Kelompok Staf Medis (KSM) dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit yang
dikelompokkan berdasarkan keahlian dan/atau spesialisasi yang ada di Rumah sakit.
(3) Untuk Kelompok Dokter Umum dan Kelompok Dokter Gigi masuk dalam Kelompok Staf
Medis (KSM) Umum.
(4) Untuk Kelompok Dokter Spesialis, masuk dalam Kelompok Staf Medis (KSM) sesuai
dengan bidang spesialisasinya dan jumlah staf medisnya perdisiplin ilmu.
(5) Pengorganisasian Staf Medis bertujuan untuk selff governing dalam melakukan self control
dan self discipline agar menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas, efisien dan
bertanggung jawab .
(6) Kelompok Staf Medis (KSM) bukan merupakan organisasi otonom dalam menentukan
kebijakan.
(7) KSM UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur terdiri dari :
a. KSM Bedah;
- Bedah Umum
- Bedah Digestif
- Penyakit Mata & Bedah Mata
- Telinga, Hidung & Tenggorokan ( THT )
- Kebidanan dan Penyakit Kandungan
b. KSM non Bedah
- KSM Ilmu Penyakit Dalam;
- KSM Ilmu Kesehatan Anak;
- KSM Jiwa;
- KSM Anesthesiologi dan Terapi Intensif;
Pasal 4
(1) Seluruh Staf Medis baik bekerja purna waktu atau paruh waktu wajib menjadi Anggota
Kelompok Staf Medis (KSM).
(2) Anggota tetap Kelompok Staf Medis (KSM), yaitu dokter dan dokter spesialis serta dokter
gigi dan dokter gigi spesialis yang bekerja purna waktu di Rumah sakit.
(3) Anggota tidak tetap Kelompok Staf Medis (KSM), yaitu dokter dan dokter spesialis serta
dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang berstatus sebagai dokter paruh waktu, dokter tamu.
(4) Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) beranggotakan minimal 2 (dua) orang staf medis,
apabila kurang dari 2 (dua) orang, maka staf medis yang besangkutan dapat bergabung
dengan Kelompok Staf Medis (KSM) lainnya.
(5) Penempatan staf medis kedalam Kelompok Staf Medis (KSM) ditetapkan dengan surat
keputusan Direktur Rumah Sakit atas usulan Komite Medik dan Kelompok Staf Medis
(KSM) Terkait.
(6) Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) dipimpin oleh seorang ketua yang dijabat oleh Staf
Medis.
(7) Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dengan masa
bakti 3 (tiga) tahun.
(8) Dalam keadaan tertentu Direktur Rumah Sakit dapat memberhentikan Ketua Kelompok Staf
Medis (KSM) sebelum berakhirnya masa bakti.
(9) Penetapan sebagai Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) disahkan dengan surat keputusan
Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
Pasal 6
(1) Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Kelompok Staf Medis (KSM) merupakan
kewenangan Direksi, ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit atas rekomendasi
Komite Medik dan Kelompok Staf Medis (KSM) terkait.
(2) Pemberhentian staf medis dapat berupa pemberhentian tetap atau pemberhentian sementara.
(3) Pemberhentian tetap apabila :
a. Kondisi fisik dan mental staf medis yang bersangkutan tidak mampu lagi secara tetap
melakukan tindakan medis, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
Tim Kesehatan yang berwenang;
b. Melakukan pelanggaran hukum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh MKEK/MKDKI
dengan sanksi tidak dapat menjalankan profesi secara tetap/selamanya; atau
d. Berakhir masa perjanjian kerja dan tidak diperpanjang atau tidak disetujui untuk diangkat
kembali sebagai anggota Kelompok Staf Medis (KSM);
(4) Pemberhentian sementara apabila :
a. Kondisi fisik dan mental staf medis yang bersangkutan tidak mampu melakukan tindakan
medis lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun;
b. Melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh MKEK/MKDKI
dengan sanksi tidak dapat menjalankan profesi sementara;
c. Berulang-ulang melakukan pelanggaran disiplin profesi kedokteran dan atau peraturan
lain yang terkait;
d. Dicabut penugasan klinisnya;
e. Ijin praktek di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur sudah tidak berlaku sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang ada;
f. Tidak memenuhi standar kompetensi sesuai dengan profesinya;
g. Staf medis purna waktu memasuki masa pensiun;
h. Berakhir masa perjanjian kerja dan belum diperpanjang; atau
i. Cuti tanpa pemberitahuan batas waktu.
(5) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota Kelompok Staf Medis (KSM) diatur
dengan kebijakan Direktur Rumah Sakit.
Pasal 7
(1) Staf Medis dalam menjalankan tugas profesi / praktik kedokteran dilingkungan UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur bertanggung jawab profesi secara mandiri dan bertanggung
jawab gugat secara proporsional.
(2) Hak dan kewajiban staf medis sebagai pegawai UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur
sesuai ketentuan yang berlaku dan status kepegawaiannya.
(3) Hak dan kewajiban staf medis sebagai tenaga profesi di UPT RSUD Kabupaten Belitung
Timur sesuai ketentuan yang berlaku dan kewenangan klinis yang diberikan.
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
(1) Pemberhentian staf medis di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur merupakan kewenangan
Direksi ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit.
(2) Pemberhentian Staf Medis Purna Waktu UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur apabila:
a. Telah memasuki masa pensiun sesuai peraturan yang berlaku;
b. Atas permintaan sendiri; atau
c. Melakukan pelanggaran terhadap hukum, etika atau peraturan lain yang berlaku setelah
melalui kajian Komite Medik, Panitia Etik dan Disiplin Rumah Sakit dan Direksi;
(3) Pemberhentian Staf Medis Paruh Waktu UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur adalah
secara otomatis mana kala telah habis masa kontrak atau penugasannya sesuai perjanjian
kerja.
Mitra Bestari merupakan sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi profesi yang
baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis termasuk evaluasi
kewenangan klinis.
(1) Staf medis dalam mitra bestari pada ayat (1) tidak terbatas dari staf medis yang ada di rumah
sakit, tetapi dapat juga berasal dari luar rumah sakit yaitu perhimpunan dokter spesialis
(kolegium) atau Fakultas Kedokteran.
(2) Direktur Rumah Sakit bersama Komite Medik dapat membentuk panitia ad hoc yang terdiri
dari mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk menjalankan fungsi kredensial,
penjagaan mutu profesi, maupun penegakkan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE)
Pasal 13
(1) Semua pelayanan medis hanya boleh dilakukan oleh staf medis yang telah diberi
kewenangan klinis melalui proses kredensial.
(2) Kewenangan klinis adalah hak yang dimiliki oleh Staf Medis untuk melaksanakan pelayanan
medis sesuai dengan profesi dan keahliannya.
(3) Kewenangan Klinis diberikan oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur melalui
Surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment) atas Rekomendasi Komite Medik, sesuai
dengan prosedur kredensial dan rekredensial.
Pasal 14
(1) Jenis kewenangan klinis yang berlaku di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur meliputi:
a. Kewenangan klinis sementara (temporary clinical privilege);
b. Kewenangan klinis dalam keadaan darurat (emergency clinical privilege); dan
c. Kewenangan klinis bersyarat (provisional clinical privilege);
(2) Lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) untuk pelayanan medis tertentu diberikan
dengan berpedoman pada buku putih (white paper) yang disusun oleh mitra bestari (peer
group) profesi bersangkutan.
(3) Kewenangan Klinis diberikan oleh Direktur Rumah Sakit atas Rekomendasi Komite Medik
melalui Sub Komite Kredensial, setelah melalui Proses Kredensial yang dilakukan oleh Sub
Komite Kredensial.
Pasal 15
(1) Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical govermence) yang baik, Komite Medik dapat
memberi rekomendasi kepada Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur untuk
melakukan Pencabutan, Pencabutan Sementara atau Pembatasan Kewenangan Klinis Staf
Medis.
(2) Pencabutan, Pencabutan Sementara atau Pembatasan Kewenangan Klinis ini dapat dilakukan
bila Staf Medis tersebut dalam pelaksanaan tugasnya di UPT RSUD Kabupaten Belitung
Timur dianggap tidak sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku dan atau tidak
sesuai bila dipandang dari sudut kinerja klinis, sudut etik profesi dan sudut hukum.
(3) Untuk menjaga mutu pelayanan rumah sakit, Direktur Rumah Sakit dapat melakukan
Pencabutan, Pencabutan Sementara atau Pembatasan Kewenangan Klinis seorang staf medis
tanpa adanya rekomendasi Komite Medik.
Pasal 16
Pemberian kembali kewenangan klinik dilaksanakan oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten
Belitung Timur atas rekomendasi Komite Medik setelah Staf Medis yang dicabut, dicabut
sementara atau dibatasi kewenangan klinisnya dan menjalankan seluruh ketentuan yang
ditetapkan kepadanya.
BAB IV
DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN PASIEN (DPJP)
Pasal 17
(1) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) merupakan staf medis yang diberikan tugas
khusus sebagai penanggung jawab dalam pelayanan kepada pasien di Rumah sakit.
(2) Staf medis yang dapat menjadi DPJP adalah staf medis dengan kriteria yang ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit.
(3) DPJP ditentukan berdasarkan diagnosa utama terhadap pasien paling lambat 12 jam sesudah
pasien masuk rawat inap.
BAB VIII
PENUGASAN KLINIS
Pasal 18
(1) Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik maka semua
pelayanan medis yang dilakukan oleh setiap staf medis di UPT RSUD Kabupaten Belitung
Timur harus senantiasa didukung dengan mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi
dan penegakan disiplin profesi.
(2) Untuk melaksanakan pelayanan medis di rumah sakit, staf medis harus memiliki penugasan
klinis dari Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur
(3) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa pemberian kewenangan klinis
(clinical previlege) oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur melalui penerbitan
surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medis yang bersangkutan.
(4) Surat penugasan klinis (clinical appointment) sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diterbitkan oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur setelah mendapat
rekomendasi dari Komite Medik.
(5) Rekomendasi Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan setelah
dilakukan kredensial.
(6) Dalam keadaan darurat Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur dapat memberikan
surat penugasan klinis (clinical appointment) tanpa rekomendasi Komite Medik.
(1) Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur menetapkan kriteria dan syarat-syarat
penugasan setiap staf medis untuk suatu tugas atau jabatan klinis tertentu dan akan
menyampaikan hal tersebut kepada setiap tenaga medis yang menghendaki penugasan klinis
di rumah sakit.
(2) Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur setelah disepakati oleh Komite Medik.
(3) Surat penugasan klinis anggota tetap Kelompok Staf Medis (KSM) diberikan untuk jangka
waktu adalah 3 (tiga) tahun.
(4) Surat penugasan klinis anggota tidak tetap Kelompok Staf Medis (KSM) diberikan untuk
jangka waktu adalah 1 (satu) tahun.
(5) Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur dapat merubah atau mencabut surat
penugasan klinis sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditentukan, dengan
memperhatikan:
a. Ijin praktek yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang ada;
b. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
tindakan medis secara tetap;
c. Tenaga medis telah mencapai usia pensiun dan tidak melakukan kerja sama dengan UPT
RSUD Kabupaten Belitung Timur;
d. Tidak memenuhi ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam kerja sama;
e. Melakukan tindakan yang tidak profesional, kelalaian, atau perilaku meyimpang lainnya
yang telah diklarifikasi oleh Komite Medik;
f. Diberhentikan oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur karena yang
bersangkutan mengakhiri kerja sama dengan rumah sakit setelah mengajukan
pemberitahuan 1 (satu) bulan sebelumnya;
(6) Surat penugasan klinis diberikan kepada tenaga medis bila tenaga medis tersebut telah
memenuhi syarat sebagai tenaga medis berdasarkan peraturan perundang-undangan
kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam medical staff
bylaws ini.
(7) Selain memperhatikan syarat seperti pada ayat (6), syarat lain yang dipertimbangkan pada
penugasan klinis lanjutan (rekredensial) adalah:
BAB IX
KOMITE MEDIK
Pasal 20
Umum
(1) Komite Medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis ( clinical
governance ) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin
dan terlindungi.
(2) Jumlah keanggotaan Komite Medik UPT RSUD kabupaten belitung timur 5 (lima) orang.
Pasal 21
(1) Komite Medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk dirumah sakit oleh
Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah perwakilan
dari staf medis.
Pasal 22
Susunan Organisasi
Pasal 24
Tugas dan Fungsi
(1) Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekeja di
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur dengan cara :
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur;
b. Memelihara mutu profesi staf medis;
c. Menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis;
(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medik dapat dibantu oleh panitia ad hoc
(3) Panitia ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Direktur UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur berdasarkan usulan Ketua Komite Medik.
(4) Panitia ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berasal dari staf medis yang tergolong
sebagai mitra bestari.
(5) Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/ dokter gigi spesialis, kolegium
dokter/ dokter gigi, kolegium dokter spesialis / dokter gigi spesialis, dan/ atau institusi
pendidikan kedokteran/ kedokteran gigi.
(6) Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku;
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1. Kompetensi;
2. Kesehatan fisik dan mental;
3. Perilaku;
4. Etika profesi;
c. Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
d. Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
Pasal 25
Pasal 26
Kewenangan khusus
Pasal 27
Masa jabatan
Pasal 28
(1). Keanggotaan Komite Medik ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur dengan mempertimbangkan sikap profesional, reputasi dan
perilaku.
(2). Jumlah keanggotaan Komite Medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 8 (delapan)
orang yaitu 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris, 1 (satu) orang Subkomite
Kredensial, 1 (satu) orang Subkomite Mutu Profesi dan 1 (satu) orang Subkomite Etika dan
Disiplin Profesi.
Pasal 29
(1) Ketua Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dengan memperhatikan
masukan dari staf medis yang bekerja di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Sekretaris Komte Medik dan ketua dan anggota subkomite ditetapkan oleh Direktur Rumah
Sakit berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Medik dengan memperhatikan masukan
dari staf medis yang bekerja di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(3) Penetapan pengganti pengurus yang diberhentikan seperti dimaksud pasal 80 ayat 2
mengacu kepada pasal 82 ayat 1 dan 2.
Pasal 30
(1) Sekretaris Komite Medik dipilih oleh Ketua Komite Medik, berkualifikasi medik atau medik
spesialis.
(2) Surat perintah penugasan sebagai Sekretaris Komite Medik dikeluarkan oleh Direktur
Rumah Sakit .
(3) Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Komite Medik dibantu oleh tenaga administrasi
yang tergabung dalam Sekretariat Komite Medik.
Pasal 31
Kegiatan Administrasi Komite Medik
(1) Kegiatan administrasi Komite Medik adalah segala usaha pekerjaan dan kegiatan yang
berkaitan dengan tata cara tulis menulis dan membuat rencana kegiatan, menghimpun dan
mengolah serta menyajikan data Komite Medik. Kegiatan administrasi Komite Medik
dilaksanakan oleh sekretariat Komite Medik.
(2) Kegiatan administrasi meliputi :
a. Melakukan pencatatan, mengagendakan surat masuk maupun surat keluar;
b. Menghimpun dan menyeleksi permasalahan yang akan dibahas / dirapatkan dengan
persetujuan Ketua Komite Medik;
c. Membuat jadwal rapat / pertemuan tim sesuai petunjuk / arahan Ketua Komite Medik;
d. Mengkoordinasikan permasalahan dengan petugas / tim yang terkait;
e. Membuat undangan rapat dan mendistribusikan undangan;
f. Mempersiapkan ruangan rapat, bahan rapat dan perlengkapan keperluan rapat;
g. Mengingatkan untuk kehadiran peserta rapat;
h. Mencatat, mengetik notulen, berita acara rapat dan mendistribusikan;
i. Mengekspedisikan surat-surat;
j. Mengarsipkan / memelihara data;
(3) Dalam melaksanakan tugasnya sekretariat merupakan pembantu utama dalam bidang :
a. Kelancaran penyelenggaraan administrasi Komite Medik;
b. Kelancaran penyelenggaraan kegiatan rapat-rapat Komite Medik;
c. Kelancaran tugas kepengurusan Komite Medik;
(4) Buku administrasi yang dibina Sekretariat Komite Medik.
a. Buku agenda surat masuk dan surat keluar;
b. Buku agenda peminjaman buku-buku Komite Medik;
c. Buku agenda pemberian wewenang medik dokter dan dokter gigi di rumah sakit;
d. Buku agenda rapat Komite Medik;
e. Buku agenda berita acara rapat;
BAB X
RAPAT
Pasal 32
(1) Rapat anggota Komite Medik diselenggarakan sekurang – kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
(2) Anggota Komite Medik berkewajiban ikut mengadiri Rapat/pertemuan Komite Medik.
(3) Keputusan rapat dianggap sah dan mengikat apabila dihadiri oleh lebih separuh dari jumlah
anggota.
(4) Keputusan rapat/pertemuan anggota Komite Medik diambil atas dasar musyawarah dan
mufakat.
(5) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
(6) Untuk setiap rapat dibuat risalah/notulen rapat sebagai bahan pertimbangan manajemen
untuk membuat suatu kebijakan.
Pasal 33
Rapat Rutin
(1) Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Komite Medik.
(2) Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Komite Medik dan atau SubKomite untuk
mendiskusikan, mencari klarifikasi, atau alternatif solusi berbagai masalah rumah sakit
khususnya pelayanan kesehatan.
(3) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit dua belas kali dalam setahun dengan interval tetap
pada waktu dan tempat yang ditetapkan. Sekretaris Komite Medik menyampaikan undangan
kepada setiap anggota Direksi UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur dan pihak lain yang
terkait.
(4) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Komite Medik sebagaimana diatur
dalam ayat (2) harus melampirkan :
a. Satu salinan agenda;
b. Satu salinan risalah rapat yang lalu;
Pasal 34
Rapat khusus
(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite Medik setiap tahun, dengan
tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional tata kelola klinis rumah sakit.
(2) Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender diantara tanggal 1 Juli dan
31 Desember.
(3) Ketua Komite Medik menyiapkan dan menyajikan laporan umum tata kelola klinis rumah
sakit termasuk laporan keuangan.
(4) Sekretaris Komite Medik menyampaikan undangan tertulis kepada para anggota Komite
Media dan Kelompok Staf Medis (KSM) serta undangan lain paling lambat 14 (empat belas)
hari sebelum rapat diselenggarakan.
Pasal 36
Kuorum
(1) Rapat Komite Medik hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.
(2) Kuorum memenuhi syarat apabila dihadiri lebih dari separuh anggota.
(3) Bila kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan, maka rapat dilanjutkan dan semua keputusan dianggap sah.
(4) Segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Komite Medik.
Pasal 37
Penyelenggaraan setiap risalah rapat Komite Medik menjadi tanggung jawab Sekretaris Komite
Medik.
BAB XI
SUB KOMITE KREDENSIAL
Pasal 38
Dalam melaksanakan tugas kredensial Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut:
(1) Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku.
(2) Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
a. Kompetensi;
b. Kesehatan fisik dan mental;
c. Perilaku etis (ethical standing);
(3) Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan.
(4) Wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis.
(5) Penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
(6) Pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis
kepada Komite Medik.
(7). Melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis
dan adanya permintaan dari Komite Medik.
(8). Rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.
Pasal 39
Mekanisme
Pasal 40
Rekomendasi penugasan
Pasal 41
Pemulihan Kewenangan klinis
(1) Bagi staf medis yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau
menambahkan kewenangan yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada Komite
Medik melalui Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Komite Medik menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan (proctoring) terhadap permohonan pemulihan kewenangan klinis baik yang
dikurangi ataupun yang ditambah.
Pasal 42
Pertimbangan rekomendasi
Pasal 43
Akhir kewenangan klinis
(1) Kewenangan klinis habis masa berlakunya bila penugasan klinis (clinical appointment) dan
atau surat tanda registrasi habis masa berlakunya.
(2) Masa berlaku surat kewenagan klinis adalah 3 tahun, kecuali bila ada rekomendasi
pencabutan dan atau pembekuan dari subkomite etika dan disiplin profesi.
(3) Staf Medis wajib meminta rekredensial 2 (dua) bulan sebelum akhir penugasan klinis.
Pasal 44
Keanggotaan
Pasal 45
Pengorganisasian
BAB XII
SUB KOMITE MUTU PROFESI
Pasal 46
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis, komite medik memiliki fungsi
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan audit medis.
2) Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf
medis rumah sakit.
Pasal 47
Audit Medis
(1). Pelaksanaan audit medis harus memenuhi 4 (empat) peran penting sebagai:
a. Sarana melakukan penilaian terhadap kompetensi staf medis pemberi pelayanan di rumah
sakit;
b. Dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai kompetensi;
c. Dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan pencabutan atau penangguhan
kewenangan klinis (clinical privilege);
d. Dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan perubahan/ modifikasi rincian
kewenangan klinis staf medis;
(2). Pelaksanaan audit medis dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit;
b. Penetapan standar dan kriteria;
c. Penetapan jumlah kasus/ sampel yang akan diaudit;
d. Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan;
e. Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai dengan standar dan kriteria;
f. Menerapkan perbaikan;
g. Rencana re-audit;
Pasal 48
Pasal 49
Proses Pendampingan
(1) Subkomite Mutu Profesi menentukan nama staf medis yang akan mendampingi staf medis
yang sedang mengalami sanksi disiplin/mendapat pengurangan clinical privilege.
(2) Komite Medik berkoordinasi dengan Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur untuk
memfasilitasi semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring)
tersebut.
Pasal 50
Keanggotaan
Subkomite Mutu Profesi di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur terdiri dari 1orang staf
medis;
1) Memiliki surat penugasan klinis;
2) Berasal dari disiplin ilmu yang berbeda;
Pasal 51
Pengorganisasian
(3) Pengorganisasian Subkomite Mutu Profesi terdiri dari 1 orang merangkap anggota
(1) Subkomite Mutu Profesi bertanggung jawab kepada Komite Medik.
BAB XIII
SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 52
Pasal 53
Keanggotaan
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur terdiri dari :
(1) 2 (dua) orang staf medis.
(2) Memiliki surat penugasan klinis.
(3) Berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pasal 54
Pengorganisasian
(1) Pengorganisasian Subkomite Etika dan Disiplin Profesi terdiri dari 1 orang merangkap
anggota.
(3) Subkomite Etika dan Disiplin Profesi bertanggung jawab kepada Komite Medik.
BAB XIV
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 55
Aturan Profesi
(1) Untuk melaksanakan tata kelola klinis (clinical govermence) diperlukan aturan-aturan
profesi bagi staf medis (medical staff rules and regulations) secara tersendiri diluar medical
staff bylaws. Aturan profesi tersebut antara lain adalah :
a. Pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan medis dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. Kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter, dokter
spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis lain dengan disiplin yang sesuai;
Pasal 56
Pendanaan
(1) Anggota Komite Medik berhak memperoleh insentif sesuai dengan kemampuan keuangan
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Besaran insentif perbulan seperti dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Direktur UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur.
(3) Pelaksanaan kegiatan Komite Medik didanai dengan anggaran UPT RSUD Kabupaten
Belitung Timur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 57
(1) Pembinaan dan pengawasan kendali mutu, disiplin profesi, etika profesi staf medis
dilakukan oleh Komite Medik melalui Ketua Kelompok Staf Medis.
(2) Pembinaan dan pengawasan disiplin pegawai dan motivasi kerja staf medis dilakukan oleh
Direktur Rumah Sakit melalui Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan.
(3) Pembinaan sebagaimana ayat (1) yang merupakan tindakan korektif terkait dengan
pembatasan kewenangan klinis dilakukan dengan investigasi.
(4) Pembinaan sebagaimana ayat (3) berupa :
a. Teguran tertulis atau pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 3 (tiga) bulan untuk
pelanggaran ringan;
b. Pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 6 (enam) bulan untuk pelanggaran
sedang; atau
c. Pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 1 (satu) tahun untuk pelanggaran berat;
(5) Pengawasan sebagaimana ayat (1) merupakan tindakan korektif terkait kendali mutu, disiplin
profesi, etika profesi dilakukan dengan audit medis.
(6) Audit Medis sebagaimana ayat (5) diarahkan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh staf medis;
b. Meningkatkan etika dan disiplin pelayanan oleh staf medis; dan
c. Melindungi masyarakat atau pasien atas tindakan yang dilakukan oleh staf medis;
(7) Pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap Staf Medis terkait
disiplin pegawai dan motivasi kerja berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan
kebijakan Direksi.
BAB XV
TATA CARA REVIEW DAN PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
Pasal 58
(1) Peraturan Internal Staf Medis ini dapat dirubah/ disempurnakan oleh UPT RSUD Kabupaten
Belitung Timur dengan mekanisme yang disepakati oleh Direksi, Komite Medik beserta Staf
Medis UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Wewenang untuk melakukan perubahan adalah menjadi kewenangan Direksi dan Komite
Medik sesuai kebutuhannya.
(3) Mekanisme perubahan / penyempurnaan dilakukan melalui pemberitahuan dari Direktur
Rumah Sakit dan dibahas bersama oleh Direksi dan Komite Medik.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 116
(1) Peraturan Internal Staf Medis ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Dengan ditetapkannya Peraturan Internal Staf Medis ini maka Surat Keputusan Direktur
UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur Nomor 413a A.M / DIR / SK / V / 2012 tentang
Pemberlakuan Peraturan Internal Staf Medis UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur sudah
tidak berlaku lagi.
(3) Semua Peraturan yang berlaku sebelumnya tetap berlaku sepanjang materinya tidak diatur
dalam Peraturan Internal Staf Medis ini.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
Pasal 2
(1) Maksud dibuatnya peraturan internal staf keperawatan adalah agar Komite
Keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance) melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi, dan
penegakkan etika dan disiplin profesi perawat di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
c. Menegakan etika dan disiplin profesi perawat di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
d. Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan keputusan profesi
melalui Komite Keperawatan.
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
Pasal 3
Pasal 4
Kewenangan Klinis yang diberikan kepada staf keperawatan disesuaikan dengan kategori
jenjang klinis keperawatan.
Pasal 5
Pasal 6
(1) Kewenangan klinis sementara yaitu kewenangan yang diberikan dalam jangka waktu
tertentu dan dapat dicabut sewaktu-waktu.
(2) Kewenangan klinis dalam keadaan darurat yaitu kewenangan yang diberikan dalam
kondisi darurat.
(3) Kewenangan klinis bersyarat yaitu kewenangan yang diberikan dengan syarat-syarat
tertentu.
Pasal 7
Penjabaran Kewenangan Klinis seperti tersebut dalam pasal 5 dan pasal 6 diatur
dalam buku putih (white paper).
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Dalam hal proses kredensial memerlukan tenaga yang banyak maka Sub Komite
Kredensial mengajukan kepada Ketua Komite Keperawatan agar dibentuk Panitia
Adhoc untuk melakukan proses kredensial staf keperawatan.
Pasal 12
Dalam hal proses kredensial telah selesai maka Sub Komite Kredensial mengeluarkan
rekomendasi kepada Komite Keperawatan.
Pasal 13
Pasal 14
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
Pasal 15
Pasal 16
Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur mengeluarkan Penugasan Klinis kepada
staf keperawatan untuk jangka waktu tiga tahun.
Pasal 17
Dalam hal tertentu Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur berhak
mengeluarkan surat pengakhiran Penugasan Klinis kepada staf keperawatan atas
rekomendasi Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi melalui Komite Keperawatan.
BAB V
KOMITE KEPERAWATAN
Pasal 18
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Sub Komite
2. Sub komite sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 Ayat 1 huruf d, terdiri dari :
5. Sekretaris dan Sub Komite diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan dan
ditetapkan oleh Direktur UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur dengan memperhatikan
masukan dari tenaga keperawatan yang bekerja di UPT RSUD Kabupaten Belitung
Timur.
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
b. Menjaga citra dan nama baik Komite Keperawatan pada khususnya dan seluruh
pelayanan keperawatan di UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur pada
umumnya.
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Komite Keperawatan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang
Pelayanan Medis dan Keperawatan serta saling memberikan masukan tentang
perkembangan profesi keperawatan dan kebidanan di rumah sakit.
BAB VI
RAPAT
Pasal 26
2) Rapat Koordinasi Keperawatan terdiri dari : Rapat Kerja, Rapat Rutin, Rapat
Pleno, dan Sidang Tahunan.
3) Rapat Kerja
c) Agenda rapat pleno adalah membahas persoalan etik dan disiplin staf
keperawatan
6) Sidang Tahunan
Pasal 27
1) Sub Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) Huruf a
bertugas :
Pasal 28
1) Sub Komite Mutu Profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) Huruf
b bertugas :
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan dan Kebidanan sesuai area
praktik.
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan
tenaga keperawatan.
c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
d. Memfasilitasi proses pendampingan tenaga keperawatan sesuai kebutuhan.
2) Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana tersebut dalam pasal 28 ayat
(1), Sub Komite Mutu profesi dapat mengusulkan dibentuknya team adhoc
kepada ketua komite keperawatan baik insidental atau permanen.
Pasal 29
1) Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
ayat (2) huruf c bertugas :
2) Guna menindak lanjuti rekomendasi dari Sub Komite Etik dan Disiplin
sebagaimana tersebut dalam pasal 29 ayat (1), komite keperawatan membentuk
panitia adhoc baik insidental atau permanen.
3) Hasil kerja panitia AdHoc sebagaimana tersebut dalam Pasal 29 ayat (2) dibawa
dalam rapat pleno sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 ayat (4).
BAB VIII
(1) Anggota Komite Keperawatan berhak memperoleh insentif sesuai dengan kemampuan
keuangan UPT RSUD Kabupaten Belitung Timur.
(2) Besaran insentif perbulan seperti dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Direktur UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur.
(3) Pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan didanai dengan anggaran UPT RSUD
Kabupaten Belitung Timur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB IX
Pasal 32
1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam aturan ini akan diatur dikemudian
hari melalui Rapat Pleno Keperawatan.
2) Apabila ada pasal dan/atau ayat dalam peraturan internal keperawatan ini
yang dikemudian hari dianggap tidak sesuai, dapat ditinjau ulang melalui
sidang tahunan keperawatan.
PENUTUP
Pasal 33
Pasal 34
Ditetapkan di : Manggar
Pada Tanggal : 2 Oktober 2020
DIREKTUR,