Fix Askep Fraktur Collum Femur IGD
Fix Askep Fraktur Collum Femur IGD
Fix Askep Fraktur Collum Femur IGD
Pembimbing Akademik :
Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB
Disusun oleh :
Eki Heryadi (P07120522008)
Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah yang Berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Bp. M dengan Diagnosa Close Fraktur Collum Dextra di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten”
Hari/tanggal :
Mengetahui,
A. Latar Belakang
A. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksaan Asuhan keperawatan Kegawatdaruratan pada pasien
Ny. S dengan diagnose Close Fraktur Collum Femur Dextra di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Soeradji Tirtonegoro.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam menerapkan asuhan keperawatan kritis yang bermutu pada klien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum femur Dextra.
b. Tujuan khusus
i. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
ii. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur
Dextra
iii. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
diagnosis medis F raktur Collum Femur Dextra
iv. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada Pasien dengan diagnosis
medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
v. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
vi. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra Mampu
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
B. Etiologi
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi
proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur
dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh
dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung,
yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah (Helmi;Z.
Noor, 2012).
C. PATOFISIOLOGI
Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik karena
kecelakaan bermotor ataupun jatuh dari ketinggian menyebabkan rusak atau
putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu keadaan patologik tulang
seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang menurun, tulang
rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis jaringan tulang yang dapat
merusak periosteum dimana pada dinding kompartemen tulang tersebut
terdapat saraf-saraf sehingga dapat timbul rasa nyeri yang bertambah bila
digerakan. Fraktur terbagi 3 grade menurut kerusakan jaringan tulang. Grade
1 menyebabkan kerusakan kulit. Grade II fraktur terbuka yang disertai
dengan kontusio kulit dan otot terjadi edema pada jaringan. Grade III
kerusakan pada kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah (Muttaqin;Arif,
2008). Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut tidak
dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur. Pada saat
tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah di kortex, sumsum tulang dan
jaringan lunak sekitar menjadi rusak. Perdarahan terjadi dari ujung yang
rusak dan dari jaringan lunak sekitar (otot). Kemudian hematom
terbentuk dalam medullary canal, antara ujung daerah fraktur dan dibawah
periosteum. Jaringan tulang dengan segera mendekatkan kepada daerah
tulang yang mati. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon inflamasi
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma, lekositosis dan infiltrasi dari
sel darah putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga
terjadinya spasme otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan
menimbulkan nyeri, gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada
kulit (Noor, Helmi; 2012.
Sumber : Mahbub rahmadani, 2017 PATHWAYS
a. Fraktur Intertrochanter
Fraktur Intertrochanter terjadi apabila garis fraktur melintang dari trochanter
mayor ke trochanter minor. Kemungkinan penyatuan pada fraktur ini lebih besar
dibandingkan dengan fraktur jenis intrakapsular dan kemungkinan
komplikasinya juga lebih kecil.
b. Fraktur Subtrochanter
Fraktur Subtrochanter terjadi apabila fraktur terjadi di sebelah bawah dari
trochanter. Perdarahan yang mungkin terjadi pada fraktur ini cenderung lebih
hebat dibandingkan dengan fraktur collum femur lainnya karena banyaknya
anastomosis cabang arteri femoral medial dan lateral di area subtrochante
d. Stadium IV
Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced total atau seluruh
fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen capital terpisah sempurna
dari fragmen distal dan kembali ke posisi normalnya pada asetabulum dimana
fragmen distal berotasi lateral dan bergeser ke atas dan ke anterior ke fragmen
proksimal.
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur (Muttaqin; 2009),
yakni:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya. Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:
a. rotasi pemendekan tulang;
b. penekanan tulang.
2. Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
4. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)
5. Tenderness
6. Nyeri
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi
8. Pergerakan abnormal
9. Syok hipovolemik
10. Krepitasi (Black, 1993:199).
G. Komplikasi
Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita komplikasi umum seperti
thrombosis vena dalam, emboli paru, pneumonia dan ulkus dekubitus. (Dr.Cokorda
Gde, 2018)
1. Nekrosis avascular
Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 30 kasus dengan
fraktur pergeseran dan 10 persen pada fraktur tanpa pergeseran. Hampir tidak
mungkin untuk mendiagnosisnya pada saat fraktur baru terjadi. Perubahan pada
sinar-x mungkin tidak nampak hingga beberapa bulan bahkan tahun. Baik
terjadi penyatuan tulang maupun tidak, kolaps dari caput femoris akan
menyebabkan nyeri dan kehilangan fungsi yang progresif. (Dr.Cokorda Gde,
2018)
2. Non-union
Lebih dari 30 persen kasus fraktur collum femur gagal menyatu, terutama pada
fraktur dengan pergeseran. Penyebabnya ada banyak: asupan darah yang buruk,
reduksi yang tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan penyembuhan yang
lama. (Dr.Cokorda Gde, 2018)
3. Osteoartritis
Nekrosis avaskular atau kolaps kaput femur akan berujung pada osteoartritis
panggung. Jika terdapat kehilangan pergerakan sendi serta kerusakan yang
meluas, maka diperlukan total joint replacement.(Dr.Cokorda Gde, 2018)
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menega gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga terjadinya spasme
otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan menimbulkan nyeri,
gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada kulit (Noor, Helmi; 2012)
Diagnosis fraktur collum femur adalah :
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus
mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang
normal)
Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2. Bone scanning
Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau
infeksi. Bone scandadalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang,
tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan
bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%. Bone scanning
dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone
scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang,
tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan
sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.
INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
N
SDKI SLKI SIKI
O
1. Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Intervensi utama
berhubungan Keluhan nyeri 1. Manajemen nyeri
dengan agen menurun 2. Pemberian analgesik
cidera fisik Meringis menurun Intervensi pendukung
(fraktur) Gelisah menurun 1. Pemantaun nyeri
Kesulitan tidur 2. Edukasi manajemen
menurun nyeri
Pola nafas membai9k 3. Pengaturan posisi
Kemampuan 4. Edukasi proses penyakit
menuntaskan 5. Edukasi teknik nafas
aktivitas meningkat 6. Manajemen kenyamanan
lingkungan
7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat
intravena
POST OPERASI
NO SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Tingkat nyeri (L.08066) Intervensi utama
berhubungan 1. Manajemen nyeri
Keluhan nyeri
dengan post
pembedahan. menurun 2. Pemberian analgesik
Meringis menurun Intervensi pendukung
Gelisah menurun 1. Pemantaun nyeri
Kesulitan tidur 2. Edukasi manajemen nyeri
menurun 3. Pengaturan posisi
Pola nafas 4. Edukasi proses penyakit
membai9k 5. Edukasi teknik nafas
Kemampuan 6. Manajemen kenyamanan
menuntaskan lingkungan
aktivitas meningkat 7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat intravena
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pengkajian
Pengkajian Umum
Tanggal pengkajian : 31 Januari 2023
Tanggal Masuk : 31 Januari 2023
Jam : 09.00 WIB
Pengkajian Oleh : Eki Heryadi (P07120522008)
Sumber Data : Pasien, Anak pasien, rekam medis dan tim kesehatan
Unit : IGD (Instalasi Gawat Darurat)
DPJP : dr. Suci, Sp.OT (K)
Metode Pengumpulan Data : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen
A. Identitas Pasien
Nama lengkap : Bp. M
Tempat/tanggal lahir : Klaten, 20 Agustus 1947
Status perkawinan : Menikah
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Dx medis : Close Fraktur Collum Dextra
No RM : 113xxxx
Riwayat Alergi : Tidak Ada
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Hubungan dengan pasien: Anak
Alamat : Klaten
Pekerjaan :Wiraswasta
Pengkajian Dasar
A. Fokus Assesment
Keadaan Umum : Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15)
Status Gizi :TB = 160 cm IMT= 23,4375 (Gizi
Baik)
BB = 60 Kg
Tanda Vital :TD = 172/96 mmHg SPO2 = 99 %
Nadi = 89 x/mnt Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 januari
2023 pasien mengeluh nyeri punggung sampai kelutut
bagian kanan
B. Sekunder Assesment
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan pada hari Selasa tanggal 31 Januari
2023 pukul 07.00 WIB pasien terjatuh di depan rumah.
Pasien merasakan nyeri dipunggung sebelah kanan
sampai dengan lutut. Setelah kejadian pasien dalam
keadaan sadar penuh, dan pasien sudah rontgen pelvis di
RSI Cawas dan disarankan berobat ke IGD RSUP Dr
Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk mendapat penanganan
lebih lanjut pada pukul 13.35 WIB.
Riwayat Penyakit Dahulu : Saat dilakukan pengkajian. Pasien mengatakan pasien
tidak memiliki Riwayat penyakit lain dan pasien tidak
pernah menjalani prosedur jenis operasi
Riwayat Penyakit Keluarga : Saat dilakukan pengkajian. Pasien mengatakan tidak ada
riwayat keluarga yang menderita patah tulang.
C. Primary Survey
AIRWAY
Tidak terdapat sumbatan jalan nafas (bebas) pada bagian hidung/mulut, suara nafas normal,
tidak terdapat suara nafas tambahan
BREATHING
Pola nafas teratur (regular), frekuensi nafas 20 x/menit, SPO2 98 %, bunyi nafas vesikuler dan
tidak terdapat retraksi otot bantu nafas.
CIRCULATION
Pasien tampak pucat, nadi carotis teraba, HR 81 x/menit (teratur), TD : 107/78 mmhg, suhu :
36,7 C, CRT <2 detik
DISABILITY
Tingkat kesadaran klien Compos mentis dengan nilai GCS 15 (E 4V5M6), reaksi pupil positif
terhadap cahaya, kekuatan otot ekstremitas :
5555 5555
3333 5555
D. Secondary Survey
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat hematoma,
luka, maupun kelainan bentuk tulang.
b. Mata
Tidak terdapat luka pada mata dan lingkaran mata, pupil isokor, konjunctiva
mata tidak anemis, sklera mata tidak ikterus.
c. Telinga
Tidak terdapat luka ditelinga, tidak ada benda asing yang masuk ke telinga
lubang telinga
d. Hidung
Tidak terdapat cairan seperti darah dan luka di hidung maupun benda asing,
tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
e. Leher
Tidak ada nyeri tekan di leher.
f. Dada/ Paru
- Inspeksi : struktur dada simetris, pasien tidak terdapat otot bantu napas,
tidak ada luka
- Aukultasi : tidak terdapat suara tambahan dan suara napas vesikuler
- Palpasi : tidak terdapat krepitasi
- Perkusi : Suara paru sonor
g. Abdomen
- Inspeksi : dinding abdomen simetris, tidak ada bekas luka / luka
- Aukultasi : bising usus normal 18x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdapat suara timpani
h. Genetalia
Genetalia simetris, tidak terdapat luka garukan, pembengkakan, massa maupun
varises.
i. Ekstremitas
1. Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari. Capilary refill < 2 detik,
turgor kulit baik. Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kiri sejak tanggal 31
Januari 2023.
2. Bawah
Fraktur collum femur dextra yang dibuktikan pada hasil rontgen pelvis,
pasien mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, skala nyeri 6, perdarahan
(-) Kekuatan otot ekstremitas :
5555 5555
3333 5555
j. Kulit
Tidak ada luka, bekas luka, dan tidak terdapat infeksi jamur pada kulit.
A. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Lab Hasil Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin *9,70 14-18 g/dl
Hematokrit *28,0 37-52 %
Lekosit 8,99 4.8-10.8 ribu/ul
Trombosit 299 150-450 ribu/ul
Eritrosit *3,17 4.70-6.20 juta/ul
Index Eritrosit
RDW-CV 13,1 10.0-15.0 %
MCV 88,3 80.0-99.0 fL
MCH 30,6 27-31 pg
MCHC 34,6 33.0-37.0 %
Hitung Jenis Lekosit
Neutrofil * 81.40 50-70 %
Limfosit * 8.60 20-40 %
Monosil * 9.20 2-8 %
Eisonofil 0.60 1-3 %
Basofil 0.20 0-1
HEMATOLOGI
PT (Pasien) 13,8 12.0-18.0 detik
Elektrolit
Natrium (Na) *135.4 136-145 mmol/L
Kalium (K) * 2.86 3.50-5.10 mmol/L
Klorida (Cl) * 93.2 98-107 mmol/L
2. EKG :
Hasil EKG Normal : Sinus Rhythm
3. Fhoto Thorax
Kesan :
Cardiomegali, Bronkitis DD Bronkopneumonia
4. Fhoto Pelvis
5. Therapi Pengobatan
Hari/ Nama Obat Dosis dan Rute Jam Pemberian
Tanggal Satuan
Selasa RL 20 tpm IV 14.30 WIB
31 Januari Plug
Ranitidine 50 mg/ 12 jam IV 14.36 WIB
2023 Ketorolac 30 mg/ 8 jam IV 14.37 WIB
B. Analisa Data
Pasien Bp. M di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
DATA PENYEBAB MASALAH
Tanggal 31 Januari 2023 Nyeri Akut Agen Pencedera
Pukul 14,35 WIB (SDKI 2017, D.0077) Fisik (close frature
DS : collum femur dextra)
- Pasien mengatakan kaki kanan atas (SDKI 2017,
bagian punggung mengalami nyeri. D.0077)
P : nyeri disebabkan karena close
fracture collum femur dextra
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar ke tubuh
R : pada bagian kaki kanan bagian
atas
S : skala nyeri 6 dan bertambah
jika bergerak
T : nyeri dirasakan secara terus-
menerus
DO :
- KU : Sedang, pasien tampak
meringis kesakitan
- Kesadaran : compos mentis, GCS :
(E : 4, V : 5, M : 6)
- TD = 107/78 mmHg
Nadi = 81 x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 98 %
- Klien tampak meringis
- Hasil rontgen pelvis pada tanggal
31 Januari 2023 terdapat hasil Cf
collum femur dextra
- Kadar hemoglobin 9.70 g/dl
DO :
- Kekuatan otot ektremitas :
5555 5555
3333 5555
TTD
(Eki)
E. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pasien Bp.M di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Hari, DX Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa, Nyeri Akut 13.38 1. Mengkaji skala nyeri Selasa, 31/01/2023 : 16.00 WIB
31/01/2023 berhubungan 13.39 2. Mengkaji faktor yang S :
dengan memperberat nyeri - Pasien mengatakan kaki kanan atas bagian
Agen 13.40 3. Memonitor tanda-tanda punggung mengalami nyeri.
Pencedera vital P : nyeri disebabkan karena close fracture
Fisik (close 13.42 4. Memberikan kolaborasi collum femur dextra seperti ditusuk-tusuk dan
frature pemberian obat menjalar ke tubuh
collum 13.50 5. Mengajarkan teknik R : pada bagian kaki kanan bagian atas
femur napas dalam S : skala nyeri 5 dan bertambah jika bergerak
dekstra) T : nyeri dirasakan secara terus- menerus
(SDKI 2017, - pasien mengatakan paham bagaimana cara
D.0077) melakukan teknik relaksasi napas dalam.
- Pasien mengatakan tidak nyeri saat diberikan
injeksi obat
O:
- KU : Sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V :
5, M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 107/78 mmHg
Nadi = 81 x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 98 %
- Hasil pemeriksaan rontgen terdapat close
fraktur collum femur dextra
- Pasien tampak mengikuti dan
mempraktekkan teknik napas dalam
- Telah diberikan injeksi Ketorolac 30 mg/8
jam melalui rute IV
- Telah diberikan injeksi Ranitidine 50 mg/12
jam melalui rute IV
- Aliran infus lancar
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri dan faktor yang
memperberat nyeri
- Memonitor tanda-tanda vital
- Menganjurkan untuk melakukan teknik napas
dalam untuk megurangi nyeri
TTD
(Eki)
Selasa, Gangguan Mobilitas 14.35 1. Memonitor tanda-tanda Selasa, 31/01/2023 : 16.00 WIB
31/01/2023 Fisik berhubungan vital S:
dengan Kerusakan 14.36 2. Menanyakan pasien - Pasien mengatakan sudah lebih nyaman dengan
Integritas Struktur adanya nyeri atau tirah baring posisi supinasi
Tulang (SDKI 2017, keluhan fisik lainnya - Pasien mengatakan merasa cemas saat
D.0054) 14.40 3. Menganjurkan keluarga menggerakkan anggota badan karena takut kaki
untuk membantu pasien kanannya ikut bergeser.
dalam meningkatkan - Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan
pergerakan bagian atas saat bergerak.
O:
- KU : Sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V :
5, M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 107/78mmHg
Nadi = 81 x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 98 %
- Kekuatan otot ektremitas :
5555 5555
3333 5555
- Klien tampak membutuhkan bantuan orang
lain saat beraktifitas
- Telah dilberikan posisi supinasi pada kaki
kiri untuk mencegah terjadinya pergeseran
tulang
A : Gangguan Mobilitas Fisik teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda-tanda vital
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Anjurkan keluarga untuk membantu pasien saat
akan melakukan mobilisasi atau pergerakan
TTD
(Eki)
4.
BAB IV
ANALISA JURNAL
A. Analisa Jurnal
1. Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Kenyamanan: Nyeri di Ruang IGD
RSUD Dr.Moewardi
2. Peneliti : Elly Apriliya Tri Utami1 Mellia Silvy Irdianty, S.Kep., Ns., M.PH2
3. Abstrak Penelitian :
Abstrak
4. Analisa PICOT
P (Patient/Population) Jumlah responden yang dilakukan penelitan sebanyak 1
responden.
I (Intervention) Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam kurang lebih 15 menit .
C (Comparation) -
O (Outcome) Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa pengelolaan
asuhan keperawatan pasien fraktur dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan kenyamanan: nyeri dengan
masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan
relaksasi nafas dalam selama 15 menit didapatkan hasil
penurunan skala dari skala 5 menjadi skala 4
T (Time) Studi kasus ini dilaksanakan pada tahun 2020 selama 1 x
8 jam
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada Bp. M dengan Close Fraktur
collum femur dextra didapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature femur sinistra)
(SDKI 2017, D.0077)
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur Tulang
(SDKI 2017, D.0054)
Yang telah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 hari didapatkan hasil :
Diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature collum
femur dextra) teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam nyeri
menurun yang ditandai dengan nyeri sedikit berkurang dari skala 6 menjadi skala 5, pasien
mengatakan lemas sudah berkurang dan pasien bisa melakukan teknik napas dalam untuk
mengurangi nyeri.
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur
Tulang teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam tingkat
mobilitas fisik meningkat ditandai dengan pasien sudah lebih nyaman telah diajarkan tirah
baring posisi supinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Lela, Reza Reskita (2018), Jurnal Apikes Citra Medika Surakarta, 9 (2),
262-266.
Handiyani, H. (1998a) ‘Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur’, Jurnal
Keperawatan Indonesia, 1(4), p. 137. doi: 10.7454/JKI.V1I4.87.
Doenges (2000) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. EGC
Muttaqin;Arif (2008) ‘Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal’.
Noor, H. (2012) ‘BUKU AJAR GANGGUAN MUSKULOSKELETAL’.
Helmi, Z. N. (2012) Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Rockdown, C. . dan Green, D. P. (2015) Rockwood and Green’s Fracture in
Adults. Diedit oleh C. M. Brown dan J. D. Heckman. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins..
Blauth, M., Kates, S. . dan Nicholas, J. A. (2018) Osteoporotic Fracture Care
Medical and Surgical Management. Davos: AO Foundation.
Dr.Cokorda Gde, ;2018 (2018) ‘FRAKTUR NECK FEMUR Oleh Dr. Cokorda
Gde Oka Dharmayuda, Sp.OT (K)’.
Suriya, M. dan Zuriati (2019) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Pada Sistem Musukuloskeletal Aplikasi NANDA NIC & NOC.
Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Handayani, S., Arifin, H., & Manjas, M. (2019). Kajian Penggunaan Analgetik pada
Pasien Pasca Bedah Fraktur di Trauma Centre RSUP M. Djamil Padang.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 6( 2), 113.
https://doi.org/10.25077/jsfk.6.2.113-120.2019
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus
Pusat PPNIKriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Program Studi D3
Keperawatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta
Tahun 2020
2
Universitas Kusuma Husada Surakarta, Dosen Prodi D3
Abstrak