Artikel Skripsi Slamet Wahyudi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM KEPADA

MASYARAKAT UMUM MELALUI TRADISI TAHLILAN DI DSN

ASAMPITU DESA PADEMAWU BARAT KABUPATEN PAMEKASAN

ARTIKEL

SLAMET WAHYUDI
NIM. 18381011169

ABSTRAK

Slamet Wahyudi, 2022, Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Islam Kepada


Masyarakat Umum Melalui Tradisi Tahlilan di Dsn Asampitu Desa Pademawu
Barat Kabupaten Pamekasan,Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Dosen
Pembimbing: Dr. Hj. Waqiatul Masrurah, M. Si.
Kata Kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Islam, Tradisi Tahlilan
Pendidikan merupakan suatu hal sentral dalam kehidupan manusia.
Adanya pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan, dengan adanya
pendidikan maka individu manusia dapat mengembangkan segala potensi yang
dimiliki dalam dirinya.Berdsarkan hal tersebut ada tiga fokus peneltian yang
menjadi kajian utama dalam penelitian ini yaitu: Pertama, Apa Saja Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Yang Ditanamkan Kepada Masyarakat Umum Melalui Tradisi
Tahlilan Di Dsn Asampitu Desa Pademawu Barat Kabupaten Pamekasan.
Kedua,Bagaimana Cara Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Islam Kepada
Masyarakat Umum Melalui Tradisi Tahlilan Di Dsn Asampitu Desa Pademawu
Barat Kabupaten Pamekasan. Ketiga, Apa Saja Faktor Pendukung Dan
Penghambat Yang Dihadapi Pada Saat Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Di Dsn Asampitu Desa Pademawu Barat Kabupaten Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskripif. Sumber data diperoleh melalui hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Informsinya didapatkan melalui Kepal Desa, Tokoh Agama, Tokoh
Masyarakat, dan salah satu Masyarakat Dsn Asampitu. Sedangkan pengecekan
keabsahan data dilakukan melalui perpanjangan keikutsertaaan, ketekunan
pengamatan, dan triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Pertama, Tradisi tahlil yang
sudah ada dari zaman nenek moyang memiliki beberapa nilai yang terbentuk atau
yang dirasakan oleh masyarakat khusunya yang ada di Dsn Asampitu Desa
Pademawu Barat yakni, terbentuknya nilai kerukunan antar masyarakat, dari
tradisi tahlilan ini dapat menjadikan salah satu momentum kita untuk tetap
menjaga nilai ukhwah Islamiya, terjaganya rasa kesosialan antarmasyarakat.
Menambahkan nilai Iman, Islam, dan Ihsan, dengan adanya ketiga nilai ini dapat
menjadikan tambahan amal kita di hadapan Allah SWT. terjalinnya nilai
Insaniyah, nilai yang kaitannya adalah hubungan kepada manusia, karena dalam
tradisi ini bukan hanya dapat nilai Insaniyah tetapi juga dapat nilai Ilahiyah atau
hubungan pada Tuhan. Kedua, tradisi tahlilan dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat umum tentang tradisi tahlil, tradisi tahlil juga dapat
mengajarkan kepada semua kalangan khususnya generasi muda di Dsn Asampitu
untuk tetap mencintai tradisi seperti tahlilan ini, dan dalam tradisi tahlil terdapat
penanaman secara tak langsung, seperti mengajarkan kita untuk terus berdzikir
kepada Allah. Ketiga, dari tradisi tahlil ini terdapat support dari para tokoh
masyarakat. Maraknya masyakat yang antusias dalam menghadiri tradisi tahlil ini.
Walau terdapat sedikit ketidaksetujuan pendapat sesuai dengan pemaparan dari
informan tetapi mayoritas masyarakat di Dsn Asampitu menyukai serta
mendukung tradisi tahlilan ini.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal sentral dalam kehidupan manusia.

Adanya pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan, dengan adanya

pendidikan maka individu manusia dapat mengembangkan segela potensi yang

dimiliki dalam dirinya. Dilihat dari tingkat dan skala makro atau dalam arti luas,

dikatakan bahwa masyarakat melaksanakan suatu nilai-nilai luhur dan pelimpahan

harta budaya dari generasi kepada generasi penerusnya. Dalam hal ini diharapkan

akan terciptanya kestabilan atau keseimbangan dan perubahan sosial dalam

masyarakat bisa berjalan lebih baik.

Pendidikan dalam arti luas, setiap masyarakat yang mengenyam

pendidikan dapat memberikan pengajaran kepada peserta didik dengan

mengajarkan budi pekerti luhur agar setiap peserta mampu melestarikan nilai budi

pekerti di kalangan masyarakat. Dengan adanya pengetahuan diharapkan dapat

menciptakan metamorfosis terhadap keseimbangan bangsa.

Dalam skala besar, pendidikan merupakan suatu fenomena yang sering

digunakan dalam hal interaksi, terutama dalam bentuk interaksi dengan orang lain.
Pendidikan juga dapat dipahami sebagai salah satu proses ataupun cara manusia

tentang suatu kesadaran terhadap dunia yang disebut sebagai manofaction. 1

Dijelaskan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional bahwasanya untuk mencetak peserta didik yang aktif dan ulet guna

meningkatkan kualitas hidup di masa yang akan datang, pendidikan sangatlah

berperan penting akan hal tersebut dengan melalui kegiatan pengajaran,

bimbingan dan pelatihan kepada peserta didik. Adanya konsep pendidikan dalam

Undang Undang tersebut yang di dalamnya tentu memerlukan suatu ilmu dan seni

untuk bisa memberikan pengajaran kepada peserta didik. Hal ini dilakukan

sebagai upaya kesadaran bahwa sebagai masyarakat yang mempunyai wawasan

harus bisa memberikan bantuan serta bimbingan terhadap rakyat terutama anak

kecil dan remaja yang kurang mampu untuk bersama-sama mengenalkan tentang

pendidikan, agar tercapainya kehidupan yang lebih baik dimasa depan.2

Secara dasar, pendidikan adalah media didikan bagi orang-orang agar

potensi yang dimilikinya dapat berkembang. Pendidikan juga sebagai perantara

agar menjadi manusia peradaban yang tetap berdasar pada hubungan antar

makhluk dan penciptanya. Pendidikan menjadi cahaya dalam kehidupan seseorang

baik di masa lampau, sekarang atau masa depan.3

Jika berdasar pada hakikat manusia, pendidikan berfungsi untuk

menjadikan manusia yang seutuhnya dengan segala fungsinya, seperti menjadi

1
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan (Bandung: Manajemen Qolbun Salim, 2010), 12.
2
Ibid., 13.
3
Rahmad Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia(Medan:
Lembaga Peduli Pengebangan Pendidikan Indonesia, 2016), 4.
makhluk individu, sosial, beragama dan lainnya.4 Dengan pendidikan, manusia

akan melaksanakan syariat Islam, karena dalam pendidikan tidak hanya diajari,

tetapi juga dididik. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan bermal serta

berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.

Dari satu segi kita melihat pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan

kepada perbaikan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik dalam

keperluan diri sendiri atau orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak

hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan

antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu pendidikan adalah sekaligus

pendidikan iman dan pendidikan amal. Karena Islam berisi ajaran tentang sikap

dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan

bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan

masyarakat.

Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya

manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam yang bermaktub dalam Al-

Quran dan terjabar dalam Sunnah, yang dimaksudkan adalah rangka terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan demikian ciri yang

membedakan antara pendidikan Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan

ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya

umat manusia tersebut.5

4
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan (Bandung: Manajemen Qolbun Salim, 2010), 14.
5
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 9.
Budaya tahlilan merupakan salah satu budaya masyarakat Indonesia yang

sampai saat ini masih terpelihara atau masih dijalankan. Hal ini bukan hanya

terkait pada kepercayaan yang bersifat teologis akan manfaat tahlilan kepada para

pembacanya. Tetapi juga pada persoalan sosio-kultural yang menyertainya sudah

menjadi tradisi di kalangan umat Islam Indonesia, bila ada seorang yang wafat,

maka keluarga almarhum mempunyai tanggung jawab moral untuk

menyelenggarakan tahlilan. Acara ini dihadiri oleh para kerabat, keluarga,

tetangga dan handai taulan. Setelah pelaksanaan tahlil, biasanya dilanjutkan

dengan acara takziah. Dalam takziah itu, di isi dengan ceramah agama yang

bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka, serta menyampaikan

siraman rohani keagamaan kepada masyarakat yang hadir.6

Pembacaan tahlil dilakukan masyarakat di Indonesia tidak hanya sebagai

amalan yang dilakukan secara individual, melainkan juga sebuah amalan yang

kerjakan secara berjamaah. Amalan tahlil juga tidak hanya dilakukan di masjid

atau tempat ibadah lainnya seperti musholla atau langgar. Ia juga dikerjakan oleh

seseorang yang ziarah kubur atau dalam upacaraselamatan yang diadakan di

rumah-rumah duka atau dalam rangka haul.

Tahlilan adalah salah satu ritual yang tidak asing bagi kelompok Islam

tradisional yang berada di lingkungan pedesaan. Meskipun demikian, bukan

berarti masyarakat kota dan modern tidak mengamalkan tahlil. Sebab, di kota-kota

besar juga tidak sulit menemukan acara tahlilan sebagaimana di kampung-

kampung. Salah satu yang membedakan tahlil di kampung dan dikota mungkin
6
Andi Warsono, “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, Ri’ayah, Vol. 02, No. 02,
(Juli-Desember, 2017): 70,https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/981.
adalah dalam proses mengundang ke acara tahlilannya dimana acara tahlil di

kampung terlihat sangat guyubantar tetangga satu dan yang lainnya. Hal ini sulit

ditemukan di daerah kota.7

Istilah tahlilan kemudian lebih dipahami di lingkungan masyarakat

Indonesia sebagai bagian dari ritual selamatan yang dilakukan oleh sebagian umat

Islam yang mayoritas berada di Indonesia untuk memperingati dan mendoakan

orang yang telah meninggal dunia. Tahlilan biasa di lakukan pada hari pertama

meninggalnya jenazah hingga memasuk hari ketujuh dan selanjutnya dilakukan

pada hari ke-40, ke-100, dan ke-1000, selama menjalani ritual tahlil, puji-pujian

terhadap Tuhan memang menjadi fokus utama. Biasanya dilakukandilakukan

lewat bacaan ayat-ayat dan doa-doa tertentu. Surat Yasin menjadi bacaan utama,

diiringi dengan ayat kursi, lantunan tasbih (pensucian), tahmid (tahmid), tahlil,

dan istighfar.8

Salah satu dalil yang menyatakan tentang tahlilan di antaranya hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya: Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang

dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya

bisa sampai kepada mayit tersebut.

: ‫ا َل‬%%َ‫لَّم ق‬%‫س‬
َ ‫ ِه َو‬%‫لَّى هللا َعلَ ْي‬%‫ص‬ ُ ‫ض َي هللا َع ْنهُ اَنَّ َر‬
َ ‫سو َل هللا‬ ِ ‫ار َر‬
ْ ‫س‬َ َ‫سيِّ ِدنَا َم ْعقَ ْل بِنْ ي‬
َ ْ‫عَن‬

‫ا َعلَى‬%%َ‫هُ اِ ْق َرُؤ ه‬%%َ‫ َر هللاُ ل‬%%َ‫ َرة اِالَّ َغف‬%%‫دَّا َر ْاالَ ِخ‬%%‫ ُد هللاَ َوال‬%%‫ ٌل يُ ِر ْي‬%%‫ا َر ُج‬%%َ‫رانْ الَ يَق َرُؤ ه‬%% ُ ‫يس قَ ْل‬
ْ ُ‫ب ْالق‬

َ %‫ اَلطَّ ْب‬,‫ ْيبَ ْة‬%‫ش‬


,‫رانِ ْى‬% ْ ‫ ِو‬%‫ اَ ْلبَ َغ‬,‫ اَ ْل َح ِك ْيم‬,ْ‫ د‬%‫ اَ ْح َم‬,‫ساِئى‬
َ ‫ اِبْنُ اَبِ ْى‬,‫ى‬ َ ِّ‫ اَلن‬,‫اج ْه‬
َ ‫ اِبْنُ َم‬,ْ‫َم ْوتَا ُك َر َواهُ اَبُ ْو دَا ُود‬

7
Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi Islam Nusantara
(Jakarta Pusat : Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, 2018), 538.
8
Warsono, “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, 71.
ْ‫ َوابْنُ ِحبَان‬,‫اَ ْلبَ ْي َهقِ ْى‬

Yang artinya:Dari sahabat Ma’qal bin Yasarr.a. bahwa RasulallahS.A.W.

bersabda : surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang

yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosa-dosanya. Bacakanlah surat

Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu

Dawud, dll).

Adapun beberapa ulama juga berpendapat seperti Imam Syafi’i yang

mengatakan bahwa:

َ ‫لقرأن ِع ْن َدهُ َكانَ َح‬


‫سنًا‬ ْ ‫ َواِنْ َخت ُم ْوا ْا‬, ‫لقرأن‬
ْ ‫ست ََح ُّب اَنْ يُق َرا َء ِعن َدهُ شيٌْئ ِمنَ ْا‬
ْ ُ‫َوي‬

Bahwa, disunahkan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika

sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.

Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’-nya menerangkan bahwa

tidak hanya tahlil dan doa, tetapi juga disunahkan bagi orang yang ziarah kubur

untuk membaca ayat-ayat Al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdoa untuk

mayit.Begitu juga Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa, dalil yang

dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala kepada mayit adalah

bahwa, Rasulallah SAW pernah membelah pelepah kurma untuk ditancapkan di

atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda “Semoga ini dapat meringankan

keduanya di alam kubur sebelum pelepah ini menjadi kering”.

Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah kurma saja dapat

meringankan beban si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur’an


dari sanak saudara dan teman-temannya. Tentu saja bacaan-bacaan al-Qur’an dan

lain-lainnyaakan lebih bermanfaat bagi si mayit.

Abul Walid Ibnu Rusyd juga mengatakan:

ِ ِّ‫ص َل لِ ْل َمي‬
ُ‫ت اَ ْج ُره‬ َ ‫ت َجا َز ذالِكَ َو َح‬ َ ‫قرَأ ال َّر ُج ُل َواَ ْهدَى ث َو‬
ِ ِّ‫اب قِ َرأتِ ِه لِ ْل َمي‬ َ ‫َواِن‬

Seseorang yang membaca ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya

kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.9

Tradisi tahlilan merupakan salah satu hasil akulturasi antara nilai-nilai

masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam, di mana tradisi ini tumbuh subur di

kalangan Nahdliyin. Sementara ormas-ormas lainnya cenderung memusuhi

bahkan berusaha mengikis habis-habisan. Seakan tradisi tahlilan menjelma

sebagai tanda pembeda apakah dia warga NU, Muhammadiyah, Persis, atau yang

lainnya. Terjadinya polemik tentang tahlil tersebut, tentu bisa berdampak pada

rusaknya ikatan kekeluargaan antar umat muslim, seperti saling menuduh dan

menyesatkan kelompok lainnya, timbulnya rasa curiga yang berlebihan.10

Tradisi tahlilan memang sudah sangat kental di kalangan masyarakat

muslim khususnya di masyarakat pedesaan seperti di Dsn. Asampitu Desa

Pademawu Barat, dalam kalangan masyarakat desa apabila ada tetangga, kerabat,

atau handaitulan yang meninggal dunia maka mereka saling bergotong royong

untuk membantu keluarga yang tertimpa musibah tersebut.Tahlilan yang

9
Abdul Manan A.Ghani, "Hukum Tahlilan dan Kirim Doa Bagi Orang Meninggal yang Dianggap
Bid'ah"diakses dari https://wartakota.tribunnews.com/2018/05/03/kiyai-nu-jelaskan-dasar-hukum-
tahlilan-dan-kirim-doa-bagi-orang-meninggal-yang-dianggap-bidah
10
Siti Umi Hanik, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa Krembangan
Taman Sidoarjo” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 7-8.
dilakukan mulai dari hari pertama yang dilasanakan selepas mayat di kubur

hingga hari ketujuh masyarakat sangat antusias mengikuti acara tersebut. Apabila

tahlil sudah memasuki hari ketujuh masyarakat desa lebih banyak hadir, acara

tahlilan ini merupakan salah satu kesempatan atau suasana untuk menjalin rasa

kekeluargaan antar tetangga dan dari acara tahlilan ini juga dapat dijadikan

sebagai contoh perilaku yang baik dan mulia di hadapan anak-anak serta para

remaja. Tradisi tahlilan yang dilaksanaka di DsnAsampitu Desa Pademawu Barat

ini sama halnya dengan acara tahlilan pada umumnya, mulai dari hari pertama

meninggal hingga 1000 hari dan terkadang ada yang mengadakan pengajian yang

di khususkan untuk yang meninggal dan ada juga yang memperingatinya dengan

cara melasanakan haul. Tentunya makna yang terkandung dalam acara ini

mengandung pesan-pesan tersirat yang harus dilaksanakan seperti saling

membantu satu sama lain dan menjaga kelestarian tradisi ini merupakan salah satu

pesan juga untuk kalangan milenial.

Tradisi tahlilan merupakan salah satu tradisi yang sampai saat ini masih

dijalankan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini bukan terkait pada kepercayaan,

tetapi juga pada persoalan sosial.Membaca tahlil terutama ditujukan kepada orang

tua, sanak kerabat, atau jamaah Islam yang sudah meninggal adalah tindakan yang

terpuji. Sama halnya seperti seorang anak yang mau mendoakan orang tuanya

yang sudah meninggal adalah perbuatan mulia.

Pembacaan tahlil yang di lakukan masyarakat di Indonesia tidak hanya

amalan secara individual, melainkan sebuah amalan yang dikerjakan secara

berjamaah. Tradisi tahlilan tidak hanya dilakukan di masjid, musholla atau


langgar. Tahlil sendiri juga bisa dilaksanakan pada saat ziarah kubur atau dirumah

orang yang dalam keadaan berduka. Tahlil sendiri tidak hanya dilakukan pada saat

ada orang meninggal tetapi juga bisa di panjatkan lewat acara rutinan seperti

sarweh dan kolom-kolom lainnya. Dalam tradisi tahlilan nilai-nilai yang

ditanamkan terdapat nilai-nilai yang berhubungan pada nilai insaniyah dan

ilahiyah.

Pelaksanaan tahlilan ini, diharapkan dapat menambah atau mempererat tali

silaturahmi dan kerukunan dengan para kerabat, tetangga dan handai taulan yang

datang pada saat acara tahlilan tersebut. Di dalam tahlilan juga terdapat nilai-nilai

pendidikan. Sehingga dari nilai-nilai pendidikan tersebut dapat dijadikan sebagai

pembelajaran dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,

peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai nilai-nilai pendidikan

islam yang terkandung di dalam tradisi tahlilan ini. Yang dituangkan dalam judul

“Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam Kepada Masyarakat Umum

Melalui Tradisi Tahlilan Di DsnAsampitu Desa Pademawu Barat Kabupaten

Pamekasan”.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penanaman nilai-nilai

pendidikan Islam kepada masyarakat umum melalui tradisi tahlilan di Dsn

Asampitu Desa Pademawu Barat Kabupaten Pamekasan.

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah peneltian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Penelitian


kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan

menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial

yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan

kuantitatif.11

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, penelitian yang

menggambarkan tentang stimulasi dan kejadian faktual yang sistematis mengenai

faktor-faktor, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang dimiliki. Penelitian

ini menyajikan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari informan dan

perilaku yang akan diamati, karena dalam penggunaan metode deskriptif ini dapat

menggambarkan suatu objek yang diteliti secara jelas.

Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik subjek atau objek yang diteliti secara tepat,

untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang

pendidikan maupun tingkah laku manusia.12

B. Sumber Data

1. Data Primer

Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui hasil

wawancara dengan informan yang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data

dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.

2. Data Sekunder

11
Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif (Medan: Wal ashri Publishing, 2020), 123
12
Hanisa, “Efektivitas Pengajian Majelis Taklim Dalam Meningkatkan Literasi Al-Qur’an
Masyarakat Di Desa Leppangan Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan”,
(Tesis, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Parepare, 2020), 72
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh

oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data ini

biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya.

Dalam data sekunder terdapat kategori yang digunakan yaitu, data yang berupa

teks, data yang berupa gambar, data yang berupa suara, dan data kombinasi dari

ketiganya.13

C. Perosedur Pengumpulan Data

1. Observasi

Kegiatan obeservasi meliputi pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada

tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data

atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus

melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau

infomasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola

perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah

ditemukan, maka peneliti dapat menentukan tema-tema yang akan diteliti.

Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk

menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang

alami.14

2. Wawancara

13
Jhonatan sarwono, metode penelitia kualitatif dan kuantitatif (yogyakarta: GRAHA ILMU,
2006), 209-210.
14
Ibid., 224.
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua

orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin

kepada objek penelitian. Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data

yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Peneliti

seringkalimengaggap wawancara itu mudah karena dalam kesehariannya,

peneliti sering bercakap-cakap dengan orang-orang untuk mendapatkan

informasi penting. Namun, kenyataannnya tak semudah itu, banyak

peneliti mengalami kesulitan mewawancarai orang karena orang

cenderung menjawab dengan singkat. Apalagi budaya pada masyarakat

Indonesia yang cenderung tidak terbiasa mengungkapkan perasaan

mereka.15

Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan tipe

wawancara tersetruktur. Proses wawancara tersetruktur dilakukan dengan

menggunakan istrumen pedoman wawancara tertulis yang berisi

pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Dalam wawancara

tersetruktur, pertanyaan-pertanyaan, runtunannya, dan perumusan kata-

katanya sudah harus tepat dan tidak dapat di ubah, artinya sudah

ditetapkan dan tak boleh diubah-ubah. Pertanyaan yang diajukan

pewawancara dilakukan secara ketat sesuai daftar pertanyaan yang telah

disiapkan. Pewawancara masih mempunyai kebebasan tertentu dalam

15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
160.
mengajukan pertanyaan, tetapi itu relatif kecil. Kebebasan pewawancara

itu telah dinyatakan lebih dulu secara jelas. Wawancara standar

mempegunakanschedulewawancara yang telah dipersiapan secara cermat

untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah penelitian.16

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang

berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh

dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber-sumber noninsani. Sumber ini terdiri dari beberapa dokumen dan

rekaman.

Menurut Lincoln dan Guba tentang rekaman yang terdapat dalam

sumber noninsani dalam teknik dokumentasi rekaman sebagai setiap

tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh dan untuk individual atau

organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa.

Sedangkan kata dokumentasi digunakan untuk mengacu setiap

tulisan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk

tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, naskah pidato, dan

sebagainya.17

16
Ibid., 162.
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2014), 176
D. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis interaktif model yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman,baik dari reduksi data, penyajian hingga verifikasi data.

1. Reduksi data

Mereduksi artinya merangkum, memilih hal-hal pokok. Reduksi

data dilakukan untuk memilih data mana saja yang berkaitan dengan nilai-

nilai pendidikan islam melalui tradisi tahlilan di DsnAsampitu Desa

Pademawu Barat Kabupaten Pamekasan.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya yaitu menyajikan data.

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, grafik dan sejenisnya yang

berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan Islam melalui tradisi tahlilan.

3. Verivikasi data

Langkah selanjutnya yaitu verifikasi data, yaitu kesimpulan awal

yang bersifat sementara, dan dapat berubah bila tidak ditemuan bukti yang

mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.18

E. Teknik Keabsahan Data

Dari teknik keabsahan data terdapat beberapa teknik yang digunakan

dalam teknik penelitian, seperti:

18
Yayu Safinah “Penanaman Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Yasin Tahlil Di SMK Al-
KautsarPurwokerto Kabupaten Banyumas”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,
Purwokerto, 2019), 53-54.
1. Perpanjangan keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam perkumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke

lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan

memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Pertama-tama

dan yang terpenting ialah distorsi atau penyimpangan pribadi.

Distorsi atau penyimpangan dapat berasal dari responden seperti

yang telah disinggung diatas. Banyak diantaranya terjadi tanpa sengaja.

Ketidaksengajaan tersebut mungkin terjadi karena beberapa hal seperti

distorsiretrospektif dan cara pemilihan, salah mengajukan pertanyaan dan

tentunya juga jawaban yang diperolehnya, motivasi setempat, misalnya

keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidak termotivasi

untuk memuaskan secara penuh kebutuhan peneliti.19

Distorsi tersebut mungkin tidak sengaja, dan dipihak lain ada pula

penyimpangan yang bersumber dari kesengajaan, misalnya berdusta,

menipu, berpura-pura dari pihak informan atau responden. Dalam

menghadapi hal ini peneliti hendaknya menentukan apakah benar-benar

ada distorsi, dan apakah distorsi itu tidak sengaja atau disengaja, disengaja
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 327-
328.
atau tidak, dari mana atau dari siapa sumbernya dan bagaimana strategi

menghadapinya, semuanya kemungkinan dapat diatasi dengan adanya

perpanjangan keikutsertaan.

Pepanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun

kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri dari

penliti sendiri. Jadi bukan sekedar menerapkan teknik yang menjamin

untuk mengatasinya. Selain itu, kepercayaan subjek dan kepercayaan diri

pada peneliti merupakan proses pengembangan yang berlagsung setiap

hari dan merupakan alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak

subjek.

2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti secarak konsisten mengartikan

dengan berbagai cara dalam mengaitkan proses analisis yang konstan atau

tetap.

Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu-isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal-hal

tersebut secara rinci.

Kekurangtekunan pengamatan terletak pada pengamatan terhadap

pokok persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin

dapat disebabkan oleh tekanan subjek, ketidak toleransian subjek, atau

peneliti terlalu cepat mengarahkan fokus penelitiannya walaupun


tampaknya belum patut dilakukan demikian. Persoalan itu bisa terjadi pada

situasi ketika subjek berdusta, menipu, atau berpura-pura, sedangkan

peneliti sudah sejak awal mengarahkan fokusnya.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling

banyak digunakan ialah pemeriksaan yang melalui sumber lainnya.20

Selajutnya Denzin membedakan empat macam triangulasi, yaitu:

triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti, dan triangulasi

teoritik.

Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai sumber memperoleh data. Dalam triangulasi dengan

sumber yang terpenting adalah yang mengetahui adanya alasan-alasan

terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Dengan demikian triangulasi

sumber berarti membandingkan informasi yang diperoleh melalui sumber

yang berbeda.

Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data atau

mengecek keabsahan temuan peneitian. Triangulasi metode dilakukan

dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang

berbeda.

20
Ibid., 329-330.
Sebagaimana dikenal dalam penelitian kualitatif peneliti

menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei atau pengamatan.

Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang

utuh mengenai informasi tertentu peneliti bisa menggunakan metode

wawancara bebas dan terstruktur. Selain itu, peneliti menggunakan

wawancara dan observasi atau pengamatan bahkan menggunakan

informan beda untuk mengecek kebenaran datanya.21

Triangulasi peneliti adalah data yang menggunakan lebih dari satu

peneliti dalam melakukan observasi ataupun wawancara. Karena setiap

peneliti memiliki gaya, persepsi, dan sikap yang berbeda dalam mengamati

suatu fenomena, maka hasil pengamatan dapat berbeda dalam mengamati

fenomena yang sama tersebut, wawancara dengan menggunakan dua atau

lebih pengamat akan dapat memperoleh data yang lebih akurat.Bachri

menyarankan sebelumnya tim peneliti perlu mengadakan kesepakatan

dalam menentukan kriteria/acuan pengamatan dan/atau wawancara.

Triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan peneliti atau

pengamat yang lainnya membantu peneliti mengurangi kesalahan atau

penyimpangan dalam pengumpulan data. Karena triangulasi peneliti

dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam

pengumpulan dan analisi data.

21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2014), 219-220.
Triangulasi teoritik adalah memanfaatkan dua teori atau lebih

untuk diadu dan dipadukan data-datanya. Untuk itu, diperlukan rancangan

penelitian, pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap, dengan

demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih lengkap dan

menyeluruh. Tidak seperti triangulasi peneliti, metode ini memerlukan

penggunaan para profesional di luar bidang peneliti.22

Hasil dan pembahasan

A. Nilai-nilai pendidikan Islam yang di tanamkan kepada masyarakat

umum melalui tradisi tahlilan di Dsn Asampitu Desa Pademawu

Barat Kabupaten Pamekasan

Nilai-nilai pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk memberi petunjuk

sesuai kaidah Islam. Nilai-nilai tersebut berlandaskan nilai kemanusiaan yang

memiliki nilai kesatuan, seimbang dan Rahmat bagi kebutuhan manusia. Nilai

pendidikan Islam sama halnya dengan nilai-nilai budaya, nilai budaya yang sesuai

dengan anjuran Islam pastinya akan berkesinambungan dengan aturan norma yang

berlaku di masyarakat, hal ini perlu diwariskan kepada generasi muda dan jangan

sampai hilang termakan zaman. Karena nilai pendidikan Islam sangat penting bagi

pembentukan akhlak yang sesuai dengan sumber nilai budaya yang berlaku.

Hal ini juga sejalan dengan teori dari Siti Umi Hanik dari skripsi yang

judulnya “Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa

Krembangan Taman Sidoarjo” pendidikan Islam membagi dua sumber nilai

budaya, yaitu:

22
Ibid,. 221.
a. Nilai Ilahiyah ialah nilai yang Allah sampaikan melalui Wahyu

pada Nabi Muhammad. Nilai ilahiyah adalah nilai yang mutlak dan

tidak dapat diubah.

b. Nilai Insaniyah, nilai yang lahir dari kesepakatan kemudian

tumbuh dan berkembang atas perbedaan dari manusia. Nilai

insaniyah dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai ini juga akan

menjadi tradisi yang dapat mempererat hubungan manusia

untukyang mendukungnya. 23

Nilai pendidikan Islam dalam tradisi tahlilan terdapat tiga komponen yaitu

Iman, Islam, dan Ihsan. Iman mencakup rasa keimanan yang dimiliki oleh setiap

manusia. Dalam kegiatan tahlil, keimanan termasuk amal yang dilaksanakan oleh

masyarakat. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan dasar makhluk sosial satu

ini, beriman kepada Yang Maha Kuasa dan Nabi Muhammad salah satunya

dengan mengimani kitab Al-Qur’an dan Hadits, Islam artinya menserahkan segala

sesuatunya kepada Allah, dalam hal ini Islam berperan untuk menuntun

perkataaan kita dan amal perbuatan kita agar selalu berjalan lurus pada ajaran

Islam. Sedangkan Ihsan yang berarti perbuatan baik untuk beribadah kepada

Allah. Ihsan merupakan pokok yang ketiga dari pendidikan Islam diatas.

Dalam beberapa golongan Ihsan disini dibagi menjadi beberapa bagian,

yakni Ihsan (berbuat baik) kepada Allah, berbuat baik pada diri sendiri, Ihsan

kepada sesama manusia, dan Ihsan pada sesama makhluk ciptaan Allah lainnya.

23
Siti Umi Hanik, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa Krembangan
Taman Sidoarjo” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 37-38
Sebagaimana dari hasil wawancara beserta observasi yang dilakukan,

bahwasanaya ketiga pokok pendidikan diatas tercakup dalam tradisi tahlilan yang

dengan demikian kegiatan tahlilan ini sangat baik apabila dilaksanakan untuk

mendoakan para kerabat, tetangga, ataupun kedua orang tua yang telah meninggal.

Dalam pendidikan Islam terdapat proses yang mengajarkan tentang

pengetahuan dan nilai Islam kepada generasi muda khususnya masyarakat umum

dan anak-anak yang masih belajar agar mereka dapat berupaya untuk mengetahui

tentang pendidikan Islam yaitu suatu proses transfer ilmu pengetahuan Islam

dengan cara pengajaran, membimbing, mengasuh, merawat, mengarahkan, dan

mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, yakni keselarasan hidup di dunia dan di akhirat, dan tidak lupa juga

untuk mencapai Ridha Allah SWT. Sehingga mereka dapat menghayati, paham

dan melaksanakan pendidikan Islam secara sempurna. 24

Hal ini dilakukan agar masyarakat mengetahui mengenai pendidikan Islam

yang tertanam dalam tradisi tahlilan, dan mereka dapat menjadikan hal tersebut

sebagai salah satu kesempatan bagi mereka untuk mengetahui tentang nilai Iman,

Islam, dan Ihsan yang diringkas dalam nilai ukhuwah Islamiyah antar masyarakat.

Dengan memahami nilai tersebut masyarakat dapat memilih dan memilah

terhadap suatu perkara yang akan mereka lakukan dan apakah perkara itu baik

atau tidak pada diri mereka.

24
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 26.
B. Cara menanamkan menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada

masyarakat umum melalui tradisi tahlilan di Dsn Asampitu Desa

Pademawu Barat Kabupaten Pamekasan

Penanaman nilai-nilai yang dilakukan dalam tradisi tahlilan dapat

dikatakan sebagai penanaman secara tidak langsung atau mungkin bisa dijadikan

secara langsung jika semisal kita sebagai masyarakat yang lebih tua memberi

pemahaman terhadap terhadap pemuda karena terdapat tiga nilai yang tertanam,

keislaman, keimanan, dan Ihsan. Seperti pada bab diatas yang menjelaskan

tentang ketiga nilai tersebut. Dalam tradisi tahlilan juga terdapat nilai kesosialan

dan nilai silaturrahmi, di Dsn Asampitu sendiri nilai atau rasa kesosialan antar

masyarakat sangat tinggi, apalagi jika mendengar berita tetang meninggalnya

tetangga di kampung tersebut. Melalui tradisi tahlilan penanaman yang dilakukan

bisa melalui para jama’ah yang meghadiri acara tahlilan ini, dalam acara tahlilan

pastinya tidak hanya masyarakat dikalangan dewasa yang hadir, namun anak kecil

dan juga remaja pasti ikut menghadiri acara tahlilan tersebut.

Hal ini selaras dengan teori dari Andi Warisno dalam artikelnya yang

berjudul “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturrahmi” bahwa melalui

tradisi tahlilan dapat membentuk umat yang terbina dengan berjamaah dan

bersama yang dapat menciptakan hubungan baik antara orang tua dan anak muda.

Dari kegiatan tersebut akan terciptanya sifat menghormati dan menghargai pada

orang-orang yang sudah meninggal. Dari hal tersebut momentum untuk


membentuk tali persaudaraan antar sesama umat muslim dapat dilestarikan serta

diwujudkan melalui tradisi tahlilan.25

Pembelajaran sejak dini juga patut dilakukan kepada masyarakat umum

khususya generasi muda tetang apa itu tradisi tahlilan, tradisi ini merupakan

tradisi yang pasti akan terus dilakukan, karena tradisi tahlila ini bagi yang

mengimaninya pasti akan melaksanakannya juga dan tidak menutup kemungkinan

orang yang awalnya mengikuti tahlilan akan merasakan yang namanya di

tahlilkan oleh orang banyak. Dari hal ini bisa jadi ada orang yang menyadari

bahwa dirnya tidak akan hidup kekal di dunia, terkadang dengan adanya tradisi

tahlilan ini tidak menutup kemungkinan ada sebagian orang yang sadar akan

setiap perbuatannya yang tidak baik dan setelah mengikuti tahlil akan betaubat

dan terus melakukan kebaikan.

Sejalan dengan Ensiklopedi Islam Nusantara dalam buku yang berjudul

“Ensiklopedi Islam Nusantara Edisi Budaya” bahwa kegiatan tahlil dapat

mengikat semua anggota masyarakat melalui nilai-nilai. Selain masyarakat takut

mempunyai masalah sosial, sadar akan meninggal dunia juga menjadi alasan

masyarakat mengikuti kegiatan tahlil. Mereka berharap, akan ada feedback baik

terhadap anggota keluarganya yang meninggal. 26

C. Faktor pendukung dan penghambat pada saat menanamkan nilai-

nilai pendidikan Islam kepada masyarakat umum melalui tradisi

25
Andi Warsono, “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, Ri’ayah, Vol. 02, No. 02,
(Juli-Desember, 2017). 76
26
Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi Islam Nusantara
(Jakarta Pusat : Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, 2018), 540
tahlilan di Dsn Asampitu Desa Pademawu Barat Kabupaten

Pamekasan

Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya bahwa dalam tradisi tahlil

terdapat faktor-faktor yang ada dalam tradisi tersebut, salah satu hal yang pastinya

ada di kalangan masyarkat adalah faktor pendukung dan faktor penghambat.

Dalam tradisi tahlilan tidak serta merta masyarakat banyak yang mendukung

tentang tradisi ini, terdapat sebagian masyarakat yang tidak menyetujui tentang

tradisi tahlilan ini, namun tidak semua masyarakat menolak tradisi ini. Tradisi

tahlilan yang ada di Dsn Asampitu mendapat banyak dukungan, bahkan mayoritas

masyarakat di Dsn Asampitu mendukung terhadap tradisi tahlilan ini.

Setelah melakukan wawancara pada enam narasumber yang keseluruhan

adalah orang tua dengan kedudukan tertetu di mata masyarakat dan observasi pada

setiap kegiatan tahlil yang dilakukan, peneliti mendapatkan hasil bahwa

masyarakat Dsn Asampitu lebih banyak sependapat terhadap tradisi tahlilan ini.

Salah satu faktor pendukung yang terdapat di Dsn Asampitu terkait tradisi tahlilan

ini adalah terlaksananya kegiatan dengan sangat baik dan hampir seluruh

masyarakat di Dsn Asampitu mendukung adanya tradisi tahlil ini, hal ini dapat

dibuktikan melalui banyaknya jama’ah yang hadir untuk ikut menyumbang doa,

dzikir dan tahlil kepada masyarakat yang meninggal. Sedangkan faktor

penghambat dari tradisi tahlilan ini yang sesuai dengan hasil observasi dan

wawancara, penulis memperoleh penjelasan dari salah satu informan bahwa

terdapat kontra mengenai tradisi ini dengan tidak mempercayainya. Namun, hal
ini tidak menjadi polemik yang lebih jauh karena mayoritas masyarakat di Dsn

Asampitu sangat menyetujui tentang adanya tradisi tahlilan ini.

Diperoleh hasil observasi dan wawancara bahwasanya masyarakat di Dsn

Asampitu memiliki pemahaman yang tidak hanya mau melestarikan tradisi dari

nenek moyang tentang tahlilan ini, melainkan berusaha atau berikhtiar dalam

rangka mendoakan atau mentahlilkan para kerabat, tetangga, serta orang tua

mereka dengan menghadiahkan dzikir, tahlil, beserta doa yang di panjatkan

kepada orang yang meninggal dan diharapkan amal serta ibadah mereka dapat

diterima oleh Allah SWT. dari beberapa pandangan tersebut dapat disimpulkan

menjadi tiga yaitu:

a. Tahlilan di Dsn Asampitu memiliki nilai tersendiri di kalangan

masyarakat.

b. Masyarakat mayoritas mendukung tentang tradisi tahlilan ini

karena baik apabila dilakukan.

c. Dari tradisi tahlilan ini dapat menjadi ajang silaturrahmi dengan

masyarakat sekitar.

Searah dengan penjelasan Ensiklopedi Islam Nusantara dalam buku yang

berjudul “Ensiklopedi Islam Nusantara Edisi Budaya” bahwa setiap mendengar

ada orang yang meninggal, para masyarakat desa tanpa diperintah akan datang

melayat dan melaksanakan tahlilan. Para masyarakat secara kompak datang ke

kediaman orang yang baru saja meninggal dengan membawa buah tangan seperti

makanan pokok, anggota masyarakat yang khususnya kaum ibu-ibu secara


bersama-sama memasak makanan di rumah sohibul hajah untuk di jadikan

suguhan (pettok ghen) pada para jama’ah yang hadir dalam prosesi tahlilan. 27

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis dapat

menarik kesimpulan sesuai dengan fokus yang menjadi acuan dalam penelitian ini

sehingga dapat disimpulkan berdasarkan fokus-fokus tersebut.

Pertama, Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Ditanamkan Kepada

Masyarakat Umum Melalui Tradisi Tahlilan Di Dsn Asampitu Desa Pademawu

Barat Kabupaten Pamekasan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,

diketahui bahwa nilai yang ditanamkan salah satunya adalah nilai ukhuwah

Islamiyah yang semestinnya dimiliki oleh setiap manusia, terbentuknya nilai

kesosialan, dan terdapat tiga nilai pokok dalaam pendidikan Islam seperti Iman,

Islam, dan Ihsan, serta terjalinnya nilai Insaniyah yang berkaitan tentang

hubungan kepada sesama manusia.

Kedua, Cara Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Ditanamkan

Kepada Masyarakat Umum Melalui Tradisi Tahlilan Di Dsn Asampitu Desa

Pademawu Barat Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, cara menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam melalui tradisi tahlil

yakni, dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat umum terkhusus para

generasi muda tentang apa itu tradisi tahlil, memberikan wejangan terhadap

masyarakat mengenai nilai yang terdapat dalam tradisi tahlilan seperti nilai sosial,

nilai insaniyah yang dirangkum kedalam nilai ukhuwah Islammiyah.

27
Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi Islam Nusantara,
539.
Ketiga, Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Dihadapi Pada Saat

Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Ditanamkan Kepada Masyarakat

Umum Melalui Tradisi Tahlilan Di Dsn Asampitu Desa Pademawu Barat

Kabupaten Pamekasan. Faktor yang terdapat dalam tradisi tahlil ini yakni, adanya

dukungan dari para tokoh masyarakat yang secara tidak langsung telah ikut

melestarikan tradisi tahlilan ini, karena tradisi ini juga baik apabila dilakukan,

tidak sedikit juga masyarakat yang mendukung tradisi tahlil ini, hal ini dibuktikan

melalui banyaknya jamaah yang menghadiri acara tahlilan tersebut. sedangkan

faktor penghambat terdapat sebagian orang dengan keyakinan pribadi yang tidak

menyetujui adanya tradisi tahlilan ini berlangsung, namun hal ini tidak menjadi

akar perpecahan bagi masyarakat di Dsn Asampitu dikarenakan mayoritas

masyarakat sangat mendukung terhadap tradisi tahlilan ini.

Daftar Rujukan

Manan A.Ghani,Abdul. "Hukum Tahlilan dan Kirim Doa Bagi Orang

Meninggal yang Dianggap Bid'ah" diakses dari

https://wartakota.tribunnews.com/2018/05/03/kiyai-nu-jelaskan-dasar-

hukum-tahlilan-dan-kirim-doa-bagi-orang-meninggal-yang-dianggap-

bidah

Rahmat, Abdul. Pengantar Pendidikan Teori, konsep, dan Aplikasi.Bandung:

Manajemen Qolbun Salim, 2010.


Warsono, Andi. “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, Ri’ayah

Vol.02, No. 02, (Juli-Desember, 2017).

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/981

Hanisa, “Efektivitas Pengajian Majelis Taklim Dalam Meningkatkan Literasi Al

Qur’an Masyarakat Di Desa Leppangan Kecamatan Patampanua

Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan”. Tesis, Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Parepare, Parepare, 2020.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 1999.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara, 2014.

Muntahibun Nafis, Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2011.

Harahap, Nursapia. Penelitian Kualitatif. Medan: Walashri Publishing, 2020.

Hidayat, Rahmad. Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Islam

Indonesia. Medan: Lembaga Peduli Pengebangan Pendidikan Indonesia,

2016.

Umi Hanik, Siti, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa

Krembangan Taman Sidoarjo” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri

Sunan Ampel, Surabaya, 2011).

Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi

Islam Nusantara. Jakarta Pusat : Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan

Islam, 2018.

Anda mungkin juga menyukai