Artikel Skripsi Slamet Wahyudi
Artikel Skripsi Slamet Wahyudi
Artikel Skripsi Slamet Wahyudi
ARTIKEL
SLAMET WAHYUDI
NIM. 18381011169
ABSTRAK
PENDAHULUAN
dimiliki dalam dirinya. Dilihat dari tingkat dan skala makro atau dalam arti luas,
harta budaya dari generasi kepada generasi penerusnya. Dalam hal ini diharapkan
mengajarkan budi pekerti luhur agar setiap peserta mampu melestarikan nilai budi
digunakan dalam hal interaksi, terutama dalam bentuk interaksi dengan orang lain.
Pendidikan juga dapat dipahami sebagai salah satu proses ataupun cara manusia
nasional bahwasanya untuk mencetak peserta didik yang aktif dan ulet guna
bimbingan dan pelatihan kepada peserta didik. Adanya konsep pendidikan dalam
Undang Undang tersebut yang di dalamnya tentu memerlukan suatu ilmu dan seni
untuk bisa memberikan pengajaran kepada peserta didik. Hal ini dilakukan
harus bisa memberikan bantuan serta bimbingan terhadap rakyat terutama anak
kecil dan remaja yang kurang mampu untuk bersama-sama mengenalkan tentang
agar menjadi manusia peradaban yang tetap berdasar pada hubungan antar
1
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan (Bandung: Manajemen Qolbun Salim, 2010), 12.
2
Ibid., 13.
3
Rahmad Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia(Medan:
Lembaga Peduli Pengebangan Pendidikan Indonesia, 2016), 4.
makhluk individu, sosial, beragama dan lainnya.4 Dengan pendidikan, manusia
akan melaksanakan syariat Islam, karena dalam pendidikan tidak hanya diajari,
tetapi juga dididik. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan bermal serta
berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan.
Dari satu segi kita melihat pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan
kepada perbaikan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik dalam
keperluan diri sendiri atau orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak
hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan
antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu pendidikan adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal. Karena Islam berisi ajaran tentang sikap
dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
masyarakat.
manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam yang bermaktub dalam Al-
Quran dan terjabar dalam Sunnah, yang dimaksudkan adalah rangka terbentuknya
membedakan antara pendidikan Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan
ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya
4
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan (Bandung: Manajemen Qolbun Salim, 2010), 14.
5
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 9.
Budaya tahlilan merupakan salah satu budaya masyarakat Indonesia yang
sampai saat ini masih terpelihara atau masih dijalankan. Hal ini bukan hanya
terkait pada kepercayaan yang bersifat teologis akan manfaat tahlilan kepada para
menjadi tradisi di kalangan umat Islam Indonesia, bila ada seorang yang wafat,
dengan acara takziah. Dalam takziah itu, di isi dengan ceramah agama yang
amalan yang dilakukan secara individual, melainkan juga sebuah amalan yang
kerjakan secara berjamaah. Amalan tahlil juga tidak hanya dilakukan di masjid
atau tempat ibadah lainnya seperti musholla atau langgar. Ia juga dikerjakan oleh
Tahlilan adalah salah satu ritual yang tidak asing bagi kelompok Islam
berarti masyarakat kota dan modern tidak mengamalkan tahlil. Sebab, di kota-kota
kampung. Salah satu yang membedakan tahlil di kampung dan dikota mungkin
6
Andi Warsono, “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, Ri’ayah, Vol. 02, No. 02,
(Juli-Desember, 2017): 70,https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/981.
adalah dalam proses mengundang ke acara tahlilannya dimana acara tahlil di
kampung terlihat sangat guyubantar tetangga satu dan yang lainnya. Hal ini sulit
Indonesia sebagai bagian dari ritual selamatan yang dilakukan oleh sebagian umat
orang yang telah meninggal dunia. Tahlilan biasa di lakukan pada hari pertama
pada hari ke-40, ke-100, dan ke-1000, selama menjalani ritual tahlil, puji-pujian
lewat bacaan ayat-ayat dan doa-doa tertentu. Surat Yasin menjadi bacaan utama,
diiringi dengan ayat kursi, lantunan tasbih (pensucian), tahmid (tahmid), tahlil,
dan istighfar.8
Salah satu dalil yang menyatakan tentang tahlilan di antaranya hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya: Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang
dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya
: ا َل%%َلَّم ق%س
َ ِه َو%لَّى هللا َعلَ ْي%ص ُ ض َي هللا َع ْنهُ اَنَّ َر
َ سو َل هللا ِ ار َر
ْ سَ َسيِّ ِدنَا َم ْعقَ ْل بِنْ ي
َ ْعَن
ا َعلَى%%َهُ اِ ْق َرُؤ ه%%َ َر هللاُ ل%%َ َرة اِالَّ َغف%%دَّا َر ْاالَ ِخ%% ُد هللاَ َوال%% ٌل يُ ِر ْي%%ا َر ُج%%َرانْ الَ يَق َرُؤ ه%% ُ يس قَ ْل
ْ ُب ْالق
7
Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi Islam Nusantara
(Jakarta Pusat : Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, 2018), 538.
8
Warsono, “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, 71.
ْ َوابْنُ ِحبَان,اَ ْلبَ ْي َهقِ ْى
bersabda : surat Yasin adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang
Yasin kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu
Dawud, dll).
mengatakan bahwa:
tidak hanya tahlil dan doa, tetapi juga disunahkan bagi orang yang ziarah kubur
dijadikan acuan oleh ulama’ kita tentang sampainya pahala kepada mayit adalah
atas kubur dua sahabatnya sembari bersabda “Semoga ini dapat meringankan
ِ ِّص َل لِ ْل َمي
ُت اَ ْج ُره َ ت َجا َز ذالِكَ َو َح َ قرَأ ال َّر ُج ُل َواَ ْهدَى ث َو
ِ ِّاب قِ َرأتِ ِه لِ ْل َمي َ َواِن
kepada mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit tersebut.9
masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam, di mana tradisi ini tumbuh subur di
sebagai tanda pembeda apakah dia warga NU, Muhammadiyah, Persis, atau yang
lainnya. Terjadinya polemik tentang tahlil tersebut, tentu bisa berdampak pada
rusaknya ikatan kekeluargaan antar umat muslim, seperti saling menuduh dan
Pademawu Barat, dalam kalangan masyarakat desa apabila ada tetangga, kerabat,
atau handaitulan yang meninggal dunia maka mereka saling bergotong royong
9
Abdul Manan A.Ghani, "Hukum Tahlilan dan Kirim Doa Bagi Orang Meninggal yang Dianggap
Bid'ah"diakses dari https://wartakota.tribunnews.com/2018/05/03/kiyai-nu-jelaskan-dasar-hukum-
tahlilan-dan-kirim-doa-bagi-orang-meninggal-yang-dianggap-bidah
10
Siti Umi Hanik, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa Krembangan
Taman Sidoarjo” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 7-8.
dilakukan mulai dari hari pertama yang dilasanakan selepas mayat di kubur
hingga hari ketujuh masyarakat sangat antusias mengikuti acara tersebut. Apabila
tahlil sudah memasuki hari ketujuh masyarakat desa lebih banyak hadir, acara
tahlilan ini merupakan salah satu kesempatan atau suasana untuk menjalin rasa
kekeluargaan antar tetangga dan dari acara tahlilan ini juga dapat dijadikan
sebagai contoh perilaku yang baik dan mulia di hadapan anak-anak serta para
ini sama halnya dengan acara tahlilan pada umumnya, mulai dari hari pertama
meninggal hingga 1000 hari dan terkadang ada yang mengadakan pengajian yang
di khususkan untuk yang meninggal dan ada juga yang memperingatinya dengan
cara melasanakan haul. Tentunya makna yang terkandung dalam acara ini
membantu satu sama lain dan menjaga kelestarian tradisi ini merupakan salah satu
Tradisi tahlilan merupakan salah satu tradisi yang sampai saat ini masih
dijalankan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini bukan terkait pada kepercayaan,
tetapi juga pada persoalan sosial.Membaca tahlil terutama ditujukan kepada orang
tua, sanak kerabat, atau jamaah Islam yang sudah meninggal adalah tindakan yang
terpuji. Sama halnya seperti seorang anak yang mau mendoakan orang tuanya
orang yang dalam keadaan berduka. Tahlil sendiri tidak hanya dilakukan pada saat
ada orang meninggal tetapi juga bisa di panjatkan lewat acara rutinan seperti
ilahiyah.
silaturahmi dan kerukunan dengan para kerabat, tetangga dan handai taulan yang
datang pada saat acara tahlilan tersebut. Di dalam tahlilan juga terdapat nilai-nilai
pembelajaran dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu,
peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai nilai-nilai pendidikan
islam yang terkandung di dalam tradisi tahlilan ini. Yang dituangkan dalam judul
Pamekasan”.
METODE PENELITIAN
kuantitatif.11
ini menyajikan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari informan dan
perilaku yang akan diamati, karena dalam penggunaan metode deskriptif ini dapat
sistematis fakta dan karakteristik subjek atau objek yang diteliti secara tepat,
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui hasil
2. Data Sekunder
11
Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif (Medan: Wal ashri Publishing, 2020), 123
12
Hanisa, “Efektivitas Pengajian Majelis Taklim Dalam Meningkatkan Literasi Al-Qur’an
Masyarakat Di Desa Leppangan Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan”,
(Tesis, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Parepare, 2020), 72
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh
oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data ini
biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya.
Dalam data sekunder terdapat kategori yang digunakan yaitu, data yang berupa
teks, data yang berupa gambar, data yang berupa suara, dan data kombinasi dari
ketiganya.13
1. Observasi
perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah
alami.14
2. Wawancara
13
Jhonatan sarwono, metode penelitia kualitatif dan kuantitatif (yogyakarta: GRAHA ILMU,
2006), 209-210.
14
Ibid., 224.
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua
mereka.15
katanya sudah harus tepat dan tidak dapat di ubah, artinya sudah
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
160.
mengajukan pertanyaan, tetapi itu relatif kecil. Kebebasan pewawancara
3. Dokumentasi
wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh
rekaman.
tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh dan untuk individual atau
sebagainya.17
16
Ibid., 162.
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2014), 176
D. Analisis Data
1. Reduksi data
data dilakukan untuk memilih data mana saja yang berkaitan dengan nilai-
2. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, grafik dan sejenisnya yang
3. Verivikasi data
yang bersifat sementara, dan dapat berubah bila tidak ditemuan bukti yang
18
Yayu Safinah “Penanaman Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Yasin Tahlil Di SMK Al-
KautsarPurwokerto Kabupaten Banyumas”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,
Purwokerto, 2019), 53-54.
1. Perpanjangan keikutsertaan
lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan
Distorsi tersebut mungkin tidak sengaja, dan dipihak lain ada pula
ada distorsi, dan apakah distorsi itu tidak sengaja atau disengaja, disengaja
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 327-
328.
atau tidak, dari mana atau dari siapa sumbernya dan bagaimana strategi
perpanjangan keikutsertaan.
kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri dari
hari dan merupakan alat untuk mencegah usaha coba-coba dari pihak
subjek.
2. Ketekunan pengamatan
dengan berbagai cara dalam mengaitkan proses analisis yang konstan atau
tetap.
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
pokok persoalan yang dilakukan secara terlalu awal. Hal itu mungkin
3. Triangulasi
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling
teoritik.
yang berbeda.
berbeda.
20
Ibid., 329-330.
Sebagaimana dikenal dalam penelitian kualitatif peneliti
peneliti memiliki gaya, persepsi, dan sikap yang berbeda dalam mengamati
21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2014), 219-220.
Triangulasi teoritik adalah memanfaatkan dua teori atau lebih
memiliki nilai kesatuan, seimbang dan Rahmat bagi kebutuhan manusia. Nilai
pendidikan Islam sama halnya dengan nilai-nilai budaya, nilai budaya yang sesuai
dengan anjuran Islam pastinya akan berkesinambungan dengan aturan norma yang
berlaku di masyarakat, hal ini perlu diwariskan kepada generasi muda dan jangan
sampai hilang termakan zaman. Karena nilai pendidikan Islam sangat penting bagi
pembentukan akhlak yang sesuai dengan sumber nilai budaya yang berlaku.
Hal ini juga sejalan dengan teori dari Siti Umi Hanik dari skripsi yang
budaya, yaitu:
22
Ibid,. 221.
a. Nilai Ilahiyah ialah nilai yang Allah sampaikan melalui Wahyu
pada Nabi Muhammad. Nilai ilahiyah adalah nilai yang mutlak dan
insaniyah dibatasi oleh ruang dan waktu. Nilai ini juga akan
untukyang mendukungnya. 23
Nilai pendidikan Islam dalam tradisi tahlilan terdapat tiga komponen yaitu
Iman, Islam, dan Ihsan. Iman mencakup rasa keimanan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Dalam kegiatan tahlil, keimanan termasuk amal yang dilaksanakan oleh
masyarakat. Beriman kepada Allah adalah kebutuhan dasar makhluk sosial satu
ini, beriman kepada Yang Maha Kuasa dan Nabi Muhammad salah satunya
dengan mengimani kitab Al-Qur’an dan Hadits, Islam artinya menserahkan segala
sesuatunya kepada Allah, dalam hal ini Islam berperan untuk menuntun
perkataaan kita dan amal perbuatan kita agar selalu berjalan lurus pada ajaran
Islam. Sedangkan Ihsan yang berarti perbuatan baik untuk beribadah kepada
Allah. Ihsan merupakan pokok yang ketiga dari pendidikan Islam diatas.
yakni Ihsan (berbuat baik) kepada Allah, berbuat baik pada diri sendiri, Ihsan
kepada sesama manusia, dan Ihsan pada sesama makhluk ciptaan Allah lainnya.
23
Siti Umi Hanik, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa Krembangan
Taman Sidoarjo” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2011), 37-38
Sebagaimana dari hasil wawancara beserta observasi yang dilakukan,
bahwasanaya ketiga pokok pendidikan diatas tercakup dalam tradisi tahlilan yang
dengan demikian kegiatan tahlilan ini sangat baik apabila dilaksanakan untuk
mendoakan para kerabat, tetangga, ataupun kedua orang tua yang telah meninggal.
pengetahuan dan nilai Islam kepada generasi muda khususnya masyarakat umum
dan anak-anak yang masih belajar agar mereka dapat berupaya untuk mengetahui
tentang pendidikan Islam yaitu suatu proses transfer ilmu pengetahuan Islam
mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, yakni keselarasan hidup di dunia dan di akhirat, dan tidak lupa juga
untuk mencapai Ridha Allah SWT. Sehingga mereka dapat menghayati, paham
yang tertanam dalam tradisi tahlilan, dan mereka dapat menjadikan hal tersebut
sebagai salah satu kesempatan bagi mereka untuk mengetahui tentang nilai Iman,
Islam, dan Ihsan yang diringkas dalam nilai ukhuwah Islamiyah antar masyarakat.
terhadap suatu perkara yang akan mereka lakukan dan apakah perkara itu baik
24
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), 26.
B. Cara menanamkan menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada
dikatakan sebagai penanaman secara tidak langsung atau mungkin bisa dijadikan
secara langsung jika semisal kita sebagai masyarakat yang lebih tua memberi
pemahaman terhadap terhadap pemuda karena terdapat tiga nilai yang tertanam,
keislaman, keimanan, dan Ihsan. Seperti pada bab diatas yang menjelaskan
tentang ketiga nilai tersebut. Dalam tradisi tahlilan juga terdapat nilai kesosialan
dan nilai silaturrahmi, di Dsn Asampitu sendiri nilai atau rasa kesosialan antar
bisa melalui para jama’ah yang meghadiri acara tahlilan ini, dalam acara tahlilan
pastinya tidak hanya masyarakat dikalangan dewasa yang hadir, namun anak kecil
Hal ini selaras dengan teori dari Andi Warisno dalam artikelnya yang
tradisi tahlilan dapat membentuk umat yang terbina dengan berjamaah dan
bersama yang dapat menciptakan hubungan baik antara orang tua dan anak muda.
Dari kegiatan tersebut akan terciptanya sifat menghormati dan menghargai pada
khususya generasi muda tetang apa itu tradisi tahlilan, tradisi ini merupakan
tradisi yang pasti akan terus dilakukan, karena tradisi tahlila ini bagi yang
tahlilkan oleh orang banyak. Dari hal ini bisa jadi ada orang yang menyadari
bahwa dirnya tidak akan hidup kekal di dunia, terkadang dengan adanya tradisi
tahlilan ini tidak menutup kemungkinan ada sebagian orang yang sadar akan
setiap perbuatannya yang tidak baik dan setelah mengikuti tahlil akan betaubat
mempunyai masalah sosial, sadar akan meninggal dunia juga menjadi alasan
masyarakat mengikuti kegiatan tahlil. Mereka berharap, akan ada feedback baik
25
Andi Warsono, “Tradisi Tahlilan Upaya Menyambung Silaturahmi”, Ri’ayah, Vol. 02, No. 02,
(Juli-Desember, 2017). 76
26
Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi Islam Nusantara
(Jakarta Pusat : Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, 2018), 540
tahlilan di Dsn Asampitu Desa Pademawu Barat Kabupaten
Pamekasan
terdapat faktor-faktor yang ada dalam tradisi tersebut, salah satu hal yang pastinya
Dalam tradisi tahlilan tidak serta merta masyarakat banyak yang mendukung
tentang tradisi ini, terdapat sebagian masyarakat yang tidak menyetujui tentang
tradisi tahlilan ini, namun tidak semua masyarakat menolak tradisi ini. Tradisi
tahlilan yang ada di Dsn Asampitu mendapat banyak dukungan, bahkan mayoritas
adalah orang tua dengan kedudukan tertetu di mata masyarakat dan observasi pada
masyarakat Dsn Asampitu lebih banyak sependapat terhadap tradisi tahlilan ini.
Salah satu faktor pendukung yang terdapat di Dsn Asampitu terkait tradisi tahlilan
ini adalah terlaksananya kegiatan dengan sangat baik dan hampir seluruh
masyarakat di Dsn Asampitu mendukung adanya tradisi tahlil ini, hal ini dapat
dibuktikan melalui banyaknya jama’ah yang hadir untuk ikut menyumbang doa,
penghambat dari tradisi tahlilan ini yang sesuai dengan hasil observasi dan
terdapat kontra mengenai tradisi ini dengan tidak mempercayainya. Namun, hal
ini tidak menjadi polemik yang lebih jauh karena mayoritas masyarakat di Dsn
Asampitu memiliki pemahaman yang tidak hanya mau melestarikan tradisi dari
nenek moyang tentang tahlilan ini, melainkan berusaha atau berikhtiar dalam
rangka mendoakan atau mentahlilkan para kerabat, tetangga, serta orang tua
kepada orang yang meninggal dan diharapkan amal serta ibadah mereka dapat
diterima oleh Allah SWT. dari beberapa pandangan tersebut dapat disimpulkan
masyarakat.
masyarakat sekitar.
ada orang yang meninggal, para masyarakat desa tanpa diperintah akan datang
kediaman orang yang baru saja meninggal dengan membawa buah tangan seperti
suguhan (pettok ghen) pada para jama’ah yang hadir dalam prosesi tahlilan. 27
Kesimpulan
menarik kesimpulan sesuai dengan fokus yang menjadi acuan dalam penelitian ini
Barat Kabupaten Pamekasan. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,
diketahui bahwa nilai yang ditanamkan salah satunya adalah nilai ukhuwah
kesosialan, dan terdapat tiga nilai pokok dalaam pendidikan Islam seperti Iman,
Islam, dan Ihsan, serta terjalinnya nilai Insaniyah yang berkaitan tentang
oleh peneliti, cara menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam melalui tradisi tahlil
generasi muda tentang apa itu tradisi tahlil, memberikan wejangan terhadap
masyarakat mengenai nilai yang terdapat dalam tradisi tahlilan seperti nilai sosial,
27
Tim Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ensiklopedi Islam Nusantara,
539.
Ketiga, Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Dihadapi Pada Saat
Kabupaten Pamekasan. Faktor yang terdapat dalam tradisi tahlil ini yakni, adanya
dukungan dari para tokoh masyarakat yang secara tidak langsung telah ikut
melestarikan tradisi tahlilan ini, karena tradisi ini juga baik apabila dilakukan,
tidak sedikit juga masyarakat yang mendukung tradisi tahlil ini, hal ini dibuktikan
faktor penghambat terdapat sebagian orang dengan keyakinan pribadi yang tidak
menyetujui adanya tradisi tahlilan ini berlangsung, namun hal ini tidak menjadi
Daftar Rujukan
https://wartakota.tribunnews.com/2018/05/03/kiyai-nu-jelaskan-dasar-
hukum-tahlilan-dan-kirim-doa-bagi-orang-meninggal-yang-dianggap-
bidah
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/981
Persada, 1999.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
2016.
Umi Hanik, Siti, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Tahlilan Di Desa
Islam, 2018.