MODUL Metodelogi Studi Islam
MODUL Metodelogi Studi Islam
MODUL Metodelogi Studi Islam
MODUL
METODELOGI STUDI
ISLAM
RAVICO, M.HUM
MUHAMMAD ALFIAN, M.Pd
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PEMBELAJARAN
SEJARAH PERADABAN ISLAM; PRIODE ARAB PRA-ISLAM
Oleh:
Ravico, M.Hum
Muhammad Alfian
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Syariah Tim Dosen
PENGANTAR
Metodologi Studi Islam (MSI) merupakan mata kuliah wajib yang harus
dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa Pendidikan Agama Islam khususnya
pada semester satu. Mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberi bekal
kepada mahasiswa sebagai pengantar studi agar memiliki pemahaman
terhadap Islam secara menyeluruh dari berbagai aspeknya, mengetahui
berbagai metode dan juga pendekatan dalam mempelajari Islam.
Pada pembelajarannya, mata kuliah ini difokuskan pada upaya
mempelajari Islam secara efektif dan efisien sehinga mahasiswa dalam waktu
yang relatif singkat dapat memperoleh pengetahuan yang menyeluruh
tentang Islam. Untuk dapat mengetahui Islam secara menyeluruh ini, Islam
perlu diidentifikasi terlebih dahulu menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Islam
sebagai sumber ajaran berupa Qur’an dan Sunnah, (2) Islam sebagai hasil
pemahaman terhadap sumber ajaran Islam, yang sudah mengambil bentuk
disiplin ilmu keIslaman seperti akidah, fikih, ahlak tasawuf dan filsafat Islam,
dan (3) Islam sebagai produk pengalaman. Selanjutnya, pembahasan akan
dilanjutkan pada metode mempelajari Islam, sesuai dengan tiga kategori
tersebut.
Metodologi Studi Islam berhubungan erat dengan mata kuliah yang
lain, seperti mata kuliah Ulumul Quran, Tafsir, Ulumul Hadits, Hadis, Tauhid,
Fikih, Akhlak-Tasawuf, Filsafat Islam dan Pembaharuan Pemikiran Islam.
Namun demikian MSI pembahasannya berbeda dengan pembahasan mata
kuliah tersebut di atas. MSI diarahkan pada upaya mempelajari Islam.
Tegasnya, metode dan pendektan mempelajari Qur’an, Sunnah, Fikih, Tauhid,
Akhlak-Tasawuf, Filsafat Islam, dan pengamalan Islam, bukan mempelajari
isinya. Jika di sana-sini terdapat pembahasan yang menyentuh mata kuliah
yang lain, hanyalah sebagai contoh aplikasi metode mempelajari materi
bukan mendalami materi.
Mata kuliah ini memiliki kegunaan teoritis dan praktis. Secara teoritis
mahasiswa akan memiliki pengetahuan tentang Islam dengan komprehensif
dalam berbagai aspeknya. Dengan demikian pengetahuan tentang Islamnya
menjadi luas dan dalam mempelajarinya menggunakan metode dan
pendekatan yang relevan. Sedangkan secara praktis mahasiswa yang telah
mempelajari MSI akan memiliki sikap dan pandangan yang luas tentang
Islam, bersikap toleran terhadap pihak lain yang berbeda pendapat dan dapat
menghargai pihak lain yang menggunakan metode dan pendekatan yang
berbeda.
MODUL 1
ISLAM DAN AGAMA-AGAMA
MODUL 1
ISLAM DAN AGAMA-AGAMA
A. Pendahuluan
Dalam modul satu ini, mahasiswa akan diajak untuk memahami Islam
dan Agama-agama. Hal ini menjadi penting, dikarenakan sebelum
mempelajari mengenai metodologi Studi Islam, mahasiswa perlu
mengetahui apa itu Islam, serta bagaimana kaitannya dengan agama
lainnya untuk menjadi dasar pengetahuan dalam pengembangan materi
kedepannya.
Modul satu ini akan membahas mengenai tiga aspek dari Islam dan
agama-agama, yaitu materi mengenai: Islam dalam wacana agama-
agama, signifikansi Studi Islam, dan pertumbuhan Studi Islam di dunia.
Materi ini masih berupa materi umum dan awal dari metodologi Studi
Islam.
Setelah mempelajari modul ini secara pribadi dan juga lewat arahan
dosen ketika di kelas, mahasiswa diharapkan mampu: (1) memahami
mengenai Islam dalam wacana agama-agama, dan (2) mengetahui dan
memahami peran Islam dalam menyatukan bangsa-bangsa.
Hal yang perlu diperhatikan, selama mempelajari modul ini,
mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Membaca modul dengan seksama
2. Bertanya kepada dosen mengenai hal-hal yang tidak dan atau
kurang dipahami
3. Berdiskusi dengan teman yang lain agar pemahaman lebih
kompleks
4. Membaca literatur lain yang relevan untuk memperkaya
pengetahuan mengenai materi Islam dan Agama-Agama
bertengkar dan membenci antar satu suku dengan suku yang lain, antar
bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Dari sinilah mukzizat Islam menampakkan diri. Islam bukan hanya
sekedar menyatukan suku-suku yang berperang dari suatu negeri, tetapi
juga menegakkan persaudaraan semua bangsa di dunia ini, bahkan
menyatukan semua orang yang mempunyai perbedaan warna, ras,
bahasa, batas geografis, bahkan kebudayaan. Ia menyatukan manusia
dengan manusia dan mendekatkan orang dengan orang. Memang, Islam
ternyata bukan hanya pemersatu yang paling besar, tetapi satu-satunya
kekuatan yang menyatukan. Jika agama-agama lain hanya berhasil dalam
menyatukan elemen-elemen yang berbeda-beda dari satu ras, Islam telah
menyatukan banyak ras dan juga mengharmoniskan berbagai elemen
yang berbeda dari umat manusia (Mukti Ali, 1991: 55).
Dengan itu, Islam telah meletakkan dasar bagi persatuan umat
manusia, yang agama lain tidak pernah bisa melakukannya. Islam bukan
hanya mengakui persamaan hak manusia, baik sipil maupun politik,
tetapi juga hak-hak rohaniah
D. Rangkuman
Islam, dalam posisinya diantara agama-agama, mucul sebagai agama
yang melengkapi agama samawi lain yang pernah muncul di muka bumi.
maka demikian, sesuai dengan apa yang termaktub dalam al-Qur’an,
Islam merupakan agama yang paling benar yang diturunkan bagi
manusia dimuka bumi. Sebagai agama yang paling kompleks ajarannya
dibanding dengan ajaran agama yang lainnya, dan juga sebagai umat
beragama yang paling besar didunia, mau tidak mau umat Islam
memegang tanggung jawab yang sangat besar guna menjawab
munculnya berbagai problematika kehidupan yang muncul dalam
perkembangan zaman milenial ini.
Dalam tataran serajah, Islam sebenarnya pernah bisa menjawab
tantangan kehidupan yang pernah muncul pada saat itu, dengan
80 - 89 Poin = Baik
70 - 79 Poin = Cukup
MODUL 2
PENGANTAR STUDI ISLAM
MODUL 2
PENGANTAR STUDI ISLAM
A. Pendahuluan
Dalam modul dua ini, mahasiswa akan diajak untuk mempelajari
pengantar Studi Islam. Hal ini menjadi penting, dikarenakan sebelum
mempelajari mengenai metodologi Studi Islam secara menyeluruh,
mahasiswa perlu mengetahui mengenai dasar-dasar dari materi Studi
Islam guna pengembangan materi kedepannya.
Modul dua ini akan membahas mengenai empat aspek dari Pengantar
Studi Islam, yaitu materi mengenai: pengertian Studi Islam, objek srudi
Islam, urgensi Studi Islam, dan tujuan Studi Islam. Materi ini masih
berupa materi umum dan awal dari metodologi Studi Islam.
Setelah mempelajari modul ini secara pribadi dan juga lewat arahan
dosen ketika di kelas, mahasiswa diharapkan mampu: (1) memahami
pengertian dari Studi Islam, (2) mengetahui apa saja objek Studi Islam,
(3) mengetahui dan memahami urgensi mempelajari Studi Islam, dan (4)
mengetahui tujuan Studi Islam.
Hal yang perlu diperhatikan, selama mempelajari modul ini,
mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Membaca modul dengan seksama
2. Bertanya kepada dosen mengenai hal-hal yang tidak dan atau
kurang dipahami
3. Berdiskusi dengan teman yang lain agar pemahaman lebih
kompleks
4. Membaca literatur lain yang relevan untuk memperkaya
pengetahuan mengenai materi Pengantar Studi Islam
tidak mau mereka harus paham tentang budaya lokal agar bisa
mengetahui seluk beluk budaya, kebiasaan setempat dan lain sebagainya.
Namun, seiring dengan berkembangnya waktu, para orientalis mulai
tertarik kembali untuk mempelajari pemikiran Islam karena melihat
adanya gerakan bangkit kembali dari keterpurukan Islam yang
dilakukan oleh para pembaharu Islam (sebut saja Muhammad Abduh,
Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridho, dll), yang pada masa ini, para
orientalis tertarik untuk mengkaji substansi ide dan gagasan para
pembaharu Islam ini (Jamali Sahrodi, 2008: 57).
C. Materi 2: Objek Studi Islam
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa Studi Islam atau Islamic
Sudies adalah kajian ilmiah berkaitan dengan Islam, prosedur dalam
memahami Islam secara ilmiah. Oleh karena itu yang menjadi objek Studi
Islam adalah ajaran Islam itu sendiri dalam berbagai aspeknya dan
berbagai madzhab alirannya. Ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah
dalam arti sempit, tetapi meliputi interaksi sosial kemasyarakatan.
Sejauh ini, umat Islam Indonesia menduga bahwa Islam hanya salat,
zakat, puasa, haji dan dzikir. Di samping itu, sebagian kaum muslim
masih menduga bahwa pemahaman Islam itu bersifat permanen,
sehingga penafsiran atas ajaran Islam harus mengikuti penfsiran-
penafsiran ulama, terutama ulama masa klasik.
Kalangan ahli belum sepakat tentang apakah Studi agama Islam dapat
dimasukan ke dalam kelompok ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristik antara ilmu pengetahuan (sains) berbeda. Amin Abdullah
(1996: 106) misalnya, menyatakan jika penyelenggaraan dan
penyampaian Islamic Studies atau Dirasah Islamiah hanya mendengarkan
dakwah keagamaan dalam kelas, apa bedanya dengan kegiatan pengajian
dan dakwah yang sudah ramai diselenggarakan di bangku kuliah.
Menanggapi kritik tersebut, Amin Abdullah menyatakan bahwa pangkal
tolak kesulitan pengembangan scope wilayah kajian Islamic Studies
Kebudayaan Islam, (5) Dakwah, (6) Pendidikan Islam, (7) Bahasa dan
Sastera Arab, (8) Pembaharuan Pemikiran dalam Islam. Khusus nomor
delapan sejak tahun 1997 direkomendasikan oleh kelompok pakar untuk
dimasukan kedalam setiap bidang dari nomor 1 hingga nomor 7.
D. Materi 3: Urgensi Studi Islam
Setelah kita mengetahui mengenai apa yang dimaksud dengan Studi
Islam dan juga objek dari Studi Islam, kita beranjak pada materi
selanjutnya, yaitu urgensi atau pentingnya keberadaan Studi Islam dalam
kehidupan kita beragama.
Pada masa sekarang, ketika umat Islam sedang menghadapi tanpa
dari kehidupan dunia dan budaya modern, Studi keIslaman menjadi
sangat uren. Studi Islam dituntut untuk membuka diri terhadap
masuknya dan digunakannya pendekatan-pendekatan yang bersifat
objektif dan rasional, dan secara bertahap, meninggalkan pendekatan
yang bersifat subjektif-doktriner. Dengan demikian, Studi Islam akan
berkembang dan mampu beradaptasi dengan dunia modern serta
mampu menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern
(Muhaimin dkk, 1994: 13).
Jika diuraikan secara rinci, urgensi Studi Islam dapat dijabarkan,
diantaranya:
1. Umat Islam saat ini sedang berada dalam kondisi problematik
Maksudnya, kita sebagai bagian dari umat Islam menyadari bahwa
kita masih berada dalam posisi marginal (terpinggirkan) dan lemah
dalam segala aspek kehidupan sosial budaya, dan harus berhadapan
dengan dunia modern yang serba maju dan semakin canggih. Dalam
kondisi yang seperti ini, umat Islam dituntut untuk melakukan
gerakan pemikiran yang diharapkan mampu menghasilkan konsep
pemikiran yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi
perkembangan dan kemajuan tersebut. Umat Islam tidak boleh
terjebak pada romantisme, dalam arti menyibukkan diri untuk
F. Rangkuman
Studi Islam merupakan hal yang penting untuk dilakukan dan dipelajari
secara dini oleh mahasiswa. Studi Islam sebenarnya sudah banyak
dilakukan oleh para sarjana muslim dan juga sarjana barat (yang biasa
disebut orientalis). Sarjana muslim mempelajari Islam lebih karena ingin
lebih mengetahui secara jauh ajaran-ajaran agama yang diyakini
kebaikan dan kebenarannya untuk diamalkan dalam kehidupannya.
Sedangkan para orientalis, mempelajari Islam karena melihat adanya
keunikan agama ini dibanding dengan agama lainnya, baik dari sedi
kehidupan sosial umatnya, budaya, ajaran-ajaran dan lain sebagainya.
80 - 89 Poin = Baik
70 - 79 Poin = Cukup
MODUL 3
METODOLOGI STUDI ISLAM
Modul 3
Metodologi Studi Islam
A. Pendahuluan
Dalam modul tiga ini, mahasiswa akan diajak untuk mempelajari
mengenai metodologi Studi Islam. Materi dalam modul ketiga ini menjadi
penting, agar mahasiswa bida mengetahui mengenai metodologi yang
umum dipakai dalam menelaah dan mengkaji masalah-masalah atau
problematika yang terjadi di indonesia maupun dunia, agar tidak asal
dalam menentukan penggunaan metodologi kedepannya.
Modul tiga ini akan membahas mengenai dua aspek dari metodologi
Studi Islam, yaitu materi mengenai: pengertian metodologi dan dan
mengenai berbagai macam pendekatan dan metode yang lazim
digunakan dalam Studi Islam. Materi ini sudah menjadi materi lanjutan
dalam metodologi Studi Islam.
Setelah mempelajari modul ini secara pribadi dan juga lewat arahan
dosen ketika di kelas, mahasiswa diharapkan mampu: (1) memahami
pengertian dari metodologi, dan (2) mengetahui dan memahami apa saja
pendekatan dan metode dalam Studi Islam.
Hal yang perlu diperhatikan, selama mempelajari modul ini,
mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1. Membaca modul dengan seksama
2. Bertanya kepada dosen mengenai hal-hal yang tidak dan atau
kurang dipahami
3. Berdiskusi dengan teman yang lain agar pemahaman lebih
kompleks
Secara etimologi, metodologi berasal dari kata method dan logos. Method
artinya cara dan logos artinya ilmu. Secara sederhana metodologi adalah
ilmu tentang cara. Menurut Ahmad Tafsir (1995:9) metodologi adalah
cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu. dalam hal ini
ilmu tentang cara Studi Islam. Abraham Kaflan yang dikutip Abuy Sodikin
(2000:4) menjelaskan bahwa metodologi adalah pengkajian dengan
penggambaran (deskripsi), penjelasan (explanasi) dan pembenaran
(justifikasi).
Berdasarkan pendapat Kaflan, metodologi mengandung unsur-unsur:
1. Pengkajian (study)
2. Penggambaran (deskripsi)
3. Penjelasan (ekplanasi)
4. Pembenaran (justifikasi)
Studi berasal dari bahasa Inggris, study artinya mempelajari atau
mengkaji, yang berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik
Islam sebagai sumber ajaran, pemahaman, maupun pengamalan.
Islam berasal dari bahasa Arab, dari kata salima dan aslama. Salima
mengandung arti selamat, tunduk dan berserah. Aslama juga
mengandung arti kepaTuhan, ketundukan, dan berserah. Orang yang
tunduk, patuh dan berserah diri kepada ajaran Islam disebut muslim, dan
akan selamat dunia akhirat. Secara istilah, Islam adalah nama sebuah
agama samawi yang disampaikan melalui para Rasul Allah, khususnya
Rasulullah Muhammad SAW, untuk menjadi pedoman hidup manusia.
Dalam metodologi Studi Islam terdapat prosedur ilmiah, sebagai ciri
pokoknya, yang membedakan dengan Studi Islam lainnya yang tanpa
metodologi. Kegiatan pengajian misalnya, berbeda dengan kegiatan
pengkajian. Pengajian adalah proses memperoleh pengetahuan Islam
c. Pendekatan Sosiologis
Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang
berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang
satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan
yang lain.
Sosiologi dan antropologi di Indonesia, pada umumnya
tidak memiliki perbedaan prinsipil, sehingga tidak heran kalau
kemudian, dikenal ada mata kuliah atau bidang Studi Sosiologi-
Antropologi dalam satu kajian yang sama. Jika mau dibedakan,
sebenarnya, perbedaannya terletak pada penekanannya
(orientasi kajiannya).
Sosiologi menitikberatkan pada sistem sosial
(masyarakat) yang kompleks, sedangkan antropologi
mengutamakan masyarakat yang erat dengan hubungan
kekerabatan (masyarakat sederhana). Sosiologi merupakan ilmu
sosial yang obyeknya adalah masyarakat, yang bersifat empiris
teoritis, dan kumulatif.
Jika dituntut secara historis dalam kajian bidang
keilmuan, pada awalnya ilmu sosial merupakan ilmu yang tidak
berdiri sendiri. Baru pada perkembangan berikutnya, ia
memisahkan diri dari pengetahuan budaya. Dalam
perkembangan berikutnya, yakni sekitar tahun 50-an, lahirlah
sosiologi sibemeutika yang mengemukakan teori bahwa dalam
kehidupan sosial ada keteraturan.
Jika ada keteraturan tentu ada yang mengatur dan ada
yang diatur, sehingga timbul sistem hirarki atau tingkatan,
biasanya yang di atas mengatur yang di bawah dan yang di
bawah memberi fasilitas atau menyediakan kondisi kepada yang
di atas. Yang di atas sebagai sumber informasi dan yang dibawah
menjadi sumber energi. Makin rendah tindak hirarki tersebut,
a. Metode Filologi
b. Metode Deskriptif
c. Metode Komparatif
e. Metode Mistikal
ini perlu difahami. Dan ini hanya bisa difahami melalui metode
mistik.
f. Metode Filsafat
1) Metode Socrates.
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
yang dapat menimbulkan pertanyaan berikutnya dan
jawabannya sekali. Semacam dialog secara kritis, si penanya
menemukan jawabannya sendiri.
2) Metode Dialektis.
Metode ini sudah dipakai sejak Aristoteles. Suatu metode
dengan proses dialektika. Menurut Aristoteles, dialektika
3. Islam juga dapat difahami dalam kerangka ilmu sosial. Hal ini lazim
disebut dengan pendekatan:
a. Filosofi c. Historis
b. Sosiologis d. Antropologis
b. Mistikal d. Filologi
a. Metode Mistikal
b. Metode Deskriptif
c. Metode Filologi
d. Metode Komparatif
80 - 89 Poin = Baik
70 - 79 Poin = Cukup
3. B
4. D
5. A
6. B
7. A
8. A
9. B
10. C
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti, “Metodologi Ilmu Agama Islam”, dalam Taufik Abdullah dan Rusli
Karim (ed.), 1998, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar,
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mubarok, Jaih, 2012, Metodologi Studi Islam, Cet. 14, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Muhammad, Afif, 2004, Dari Teologi ke Ideologi: Telaah atas Metode dan
Pemikiran Teologi Sayyid Quthb, Bandung: Pena Merah.
Nata, Abuddin, 2012, Metodologi Studi Islam, cet.12, Jakarta: Rajawali Press.
Sahrodi, Jamali, 2008, Metodologi Studi Islam: Menelusuri Jejak Historis Kajian
Islam ala Sarjana Orientalis, Bandung: CV Pustaka Setia.
Tafsir, Ahmad, 1994, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, Bandung:
Rosdakarya.