Kontingen Garuda Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

KONTRIBUSI INDONESIA DALAM MISI GARUDA

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kontingen Garuda
Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional
Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut
serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian sejak 1957.
B.  Sejarah Kontingen Garuda
Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara
Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai
turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak
1957.
Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Mesir segera
mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946,
mereka menetapkan resolusi tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan
berdaulat penuh. Pengakuan tersebut adalah suatu pengakuan de jure menurut hukum
internasional.
Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman
Azzam Pasya, mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad Abdul Mun'im, untuk pergi
ke Indonesia. Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan terutama dari
pihak Belanda maka akhirnya ia sampai ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta, dan diterima
secara kenegaraan oleh Presiden Soekarno dan Bung Hatta pada 15 Maret 1947. Ini pengakuan
pertama atas kemerdekaan RI oleh negara asing.
Hubungan yang baik tersebut berlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir dengan
menunjuk HM Rasyidi sebagi Charge d'Affairs atau "Kuasa Usaha". Perwakilan tersebut
merangkap sebagai misi diplomatik tetap untuk seluruh negara-negara Liga Arab. Hubungan
yang akrab ini memberi arti pada perjuangan Indonesia sewaktu terjadi perdebatan di forum
Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB yang membicarakan sengketa Indonesia-
Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung Indonesia.
Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan
mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak pada April 1960. Pada 1956, ketika
Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari
wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim
Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I
atau KONGA I.

Kontingen Garuda I
Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I terdiri
dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT) IV/Diponegoro,
serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang. Kontingen ini dipimpin
oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel Infanteri
Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri Soediono Suryantoro. Kontingen
Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan pesawat C-124 Globe Master dari Angkatan
Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibukota Libanon. Dari Beirut pasukan dibagi dua,
sebagian menuju ke Abu Suweir dan sebagian ke Al Sandhira. Selanjutnya pasukan di El
Sandhira dipindahkan ke Gaza, daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok
Komando berada di Rafah. Kontingen ini mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 29 September
1957. Kontingen Garuda I berkekuatan 559 pasukan.
Kontingen Garuda II
Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II
berada di bawah misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol.Prijatna
(kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei
1961.
Kontingen Garuda III
Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri atas 3.457orang
dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.KONGA III terdiri atas
Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur
bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A. Manan Karim (pernah menjadi Wkl.
Pemred Hr Analisa) turut dalam kontingen Garuda yang bertugas hingga akhir 1963.
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas
Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon
Kavaleri 7 Letkol GA. Manulang, gugur di Kongo.
Kontingen Garuda IV
Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari 1973 pasukan Garuda IV
diberangkatkan ke Vietnam yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo Atmodarminto,
yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan kekuatan 294 orang yang terdiri dari anggota
ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini merupakan Kontingen ICCS
(International Commission of Cantre and Supervision) pertama yang tiba di Vietnam. Tugas
kontingen GAruda IV adalah mencegah pelanggaran-pelanggaran, menjaga status quo,
mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat perang serta mengawali pertukaran tawanan perang.
Kontingen Garuda V
Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Harsoyo.
Kontingen Garuda VI
Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF dan
dipimpin oleh Kol Inf Rudini.Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean. Tugas pokok Kontingen Garuda Indonesia
sebagai peace keeping force atau “Pasukan Pemelihara Perdamaian”. Komposisi Kontingen
tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan 466 orang,
dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis, ditunjuk Mayor
Basofi Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB diberangkatkan pula
Brigadir Jenderal Himawan Sutanto sebagai Komandan Brigade Selatan Pasukan PBB di Timur
Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973. Kontingen Garuda Indonesia VI tiba kembali di
Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur Tengah selama sembilan bulan. Pada tanggal
31 September 1974, Kasum Hankam Marsdya TNI Sudharmono atas nama Menhankam/Pangab
membubarkan Kontingen Garuda Indonesia VI dan selanjutnya diserahkan kepada kesatuan
masing-masing.
Kontingen Garuda VII
Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI S. Sumantri.
Kontingen Garuda VIII/1
Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Art Sudiman Saleh.
Kontingen Garuda VIII/2
Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari kesatuan
KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD 305/Tengkorak-BRIGIF LINUD 17/KOSTRAD, dengan
komandan batalyon Letkol Inf.
Kontingen Garuda VIII/3
Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Untung Sridadi.
Kontingen Garuda VIII/4
Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Suhirno.
Kontingen Garuda VIII/5
Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Kav Susanto Wismoyo.
Kontingen Garuda VIII/6
Konga VIII/6 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/6 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Karma Suparman.
Kontingen Garuda VIII/7
Konga VIII/7 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/7 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Sugiarto.
Kontingen Garuda VIII/8
Konga VIII/8 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/8 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf R. Atmanto.
Kontingen Garuda VIII/9
Konga VIII/9 dikirim ke Timur Tengah pada 1979. Konga VIII/9 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf RK Sembiring Meliala.
Kontingen Garuda IX/1
Konga IX/1 dikirim ke Iran-Irak pada 1988. Konga IX/1 berada di bawah misi UNIIMOG dan
dipimpin oleh Letkol Inf Endriartono Sutarto.
Kontingen Garuda IX/2
Konga IX/2 dikirim ke Iran-Irak pada 1989. Konga IX/2 berada di bawah misi UNIIMOG dan
dipimpin oleh Letkol Inf Fachrul Razi.
Kontingen Garuda IX/3
Konga IX/3 dikirim ke Iran-Irak pada 1990. Konga IX/3 berada di bawah misi UNIIMOG dan
dipimpin oleh Letkol Inf Jhony Lumintang.
Kontingen Garuda X
Konga X dikirim ke Namibia pada 1989. Konga X berada di bawah misi UNTAG dan dipimpin
oleh Kol Mar Amin S.
Kontingen Garuda XI/1
Konga XI/1 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/1 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh Letkol Inf Albert Inkiriwang.
Kontingen Garuda XI/2
Konga XI/2 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/2 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May CZI TP Djatmiko.Setelah Kontingen Garuda XI-1 mengakhiri masa tugasnya
pada tanggal 23 April 1992 kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada Kontingen Garuda
XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-
Kuwait sebagaimana Kontingen Garuda XI-1. Kontingen gelombang kedua ini berangkat pada
tanggal 23 April 1992.Penugasan Kontingen Garuda XI-2 berdasarkan resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor 687 tanggal 3 April 1992 pada paragraf 5 tentang pembentukan dan
tugas-tugas yang dilaksanakan Unikom dan Surat Perintah Panglima ABRI Nomor Sprin
1024/IV/1992.Sebagai Komandan Kontingen Garuda XI-2 adalah Mayor Czi Toto Punto
Jatmiko. Personel anggota Kontingen Garuda XI-2 terdiri dari 6 perwira. Sebagai duta bangsa
prestasi yang berhasil dicapai Kontingen Garuda XI-2 adalah berperan mengembalikan personel
Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di wilayah Kuwait. Di samping itu Kontingen
Garuda XI-2 berhasil membujuk suku Bieloven untuk tidak melaksanakan kegiatan pasar gelap.
Pada tanggal 23 April 1991 Kontingen Garuda XI-2 telah selesai melaksanakan tugas dan
kembali ke tanah air dan mereka kemudian mendapatkan bintang Satyalencana Santi Dharma
dari pemerintah.
Kontingen Garuda XI/3
Konga XI/3 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1993. Konga XI/3 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May Kav Bambang Sriyono.Garuda XI-2 mengakhiri masa tugasnya pada tanggal
23 April 1992, maka Kontingen Garuda XI-3 menggantikan Kontingen Garuda XI-2 untuk
melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait.
Kontingen ini beranggotakan enam orang perwira ABRI di bawah pimpinan Mayor Kav.
Bambang Sriyono. Mereka berangkat ke wilayah Irak-Kuwait pada tanggal 19 April 1993 dan
kembali ke tanah air pada tanggal 25 April 1994.Atas permintaan Dewan Keamanan PBB pada
tanggal 10 Oktober 1993 Pemerintah Indonesia mengirimkan Letkol Inf. Hasanudin sebagai
anggota Staf UNIKOM. Ia termasuk Kontingen Garuda XI/UNIKOM dan berhasil melaksanakan
tugas dengan baik. Pada tanggal 17 Oktober 1994 kontingen ini kembali ke tanah air.
Kontingen Garuda XI/4
Konga XI/4 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1994. Konga XI/4 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May Inf Muh. Mubin.
Kontingen Garuda XI/5
Konga XI/5 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1995. Konga XI/5 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May CPL Mulyono Esa.
Kontingen Garuda XII/A
Konga XII/A dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/A berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Erwin Sujono.
Kontingen Garuda XII/B
Konga XII/B dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/B berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Ryamizard Ryacudu.
Kontingen Garuda XII/C
Konga XII/C dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/C berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Darmawi Chaidir.
Kontingen Garuda XII/D
Konga XII/D dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/D berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Saptaji Siswaya dan Letkol Inf Asril Hamzah Tanjung.Pada tanggal 20
Januari 1993 Kontingen Garuda XII-D diberangkatkan ke Kamboja untuk menggantikan
Kontingen Garuda XII-C. Kontingen Garuda XII-D dipimpin oleh Letkol Inf. Saptdji dan
wakilnya Mayor Inf. Suryo Sukanto. Jumlah personel 850 orang terdiri atas 390 orang dari Yonif
303/SSM Kostrad, 213 orang anggota Korps Marinir TNI AL dan 217 orang anggota ABRI dari
berbagai kesatuan. Selama penugasan terjadi penyusutan lima orang personel, karena tiga orang
menderita kecelakaan ranjau, satu orang kecelakaan lalu lintas dan satu orang sakit. Untuk
menggantikan personel tersebut dikirim 63 orang, sehingga pada akhir penugasan berjumlah 908
personel.
Kontingen Garuda XII
Konga XII dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII berada di bawah misi UNTAC (civil
police) dan dipimpin oleh Kol Pol Drs S Tarigan dan Kol Pol Drs Rusdihardjo.
Kontingen Garuda XIII
Konga XIII dikirim ke Somalia pada 1992. Konga XIII berada di bawah misi UNOSOM dan
dipimpin oleh May Mar Wingky S.
Kontingen Garuda XIV/1
Konga XIV/1 dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993. Konga XIV/1 berada di bawah misi
UNPROFOR dan dipimpin oleh Letkol Inf Eddi Budianto.
Kontingen Garuda XIV/2
Konga XIV/2 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/2 berada di bawah misi UNPROFOR
dan dipimpin oleh Letkol Inf Tarsis K.
Kontingen Garuda XIV/3
Konga XIV/3 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/3 berada di bawah misi UNPROFOR.
Kontingen Garuda XIV/4
Konga XIV/4 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/4 berada di bawah misi UNPROFOR
(civil police) dan dipimpin oleh Letkol Pol Drs Suhartono.
Kontingen Garuda XIV/5
Konga XIV/5 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/5 berada di bawah misi UNPROFOR
dan dipimpin oleh Letkol Art Mazni Harun.
Kontingen Garuda XIV/A
Konga XIV/A dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/A berada di bawah misi UNPROFOR
(Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Heridadi. Konga XIV/A ini merupakan petugas
kesehatan.
Kontingen Garuda XIV/B
Konga XIV/B dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/B berada di bawah misi UNPROFOR
(Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Budi Utoyo. Konga XIV/B ini merupakan petugas
kesehatan.
Kontingen Garuda XIV/C
Konga XIV/C dikirim ke Bosnia pada 1995. Konga XIV/C berada di bawah misi UNPROFOR
(Yon Zeni) dan dipimpin oleh Letkol CZI Anwar Ende. Konga XIV/C ini adalah dari Batalyon
Zeni.
Kontingen Garuda XV
Konga XV dikirim ke Georgia pada 1994. Konga XV berada di bawah misi UNOMIG dan
dipimpin oleh May Kav M Haryanto.
Kontingen Garuda XVI
Konga XVI dikirim ke Mozambik pada 1994. Konga XVI berada di bawah misi UNOMOZ dan
dipimpin oleh May Pol Drs Kuswandi. Kontingen ini terdiri dari 15 pasukan.
Kontingen Garuda XVII
Konga XVII dikirim ke Filipina pada 1994. Kontingen ini bertugas dari 17 Juni 1994 sampai 28
Desember 1994. KONGA XVII dipimpin oleh Brigjen TNI Asmardi Arbi, kemudian digantikan
oleh Brigjen TNI Kivlan Zein, bertugas di Filipina sebagai pengawas genjatan senjata setelah
adanya perundingan antara MNLF pimpinan Nur Misuari dengan pemerintah Filipina.
Kontingen Garuda XVIII
KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997. Kontingen ini terdiri dari 8 perwira
TNI yang dipimpin oleh Mayor Can Suyatno.
Kontingen Garuda XIX/1
Konga XIX/1 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/1 beranggotakan 10 perwira
TNI dipimpin oleh Letkol K. Dwi Pujianto dan bertugas sebagai misi pengamat (observer
mission).
Kontingen Garuda XIX/2
Konga XIX/2 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/2 beranggotakan 10 orang
dipimpin oleh Letkol PSK Amarullah. Konga XIX/2 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XIX/3
Konga XIX/3 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/3 beranggotakan 10 perwira
dipimpin oleh Letkol (P) Dwi Wahyu Aguk. Konga XIX/3 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XIX/4
Konga XIX/4 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/4 beranggotakan 10 perwira
dan dipimpin oleh Mayor CZI Benny Oktaviar MDA. Konga XIX/4 bertugas sebagai misi
pengamat.
Kontingen Garuda XX/A
Konga XX/A dikirim ke Bungo, Kongo pada 6 September 2003 dan bertugas selama 1 tahun.
Konga XX/A berjumlah 175 prajurit dari Kompi Zeni dibawah pimpinan Mayor CZI Ahmad
Faizal.
Kontingen Garuda XX/B
Konga XX/B bertugas di Republik Demokratik Kongo. Konga XX/B berasal dari Kompi Zeni.
Kontingen Garuda XX/C
Konga XX/C dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada 28 September 2005. Konga XX/C
berjumlah 175 personel dan dipimpin Mayor Czi Demi A. Siahaan. Konga XX/C berasal dari
Kompi Zeni.
Kontingen Garuda XX/D
Konga XX/D rencananya akan diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo untuk
menggantikan Konga XX/C yang telah bertugas selama hampir satu tahun. Konga XX/D
berjumlah 175 personel dan dipimpin oleh Mayor Czi Jamalulael. Konga XX/D berasal dari
Kompi Zeni yang terdiri dari kelompok komando 27 orang, tim kesehatan 11 orang, ton bantuan
30 orang, ton 1 Zikon 22 orang, ton 2 Zikon 22 orang, ton 3 Zikon 22 orang dan ton Alberzi 41
orang.
Kontingen Garuda XXI
Kontingen Garuda XXI merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia
(UNMIL)yang terdiri dari perwira AD,AL,AU yang terlatih dalam misi PBB dan mempunyai
kecakapan khusus sebagai pengamat militer (UN military observer).
Konga XXI terdiri dari 3 tahap: Konga XXI-1 dipimpin oleh Letkol Lek Bayu Roostono,
bertugas antara tahun 2003-2004 dalam periode DDRR, pasca perang sipil II.
Konga XXI-2 dipimpin oleh Letkol (L) Putu Angga, bertugas antara tahun 2004-2005 dalam
periode pasca pemilu dan pemilu. Konga XXI-3 dipimpin oleh Letkol (L)Supriatno, bertugas
antara tahun 2005-2006 dalam periode pemulihan keamanan, rekonstruksi dan pemerintahan
demokratis pertama semenjak perang sipil 14 tahun.
Kontingen Garuda XXI dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh Perhimpunan
Masyarakat Indonesia di Liberia (PERMIL).
Kontingen Garuda XXII
Kontingen Garuda XXIII/A
Konga XXIII/A bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL)
dan rencananya akan berangkat pada akhir September 2006 tetapi kemudian ditunda karena PBB
menunda keberangkatan pasukan perdamaian dari negara-negara Asia sehingga akhirnya
pasukan dikembalikan lagi ke kesatuannya masing-masing. Kontingen Garuda XXIII/A dipimpin
oleh Kolonen Surawahadi dan terdiri dari 850 personel TNI. Anak pertama Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono juga ikut serta dalam pasukan ini.
Kontingen Garuda XXIV
KONGA XXIV dikirim ke Nepal pada 2008. Kontingen ini dipimpin oleh Kol Laut (T)
(Anumerta) Sondang Dodi Irawan bertugas sebagai pemeliharan perdamaian dan pengamat
militer
Kontingen Garuda XXV
KONGA XXV dikirim ke Lebanon pada 2008. Kontingen ini dipimpin oleh Letkol CPM Ujang
Marteniz bertugas sebagai misi perdamaian dunia Satgas POM TNI dibawah UNIFIL
Kontingen Garuda XXVI
KONGA XXVII dikirim ke Naquora, Lebanon pada 31 Oktober 2008. Kontingen ini dipimpin
oleh Kolonel Mar Saud P. Tamba Tua bertugas sebagai satuan FHQSU dan INDO FP Coy
mendukung pelayanan dan pengamanan di UNIFIL HQ-Naquora
Kontingen Garuda XXVII
KONGA XXVII dikirim ke Darfur pada 21 Agustus 2008. Kontingen ini dipimpin oleh Mayor
Pnb Destianto Nugroho bertugas sebagai misi pengamat militer (military observer satgas military
staff)
C.    Pengirimaan Pasukan Garuda
Pada tanggal 26 Juli 1956 Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser menasionalisasi Terusan
Suez, akibatnya Inggris dan Perancis yang memiliki saham atas Terusan Suez menjadi marah dan
mengirimkan pasukannya untuk menggempur Mesir. Serangan Inggris dan Perancis yang
dibantu Israel terhadap Mesir sangat membahayakan perdamaian dunia sehingga PBB terpaksa
turun tangan dan mengirimkan pasukan perdamaian. Indonesia mengirimkan pasukan Garuda I
untuk bergabung dengan pasukan negara-negara lain di bawah PBB. Pasukan perdamaian PBB
yang dikirim ke Timur Tengah (Mesir) dinamakan United Nations Emergency Force (U N E F).
Pasukan Garuda I di bawah pimpinan Mayor Sudiyono berkekuatan 550 personil terbagi atas
kesatuan Teriotium IV Diponegoro, Teritorium V Brawijaya dengan komando Letkol Infantri
Suyudi Sumodiharjo Pasukan  Garuda I berhasil  melaksanakan tugasnya dengan baik dan pada
tanggal 12 September 1957 pasukan Garuda I ini membuat Indonesia terus mendapat
kepercayaan dari PBB untuk membantu memelihara perdamaian di berbagai belahan dunia bila
terjadi sengketa, diantaranya sebagai berikut :
1. Pasukan Garuda 11 di bawah pimpinan Kolonel Priyanto diberangkatkan ke Kongo 10
September 1960 untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dengan United Nations
Operation for the Congo (UNOC), bertugas hingga bulan Mei 1961.
2. Pasukan Garuda III di bawah pimpinan Brigjen Kemal juga bertugas di Kongo dari bulan
Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
3. Pasukan Garuda IV di bawah pimpinan Brigjen TNI Wivono, bertugas di Vietnam mulai
bulan Januari 1973 sampai Juli 1972.
4. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Kolonel Rudini dan wakilnya Mayor Basofi
Sudirman dikirim ke Timur Tengah pada tanggal 3 Desember 1973.
5. Pasukan Garuda VII di bawah pimpinan Brigjen Sukemi Sumantrio bertugas di Vietnam
dari bulan AF 1974 sampai November 1974, kemudian digantikan Pasukan Garuda VlIi di
bawah pimpinan Brigjen T, Bambang Sumantri dari bulan November 1974 sampai bulan Juni
1975. Pada tahun ini pula pasuka perdamaian PBB untuk Vietnam ICCS
(IntemasionalCommision for Control and Supervision) ditarik mend. sefelah seluruh Vietnam
jatuh ke tangan Vietnam Utara atau Vietkong yang berhaluan komunis.
6. Pasukan Garuda VIII di bawah pimpinan Kolonel Gunawan Wibisono, Kontingen
Garuda VI dan V bergabung dalam pasukan perdamaian PBB yang diberi nama United Nations
Emergency Force (UNIEF)
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB memiliki
alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
dan kedua sesuai dengan politik Luar Ngeri Indonesia bebas aktif.

D.    Tujuan Pengriman Kontingen Garuda


Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan sejumlah peran
dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia
adalah dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda
(KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2015 Indonesia telah mengirimkan kontingen
Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke duapuluh enam (XXVI).
Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB memiliki
alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
dan kedua sesuai dengan politik Luar Negeri Indonesia bebas aktif, diantaranya :
1. Ikut serta sebagai anggota Dewan Keamanan PBB
2. Mewujudkan Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
3. Menyesuaikan Landasan Konstitusional Indonesia ( Pembukaan UUD 1945)
4. Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

E.     Misi Pemeliharaan Perdamaian Kontingen Garuda


Sejak tahun 1957 sampai sekarang Pasukan Garuda sudah melahirkan setidaknya 26 Kontingen
Garuda diantaranya Kontingen Garuda I, Kontingen Garuda II, Kontingen Garuda III, Kontingen
Garuda IV, Kontingen Garuda V, Kontingen Garuda VI, sampai dengan Kontingen Garuda
XXVI-C2 yang memiliki misi yang berbeda-beda namun tujuannya yang sama yaitu mencapai
perdamaian dunia sesuail UDD 1945.
Pengiriman Misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957. Pengiriman Misi
Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di Timur Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan
Suez yang dilakukan oleh Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai
akibatnya, pertikaian menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut
yang berkepentingan dalam masalah Suez. Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel
melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia
sehingga Dewan Keamanan PBB 216 Kelas XII SMA/MA turun tangan dan mendesak pihak-
pihak yang bersengketa untuk berunding. Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Kanada
Lester B.Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan PBB untuk memelihara perdamaian
di Timur Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan pada tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB
membentuk sebuah komando PBB dengan nama United Nations Emergency Forces (UNEF).
Pada tanggal 8 November Indonesia menyatakan kesediannya untuk turut serta menyumbangkan
pasukan dalam UNEF. Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah
pasukan yang berkuatan satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari kesatuan-kesatuan
Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia untuk UNEF yang
diberinama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957.
Untuk kedua kalinya Indonesia mengirimkan kontingen untuk diperbantukan kepada United
Nations Operations for the Congo (UNOC) sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini
terkait munculnya konflik di Kongo (Zaire sekarang). Konflik ini muncul berhubungan dengan
kemerdekaan Zaire pada bulan Juni 1960 dari Belgia yang justru memicu pecahnya perang
saudara. Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB membentuk
Pasukan Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali ini di sebut “Garuda II” yang terdiri
atas Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut.
Pasukan Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10 September 1960 dan menyelesaikan
tugasnya pada bulan Mei 1961. Tugas pasukan Garuda II di Kongo kemudian digantikan oleh
pasukan Garuda III yang bertugas dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964. Peran
aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut, ketika meletus perang saudara
antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB untuk mengirim pasukannya sebagai
pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga stabilitas politik di kawasan Indocina yang
terus bergolak akibat perang saudara tersebut, PBB membentuk International Commission of
Control and Supervission (ICCS) sebagai hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun
1973. Komisi ini terdiri atas empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia, Kanada dan Polandia.
Tugas ICCS adalah mengawasi pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak yang bertikai.
Pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut sebagai Pasukan Garuda IV
yang berkekuatan 290 pasukan, bertugas di Vietnam dari bulan Januari 1973, untuk kemudian
diganti dengan Pasukan Garuda V, dan kemudian pasukan Garuda VII. Pada tahun 1975 Pasukan
Garuda VII ditarik dari Vietnam karena seluruh Vietnam jatuh ketangan Vietcong (Vietnam
Utara yang komunis).
Pada tahun 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF diaktifkan lagi dengan kurang
lebih 7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-kesatuan Australia, Finlandia, Swedia, Irlandia,
Peru, Panam, Senegal, Ghana dan Indonesia. Kontingen Indonesia semula berfungsi sebagai
pasukan pengamanan dalam perundingan antara Mesir dan Israel. Tugas pasukan Garuda VI
berakhir 23 September 1974 untuk digantikan dengan Pasukan Garuda VIII yang bertugas
hingga tanggal 17 Februari 1975.

BAB III
PENUTUP
A.    KEIMPULAN
Sejak tahun 1975 hingga kini dapat dicatat peran Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia
semakin berperan aktif, ditandai dengan didirikannya Indonesian Peace Security Centre
(IPSC/Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia) pada tahun 2012, yang didalamnya terdapat
unit yang mengelola kesiapan pasukan yang akan dikirim untuk menjaga perdamaian dunia
(Standby Force).

B.     SARAN
Dari penjelasan di atas masih banyak misi dan visi yang harus dilakukan pasukan kontingen
garuda dalam mencapai perdamaian dunia dan butuh suatu kerja keras agar  kedepannya
Indonesia dapat menjadi contoh dan patokan bagi negara lain dalam hal menciptakan perdamaian
yang abadi dan keadilan sosial bagi seluruh warga negaranya.

DAFTAR PUSTAKA
a. https://id.wikipedia.org/wiki/Kontingen_Garuda
b. http://www.gurusejarah.com/2015/01/pengiriman-pasukan-garuda.html
c. http://historia-rockgill.blogspot.sg/2011/12/pengiriman-pasukan-garuda-i.html
d. http://pejuang-blog.blogspot.sg/2009/03/kontingen-garudakonga.html
e. http://gieschoo.blogspot.sg/2008/09/kontingen-pasukan-garuda-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai