Kian Proses Konsul 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL TN.

H DENGAN
MASALAH ANSIETAS PRE OPERASI STT MANDIBULA
DI RUANG MERAK RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Profesi Ners Keperawatan

DWI FATIYAH OKTAVIANTI


012142002

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


PROGRAM PROFESI NERS
UNIVERSITAS BINAWAN
2023
HALAMAAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dwi Fatiyah Oktavianti


NIM : 012142002
Program : Profesi Ners

Menyatakan bahwa karya ilmiah ners ini merupakan hasil karya saya sendiri, dan
seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan dengan benar.

Jakarta, Tanggal

(TTD)

Dwi Fatiyah Oktavianti


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diajukan oleh:

Nama : Dwi Fatiyah Oktavianti


NIM : 012142002
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Jiwa

Telah berhasil diperhatakan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagia
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program
Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Binawan.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : (Nama Dosen) (......................................)

Penguji : Zakiyah Mista, S. Kep., Ners., Sp. Kep.J

Ditetapkan di : ...........
Tanggal : ...........
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penyusunan KIAN
ini dilakukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Ners Keperawatan pada Program
Profesi Ners, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Binawan. Saya selaku
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka sulit
rasanya untuk saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh sebab itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.A selaku …......................................................................................................
2. RSA yang telah….................................................................................................
3. Orang tua dan keluarga yang telah…....................................................................

Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa dapat membalas segala kebaikan seluruh
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang telah
disusun dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.

Tempat, Tanggal
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dwi fatiyah Oktavianti


NIM : 012142002
Program : Profesi Ners
Fakultas : Keperawatan dan Kebidanan
Hasil karya : Skripsi/Karya Ilmiah

Menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Binawan Hak Bebas Royalti


Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah akhir ners saya
yang berjudul :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini, Universitas Binawan berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : ...........................
Pada tanggal : ...........................
Yang menyatakan

...................................................
ABSTRAK

Abstrak maksimal 150 kata berbahasa Indonesia yang ditulis dengan Times New
Roman 12, spasi 1, dan justify. Abstrak harus jelas dan deskriptif. Abstrak ditulis tanpa
mencantumkan sub judul penelitian (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, dan
kesimpulan). Abstrak harus memberikan gambaran singkat masalah atau persoalan
yang mendeskripsikan alasan pentingnya dalam pemilihan topik penelitian,
menggunakan metode penelitian yang tepat dan meghasilkan hasil yang akurat dan
dapat dipercaya. Abstrak harus diakhiri dengan komentar tentang pentingnya hasil
atau kesimpulan singkat.

Kata kunci: 3-6 kata kunci


ABSTRACT

A maximum 150 words abstract in English in italics with Times New Roman 12 point,
spacing 1 and justify. Abstract should be clear and descriptive. Abstract should be
written without research sub title (introduction, method, result, discussion, and
conclusion). Abstract should provide a brief overview of the problem studied, include
reasons for the selection or the importance of research topics, use research methods
and a summary of the results. Abstract should end with a comment about the
importance of the results or conclusions brief.

Keywords: 3-6 keywords


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………………
ABSTRAK…………………………………………………………………………
ABSTRACT…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan Kasus………………………………………………
1.4 Manfaat Penulisan Kasus ………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………
2.1 Kasus Penyakit Yang Dipilih (Diagnosa Medis) ………………………
2.1.1 Definisi/Pengertian ……………………………………………………
2.1.2 Klasifikasi …………………………………………………………
2.1.3 Etiologi ………………………………………………………………
2.1.4 Manifestasi Klinis ……………………………………………………
2.1.5 Patofisiologi ……………………………………………………………
2.1.6 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis tersebut ……
BAB III TINJAUAN KASUS KELOLAAN………………………………
3.1 Pengkajian………………………………………………………………
3.1.1 Identitas Pasien…………………………………………………
3.1.2 Anamnesis………………………………………………………
3.1.3 Resume Pasien …………………………………………………
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………
3.2 Masalah Keperawatan Yang Muncul Pada Pasien Kelolaan …………………
3.3 Asuhan Keperawatan…………………………………………………………
3.4 Implementasi Keperawatan……………………………………………………
3.5 Evaluasi Keperawatan…………………………………………………………
BAB IV ANALISIS SITUASI………………………………………………………
4.1 Analisis Kasus Terkait Data Prevalensi Terkini Yang Dikaitkan Dengan
Penyebab Penyakit Tersebut………………….……………
4.2 Analisis Intervensi dan Implementasi Keperawatan Dengan Penggunaan
Penelitian Terkait………………………………………………………………
4.3 Refleksi Proses Pembelajaran Terkait Kasus ………………….………………
BABV PENUTUP……………………………………………………………….
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
5.2 Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang abnormal. Sel
merupakan unit terkecil yang menyusun jaringan tubuh manusia. Masing-
masing sel mengandung gen yang berfungsi untuk menentukan pertumbuhan,
perkembangan, atau perbaikan yang terjadi dalam tubuh. Ada beberapa gen
yang berfungsi untuk mengontrol apakah suatu sel harus mati, membelah diri
(bertambah banyak), atau berubah untuk menjadi bentuk tertentu (contoh: sel
saraf atau sel otot). Apabila terjadi suatu perubahan (mutasi) pada gen-gen
tersebut, maka kontrol pertumbuhan sel pun akan terganggu. Pada kondisi ini,
sel-sel tua tidak mati walaupun sudah saatnya, dan sel-sel baru akan terbentuk
meskipun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya, kumpulan sel-sel tambahan
ini akan membentuk suatu massa, atau yang biasa disebut dengan tumor. Ketika
mendengar kata tumor, banyak orang yang menduga bahwa penyakit ini pasti
mematikan. Tetapi anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat karena tumor
terbagi ke dalam 2 kategori, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak
hanya tumbuh pada satu bagian tubuh dan tidak menyebar atau menyerang
bagian lain. Sementara tumor ganas atau yang sering disebut kanker adalah
tumor yang dapat menyerang jaringan di sekitarnya, masuk ke pembuluh darah,
dan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tumor jinak juga biasanya tidak akan
tumbuh lagi setelah diangkat, sedangkan tumor ganas memiliki kemungkinan
untuk kambuh (Dinkes, 2017).

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan


abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue
Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-
selnya tidak tumbuh seperti kanker (M. Clevo.2012: 84).
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah
muka. Dibentuk oleh dua tulang simetris yang mengadakan fusi dalam tahun
pertama kehidupan. Tulang ini terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal
kuda dan sepasang ramus yang pipih dan lebar yang mengarah keatas pada
bagian belakang dari korpus. Pada ujung dari masing-masing ramus didapatkan
dua buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus prosesus koronoideus.
Prosesus kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan luar dari korpus
mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang disebut
simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah
tulang (Jonas T. Johnson, 2014. P.1229-1241).

Angka kejadian tumor ini sekitar 1% dari seluruh tumor pada tulang
rahang, 80% pada area mandibula dan 20% lagi pada rahang atas. Biasanya
terjadi pada region mandibula, dan hanya sedikit kasus di maksila. Tumor
terbagi menjadi dua yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor rongga mulut
ditemukan sekitar 2% dari seluruh keganasan merupakan urutan keenam
terbanyak dari seluruh tumor yang dilaporkan di dunia. Prevalensi kanker
kepala leher (KKL) di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 4,7 per
100.000 penduduk. Metode : metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
di rumah sakit tanggal 27-30 Mei 2019 (Imelda 2019).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 84 juta


orang meninggal akibat Soft Tissue Tumor dalam rentang waktu 2005 sampai
dengan 2015 diseluruh dunia ( Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012).
Prevalensi soft tissue tumor di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk. Di
Pulau Jawa, kurang lebih 500 penderita soft tissue tumor terdiagnosis setiap
tahunnya. Angka teringgi prevalensi soft tissue tumor di Indonesia di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu per 9,6 per 1000 penduduk dan
angka terendah terdapat dimaluku yaitu 1.5 per 1000 penduduk. (Sabiston,
2012).
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai Soft Tissue
Tumor prevalensi di seluruh dunia Sebuah studi di Amerika yang ditulis
oleh The American Cancer Masyarakat memperkirakan kejadian statistik untuk
sarkoma jaringan lunak untuk tahun 2016 adalah sekitar 12.310 sarkoma
jaringan lunak baru akan didiagnosis (6.980 kasus pada pria dan 5.330 kasus
pada wanita), dan 4.990 orang Amerika (2.680 laki-laki dan 2.310 perempuan)
diperkirakan meninggal karena sarkoma jaringan lunak (Kanker.org, 2016).

Namun, di Indonesia, ada kekurangan laporan insiden tumor jaringan


lunak dan deskripsi klinik patologisnya. Data terbaru tentang kanker di
Indonesia Indonesia oleh Pusat Informasi Kesehatan (Riskesdas) 2015 tentang
Kejadian kanker di Indonesia, D.I Provinsi Yogyakarta menempati urutan
tertinggi prevalensi dengan 1,4% atau diperkirakan sekitar 14.596 kasus.
Epidemiologi lebih lanjut Penelitian ini diharapkan dapat dilakukan untuk lebih
jelasnya faktor risiko lingkungan (Burningham et al, 2016).

Tumor adalah benjolan jinak, secara mikroskopis dan makroskopik


benjolan tidak menyerang jaringan di sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak
dapat dihentikan memalui prosedur operasi lokal sehinggga pasien dapat
bertahan hidup. Menurut penelitian Rezky (2019), operasi yang dijalani oleh
pasien STT Mandibula cenderung menimbulkan kecemasan terutama pada fase
pra operasi.

Kecemasan tersebut merupakan suatu respon yang tidak menyenangkan


pada setiap individu, karena individu dapat merasakannya berbeda – beda
sesuai dengan pengalaman yang pernah di alami (Jung et al., 2021). Kecemasan
yang tidak di tangani dengan baik dapat menimbulkan adanya perubahan fisik
maupun psikilogis yang akhirnya dapat meningkatkan kerja saraf simpatis dan
akan terjadi peningkatan denyut jantung, frekuesi nafas, tekanan darah, keringat
dingin, mual, gangguan perkemihan dan secara umum mengurangi tingkat
energi pada pasien (Brahmbhatt et. al, 2021).
Fase preoperative seringkali dapat berdampak pada kecemasan pasien
saat melaksanakan operasi. Jika hal tersebut terjadi ketika menjelang operasi
dapat menyebabkan penundaan hingga kegagalan operasi (Jung et al., 2021).
Berdasarkan data American Psychiatri Assciation (APA) kecemasan ini
mempengaruhi 8,3% dari populasi dan terjadi pada wanita 3 - 5% orang dewasa
mengalami kedewasaan, dengan frekuensi seumur hidup lebih dari 25%.
Sekitar 15% pasien yang akan di operasi dan 25% yang berobat biasanya
gelisah. Pada faktor jenis kelamin dan usia pasien akan mempengaruhi respon
mekanisme koping dalam menghadapi permasalahan yang dapat menyebabkan
kecemasan. Pada faktor usia, kematangan individu akan mempengaruhi 1
kemampuan mekanisme koping sehingga individu yang lebih dewasa sukar
mengalami kecemasan karena individu mempunyai kemampuan adaptasi yang
lebih besar terhadap kecemasan dibandingkan usia yang belum dewasa
(Vellyana et al., 2017).
Kecemasan harus segera ditangani dengan baik dan cara yang tepat.
Kecemasan yang berlanjut dapat mengakibatkan kegagalan dalam melakukan
operasi akibat tekanan darah meningkat dan juga lama hari rawat (Sadaf et. al,
2022). Menurunkan atau menguranggi kecemasan dunia medis memiliki
beberapa jenis obat untuk mengatasi kecemasan dan membantu tidur yang
disebut dengan anti depresan, tetapi obat-obat tersebut dapat mengalami
ketergantungan psikis dan fisik. Semakin lama penggunaan obat-obatan
tersebut maka bisa menyebabkan keparahan ataupun ketergantungan obat,
sehingga keadaan seperti ini sangat memerlukan penanganan yang serius
sedangkan secara non farmakoologi yaitu intervensi perilaku kognitif termasuk
relaksasi. Beberapa macam teknik relaksasi diantaranya adalah relaksasi otot
pregresif, pernapasan diafragma, visualisasi, meditasi, pijat/massage, terapi
musik, yoga dan relaksasi nafas dalam (Abdul Aziz, 2020).
Perawat sebagai pemberi asuhan professional akan memberikan
intervensi reduksi ansietas. Intervensi keperawatan reduksi ansietas, berisikan
tentang identifikasi saat tingkat ansietas berubah, monitor tanda-tanda ansietas,
ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan, dengarkan
dengan penuh perhatian, gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami,
informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatandan prognosis,
anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi, latih teknik relaksasi dan
kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu (DPP Tim Pokja SIKI,
2018).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul
tentang “Asuhan Keperawatan Psikososial Tn. H Dengan Masalah Ansietas Pre
Operasi STT Mandibula Di Ruang Merak RSAU DR. Esnawan Antariksa”

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah “Asuhan
Keperawata Psikososial Pada Tn. H Dengan Masalah Ansietas Pre Operasi STT
Mandibula Di Ruang Merak RSAU DR. Esnawan Antariksa”

1.3 Tujuan Penulisan Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah mengetahui tentang pemenuhan Asuhan
Keperawata Psikososial Pada Tn. H Dengan Masalah Ansietas Pre Operasi STT
Mandibula Di Ruang Merak RSAU DR. Esnawan Antariksa 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan Pengkajian pada pasien Tn. H dengan
diagnosa STT Mandibula
2. Mahasiswa dapat menengakan Diagnosa Keperawatan pada pasien Tn. H
dengan diagnosa STT Mandibula
3. Mahasiswa dapat membuat Perencanaan Keperawatan pada pasein Tn. H
dengan diagnosa STT Mandibula
4. Mahasiswa dapat melaksanakan Implementasi Keperawatan pada pasien
Tn. H dengan diagnosa STT Mandibula
5. Mahasiswa dapat melakukan Evaluasi Keperawatan pada pasien Tn. H
dengan diagnosa STT Mandibula

1.4 Manfaat Penulisan Kasus


Studi kasus diharapakan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Mahasiswa Meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman praktik bagi
mahasiswa khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
masalah amsietas pada pasien STT Mandibula, berdasarkan pendekatan
proses keperawatan yang diberikan secara sistematis dan terorganisir.
2. Institusi pendidikan Diharapkan dalam studi kasus ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa jurusan Keperawatan Binawan.
3. Rumah Sakit Sebagai masukan bagi para perawat dalam meningkatkan
mutu pelayanan pada pasien yang mengalami STT Mandibula
menggunakan proses keperawatan dengan melibatkan pasien dan keluarga
sehingga dapat dicapai secara maksimal dan memperoleh kepuasan dan
kesembuhan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tumor Mandibula
2.1.1 Definisi
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil
proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa
medisnya, tumor dikenal sebagai noeplasia. Neo berarti baru, plasia berarti
pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang
baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel disekitarnya yang normal.
Neoplasia mandibula adalah suatu kondisi medis yang jarang terjadi ditandai
dengan pertumbuhan sel yang abnormal pada sendi temperomandibular (TMJ).
TMJ menghubungkan maksila, yang merupakan tulang rahang bagian
atas dengan tulang rahang bagian bawah yang dikenal sebagai mandibula.
Tumor mandibula adalah tumor jinak ondotogenik pada mandibula yang
berasal dari epithelium yang terlibat dalam proses pertumbuhan gigi hingga
menimbulkan deformitas wajah dan bersifat idiopatik (Mansjoer, 2017).
Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang
mukayang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu-satunya
tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dandian
gkat pada waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan,ditarik ke
belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dansebaliknya
sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada perkembangannya tulang ini
terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior pada
simpisis mental, persatuan kedua belahantulang ini terjadi pada umur dua tahun
membentuk sebuah korpus yangletaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal
kuda, menjorok ke mukaserta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke
atas dari ujung posterior korpus (Pearce, 2016).
2.1.2 Klasifikasi
Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional (N), dan
metastasis jauh (M).
Stadium : I : TI No Mo
Stadium : II : T2 No Mo
Stadium : III : T3 No Mo, T2 NI Mo, T3 NI Mo
Stadium : IV : T4 No Mo, semua T N2 MI, semua T semua N dan M
(Mansjoer, 2017).
Semua tumor baik tumor jinak maupun ganas mempunyai dua
komponen dasar ialah parenkim dan stroma. Parenkim ialah sel tumor yang
proliferatif,yang menunjukkan sifat pertumbuhan dan fungsi bervariasi
menyerupai fungsi sel asalnya. Sebagai contoh produksi kolagen ,musin,atau
keratin. Stroma merupakan pendukung parenkim tumor ,terdiri atas jaringan ikat
dan pembuluh darah. Penyajian makanan pada sel tumor melalui pembuluh darah
dengan cara difusi.
Klasifikasi neoplasma yang digunakan biasanya berdasarkan :
1. Klasifikasi Atas Dasar Sifat Biologik Tumor Atas dasar sifat biologiknya
tumor dapat dibedakan atas tumor yang bersifat jinak ( tumor jinak ) dan
tumor yang bersifat ganas (tumor ganas) dan tumor yang terletak antara jinak
dan ganas disebut “Intermediate” .
a. Tumor Jinak ( Benigna )
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul.Tidak
tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya.
b. Tumor ganas ( maligna )
Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif.Dan merusak
jaringan sekitarnya.Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh
melalui aliran limpe atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian.
c. Intermediate
Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan
kecil tumor yang mempunyai sifat invasive local tetapi kemampuan
metastasisnya kecil.Tumor demikian disebut tumor agresif local tumor
ganas berderajat rendah.Sebagai contoh ialah karsinoma sel basal kulit.

Tabel 2.1 Pertumbuhan Tumor Ganas Dan Tumor Jinak


Tumor jinak Tumor ganas Tumor ganas
derajat rendah
(agresif local)
Sifat Lambat Bervariasi Cepat
pertumbuhan
Tumbuh Tidak Lokal Intiltratif
infiltratif
Kemampuan Tidak ada Rendah/Tidak Tinggi
metastasis
Pengobatan Eksisi Aksisi Luas Eksisi Luas
Sumber : (Pearce, 2016).

2. Klasifikasi Atas Dasar Asal Sel / Jaringan ( histogenesis )Tumor


Diklasifikasikan dan diberi namaatas dasar asal sel tumor yaitu:
a. Neoplasma berasal sel totipoten Sel totipoten ialah sel yang dapat
berdeferensiasi kedalam tiap jenis sel tubuh.Sebagai contoh ialah zigot
yang berkembang menjadi janin.Paling sering sel totipoten dijumpai
pada gonad yaitu sel germinal. Tumor sel germinal dapat berbentuk
sebagai sel tidak berdifensiasi, contohnya : Seminoma atau
disegerminoma.Yang berdiferensiasi minimal contohnya : karsinoma
embrional, yang berdiferensiasi kejenis jaringan termasuk trofobias
misalnya chorio carcinoma. Dan yolk sac carcinoma.Yang
berdiferensiasi somatic adalah teratoma.
b. Tumor sel embrional pluripoten Sel embrional pluripoten dapat
berdiferensiasi kedalam berbagai jenis sel-sel dan sebagai tumor akan
membentuk berbagai jenis struktur alat tubuh. Tumor sel embrional
pluripoten biasanya disebut embiroma atau biastoma, misalnya
retinobiastoma, hepatoblastoma, embryonal rhbdomyosarcoma.
c. Tumor sel yang berdiferensiasi Jenis sel dewasa yang berdiferensiasi,
terdapat dalam bentuk sel alat-lat tubuh pada kehidupan pot
natal.Kebanyakan tumor pada manusia terbentuk dari sel berdiferensiasi.
Tata nama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu
perbedaan antara jinak dan ganas, asal sel epnel dan mesenkim lokasi
dan gambaran deskriptif lain.
Tata nama tumor ini merupakan gabungan berbagai faktor yaitu
perbedaan antara jinak dan ganas, asal sel epnel dan mesenkim lokasi
dan gambaran deskriptif lain.
1) Tumor epitel
Tumor jinak epitel disebut adenoma jika terbentuk dari epitel
kelenjar misalnya adenoma tiroid, adenoma kolon.Jika berasal dari
epitel permukaan dan mempunyai arsitektur popiler disebut
papiloma.Papiloma dapat timbul dari eitel skuamosa (papiloma
skuamosa), epitel permukaan duktus kelenjar (papiloma
interaduktual pada payudara) atau sel transisional (papiloma sel
transisional).Tumor ganas epitel disebut karsinoma. Kata ini berasal
dari kota yunani yang berarti kepiting. Jika berasal dari sel skuamosa
disebut karsinoma sel skuamosa.Bila berasal dari sel transisional
disebut karsinoma sel transisional.Tumor ganas epitel yang berasal
dari epitel belenjar disebut adenokarsinoma.
2) Tumor jaringan mesenkin
Tumor jinak mesenkin sering ditemukan meskipun biasanya kecil
dan tidak begitu penting. Dan diberi nama asal jaringan (nama latin)
dengan akhiran “oma”. Misalnya tumor jinak jaringan ikat (latin
fiber) disebut “Fibroma”. Tumor jinak jaringan lemak (latinadipose)
disebut lipoma. Tumor ganas jaringan mesenkin yang ditemukan
kurang dari 1 persendiberi nama asal jaringan (dalam bahasa latin
atau yunani) dengan akhiran “sarcoma” sebagai contoh tumor ganas
jaringan ikat tersebut Fibrosarkoma dan berasal dari jaringan lemak
diberi nama Liposarkoma. (Djisuwandono,2010).
2.1.3 Etiologi
Tumor ini dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari
pembentukan tumor ini masih bersifat idiopatik, akan tetapi tumor ini dapat
berasal dari :
1. Kelaian congenital
2. Kista ondotogenik
3. Genetic
4. Trauma
5. Rangsangan fisik berulang
Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah
pencabutan gigi, pengangkatan kista, dan atau iritasi lokal dalam rongga
mulut. Tumor mandibula dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak
dijumpai pada usia decade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi
prediksi pada golongan penderita kulit berwarna (Mansjoer, 2017).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Keadaan lemah, lesu, malaise dan disertai demam. Pada pemeriksaan
ekstra oral didpatkan :
1. Simetris wajah
2. Tanda rahang tidak jelas
3. Fluktuasi positif
4. Tepi rahang sering tidak teraba
5. Terdapat benjolan di area rahang bawah Pada pemeriksaan intra oral
didapatkan : peridontitis akut mucobucal fold fluktasi negative.
Gejala dan tanda jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi
di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasasakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit,
yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan biasanya tumbuh
lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakkan
relatif masih mudah digerakkan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar
ke tempat jauh. Umumnya pertumbuhan tumor jaringanlunak relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Walau ukuran tumor
sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan pendarahan pada kulit diatasnya.
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama pasien
sarcoma jaringan lunak (SJL) daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang
umumnya tidak nyeri dan tidak mempengaruhi kesehatan secara umum kecuali
pembesaran tumornya. Hal ini yang mengakibatkan seringnya misinterprestasi antara
sarcoma jaringan lunak dan tumor jinak jaringan lunak. Untuk SJL lokasi di
visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri,
hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula pendarahan
gastrointestinal, obstruksi usus atau berupa ganggguan neurovascular.Perlu ditanyakan
bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya. Keluhan yang berhubungan dengan
infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar. Keluhan yang berhubungan dengan
metastatis jauh. Pada pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan lokasi dan
ukuran tumor, batas tumor, konsistensi dan mobilitas, serta menilai nyeri. Perlu juga
dilakukan pemeriksaan kelenjar getah bening regional untuk menilai metasis regional.
(Oktaviana, 2018)

2.1.5 Patofisiologi
Neoplasma mandibula banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun,
kebanyakan pada laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau
serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh
para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit
keganasan. Terutama neoplasma laryngeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat. Pita suara miskn akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstristik) metastase
lebih umu terjadi. Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan
ketiga dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari
musculus mylohyoid. Infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang mandibula
melalui beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid,
posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor. Terdapat
demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau di
bawah lidah, mungkin berfluktuasi dan muncul pembengkakan. Bila
pembengkakan semakin besar dapat mengakibatkan terangkatnya lidah dan
penyulitan dalam pernafasan dan penelanan di dalam mulut. Proses infeksi juga
menstimulasi penumpukan secret yang berlebihan dalam saluran pernafasan.
Sehingga pada tahap ini si penderita akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan O2 dan asupan nutrisi.
Diagram 2.1. Pathway Tumor Mandibuls
(Mansjoer, 2017)
2.1.6 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis tersebut
Menurut Dr. Suyanto (2012: 211) di dalam asuhan keperawatan digunakam
system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi
menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, Diagnosa medis, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Pengkajian
1) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat ini.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang Menjelaskan uraian kronologis sakit
pasien sekarang sampai pasien dibawa ke RS, ditambah dengan
keluhan pasien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
P: Palitatif /Provokatif Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang
dapat memperberat dan menguranginya.
Q: Qualitatif /Quantitatif Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau
terdengar, sejauh mana merasakannya sekarang
R: Region Dimana gejala terasa, apakah menyebar
S: Skala Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 0 s/d 10
T: Time Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa,
apakah tiba-tiba atau bertahap.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Mengidentifikasi riwayat kesehatan
yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan
penyakit yang sedang diderita pasien saat ini. Termasuk faktor
predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengidentifikasi apakah di keluarga
pasien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat penyakit menular.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari Membandingkan pola aktifitas keseharian
pasien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi
apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak. (Robert Priharjo,
2012).
2) Pemeriksaan Fisik:
a. Data Fokus
Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi
dengan teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan
observasi tingkat kesadaran, keadaan umum, vital sign.
Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada nodul, bentuk simetris,
kontur kulit lentur, tidak ada benjolan/ massa, Palpasi: Apa ada
nyeri tekan, ada massa, ada asites dan bagaimana turgor kulit.
3) Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan laboratorium
yang dijalani pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan rontgen, biopsy dan pemeriksaan
terkait lainnya.
4) Diagnosa Keperawatan
a. Pre Op Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit
b. Post Op
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (Nurarif,
dkk, 2015).
5) Intervensi Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
1) Batasan Karakteristik:
a) Penurunan produktivitas
b) Gerakan yang ireleven
c) Gelisah
d) Insomnia
e) Tampak waspada
2) Faktor yang berhubungan
a) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran).
b) Krisis maturasi, krisis situasional.
c) Stess, ancaman kematian.
d) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, konsep
diri).
e) Kebutuhan yang tidak dipenuhi.
3) NOC
a) Anxiety self-control
b) Anxiety level
c) Coping
4) Kriteria Hasil

a) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala


cemas
b) Mengidentifikasi, mengugkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontrol cemas
c) Vital sign dalam batas normal
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
5) NIC
a) Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
(1) Gunakan pendekatan yang menenangkan.
Rasional: meningkatkan bina hubungan saling percaya
(2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur.
Rasional: agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur
tindakan.
(3) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut Rasional: mengurangi kecemasan
pasien
(4) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis Rasional: membantu mengungangi tingkat
kecemasan
(5) Identifikasi tingkat kecemasan Rasional: mengetahui
tingkat kecemasan pasien
(6) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan Rasional: membantu pasien agar lebih
tenang
(7) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi Rasional: membantu pasien tenang
dan nyaman
(8) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Rasional: cemas berkurang, pasien merasa tenang
(9) Berikan obat Rasional: untuk mengurangi kecemasan

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


1) Batasan Karakteristik:
a) Laporan secara verbal atau nonverbal
b) Fakta dari observasi
c) Posisi antalgik (menghindari nyeri)
d) Gerakan melindungi
e) Tingkah laku berhati-hati
f) Muka topeng (nyeri)
g) Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
h) Terfokus pada diri sendiri
i) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan)
j) Tingkah laku distraksi, contoh jalan-jalan, menemui orang
lain dan atau aktivitas berulang-ulang
k) Respon autonom (seperti berkeringat, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil
l) Perubahan otonom dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
m) Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah
n) Perubahan dalam nafsu makan dan minum
2) Faktor yang berhubungan
Agen cedera (biologi, kimia, fisik, psikologis)
3) NOC
a) Pain Level
b) Pain control
c) Comfort level
4) Kriteria Hasil
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) NIC
a) Pain Management
(1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi Rasional: mengetahui
tindakan dan obat yang akan diberikan
(2) observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Rasional: mengetahui tingkat nyeri pasien
(3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien Rasional:
membantu pasien mengungkapkan perasaan
nyerinya
(4) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Rasional: untuk memberikan intervensi yang tepat
(5) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Rasional: membantu mengurangi nyeri pasien
(6) Kurangi faktor presipitasi nyeri
(7) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter personal) Rasional:
membantu mengurangi rasa nyeri pasien
(8) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi Rasional: memberikan intervensi yang
tepat
(9) Ajarkan tentang teknik non farmakologi Rasional:
mengurangi nyeri dengan cara pengobatan non
farmakologis
(10) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Rasional:
nyeri dapat berkurang
(11) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Rasional: nyeri
terkontrol
(12) Tingkatkan istirahat
b) Analgesic Administration
(1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
Rasional: untuk memberikan intervensi yang tepat
(2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Rasional: benar dalam pemberian obat
(3) Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Rasional: menentukan obat yang tidak alergi untuk
pasien
(4) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Rasional: memberikan obat yang sesuai dengan
keluhan
(5) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Rasional: mengetahui kondisi pasien
(6) Berikan analgesik pada saat nyeri
Rasional: membantu mengurangi nyeri
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
1) Faktor-faktor resiko:
a) Prosedur Infasif
b) Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari
paparan pathogen
c) Trauma
d) Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
e) Ruptur membran amnion
f) Agen farmasi (imunosupresan)
g) Malnutrisi
h) Peningkatan paparan lingkungan pathogen
i) Imonusupresi
j) Ketidakadekuatan imun buatan
k) Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
l) Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan
tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan
peristaltik)
m) Penyakit kronik
2) NOC
a) Immune Status
b) Knowledge : Infection control
c) Risk control
3) Kriteria Hasil
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
d) Jumlah leukosit dalam batas normal
e) Menunjukkan perilaku hidup sehat
4) NIC
a) Infection Control (Kontrol infeksi)
(1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain
(2) Pertahankan teknik isolasi Rasional:
menurunkan resiko kontminasi silang
(3) Batasi pengunjung bila perlu Rasional:
menurunkan resiko infeksi
(4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien Rasional: mencegah
terjadinya kontaminasi silang
(5) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Rasional: mencegah terpajan pada organisme
infeksius
(6) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan Rasional: menurunkan
resiko infeksi
(7) Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat Rasional: mempertahankan
teknik steril
(8) Tingkatkan intake nutrisi Rasional: membantu
meningkatkan respon imun
(9) Berikan terapi antibiotik bila perlu Rasional:
mencegah terjadinya infeksi
b) Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal Rasional: mengidentifikasi keadaan umum
pasien dan luka
(2) Monitor hitung granulosit, WBC Rasional:
mengidentfikasi adanya infeksi
(3) Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional:
menghindari resiko infeksi
(4) Berikan perawatan kulit pada area epidema
Rasional: meningkatkan kesembuhan
(5) Inspeksi kondisi luka / insisi bedah Rasional:
mengetahui tingkat kesembuhan pasien
(6) Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep Rasional: membantu meningkatkan
status pertahanan tubuh terhadap infeksi
(7) Ajarkan cara menghindari infeksi Rasional:
mempertahankan teknik aseptic
(8) Laporkan kultur positif Rasional: mengetahui
terjadinya infeksi pada luka (Nurarif, Dkk,
2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS KELOLAAN

Inisial Pasien : Tn. H


Tanggal : 17 November 2022
No. RM : 144216
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga

I. PENGENALAN KLIEN
Pasien laki-laki usia 49 tahun dengan diagnosa medis STT Mandibula dan suspek
B20 dirawat di Ruang Merak RSAU Dr. Esnawan Antariksa pada tanggal 17
November 2022. Pasien lahir di Brebes tanggal 28 September 1973, Agama Islam,
Suku Jawa, pekerjaan TNI dengan jabatan bintara pengemudi. Pendidikan terakhr
SMA. Alamat Jl. Pulo Mas Selatan RT 016 RW 007 Kel. Kayu Putih Kec.
Pulogadung Jakarta Timur.

II. PERSEPSI DAN HARAPAN PASIEN DAN KELUARGA


A. Persepsi Pasien atas masalahnya
Pasien mengatakan cemas karena akan dioperasi, kadang ada firasat buruk,
takut akan pikiran sendiri. Pasien tidak menyadarinya karena tidak merasakan
gejala apapaun. Pasien mengatakan tidak mengetahui sumber penyakitnya,
setelah 1 bulan dilalui, terdapat benjolah pada pipi bawah kanan sehingga
pasien sempat periksa ke poli bedah RSAU Dr. Esnawan Antariksa pada
tanggal 17 November 2022 pukul 09.00 WIB dan terdapat tiga benjolan di area
pipi bawah sebelah kanan. dan pasien harus segera di operasi. Pada pukul
17.00 WIB pasien datang ke ruang merak untuk mendapatkan kamar perawatan
dan rencana operasi pada tanggal 18 November 2022 pukul 07.30 WIB.
Kemungkinan penyebabnya adalah karena mutasi materi genetik (DNA) dalam
sel. Faktor risiko yang meningkatkan kejadian limfoma non-Hodgkin adalah
usia tua (>60 tahun), gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya: HIV/AIDS),
infeksi virus tertentu, dan penggunaan bahan kimia jangka panjang (misalnya:
pestisida).

B. Persepsi Keluarga atas Masalahnya


Istri pasien mengatakan khawatir dan cemas melihat suaminya sakit, kondisi
lemas karena terjadi menurunnya sistem kekebalan tubuh. Pasien juga khawatir
dengan sakitnya, sehingga untuk sementara pasien rawat inap dan di temani
oleh istrinya selama di rumah sakit.

C. Harapan Pasien sehubungan dengan Pemecahan Masalah


Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari sakit, pasien berharap luka post
operasi pada bawah kuping segera membaik dan nyeri berkurang, agar dapat
segera pulang kerumah.

III. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS


A. Status Emosi
Pasien mengatakan cemas dan khawatir akan penyakitnya karena pasien juga
pernah masuk RS dua kali pada tahun 2016 dan 20220.

B. Konsep Diri
Citra tubuh : pasien mengatakan badan lemas, harus diinfus sehingga sulit
beraktifitas normal. Tidak dapat merapihkan penampilan dengan
baik karena pasien sudah tidak bisa melihat atau buta pada kedua
matanya dengan baik.
Identitas : pasien seorang laki-laki usia 49 tahun, pasien pekerjaan TNI
dengan jabatan bintara pengemudi namun setelah kedua mata
nya sudah tidak bisa melihat pasien hanya beraktivitas dirumah
saja dan terkadang bersih-bersih halaman masjid di daerah
tempat tinggalnya atau mess .
Peran : pasien seorang suami, sebagai kepala rumah tangga dengan satu
orang anak laki-laki usia 5 tahun. Saat ini tidak dapat melakukan
peran sebagai suami sekaligus sebagai kepala rumah tangga.
Ideal diri : selama sakit pasien selalu didampingi istri, kegiatan sehari-hari
dibantu istri, jadi pasien tidak merasa kesulitan.
Harga diri : pasien tidak percaya diri akan suatu kondisinya yang dialami
nya tetapi pasien mempunyai semangat diri karena didampingi
istri dan anaknya selama sakit.

C. Pola Interaksi
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan selama wawancara. Kontak
mata dan menatap wajah ke perawat tidak bisa karena kondisi pasien yang
sudah tidak bisa melihat
D. Gaya Berkomunikasi
Gaya berkomunikasi dengan pasien perlu mengulang penjelasan agar pasien
memahami permasalahan yang terjadi. Pasien berbicara lemah.
E. Pola Pertahanan
Pola pertahanan pasien dalam menghadapi masalah kesehatan saat ini adalah
banyak bertanya tentang perjalanan penyakitnya.

IV. PENGKAJIAN SOSIAL


A. Pendidikan dan Pekerjaan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA, saat ini pasien pasien hanya
beraktivitas dirumah saja dan terkadang bersih-bersih halaman masjid di daerah
tempat tinggalnya atau mess .
B. Hubungan Sosial
Pasien mengatakan istri dan anak adalah orang yang sangat berarti, istri selalu
menjaga pasien selama sakit. Sebelum sakit pasien aktif dalam mengikuti
kegiatan sosial disekitar mess nya seperti kerja bakti, berolahraga dan lari.
Selama sakit pasien tidak dapat beraktifitas normal.
C. Faktor Sosial Budaya
Pasien mengatakan awal mula terdapat benjolan pada pipi bawah, pasien tidak
merasakan apa-apa, dan tidak ada keluhan lainnya. Sekitar 1 bulan lamanya
akhirnya pasien menyadari bahwa terdapat bejolan pada pipi bawah kanannya
dan segera periksa di poli bedah RSAU dan memutuskan untuk di operasi.
D. Gaya Hidup
Sebelum dan sesudah sakit pasien merokok, mencuci tangan sebelum makan.
Selama sakit pasien banyak tidur, porsi makan minum berkurang. Setelah
selesai operasi pasien tidak membersihkan badan atau mencuci muka,pasien
hanya mencuci tangan dan kaki dan dibantu oleh istrinya.
V. PENGKAJIAN KELUARGA
A. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: tinggal bersama
B. Masalah, Kritis, hal yang penting
Terdapat perubahan peran dalam keluarga selama mata satunya tidak dapat
melihat dan pada saat sakit, pasien tidak bisa membantu istrinya dalam berumah
tangga, istri tidak dapat bekerja seperti biasa berdagang dengan normal karena
harus menjaga pasien di rumah sakit.
C. Interaksi dalam Keluarga
Komunikasi istri dengan suaminya, anak-anak dan keluarga besar baik, saling
mendukung.
D. Pola Pengambilan Keputusan dan Penyesuaian
Dalam keluarga pola pengambilan keputusan oleh suami dengan
dimusyawarahkan bersama keluarga terlebih dahulu. Selama pasien sakit
keputusan diambil oleh suami langsung.
E. Persepsi Kemampuan Keluarga
Saat pasien awal terserang sakit, pasien langsung dibawakan ke RS, Karena
sakit pasien belum mereda pasien semakin lemas, maka keluarga memutuskan
untuk rawat inap.

VI. PENGKAJIAN KESEHATAN FISIK


A. Masalah Kesehatan yang lalu dan sekarang
1. Penyakit dan Perawatan di Rumah Sakit yang Lalu
Pasien mengatakan sudah pernah rawat inap, masuk rumah sakit yang lalu
pada tahun di 2015 dan tahun 2020 riwayat kejang.
2. Penyakit Sekarang
Terdapat benjolah pada pipi bawah kanan sehingga pasien sempat periksa ke
poli bedah RSAU Dr. Esnawan Antariksa pada tanggal 17 November 2022
pukul 09.00 WIB dan terdapat tiga benjolan di area bawah pipi sebelah
kanan. dan pasien harus segera di operasi. Setelah sesudah di operasi
beberapa jam kemudian melakukan pengkajian didapatkan pasien tampak
lemas dan lemah, nyeri dirasakan pada bekas operasi seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri secara hilang timbul dengan durasi -/+ 5 detik. Nyeri dirasakan pada
saat bergerak karena pasien digunakan untuk aktivitas makan dan minum.
Keadaan umum compos mentis, GCS E4M6V5. Hasil TTV : TD 130/65
mmHg, Nadi 70 x/menit, Suhu 36,7ºC, pernapasan 18 x/menit, saturasi 99%.

Hasil laboratorium tanggal 16 November 2022 / 14 : 13


Hasil Pemeriksaaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi :
Waktu Pendarahan 2 menit 1-3 menit
Waktu Pembekuan 5 menit 1-7 menit
Darah Rutin :
Hemoglobin 13,6 gr/dl 13,0-17,5
Lekosit 7100 mm3 4.000-10.000 /mm3
Hematokrit 40% 40-52
Trombosit 281000 mm3 150.000-400.000
Kimia Klinik :
Ureum 27 mg/dl < 50
Creatinin 1.4 mg/dl < 1.3
Glukosa Sewaktu 84 mg/dl < 120
Imunoserologi :
Hbs Ag Non-Reaktif Non-Reaktif
Anti HIV Reaktif Non-Reaktif
Anti HCV Non-Reaktif Non-Reaktif

Hasil Pemeriksaan Radiologi 16 November 2022 / 12:08


Hasil Pemeriksaan Thorax PA/AP, dengan hasil sebagai berikut :
COR tak membesar
Bronchitis
Tidak tampak effusi pleura
3. Pengobatan Sekarang
RL 20 tetes per menit
Ranitidin ampul /12 jam
Ketorolac /8 jam
Cefriaxone 2x1
4. Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan maupun makanan.

B. Kebiasaan Kesehatan Sekarang


1. Penampilan Diri
Penampilan pasien sederhana, rambut tidak disisir, Tampak lemas.
2. Merokok
Sebelum dan selama sakit pasien tidak memiliki kebiasaan merokok
3. Minuman Keras
Sebelum dan salama sakit pasien tidak memiliki kebiasaan konsumsi
minuman keras
4. Pola Tidur
Sebelum sakit pasien tidur malam mulai jam 22.00 s.d jam 04.00, selama
sakit pasien lebih banyak tidur.
5. Pola Nutrisi
Sebelu sakit pasien makan 3x sehari 1 porsi, selama sakit pasien tidak nafsu
makan, mual, makan hanya 2-3 suap sudah muntah.
6. Pola Eliminasi
Sebelum sakit BAB/BAK pasien normal, selama sakit pasien sering BAK,
BAB 2 hari sekali.
7. Orientasi Lingkungan
Orientasi pasien terhadap lingkungan baik, mengenali tempat waktu dan
lingkungan dengan benar.
8. Tingkat Aktivitas
Sebelum sakit pasien dapat beraktifitas dengan normal . Selama sakit pasien
tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan normal, dibatasi karena
kelemahan akibat sakit dan gangguan pada mata nya karena tidak bisa
melihat satu sisi. Aktifitas sehari-hari dibantu istri selama sakit.
9. Tingkat Energi
Sebelum sakit pasien memiliki energi cukup untuk melakukan kegiatan
harian. Selama sakit tingkat energi pasien menurun.

VII. STATUS MENTAL


A. Validitas Data
Tingkat kesadaranpasien composmentis. GCS 15 (E4 M6 V5)
B. Status Sensorik
Pasien mengatakan anggota gerak tidak ada rasa kesemutan, hanya merasa
lemas saja
C. Status Persepsi
Pasien dapat mendengar dengan baik dan untuk penglihatan pasien kurang
baik, di karenakan tidak bisa melihat pada bagian mata kanannya..
D. Status Motorik
Pasien tampak lemah, gerakan badan lambat
E. Afek
Afek pasien baik, ekspresi sesuai dengan stimulus yang disampaikan
F. Proses Pikir
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dan jawaban sesuai.
G. Delusi
Tidak ada
H. Insight
Pasien menyadari sakit yang diderita
ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


Subjektif : Ansietas Soft Tissue Tumor (STT)
- Pasien mengatakan (D.0080) Mandibula
tidak mengetahui ↓
sumber penyakitnya Pre Operasi
- Pasien mengatakan ↓
cemas karena akan Kurang terpajan informasi
dioperasi, kadang ↓
ada firasat buruk, Ketakutan
takut akan pikiran ↓
sendiri. Cemas

Objektif :
- Pasien tampak
gelisah dan tidak
tenang
- Pasien tampak diam
menatap kosong
- Hasil TTV :

TD 130/80 mmHg,
Nadi 92 x/menit,
Suhu 36,7ºC,
pernapasan 20
x/menit, saturasi
99%.
Subjektif : Nyeri Akut Soft Tissue Tumor (STT)
Mandibula

- Pasien mengatakan Proses pembedahan
nyeri pada rahang ↓
bawah Luka operasi
- P: pasien ↓
mengatakan nyeri Terputusnya kontunitas
pada bekas operasi jaringan, otot dan vaskuler,
- Q : nyeri seperti di tulang
tusuk-tusuk ↓
- R : nyeri dirasakan Pelepasan mediator nyeri
pada area pipi (histamine, prostaglandin,
bawah sebelah serotonin)
kanan atau pada ↓
rahang bawah Merangsang reseptor
- S : nyeri skala 5 (respon nyeri)
- T : nyeri secara ↓
hilang timbul Nyeri
dengan durasi -/+ 5
detik dan dirasakan
pada saat digerakan
ketika ingin
membuka mulut
seperti mau makan
dan minum,

Objektif :
- Pasien tampak
lemas dan lemah
- Pasien hanya
berbaring saja dan
banyak tidur
- Skala nyeri
didapatkan 5
- Hasil TTV :

TD 120/60 mmHg,
Nadi 88 x/menit,
Suhu 36ºC,
pernapasan 20
x/menit, saturasi
99%.
Subjektif : Risiko Infeksi Soft Tissue Tumor (STT)
- Pasien mengatakan Mandibula
tidak nyaman ↓
dengan adanya Proses pembedahan
bekas operasi ↓
- Pasien mengatakan Luka bekas operasi
setelah di operasi ↓
terdapat tiga Masuknya kuman melalui
benjolan kecil pada luka pada kulit
bawah rahang ↓
pasien/ pipi sebelah Risiko Infeksi
kanan
Objektif :
- Tampak luka bekas
operasi terbungkus
kassa/perban
- TTV : TD : 120/60
mmHg, Nadi 88
x/menit, Suhu 36ºC,
pernapasan 20
x/menit, saturasi
99%.
- Hasil laboratorium
tanggal 16
November 2022
 Creatinin ↑
1.4mg/dL dengan
nilai normal < 1.3
 Anti HIV Reaktif
dengan nilai
normal Non-
Reaktif
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

No. Diagnosa Tindakan Pertemuan


1 2 3
1. Ansietas Pasien 1. Mengkaji cemas 1. Evaluasi 1. Evaluasi Cemas
yang dirasakan kemampuan klien.
Tn. H melakukan Tarik 2. Evaluasi
2. Mengkaji nafas dalam kemampuan
penyebab cemas (TND). melakukan Tarik
3. Lakukan Tarik 2. Evaluasi nafas dalam
Nafas kemampuan (TND).
Dalam/TND distraksi bercakap- 3. Evaluasi
(nafas dalam cakap pasien. kemampuan
setiap mulai 3. Berikan terapi distraksi bercakap-
merasa cemas) musik seperti lagu cakap pasien
4. Menganjurkan doa-doa islami 4. Evaluasi terapi
pasien untuk atau sholawat musik
bercakap-cakap supaya 5. Spiritual
untuk memberikan 6. dan beri pujian
mengalihkan rasa dampak 7. Melakukan
cemas atau ketenangan dan Latihan relaksasi
khawatir yang mengurangi cemas Otot Progresis
dirasakan klien. dan (PMR)
5. Ciptakan suasana 4. Anjurkan
tenang melakukan
dilingkungan kegiatan
kamar spiritual(berdoa)
6. Anjurkan
keluarga untuk
menemani untuk
mengurangi
kecemasan pasien
Keluarga 1. Mendiskusikan 1. Evaluasi masalah 1. Evaluasi
dengan istri yang dirasakan kegiatan
klien masalah keluarga dan keluarga dalam
yang dihadapi kemampuan merawat/melatih
saat merawat keluarga merawat pasien tarik
klien. pasien, berikan nafas dalam,
2. Menjelaskan pujian. 2. Evaluasi
ansietas pasien, 2. Menyertakan kemampuan
penyebab, keluarga untuk keluarga dalam
tanda dan gejala memberikan terapi melakukan
ansietas musik seperti lagu respon
3. Menjelaskan doa-doa islami pemberian terapi
cara mengatasi atau sholawat musik
bila cemas klien supaya 3. Nilai
muncul. memberikan kemampuan
4. Mengajak dampak keluarga
keluarga untuk ketenangan dan merawat
berpartisipasi mengurangi cemas pasien.
dalam 3. Anjurkan 4. Nilai
melakukan membantu pasien kemampuan
teknik relaksasi mengatasi keluarga
seperti menarik ansietasnya melakukan
nafas serta 4. Diskusikan dengan kontrol/rujukan
menganjurkan keluarga cara
untuk mengajak perawatan
klien bercakap- dirumah, follow up
cakap. dan kondisi pasien
yang peru dirujuk (
tidak mampu
menerima
informasi, gelisah,
tidak dapat tidur).
2 Nyeri Pasien 1. Mengkaji lokasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi nyeri
nyeri, kemampuan pasien
karakteristik, melakukan teknik 2. Evaluasi
durasi, nafas dalam kemampuan
frekuensi, 2. Evaluasi melakukan teknik
kualitas kemampuan nafas dalam
intesitas nyeri distraksi bercakap- 3. Evaluasi
2. Identifikasi cakap kemampuan
skala nyeri 3. Berikan terapi distraksi
3. Indentifikasi musik seperti lagu bercakap-cakap
respon nyeri doa-doa islami pasien
non verbal atau sholawat 4. Evaluasi terapi
4. Indentifikasi Anjurkan musik yang sudah
pengaruh nyeri melakukan diberikan kepada
pada kualitas kegiatan spiritual pasien
hidup (berdoa)
5. Memberikan
posisi pasien
senyaman
mungkin
6. Berikan teknik
non
farmakologi
untuk
mengurangi
rasa nyari (
lakukan teknik
nafas
dalam/tindakan
setiap mulai
merasa nyaeri )
7. Control
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis,
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3 Risiko Pasien 1. Monitor tanda 1. Evaluasi monitor 1. Evaluasi monitor
Infeksi dan gejala tanda dan gejala tanda dan gejala
infeksi lokal infeksi infeksi
dan sistemik 2. Evaluasi 2. Evaluasi
2. Berikan kemampuan kemampuan
perawatan kulit distraksi bercakap- distraksi
pada area post cakap pasien bercakap-cakap
operasi 3. Evaluasi pasien
3. Menjelaskan kemampuan 3. Evaluasi
tanda dan gejala melakukan cuci kemampuan
infeksi tangan dengan melakukan cuci
4. Ajarkan cara benar tangan dengan
mencuci tangan benar
dengan benar
sebelum dan
sesudah
menyentuh luka
atau kontak
dengan luka
bekas operasi
5. Menganjurkan
meningkatkan
asupa nutrisi
6. Menganjurkan
meningkatkan
asupan cairan
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan Pasien
mengatakan tidak mengetahui sumber penyakitnya, Pasien mengatakan cemas
karena akan dioperasi, kadang ada firasat buruk, takut akan pikiran sendiri.

Post Operasi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya luka setelah operasi ditandai dengan
P : pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada area pipi bawah sebelah kanan atau pada rahang bawah
S : nyeri skala 5
T : nyeri secara hilang timbul dengan durasi -/+ 5 detik dan dirasakan pada saat
digerakan ketika ingin membuka mulut seperti mau makan dan minum,
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi ditandai dengan
tampak luka post operasi di tandai dengan Pasien mengatakan tidak nyaman
dengan adanya bekas operasi pasien mengatakan setelah di operasi terdapat tiga
benjolan kecil pada bawah rahang pasien/ pipi sebelah kanan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN

Nama :Tn. H
Ruangan : Merak
No. Rekam Medik : 144216
Hari : Kamis, 17 November 2022

Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi


S:
Kamis, 17 November 2022
- Pasien akan melakukan
latihan Tarik Nafas Dalam
1. Membina hubungan saling percaya
bila cemas muncul disertai
2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
dengan bacaan-bacaan
Hasil : TD 130/80 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC,
sholawat lewat music di hp
pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
nya, Dan mengajak istrinya
3. Mengkaji ansietas pasien
bercakap-cakap untuk
Hasil : pasien tampak cemas, bertanya-tanya tentang
mengatasi cemas yang
penyakitnya. Karena pasien mempunyai riwayat
muncul
kesehatan lainnya seperti di diagnosis B20 dan riwayat
O:
kejang pada tahun 2020.
Ansietas - Pasien mampu untuk
Istri pasien tampak cemas dengan kondisi suaminya,
melakukan tehnik TND
karena pada tahun 2020 baru saja di rawat di RS yang
dan mengerti saat
sama dan masih sering kontrol atau berobat ke poli
diajarkan latihan Tarik
RSAU.
Nafas Dalam (TND)
4. Mengkaji penyebab, tanda dan gejala akibat ansietas
dengan bimbingan
Hasil : penyebab kecemasan yang dirasakan pasien
perawat
karena sakit STT Mandibula atau terdapat benjolan di
A:
area bawah pipi. Pasien merasa takut dan cemas dengan
- Tujuan tercapai
penyakit yang dideritanya, karena pasien mempunyai
sebagian, Masalah
riwayat kesehatan lainnya seperti di diagnosis B20 dan
belum teratasi
riwayat kejang pada tahun 2020.
-
5. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta P :
harapan pasien selama pengobatan. Lanjutkan Intervensi
6. Mengkaji perasaan dan masalah yang di alami istri pasien 1. Evaluasi kemampuan
selama merawat pasien Latihan Tehnik Nafas
Hasil : Istri pasien mengatakan sedih bila melihat Dalam
suaminya masuk ke RS karena sudah sering dirawat 2. Kaji kegiatan klien yang
akan kondisi suaminya, karena pada tahun 2020 baru dapat dilakukan mandiri
saja di rawat di RS yang sama dan masih sering kontrol saat sakit
atau berobat ke poli RSAU. Istri klien ingin suaminya 3. Latih kegiatan yang masih
segera sembuh sehingga bisa segera pulang. dapat dilakukan mandiri
7. Menjelaskan kondisi klien dan cara merawat klien tapi tetap dalam
yang merasa cemas. pengawasan
Hasil: Istri klien mengatakan bahwa sudah terbiasa
merawat klien dirumah.
8. Latih teknik relaksasi :
-Tarik napas dalam (lima kali setiap latihan) dan
menggunakan terapi musik seperti lagu-lagu islami
seperti sholawat
Hasil : pasien mempraltikkan relaksasi napas dalam,
pasien mengatakan lebih tenang jika sambal
mendengarkan sholawat
9. Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
melaksanakan SP2
Keluarga :
10. Membina hubungan saling percaya
Kamis, 17 November 2022

Pasien :
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hasil : TD 130/80 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC,
pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
2. Mengkaji nyeri pasien S:
Hasil : pasien mengatakan nyeri masih di tempat yang - Pasien mengatakan nyeri
sama yaitu di pipi bawah sebelah kanan, pasien masih ada tetapi rasa nyeri
mengatakan nyeri tidak seperti yang di awal rasakan atau berkurang
nyeri berkurang. Didapatkan skala nyeri 3. - Ketika nyeri timbul pasien
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin memahami untuk
Hasil : pasien mengatakan jika tidak tidur pasien melakukan teknik relaksasi
melakukan posisi dengan semifowler, dan pandangan O :
Nyeri lurus kedepan, supaya tidak tertekan ke kanan atau - Terlihat masih dalam
menimpa luka bekas operasi. kondisi diperban pasca post
4. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta operasi
harapan klien selama pengobatan. - Skala nyeri didapatkan 3
4. Berikan latihan tarik nafas dalam A:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang - Masalah teratasi Sebagian
b. Usahakan tetap rileks dan tenang P:
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru- - Latih Kembali Teknik
paru dengan udara melalui hitungan relaksasi nafas dalam
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
S:
- Pasien mengatakan sudah
Kamis, 17 November 2022
mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan dianjurkan
Pasien :
dengan mencuci tangan
1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi
O:
2. Menginspeksi kondisi luka
- Pasien tampak tenang
3. Membatasi pengunjung bila perlu
Risiko - Pasien terpasang infus RL
Infeksi 4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci
20tpm
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
A:
meninggalkan pasien
- Masalah teratasi sebagian
5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
P:
keperawatan
- Intervensi dilanjutkan 1-6
6. Mengkolaborasi pemberian obat antibiotic
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN

Nama : Tn. H
Ruangan : Merak
No. Rekam Medik : 144216
Hari : Jumat, 18 November 2022

Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi


Kamis, 18 November 2022 S:
1. Membina hubungan saling percaya - Pasien mengatakan akan
2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital melakukan latihan Tarik
3. Hasil : TD : 120/60 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu Nafas Dalam bila cemas
36ºC, pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%. muncul disertai dengan
4. Mengkaji ansietas pasien bacaan-bacaan sholawat

Hasil : pasien tampak cemas berkurang, masih lewat musik di hp nya, Dan

bertanya-tanya tentang penyakitnya. Karena pasien mengajak istrinya

mempunyai riwayat kesehatan lainnya seperti di bercakap-cakap untuk

diagnosis B20 dan riwayat kejang pada tahun 2020. mengatasi cemas yang

5. Mengkaji penyebab, tanda dan gejala akibat ansietas muncul


Ansietas Hasil : penyebab kecemasan yang dirasakan pasien O :
karena sakit STT Mandibula atau terdapat benjolan di - Pasien mampu untuk

area bawah pipi. Pasien merasa takut dan cemas melakukan tehnik TND

dengan penyakit yang dideritanya, karena pasien dan mengerti saat

mempunyai riwayat kesehatan lainnya seperti di diajarkan latihan Tarik

diagnosis B20 dan riwayat kejang pada tahun 2020. Nafas Dalam (TND)

6. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta dengan bimbingan

harapan pasien selama pengobatan. perawat

7. Mengkaji perasaan dan masalah yang di alami istri A :


pasien selama merawat pasien - Tujuan tercapai

Hasil : Istri pasien mengatakan sedih bila melihat sebagian, Masalah

suaminya masuk ke RS karena sudah sering dirawat belum teratasi


akan kondisi suaminya, karena pada tahun 2020 P:
baru saja di rawat di RS yang sama dan masih sering Lanjutkan Intervensi
kontrol atau berobat ke poli RSAU. Istri klien ingin 1. Evaluasi kemampuan
suaminya segera sembuh sehingga bisa segera Latihan Tehnik Nafas
pulang. Dalam
8. Menjelaskan kondisi klien dan cara merawat klien 2. Kaji kegiatan klien yang
yang merasa cemas. dapat dilakukan mandiri
Hasil: Istri klien mengatakan bahwa sudah terbiasa saat sakit
merawat klien dirumah. 3. Latih kegiatan yang masih
9. Latih teknik relaksasi : dapat dilakukan mandiri
-Tarik napas dalam (lima kali setiap latihan) dan tapi tetap dalam
menggunakan terapi musik seperti lagu-lagu islami pengawasan
seperti sholawat
Hasil : pasien mempraltikkan relaksasi napas dalam,
pasien mengatakan lebih tenang jika sambal
mendengarkan sholawat
Keluarga :
10. Membina hubungan saling percaya

Pasien :
S:
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
- Pasien mengatakan nyeri
Nyeri 2. Hasil : TD : 120/60 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu 36ºC,
berkurang setelah diberikan
pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
obat
3. Mengkaji nyeri pasien
Hasil : pasien mengatakan nyeri masih di tempat yang - Ketika nyeri timbul pasien
sama yaitu di pipi bawah sebelah kanan, pasien memahami untuk
mengatakan nyeri tidak seperti yang di awal rasakan melakukan teknik relaksasi
atau nyeri berkurang. Didapatkan skala nyeri 3. O:
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin - Terlihat masih dalam
Hasil : pasien mengatakan jika tidak tidur pasien kondisi diperban pasca post
melakukan posisi dengan semifowler, dan pandangan operasi
lurus kedepan, supaya tidak tertekan ke kanan atau - Skala nyeri didapatkan 3
menimpa luka bekas operasi. A:
5. Memberikan obat ceftriaxone 1gr/12jam pukul 08.00 - Masalah teratasi Sebagian
WIB P:
6. Memberikan obat ketorolac 30gr/8jam pukul 08.00 Latih Kembali Teknik
WIB relaksasi nafas dalam
7. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta
harapan klien selama pengobatan.
8. Berikan latihan tarik nafas dalam
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Usahakan tetap rileks dan tenang
- Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui hitungan
- Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
- Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
9. Memberikan obat ranitidine /12 jam pukul 11.00 WIB
S:
- Pasien mengatakan sudah
mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan dianjurkan
Pasien : O:
1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi - Pasien tampak tenang
2. Menginspeksi kondisi luka A:
3. Membatasi pengunjung bila perlu - Masalah teratasi sebagian

Risiko 4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci P :


Infeksi tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung - Intervensi dilanjutkan
meninggalkan pasien 1. Mengkaji tanda dan
5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan gejala infeksi
keperawatan 2. Menginspeksi kondisi
6. Mengkolaborasi pemberian obat antibiotic luka
3. Mengkolaborasi
pemberian obat
antibiotic
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN

Nama : Tn. H
Ruangan : Merak
No. Rekam Medik : 144216
Hari : Sabtu, 19 November 2022

Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi


S:
- Pasien mengatakan akan
Jumat, 19 November 2022
melakukan latihan Tarik
1. Membina hubungan saling percaya
Nafas walaupun cemas
2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
berkurang dan selalu
Hasil : TD : 120/80 mmHg, Nadi 85 x/menit, Suhu
mendengarkan bacaan-
36ºC, pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
bacaan sholawat lewat
3. Mengkaji ansietas pasien
musik di hp nya, Dan
Hasil : pasien tampak cemas berkurang, bertanya- mengajak istrinya
tanya tentang penyakitnya berkurang. bercakap-cakap untuk
4. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta mengatasi cemas jika
harapan klien selama pengobatan. muncul
Ansietas
5. Berikan latihan tarik nafas dalam O:
- Ciptakan lingkungan yang tenang - Pasien mampu untuk
- Usahakan tetap rileks dan tenang melakukan tehnik TND dan
- Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru- mengerti saat diajarkan
paru dengan udara melalui hitungan latihan Tarik Nafas Dalam
- Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut (TND) dengan bimbingan
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks perawat
- Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
A:
- Tujuan tercapai sebagian,
Masalah belum teratasi

P:
- Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi kemampuan
Latihan Tehnik Nafas
Dalam
2. Kaji kegiatan klien
yang dapat dilakukan
mandiri saat sakit
3. Latih kegiatan yang
masih dapat dilakukan
mandiri tapi tetap
dalam pengawasan

1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital


S:
Hasil : TD : 120/80 mmHg, Nadi 85 x/menit, Suhu
- Pasien mengatakan nyeri
36ºC, pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
berkurang setelah diberikan
2. Mengkaji nyeri pasien
obat
Hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang tetapi masih
- Ketika nyeri timbul pasien
di tempat yang sama yaitu di pipi bawah sebelah kanan.
memahami untuk
Didapatkan skala nyeri 2
melakukan teknik relaksasi
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
O:
Hasil : pasien mengatakan jika tidak tidur pasien
Nyeri - Terlihat masih dalam
melakukan posisi dengan semifowler, dan pandangan
kondisi diperban pasca post
lurus kedepan, supaya tidak tertekan ke kanan atau
operasi
menimpa luka bekas operasi.
- Skala nyeri didapatkan 2
4. Memberikan obat ceftriaxone 1gr/12jam pukul 08.00
A:
WIB dan 20.00 WIB
- Masalah teratasi Sebagian
5. Memberikan obat ketorolac 30gr/8jam pukul 09.00
P:
WIB dan 17.00 WIB
- Latih Kembali Teknik
6. Berikan latihan tarik nafas dalam
relaksasi nafas dalam
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Usahakan tetap rileks dan tenang
- Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru
dengan udara melalui hitungan
- Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
- Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
7. Memberikan obat ranitidine /12 jam pukul 11.00 WIB

S:
- Pasien mengatakan sudah
mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan dianjurkan
Pasien : O:
1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi - Pasien tampak tenang
2. Menginspeksi kondisi luka A:
3. Membatasi pengunjung bila perlu - Masalah teratasi sebagian
4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci P :
Risiko
Infeksi tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung - Intervensi dilanjutkan
meninggalkan pasien 1. Mengkaji tanda dan
5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan gejala infeksi
keperawatan 2. Menginspeksi kondisi
6. Mengkolaborasi pemberian obat antibiotic luka
3. Mengkolaborasi
pemberian obat
antibiotic
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien :
1) Pasien kooperatif
2) Pasien tampak lemah
b. Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d pre operasi STT Mandibula d.d merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak tegang.
c. Tujuan khusus : Tingkat ansietas menurun, dengan
Kriteria Hasil : Verbalisasi tegang menurun, Verbalisasi khawatir akibat
kondisi yang dihadapi menurun, Perilaku tegang menurun
d. Tindakan Keperawatan :
Kamis, 17 November 2022 Jam 17.00
Pasien :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hasil : TD 130/80 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC, pernapasan 20
x/menit, saturasi 99%.
Jumat, 18 November 2022 Jam 10.00

Pasien :
1. Melakukan pengukurunan tanda-tanda vital
Hasil : TD mmHg, nadi x/menit, suhu 36,5 ºC, pernapasan 20 x/menit,
saturasi %
2. Melakukan evaluasi kemampuan pasien melakukan Teknik relaksasi napas
dalam
Hasil : pasien dapat melakukan Teknik relaksasi napas dalam secara mandiri

Keluarga
3. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
Hasil : is pasien mengatakan cemas karena pasien makan hanya sedikit, dan
hasil trombosit turun terus
4. Menjelaskan ansietas, penyebab proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat
dampak ansietas
Hasil : suami pasien mengatakan lebih tenang setelah mendengar penjelasan
tentang ansietas
5. Menjelaskan cara merawat ansietas pasien; tidak menambah masalah pasien,
selalu bersikap positif dan memeberi semangat
Hasil : suami pasien mendampingi selama sakit
6. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melakuka tarik nafas dalam dan
distraksi serta menjelaskan kepada yang besuk untuk melakukan sikap yang
positif
Hasil : suami pasien mengikuti praktik Teknik relaksasi napas dalam
bersama pasien

Sabtu, 19 November 2022 Jam 17.00

Pasien :

1. Melakukan evaluasi ansietas dan kemampuan Teknik relaksasi tarik napas


dan memberikan pujian
Hasil : pasien dapat melakukan Teknik relaksasi napas dalam secara mandiri
2. Melatih pasien distraksi dengan mendengarkan music
Hasil : pasien mendengarkan music dari HP
3. Melatih pasien Teknik relaksasi otot progresif
Hasil : pasien melakukan relaksasi otot progresif dipandu perawat

Keluarga :
4. Melakukan evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien tarik
nafas dalam,
Hasil : keluarga mendukung dan melakukan motivasi kepada pasien
5. Menilai kemampuan keluarga melakukan kontrol/rujukan
Hasil : pasien boleh berobat jalan, jika dirumah terdapat keluhan tanda-tanda
perdarahan maka keluarga akan segera membawa pasien ke RS

2. Proses pelaksanaan tindakan keperawatan


a. Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Evaluasi / validasi
4) Mengkaji tingkat ansietas
b. Kontrak
1) Topik
2) Latihan teknik relaksasi napas dalam, latihan distraksi, relaksasi otot
progresif
3) Waktu
Jam 17.00
4) Tempat
Ruang Merak
3. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
1) Membantu pasien mengenal ansietas ;
4. Mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
5. Mengenal penyebab ansietas
6. Menyadari perilaku akibat ansietas

Hasil :
2) Melatih teknik relaksasi
7. Tarik nafas dalam (lima kali setiap latihan)
Hasil :
4. Terminasi
1) Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
2) Evaluasi pasien (subyektif)
3) Melakukan evaluasi kemampuan pasien melakukan Teknik relaksasi napas
dalam
Hasil : pasien dapat melakukan Teknik relaksasi napas dalam secara mandiri
4) Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement)
5) Tindak lanjut pasien ( apa yang perlu dilatih oleh pasien sesuai hasil tindakan
yang dilakukan
6) Latih distraksi dan relaksasi otot progresif
5. Kontrak yang akan datang
1) Orientasi
Evaluasi kemampuan pasien melakukan relaksasi nafas dalam
2) Kontrak
Latihan distraksi kamis 17 November 2022
Latihan relaksasi otot progresif Jumat 18 November 2022
3) Terminasi
Salam terapeutik
BAB IV
ANALISIS SITUASI

4.1. Analisis Kasus Terkait Data Prevalensi Terkini Yang Dikaitkan Dengan
Penyebab Penyakit Tersebut

Masalah kesehatan yang terdapat dalam karya ilmiah ini adalah klien dengan
pre op STT Mandibula disertai ansietas. Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft
Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-
selnya tidak tumbuh seperti kanker (M. Clevo.2012: 84). Sedangkan mandibula
merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah muka. Dibentuk oleh dua
tulang simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan. Tulang ini
terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang pipih
dan lebar yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada ujung dari
masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus
prosesus koronoideus. Prosesus kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan
luar dari korpus mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang
disebut simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah
tulang (Jonas T. Johnson, 2014. P.1229-1241).

Proses pengkajian dilakukan pada satu klien yaitu Tn. H dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, serta catatan rekaman medis klien. Pengkajian tersebut
dilakukan pada klien yang dirawat diruang merak RSAU dr. Esnawan Antariksa.

Pada klien dengan pre op STT Mandibula, terdapat beberapa masalah


keperawatan sebagaimana yang telah di tuliskan di bab sebelumnya. Namun, masalah
keperawatan yang timbul pada Tn. H adalah ansietas, nyeri akut, dan risiko infeksi.

Masalah-masalah keperawatan tersebut akan didiskusikan lebih lanjut pada


pembahasan dibawah ini :
1. Ansietas

Ansietas merupakan perasaan khawatir yang di alami seseorang dengan


ancaman yang terjadi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas
(Wahyuningsih & Agustin, 2020).

Ansietas adalah emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI, 2017)

Berikut adalah data subjektif dan objektif sebelum dan setelah pre op ,
diantaranya :

Tabel 4.1

Data Subjektif dan Objektif Diagnosa Ansietas Sebelum Pre Op

Data Subjektif Data Objektif

4. Pasien mengatakan tidak 7. Pasien tampak gelisah dan tidak


mengetahui sumber tenang
penyakitnya 8. Pasien tampak diam menatap
5. Pasien mengatakan cemas kosong
karena akan dioperasi, kadang 9. Hasil TTV :
ada firasat buruk, takut akan
TD 130/80 mmHg, Nadi 92
pikiran sendiri.
x/menit, Suhu 36,7ºC, pernapasan
6. Pada gejala somatik (sensorik):
20 x/menit, saturasi 99%.
klien mengatakan penglihatan
10. Hasil laboratorium tanggal 16
kabur dan merasa lemah,
November 2022
berkurang
 Creatinin ↑ 1.4mg/dL dengan nilai
normal < 1.3
 Anti HIV Reaktif dengan nilai
normal Non-Reaktif
Tabel 4.2

Data Subjektif dan Objektif Diagnosa Ansietas Sesudah Pre Op

Data Subjektif Data Objektif

11. Perasaan ansietas : cemas 13. Expresi wajah Tampak senang


berkurang, tetapi kadang ada dan lebih rileks
firasat buruk, takut akan 14. Hasil TTV : TD 135/80 mmHg,
pikiran sendiri. Nadi 80 x/menit, Suhu 36,0ºC,
12. Pada gejala omatic pernapasan 20 x/menit, saturasi
(sensorik): klien mengatakan 99%.
penglihatan kabur dan merasa
lemah, berkurang

2. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan


dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga
bulan (Tim Pokja SDKI, 2017). Masalah keperawatan Nyeri akut yang dialami oleh
klien yaitu karena faktor fisiologis. Berikut adalah data objektif dan subjektif yang
didapatkan dari klien, dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.3

Data Subjekif dan Objektif Nyeri Akut

Data Subjektif Data Objektif

15. Pasien mengatakan nyeri pada 21. Pasien tampak lemas dan
rahang bawah lemah
16. P: pasien mengatakan nyeri pada 22. Pasien hanya berbaring saja
bekas operasi dan banyak tidur
17. Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk 23. Skala nyeri didapatkan 5
18. R : nyeri dirasakan pada area pipi 24. Hasil TTV : TD 130/80 mmHg,
bawah sebelah kanan atau pada Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC,
rahang bawah pernapasan 20 x/menit, saturasi
19. S : nyeri skala 5 99%.
20. T : nyeri secara hilang timbul
dengan durasi -/+ 5 detik dan
dirasakan pada saat digerakan
ketika ingin membuka mulut
seperti mau makan dan minum,

3. Risiko Infeksi

Risiko infeksi merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai


berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (Tim Pokja SDKI,
2017). Berikut adalah data subjektif dan objektif sebelum dan sesudahpre op ,
diantaranya :

Tabel 4.4
Data Subjekif dan Objektif Risiko Infeksi

Data Subjektif Data Objektif

25. Pasien mengatakan tidak nyaman 27. Tampak luka bekas operasi
dengan adanya bekas operasi terbungkus kassa/perban
26. Pasien mengatakan setelah di
operasi terdapat tiga benjolan
kecil pada bawah rahang pasien/
pipi sebelah kanan

4.2. Analisis Intervensi dan Implementasi Keperawatan Dengan Penggunaan


Penelitian Terkait
Berdasarkan data kasus kelolaan, diperoleh data bahwa pasien berjenis kelamin
laki-laki. Data kasus kelolaan berdasarkan jenis usia diperoleh bahwa pasien berusia
49 tahun. Pada usia pra lansia yang akan memasuki usia lanjut terjadi kemunduran sel
– sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran
fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyeakit degeneratif. Hal ini akan
menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Departemen
Kesehatan RI, 2008 dalam Gracia, 2017).
Perawat yang berperan sebagai pelaksana atau pemberi asuhan keperawatan,
sekaligus menjalankan peran kepemimpinannya agar dapat mempengaruhi perubahan
perilaku klien, menerima atau memberikan konsultasi tim perawat dan tim kesehatan
lain untuk memenuhi kebutuhan klien. Perawat juga dapat memberikan intervensi
untuk membantu menurunkan ansietas klien.
Tumor adalah benjolan jinak, secara mikroskopis dan makroskopik benjolan
tidak menyerang jaringan di sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak dapat dihentikan
memalui prosedur operasi lokal sehinggga pasien dapat bertahan hidup. Oleh sebab itu
penyakit STT Mandibula merupakan salah satu penyakit yang tidak hanya berdampak
secara fisik tapi juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis seperti kecemasan pada
pra operasi STT mandibula (Rezky,2019).
Salah satu penyebab timbulnya kecemasan ialah ketika seseorang mengalami
ancaman, seperti pada pasien yang akan dilakukan operasi. Ansietas pada pasien STT
Mandibula merupakan pengalaman psikologi yang tidak menyenangkan, dan
membutuhkan penanganan yang tepat, baik menggunakan farmakologi maupun terapi
psikologi seperti teknik relaksasi nafas dalam.
Manajemen farmakologi yaitu manajemen yang berkolaborasi antara dokter
dengan perawat, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan
ansietas. Sedangkan manajemen non farmakologi merupakan manajemen untuk
menghilangkan rasa cemas dengan menggunakan teknik relaksasi, yaitu pemberian
tindakan hipnosis lima jari, imajinasi terbimbing, distraksi, dan terapi musik.
Selain intervensi farmakologis, Banyak intervensi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan ansietas klien, yang salah satunya adalah teknik relaksasi yaitu tarik nafas
dalam.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada bab ini, penulis akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
1. Pada pengkajian yang dilakukan pada 3 klien, didapatkan diagnosa medis
yang berbeda yaitu, Tn.G dengan diagnosa medis CKD+HT+Ascites, Tn.A
dengan diagnosa medis HT gr 2 dan Ny. Y dengan diagnosa medis
Dislokasi Mandibula+HT.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada 3 klien hipertensi, didapatkan
bahwa semua klien memiliki masalah keperawatan ansietas dengan tingkat
yang berbeda.
3. Intervensi inovasi yang diberikan pada masalah keperawatan ansietas
berupa pemberian terapi hipnosis 5 jari yang mampu menurunkan ansietas
yang dirasakan pada klien Hipertensi. Hasil intervensi yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat ansietas yang dirasakan
sebelum dan sesudah dilakukan pemberian intervensi hipnosis 5 jari.
4. Impelementasi yang dilakukan pada klien dengan masalah keperawatan
ansietas adalah dengan memberikan hipnosis 5 jari.
5. Evaluasi yang didapatkan pada ketiga klien dengan intervensi hipnosis 5
jari, terbukti efektif dalam menurunkan skala ansietas yang dirasakan oleh
klien, yakni dengan menurunnya skor HRS-A setelah dilakukan intervensi.
6. Kelebihan dan kekurangan :
a. Kelebihan :
1) Aman dan alamiah.
2) Dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak butuh waktu yang lama bagi
perawat untuk melaksanakannya
3) Terjaganya privasi klien.
4) Metode yang nyaman karena tidak mengalamai rasa sakit.
5) Mudah dipelajari, dapat dilakukan oleh semua pasien.
b. Kekurangan :
1) Membutuhkan suasana yang tenang, perlu konsentrasi.
2) Membutuhkan instrumen yang lebih simple.
5.2. Saran
7. Bagi Rumah Sakit
Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan klien dengan masalah keperawatan Ansietas di Rumah
Sakit, khususnya di IGD.
8. Bagi InstitusiPendidikan
Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukkan atau sumber informasi serta dasar pengetahuan bagimahasiswa
keperawatan tentang terapi hipnosis 5 jari terhadap penurunan skala ansietas
9. Bagi Pasien
Hasil Karya Ilmiah Ners (KIAN) ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan pasien dalam menurunkan skala cemas pada penyakit
hipertensi dan dapat memberikan inovasi baru bagi pasien hipertensi yang
dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
10.Bagi Peneliti
Selanjutnya Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan menjadi
landasan yang kuat untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya.
Penggunaan instrumen yang lebih mudah dan ringkas akan sangat
membantu mengingat mobilitas perawat di IGD sangat tinggi. Saran
instrumen yang bisa dipakai adalah HADS (Hospital Anxiety and
Depression Scale) yang tampak lebih ringkas, atau mungkin instrumen
lainnya. Depression Scale) yang tampak lebih ringkas, atau mungkin
instrumen lainnya.
11.Bagi Profesi
Perawat Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini diharapkan dapat
meningkatkan Asuhan Keperawatan klien dengan Ansietas secara
komprehensif
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai