Kian Proses Konsul 1
Kian Proses Konsul 1
Kian Proses Konsul 1
H DENGAN
MASALAH ANSIETAS PRE OPERASI STT MANDIBULA
DI RUANG MERAK RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
Menyatakan bahwa karya ilmiah ners ini merupakan hasil karya saya sendiri, dan
seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan dengan benar.
Jakarta, Tanggal
(TTD)
Telah berhasil diperhatakan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagia
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program
Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Binawan.
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : ...........
Tanggal : ...........
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penyusunan KIAN
ini dilakukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Ners Keperawatan pada Program
Profesi Ners, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Binawan. Saya selaku
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka sulit
rasanya untuk saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh sebab itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.A selaku …......................................................................................................
2. RSA yang telah….................................................................................................
3. Orang tua dan keluarga yang telah…....................................................................
Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa dapat membalas segala kebaikan seluruh
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang telah
disusun dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.
Tempat, Tanggal
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : ...........................
Pada tanggal : ...........................
Yang menyatakan
...................................................
ABSTRAK
Abstrak maksimal 150 kata berbahasa Indonesia yang ditulis dengan Times New
Roman 12, spasi 1, dan justify. Abstrak harus jelas dan deskriptif. Abstrak ditulis tanpa
mencantumkan sub judul penelitian (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, dan
kesimpulan). Abstrak harus memberikan gambaran singkat masalah atau persoalan
yang mendeskripsikan alasan pentingnya dalam pemilihan topik penelitian,
menggunakan metode penelitian yang tepat dan meghasilkan hasil yang akurat dan
dapat dipercaya. Abstrak harus diakhiri dengan komentar tentang pentingnya hasil
atau kesimpulan singkat.
A maximum 150 words abstract in English in italics with Times New Roman 12 point,
spacing 1 and justify. Abstract should be clear and descriptive. Abstract should be
written without research sub title (introduction, method, result, discussion, and
conclusion). Abstract should provide a brief overview of the problem studied, include
reasons for the selection or the importance of research topics, use research methods
and a summary of the results. Abstract should end with a comment about the
importance of the results or conclusions brief.
Angka kejadian tumor ini sekitar 1% dari seluruh tumor pada tulang
rahang, 80% pada area mandibula dan 20% lagi pada rahang atas. Biasanya
terjadi pada region mandibula, dan hanya sedikit kasus di maksila. Tumor
terbagi menjadi dua yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor rongga mulut
ditemukan sekitar 2% dari seluruh keganasan merupakan urutan keenam
terbanyak dari seluruh tumor yang dilaporkan di dunia. Prevalensi kanker
kepala leher (KKL) di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 4,7 per
100.000 penduduk. Metode : metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus
di rumah sakit tanggal 27-30 Mei 2019 (Imelda 2019).
2.1.5 Patofisiologi
Neoplasma mandibula banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun,
kebanyakan pada laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan makan,
kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau
serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh
para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit
keganasan. Terutama neoplasma laryngeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat. Pita suara miskn akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstristik) metastase
lebih umu terjadi. Infeksi pada ruang ini berasal dari gigi molar kedua dan
ketiga dari mandibula, jika apeksnya ditemukan di bawah perlekatan dari
musculus mylohyoid. Infeksi dari gigi dapat menyebar ke ruang mandibula
melalui beberapa jalan yaitu secara langsung melalui pinggir myolohioid,
posterior dari ruang sublingual, periostitis dan melalui ruang mastikor. Terdapat
demam dan nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau di
bawah lidah, mungkin berfluktuasi dan muncul pembengkakan. Bila
pembengkakan semakin besar dapat mengakibatkan terangkatnya lidah dan
penyulitan dalam pernafasan dan penelanan di dalam mulut. Proses infeksi juga
menstimulasi penumpukan secret yang berlebihan dalam saluran pernafasan.
Sehingga pada tahap ini si penderita akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan O2 dan asupan nutrisi.
Diagram 2.1. Pathway Tumor Mandibuls
(Mansjoer, 2017)
2.1.6 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Medis tersebut
Menurut Dr. Suyanto (2012: 211) di dalam asuhan keperawatan digunakam
system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi
menjadi 5 tahap, yaitu: pengkajian, Diagnosa medis, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Pengkajian
1) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat ini.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang Menjelaskan uraian kronologis sakit
pasien sekarang sampai pasien dibawa ke RS, ditambah dengan
keluhan pasien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
P: Palitatif /Provokatif Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang
dapat memperberat dan menguranginya.
Q: Qualitatif /Quantitatif Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau
terdengar, sejauh mana merasakannya sekarang
R: Region Dimana gejala terasa, apakah menyebar
S: Skala Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 0 s/d 10
T: Time Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa,
apakah tiba-tiba atau bertahap.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu Mengidentifikasi riwayat kesehatan
yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan
penyakit yang sedang diderita pasien saat ini. Termasuk faktor
predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Mengidentifikasi apakah di keluarga
pasien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat penyakit menular.
e. Pola Aktivitas Sehari-hari Membandingkan pola aktifitas keseharian
pasien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi
apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak. (Robert Priharjo,
2012).
2) Pemeriksaan Fisik:
a. Data Fokus
Pemeriksaan pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi
dengan teknik yang digunakan head to toe yang diawali dengan
observasi tingkat kesadaran, keadaan umum, vital sign.
Inspeksi: Lihat apakah ada asites, ada nodul, bentuk simetris,
kontur kulit lentur, tidak ada benjolan/ massa, Palpasi: Apa ada
nyeri tekan, ada massa, ada asites dan bagaimana turgor kulit.
3) Data Penunjang
Berisi tentang semua prosedur diagnostic dan laporan laboratorium
yang dijalani pasien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan rontgen, biopsy dan pemeriksaan
terkait lainnya.
4) Diagnosa Keperawatan
a. Pre Op Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit
b. Post Op
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (Nurarif,
dkk, 2015).
5) Intervensi Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
1) Batasan Karakteristik:
a) Penurunan produktivitas
b) Gerakan yang ireleven
c) Gelisah
d) Insomnia
e) Tampak waspada
2) Faktor yang berhubungan
a) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran).
b) Krisis maturasi, krisis situasional.
c) Stess, ancaman kematian.
d) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, konsep
diri).
e) Kebutuhan yang tidak dipenuhi.
3) NOC
a) Anxiety self-control
b) Anxiety level
c) Coping
4) Kriteria Hasil
I. PENGENALAN KLIEN
Pasien laki-laki usia 49 tahun dengan diagnosa medis STT Mandibula dan suspek
B20 dirawat di Ruang Merak RSAU Dr. Esnawan Antariksa pada tanggal 17
November 2022. Pasien lahir di Brebes tanggal 28 September 1973, Agama Islam,
Suku Jawa, pekerjaan TNI dengan jabatan bintara pengemudi. Pendidikan terakhr
SMA. Alamat Jl. Pulo Mas Selatan RT 016 RW 007 Kel. Kayu Putih Kec.
Pulogadung Jakarta Timur.
B. Konsep Diri
Citra tubuh : pasien mengatakan badan lemas, harus diinfus sehingga sulit
beraktifitas normal. Tidak dapat merapihkan penampilan dengan
baik karena pasien sudah tidak bisa melihat atau buta pada kedua
matanya dengan baik.
Identitas : pasien seorang laki-laki usia 49 tahun, pasien pekerjaan TNI
dengan jabatan bintara pengemudi namun setelah kedua mata
nya sudah tidak bisa melihat pasien hanya beraktivitas dirumah
saja dan terkadang bersih-bersih halaman masjid di daerah
tempat tinggalnya atau mess .
Peran : pasien seorang suami, sebagai kepala rumah tangga dengan satu
orang anak laki-laki usia 5 tahun. Saat ini tidak dapat melakukan
peran sebagai suami sekaligus sebagai kepala rumah tangga.
Ideal diri : selama sakit pasien selalu didampingi istri, kegiatan sehari-hari
dibantu istri, jadi pasien tidak merasa kesulitan.
Harga diri : pasien tidak percaya diri akan suatu kondisinya yang dialami
nya tetapi pasien mempunyai semangat diri karena didampingi
istri dan anaknya selama sakit.
C. Pola Interaksi
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan selama wawancara. Kontak
mata dan menatap wajah ke perawat tidak bisa karena kondisi pasien yang
sudah tidak bisa melihat
D. Gaya Berkomunikasi
Gaya berkomunikasi dengan pasien perlu mengulang penjelasan agar pasien
memahami permasalahan yang terjadi. Pasien berbicara lemah.
E. Pola Pertahanan
Pola pertahanan pasien dalam menghadapi masalah kesehatan saat ini adalah
banyak bertanya tentang perjalanan penyakitnya.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: tinggal bersama
B. Masalah, Kritis, hal yang penting
Terdapat perubahan peran dalam keluarga selama mata satunya tidak dapat
melihat dan pada saat sakit, pasien tidak bisa membantu istrinya dalam berumah
tangga, istri tidak dapat bekerja seperti biasa berdagang dengan normal karena
harus menjaga pasien di rumah sakit.
C. Interaksi dalam Keluarga
Komunikasi istri dengan suaminya, anak-anak dan keluarga besar baik, saling
mendukung.
D. Pola Pengambilan Keputusan dan Penyesuaian
Dalam keluarga pola pengambilan keputusan oleh suami dengan
dimusyawarahkan bersama keluarga terlebih dahulu. Selama pasien sakit
keputusan diambil oleh suami langsung.
E. Persepsi Kemampuan Keluarga
Saat pasien awal terserang sakit, pasien langsung dibawakan ke RS, Karena
sakit pasien belum mereda pasien semakin lemas, maka keluarga memutuskan
untuk rawat inap.
Objektif :
- Pasien tampak
gelisah dan tidak
tenang
- Pasien tampak diam
menatap kosong
- Hasil TTV :
TD 130/80 mmHg,
Nadi 92 x/menit,
Suhu 36,7ºC,
pernapasan 20
x/menit, saturasi
99%.
Subjektif : Nyeri Akut Soft Tissue Tumor (STT)
Mandibula
↓
- Pasien mengatakan Proses pembedahan
nyeri pada rahang ↓
bawah Luka operasi
- P: pasien ↓
mengatakan nyeri Terputusnya kontunitas
pada bekas operasi jaringan, otot dan vaskuler,
- Q : nyeri seperti di tulang
tusuk-tusuk ↓
- R : nyeri dirasakan Pelepasan mediator nyeri
pada area pipi (histamine, prostaglandin,
bawah sebelah serotonin)
kanan atau pada ↓
rahang bawah Merangsang reseptor
- S : nyeri skala 5 (respon nyeri)
- T : nyeri secara ↓
hilang timbul Nyeri
dengan durasi -/+ 5
detik dan dirasakan
pada saat digerakan
ketika ingin
membuka mulut
seperti mau makan
dan minum,
Objektif :
- Pasien tampak
lemas dan lemah
- Pasien hanya
berbaring saja dan
banyak tidur
- Skala nyeri
didapatkan 5
- Hasil TTV :
TD 120/60 mmHg,
Nadi 88 x/menit,
Suhu 36ºC,
pernapasan 20
x/menit, saturasi
99%.
Subjektif : Risiko Infeksi Soft Tissue Tumor (STT)
- Pasien mengatakan Mandibula
tidak nyaman ↓
dengan adanya Proses pembedahan
bekas operasi ↓
- Pasien mengatakan Luka bekas operasi
setelah di operasi ↓
terdapat tiga Masuknya kuman melalui
benjolan kecil pada luka pada kulit
bawah rahang ↓
pasien/ pipi sebelah Risiko Infeksi
kanan
Objektif :
- Tampak luka bekas
operasi terbungkus
kassa/perban
- TTV : TD : 120/60
mmHg, Nadi 88
x/menit, Suhu 36ºC,
pernapasan 20
x/menit, saturasi
99%.
- Hasil laboratorium
tanggal 16
November 2022
Creatinin ↑
1.4mg/dL dengan
nilai normal < 1.3
Anti HIV Reaktif
dengan nilai
normal Non-
Reaktif
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan Pasien
mengatakan tidak mengetahui sumber penyakitnya, Pasien mengatakan cemas
karena akan dioperasi, kadang ada firasat buruk, takut akan pikiran sendiri.
Post Operasi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya luka setelah operasi ditandai dengan
P : pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri dirasakan pada area pipi bawah sebelah kanan atau pada rahang bawah
S : nyeri skala 5
T : nyeri secara hilang timbul dengan durasi -/+ 5 detik dan dirasakan pada saat
digerakan ketika ingin membuka mulut seperti mau makan dan minum,
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi ditandai dengan
tampak luka post operasi di tandai dengan Pasien mengatakan tidak nyaman
dengan adanya bekas operasi pasien mengatakan setelah di operasi terdapat tiga
benjolan kecil pada bawah rahang pasien/ pipi sebelah kanan.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN
Nama :Tn. H
Ruangan : Merak
No. Rekam Medik : 144216
Hari : Kamis, 17 November 2022
Pasien :
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hasil : TD 130/80 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC,
pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
2. Mengkaji nyeri pasien S:
Hasil : pasien mengatakan nyeri masih di tempat yang - Pasien mengatakan nyeri
sama yaitu di pipi bawah sebelah kanan, pasien masih ada tetapi rasa nyeri
mengatakan nyeri tidak seperti yang di awal rasakan atau berkurang
nyeri berkurang. Didapatkan skala nyeri 3. - Ketika nyeri timbul pasien
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin memahami untuk
Hasil : pasien mengatakan jika tidak tidur pasien melakukan teknik relaksasi
melakukan posisi dengan semifowler, dan pandangan O :
Nyeri lurus kedepan, supaya tidak tertekan ke kanan atau - Terlihat masih dalam
menimpa luka bekas operasi. kondisi diperban pasca post
4. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta operasi
harapan klien selama pengobatan. - Skala nyeri didapatkan 3
4. Berikan latihan tarik nafas dalam A:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang - Masalah teratasi Sebagian
b. Usahakan tetap rileks dan tenang P:
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru- - Latih Kembali Teknik
paru dengan udara melalui hitungan relaksasi nafas dalam
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
S:
- Pasien mengatakan sudah
Kamis, 17 November 2022
mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan dianjurkan
Pasien :
dengan mencuci tangan
1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi
O:
2. Menginspeksi kondisi luka
- Pasien tampak tenang
3. Membatasi pengunjung bila perlu
Risiko - Pasien terpasang infus RL
Infeksi 4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci
20tpm
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
A:
meninggalkan pasien
- Masalah teratasi sebagian
5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
P:
keperawatan
- Intervensi dilanjutkan 1-6
6. Mengkolaborasi pemberian obat antibiotic
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN
Nama : Tn. H
Ruangan : Merak
No. Rekam Medik : 144216
Hari : Jumat, 18 November 2022
Hasil : pasien tampak cemas berkurang, masih lewat musik di hp nya, Dan
diagnosis B20 dan riwayat kejang pada tahun 2020. mengatasi cemas yang
area bawah pipi. Pasien merasa takut dan cemas melakukan tehnik TND
diagnosis B20 dan riwayat kejang pada tahun 2020. Nafas Dalam (TND)
Pasien :
S:
1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
- Pasien mengatakan nyeri
Nyeri 2. Hasil : TD : 120/60 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu 36ºC,
berkurang setelah diberikan
pernapasan 20 x/menit, saturasi 99%.
obat
3. Mengkaji nyeri pasien
Hasil : pasien mengatakan nyeri masih di tempat yang - Ketika nyeri timbul pasien
sama yaitu di pipi bawah sebelah kanan, pasien memahami untuk
mengatakan nyeri tidak seperti yang di awal rasakan melakukan teknik relaksasi
atau nyeri berkurang. Didapatkan skala nyeri 3. O:
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin - Terlihat masih dalam
Hasil : pasien mengatakan jika tidak tidur pasien kondisi diperban pasca post
melakukan posisi dengan semifowler, dan pandangan operasi
lurus kedepan, supaya tidak tertekan ke kanan atau - Skala nyeri didapatkan 3
menimpa luka bekas operasi. A:
5. Memberikan obat ceftriaxone 1gr/12jam pukul 08.00 - Masalah teratasi Sebagian
WIB P:
6. Memberikan obat ketorolac 30gr/8jam pukul 08.00 Latih Kembali Teknik
WIB relaksasi nafas dalam
7. Mendiskusikan pikiran negatif dan pikiran positif serta
harapan klien selama pengobatan.
8. Berikan latihan tarik nafas dalam
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Usahakan tetap rileks dan tenang
- Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-
paru dengan udara melalui hitungan
- Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
- Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
9. Memberikan obat ranitidine /12 jam pukul 11.00 WIB
S:
- Pasien mengatakan sudah
mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan dianjurkan
Pasien : O:
1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi - Pasien tampak tenang
2. Menginspeksi kondisi luka A:
3. Membatasi pengunjung bila perlu - Masalah teratasi sebagian
Nama : Tn. H
Ruangan : Merak
No. Rekam Medik : 144216
Hari : Sabtu, 19 November 2022
P:
- Lanjutkan Intervensi
1. Evaluasi kemampuan
Latihan Tehnik Nafas
Dalam
2. Kaji kegiatan klien
yang dapat dilakukan
mandiri saat sakit
3. Latih kegiatan yang
masih dapat dilakukan
mandiri tapi tetap
dalam pengawasan
S:
- Pasien mengatakan sudah
mengerti dengan apa yang
dijelaskan dan dianjurkan
Pasien : O:
1. Mengkaji tanda dan gejala infeksi - Pasien tampak tenang
2. Menginspeksi kondisi luka A:
3. Membatasi pengunjung bila perlu - Masalah teratasi sebagian
4. Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci P :
Risiko
Infeksi tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung - Intervensi dilanjutkan
meninggalkan pasien 1. Mengkaji tanda dan
5. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan gejala infeksi
keperawatan 2. Menginspeksi kondisi
6. Mengkolaborasi pemberian obat antibiotic luka
3. Mengkolaborasi
pemberian obat
antibiotic
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien :
1) Pasien kooperatif
2) Pasien tampak lemah
b. Diagnosa keperawatan : Ansietas b.d pre operasi STT Mandibula d.d merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak tegang.
c. Tujuan khusus : Tingkat ansietas menurun, dengan
Kriteria Hasil : Verbalisasi tegang menurun, Verbalisasi khawatir akibat
kondisi yang dihadapi menurun, Perilaku tegang menurun
d. Tindakan Keperawatan :
Kamis, 17 November 2022 Jam 17.00
Pasien :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital
Hasil : TD 130/80 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC, pernapasan 20
x/menit, saturasi 99%.
Jumat, 18 November 2022 Jam 10.00
Pasien :
1. Melakukan pengukurunan tanda-tanda vital
Hasil : TD mmHg, nadi x/menit, suhu 36,5 ºC, pernapasan 20 x/menit,
saturasi %
2. Melakukan evaluasi kemampuan pasien melakukan Teknik relaksasi napas
dalam
Hasil : pasien dapat melakukan Teknik relaksasi napas dalam secara mandiri
Keluarga
3. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
Hasil : is pasien mengatakan cemas karena pasien makan hanya sedikit, dan
hasil trombosit turun terus
4. Menjelaskan ansietas, penyebab proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat
dampak ansietas
Hasil : suami pasien mengatakan lebih tenang setelah mendengar penjelasan
tentang ansietas
5. Menjelaskan cara merawat ansietas pasien; tidak menambah masalah pasien,
selalu bersikap positif dan memeberi semangat
Hasil : suami pasien mendampingi selama sakit
6. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melakuka tarik nafas dalam dan
distraksi serta menjelaskan kepada yang besuk untuk melakukan sikap yang
positif
Hasil : suami pasien mengikuti praktik Teknik relaksasi napas dalam
bersama pasien
Pasien :
Keluarga :
4. Melakukan evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien tarik
nafas dalam,
Hasil : keluarga mendukung dan melakukan motivasi kepada pasien
5. Menilai kemampuan keluarga melakukan kontrol/rujukan
Hasil : pasien boleh berobat jalan, jika dirumah terdapat keluhan tanda-tanda
perdarahan maka keluarga akan segera membawa pasien ke RS
Hasil :
2) Melatih teknik relaksasi
7. Tarik nafas dalam (lima kali setiap latihan)
Hasil :
4. Terminasi
1) Evaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
2) Evaluasi pasien (subyektif)
3) Melakukan evaluasi kemampuan pasien melakukan Teknik relaksasi napas
dalam
Hasil : pasien dapat melakukan Teknik relaksasi napas dalam secara mandiri
4) Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement)
5) Tindak lanjut pasien ( apa yang perlu dilatih oleh pasien sesuai hasil tindakan
yang dilakukan
6) Latih distraksi dan relaksasi otot progresif
5. Kontrak yang akan datang
1) Orientasi
Evaluasi kemampuan pasien melakukan relaksasi nafas dalam
2) Kontrak
Latihan distraksi kamis 17 November 2022
Latihan relaksasi otot progresif Jumat 18 November 2022
3) Terminasi
Salam terapeutik
BAB IV
ANALISIS SITUASI
4.1. Analisis Kasus Terkait Data Prevalensi Terkini Yang Dikaitkan Dengan
Penyebab Penyakit Tersebut
Masalah kesehatan yang terdapat dalam karya ilmiah ini adalah klien dengan
pre op STT Mandibula disertai ansietas. Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft
Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-
selnya tidak tumbuh seperti kanker (M. Clevo.2012: 84). Sedangkan mandibula
merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah muka. Dibentuk oleh dua
tulang simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan. Tulang ini
terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang pipih
dan lebar yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada ujung dari
masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus
prosesus koronoideus. Prosesus kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan
luar dari korpus mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang
disebut simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah
tulang (Jonas T. Johnson, 2014. P.1229-1241).
Proses pengkajian dilakukan pada satu klien yaitu Tn. H dengan menggunakan
metode wawancara, observasi, serta catatan rekaman medis klien. Pengkajian tersebut
dilakukan pada klien yang dirawat diruang merak RSAU dr. Esnawan Antariksa.
Ansietas adalah emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI, 2017)
Berikut adalah data subjektif dan objektif sebelum dan setelah pre op ,
diantaranya :
Tabel 4.1
2. Nyeri akut
15. Pasien mengatakan nyeri pada 21. Pasien tampak lemas dan
rahang bawah lemah
16. P: pasien mengatakan nyeri pada 22. Pasien hanya berbaring saja
bekas operasi dan banyak tidur
17. Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk 23. Skala nyeri didapatkan 5
18. R : nyeri dirasakan pada area pipi 24. Hasil TTV : TD 130/80 mmHg,
bawah sebelah kanan atau pada Nadi 92 x/menit, Suhu 36,7ºC,
rahang bawah pernapasan 20 x/menit, saturasi
19. S : nyeri skala 5 99%.
20. T : nyeri secara hilang timbul
dengan durasi -/+ 5 detik dan
dirasakan pada saat digerakan
ketika ingin membuka mulut
seperti mau makan dan minum,
3. Risiko Infeksi
Tabel 4.4
Data Subjekif dan Objektif Risiko Infeksi
25. Pasien mengatakan tidak nyaman 27. Tampak luka bekas operasi
dengan adanya bekas operasi terbungkus kassa/perban
26. Pasien mengatakan setelah di
operasi terdapat tiga benjolan
kecil pada bawah rahang pasien/
pipi sebelah kanan