Fix Askep Fraktur Collum Femur IGD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

Bp. M DENGAN DIAGNOSA CLOSE FRAKTUR COLLUM DEXTRA DI


INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO
KLATEN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gawat Darurat

Pembimbing Akademik :
Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun oleh :
Eki Heryadi (P07120522008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022/ 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah yang Berjudul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Bp. M dengan Diagnosa Close Fraktur Collum Dextra di
Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Gawat Darurat

Nama : Eki Heryadi

Hari/tanggal :

Tempat : Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Soeradji


Tirtonegoro Klaten

Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. Harmilah, S.Pd, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah gangguan paling sering dialami dan menjadi salah


satu masalah terbanyak yang dijumpai di tempat fasilitas kesehatan
di seluruh dunia. Fraktur diartikan sebagai suatu diskontinuitas susunan
jaringan pada tulang yang disebabkan karena adanya trauma atau keadaan
patologis. Trauma fraktur pada susunan tulang biasanya dikarenakan tekanan
yang tidak bisa ditahan oleh tulang, selain dari faktor traumatik fraktur juga
pada tulang lemah akibat trauma minimal disebut dengan frakturi patologis
(Handiyani, 1998a).
Menurut World Health Organization (WHO) mendata pada bulan Mei
2015akibatkecelakaanlalulintasadakira-kira ±1,25 juta orang meninggal dunia
setiap tahunnyadan puluhan juta orang terluka, sebanyak 48% dari
kematian lalu lintas jalan global usia antara usia 15 sampai 44 tahun.
Salah satu dari penyebab kematian adalah patah tulang atau fraktur dan tidak
sedikit sebagian menimbulkan cacat sebagai akibat dari cedera mereka. Dari
hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS) mencatat prevalensi kejadian di
Indonesia yang mengalami cedera fraktur sebanyak 8,2 %. Pada tahun 2013
di provinsi Jawa Timur prevalensi cedera fraktur adalah 9,3% (Taradita,
Rahmadian and Sahputra, 2018).
Fraktur sekstremitas bawah disebabkan suatu kondisi terputusnya
kontinuitas susunan tulang pada sekitar kedua bagian alat gerak bawah.
Fraktur collum femori merupakan suatu kondisi terputusnya akontinuitas
tulang yang biasa disebut panggul yaitu antara aregiointerthrocanter dan ujung
permukaan artikuler caput femur. Fraktur ini meningkat seiring dengan
bertambahnnya usia yaitu banyak terjadi pada usia lanjut sekitar usia 70-80
tahun. Cara penanganan operasi dalam mengelola fraktur collum femori yang
sering di pertimbangkan adalah hemiarthroplasty atau total hiparthroplasty,
reduksi dan fiksasi internal.
Nyeri pada pasien yang mengalami Fraktur collum femur sereta adanya
kerusakan integritas jaringan menyebabakan pasien enggan bergerak . Namun
hal tersebut tidak dianjurkan daalm proses penyembuhan pasien fraktur collum
femur, karena bila individu tidak mampu melakukan ambulasi terjadi
komplikasi lainnya yaitu perdrahan, cedera organ dalam, infeksi luka, emboli
lemak , sindroma pernapasan dan kemungkinan terburuk adalah morbiditas
jangka lama serta kecacatan (Deiartama and Aryana, 2017).

Berdasarkan penjelasan dari data yang sudah dikemukakan, dapat diambil


kesimpulan bahwa asuhan keperawatan adalah suatu hal yang berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta memandang kebutuhan
manusia dari segi biopsiko sosial spiritual, dituntut untuk terus menerus dalam
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya agar mampu berperan
dalam menangani kasus ini sesuai dengan ilmu yang telah dimiliki guna
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Oleh karena itun penulis tertarik
untuk menyusun laporan kasus pada Bp. M dengan diagnose Close Fraktur
Collum Femur Dextra di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro.

A. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksaan Asuhan keperawatan Kegawatdaruratan pada pasien
Ny. S dengan diagnose Close Fraktur Collum Femur Dextra di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Soeradji Tirtonegoro.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam menerapkan asuhan keperawatan kritis yang bermutu pada klien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum femur Dextra.
b. Tujuan khusus
i. Mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
ii. Mampu melakukan pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur
Dextra
iii. Mampu menerapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
diagnosis medis F raktur Collum Femur Dextra
iv. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada Pasien dengan diagnosis
medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
v. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
vi. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra Mampu
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan diagnosis medis Close Fraktur Collum Femur Dextra
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi


menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup (closed) yaitu
bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (open) yaitu
bila kulit yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar fraktur jenis ini
sangat rentan terhadap kontaminasi dan infeksi. Fraktur adalah putusnya
hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan (E. Oerswari, 1989:144).
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang
dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis (Handiyani, 1998a).
Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang
terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah
mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian
proksimal dari intertrokanter (FKUI-RSCM, 2008). Fraktur leher femur,
disebut juga sebagai fraktur collum femoris, merupakan salah satu klasifikasi
dalam kategori hip fracture atau fraktur panggul. Penyebab utama fraktur
leher femur adalah trauma, namun mekanisme trauma dapat dibedakan pada
kategori populasi lanjut usia dan muda.(Handiyani, 1998)

B. Etiologi

Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih
sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi
proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur
dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya penderita jatuh
dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung,
yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah (Helmi;Z.
Noor, 2012).

Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:


1. Cedera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat
berbagai keadaan berikut, yakni:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif,
c. Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet,
biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan
Yaitu dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada
tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang
bertugas di bidang kemiliteran (Greenspan, 2000).

C. PATOFISIOLOGI
Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik karena
kecelakaan bermotor ataupun jatuh dari ketinggian menyebabkan rusak atau
putusnya kontinuitas jaringan tulang. Selain itu keadaan patologik tulang
seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang menurun, tulang
rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis jaringan tulang yang dapat
merusak periosteum dimana pada dinding kompartemen tulang tersebut
terdapat saraf-saraf sehingga dapat timbul rasa nyeri yang bertambah bila
digerakan. Fraktur terbagi 3 grade menurut kerusakan jaringan tulang. Grade
1 menyebabkan kerusakan kulit. Grade II fraktur terbuka yang disertai
dengan kontusio kulit dan otot terjadi edema pada jaringan. Grade III
kerusakan pada kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah (Muttaqin;Arif,
2008). Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut tidak
dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur. Pada saat
tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah di kortex, sumsum tulang dan
jaringan lunak sekitar menjadi rusak. Perdarahan terjadi dari ujung yang
rusak dan dari jaringan lunak sekitar (otot). Kemudian hematom
terbentuk dalam medullary canal, antara ujung daerah fraktur dan dibawah
periosteum. Jaringan tulang dengan segera mendekatkan kepada daerah
tulang yang mati. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon inflamasi
ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma, lekositosis dan infiltrasi dari
sel darah putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga
terjadinya spasme otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan
menimbulkan nyeri, gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada
kulit (Noor, Helmi; 2012.
Sumber : Mahbub rahmadani, 2017 PATHWAYS

Trauma Langsung Trauma Tdk Langsung Kondisi Patologis

Fr. Collum Femur


Diskontinus Tulang Pembedaha
Kerusakan arteri n
retinakulares, jar. lunak Intraoperatif Postoperatif
Pergeseran fragmen Pendarahan
Kerusakan
tulang fragmen tulang Lesi pd kulit Risiko syok Luka insisi Risiko infeksi
Luka insisi

Perubahan Jaringan Spasme otot Tek sumsum tulang


Reaksi Stress Pendarahan Lesi pd kulit
sekitar Pendarahan Risiko infeksi
Pelepasan Kerusakan
tek kapiler Kerusakan
ketelokalamin integritas kulit
Pelepasan histamin Edema integritas kulit
Deformutas Fg.
Protein Plasma Mobilasi asam
lemak Risiko syok Penekanan Pemb.
Terganggu
darah Menurunnya fg
Hambatan
Mobilitas Edema Gabung dg sendi, otot,
Fisik trombosit Nyeri Akut ligament collm
Penekanan Pemb. fensur
darah
Ansietas Emboli
Nyeri akut Gabung dg Risiko diskolokasi Hambatan Hambatan
trombosit sendi coxae Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik

Suplai Darah Paralisi

Ketidakefektifan perfusi Risiko nekrotik avaskular Risiko sindrom disuse


jaringan perifer
D. KLASIFIKASI FRAKTUR COLLUM FEMUR

Berdasarkan lokasi anatomisnya fraktur collum femoris dapat dibedakan menjadi:


1. Fraktur Intrakapsular
Fraktur intrakapsular atau fraktur femur proksimal merupakan suatu keadaan
dimana pembuluh darah pada bagian proksimal femur terganggu sehingga
menyebabkan penyatuan kembali atau union pada fraktur terhambat.
Fraktur intrakapsular sendiri dapat dibagi berdasarkan daerah collum femur yang dilalui
oleh garis fraktur menjadi:
a. Fraktur Subkapital
Fraktur subkapital terjadi apabila garis fraktur yang melewati collum femur berada
tepat di bawah caput femur.
b. Fraktur Transervikal
Fraktur Transervikal terjadi apabila garis fraktur melewati setengah atau
pertengahan collum femur. Fraktur subkapital dan transervikal biasanya dapat
mengakibatkan terganggunya aliran darah pada caput femur sehingga biasanya
tatalaksana pada fraktur ini adalah penggantian caput femur.
c. Fraktur Basiliar atau Basiservikal
Fraktur Basiliar terjadi apabila garis fraktur melewati bagian basis collum femur.
Fraktur pada daerah ini tidak mengganggu vaskularisasi caput femur sehingga
biasanya tidak perlu dilakukan penggantian caput femur.
2. Fraktur Ekstrakapsular
Fraktur ekstrakapsular meliputi fraktur yang terjadi pada daerah intertrochanter dan
daerah subtrochanter.

a. Fraktur Intertrochanter
Fraktur Intertrochanter terjadi apabila garis fraktur melintang dari trochanter
mayor ke trochanter minor. Kemungkinan penyatuan pada fraktur ini lebih besar
dibandingkan dengan fraktur jenis intrakapsular dan kemungkinan
komplikasinya juga lebih kecil.
b. Fraktur Subtrochanter
Fraktur Subtrochanter terjadi apabila fraktur terjadi di sebelah bawah dari
trochanter. Perdarahan yang mungkin terjadi pada fraktur ini cenderung lebih
hebat dibandingkan dengan fraktur collum femur lainnya karena banyaknya
anastomosis cabang arteri femoral medial dan lateral di area subtrochante

Gambar 1. 1 Fraktur intrakapsular ekstrakapsular Sumber: (Lois Solomon, 1995)

Menurut Garden pada tahun 1961 mengklasifikasikan fraktur collum femoris


berdasarkan stadium dari derajat displacement yang terlihat pada foto xray. Klasifikasi
ini memberikan informasi tentang derajat kerusakan korteks posterior dan inferior dan
juga menentukan apakah retinakulum posterior yang merupakan struktur dimana
pembuluh darah utama menuju caput femur masih menempel atau tidak, selain itu juga
berperan dalam membantu menentukan prognosis dari stadium fraktur yang terjadi
(Esmi and Lestari, 2017). Stadium fraktur collum femur dibagi menjadi:
a. Stadium I
Pada stadium ini terdapat fraktur incomplete pada collum atau fraktur impaksi
valgus tanpa displasia tulang, selain itu terdapat pula eksternal rotasi dari
fragmen distal dan trabekula tulang medial dari caput membuat sudut lebih dari
1800 dengan korteks medial dari femur.
b. Stadium II
Pada stadium ini terdapat fraktur complete pada collum tanpa disertai displaced
tulang. Fragmen distal pada posisi yang normal dengan fragmen proksimal dan
trabekula medial pada caput membentuk sudut sekitar 1600 dengan korteks
femur medial.
c. Stadium III
Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced sebagian dari
fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen distal berotasi kearah lateral
dan fragmen proksimal miring ke varus dan berotasi kearah medial, selain itu
trabekula medial dari caput tidak pada tempatnya pada pelvis.

d. Stadium IV
Pada stadium ini terdapat fraktur complete dengan displaced total atau seluruh
fragmen tulang yang mengalami fraktur. Fragmen capital terpisah sempurna
dari fragmen distal dan kembali ke posisi normalnya pada asetabulum dimana
fragmen distal berotasi lateral dan bergeser ke atas dan ke anterior ke fragmen
proksimal.

Gambar 1. 2 Klasifikasi menurut Garden

Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel. Klasifikasi


ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang
horizontal pada posisi tegak (Esmi and Lestari, 2017), yaitu dibagi menjadi:
a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal

Gambar 1. 3 Klasifikasi menurut Pauwell

E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur (Muttaqin; 2009),
yakni:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya. Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:
a. rotasi pemendekan tulang;
b. penekanan tulang.
2. Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
4. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)
5. Tenderness
6. Nyeri
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi
8. Pergerakan abnormal
9. Syok hipovolemik
10. Krepitasi (Black, 1993:199).

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun


pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat
menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit
sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya
hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan
disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi
netral (Muttaqin, 2009).
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan
menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan
pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan
jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri
bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan
(Muttaqin; 2009).

F. TANDA DAN GEJALA

1. Tampak pembengkakan di femur


Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.

2. Nyeri tekan dan sakit ketika digerakkan


Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
3. Deformitas
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
4. Krepitasi
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
5. Fungsileosa (gangguan fungsi)
6. Spasme otot
Tanda dan gejala lain:
1) Kehilangan sensori
2) Mobilitas yang abnormal
3) Hypovolemik shock

G. Komplikasi

Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita komplikasi umum seperti
thrombosis vena dalam, emboli paru, pneumonia dan ulkus dekubitus. (Dr.Cokorda
Gde, 2018)
1. Nekrosis avascular

Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 30 kasus dengan
fraktur pergeseran dan 10 persen pada fraktur tanpa pergeseran. Hampir tidak
mungkin untuk mendiagnosisnya pada saat fraktur baru terjadi. Perubahan pada
sinar-x mungkin tidak nampak hingga beberapa bulan bahkan tahun. Baik
terjadi penyatuan tulang maupun tidak, kolaps dari caput femoris akan
menyebabkan nyeri dan kehilangan fungsi yang progresif. (Dr.Cokorda Gde,
2018)
2. Non-union

Lebih dari 30 persen kasus fraktur collum femur gagal menyatu, terutama pada
fraktur dengan pergeseran. Penyebabnya ada banyak: asupan darah yang buruk,
reduksi yang tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan penyembuhan yang
lama. (Dr.Cokorda Gde, 2018)

3. Osteoartritis
Nekrosis avaskular atau kolaps kaput femur akan berujung pada osteoartritis
panggung. Jika terdapat kehilangan pergerakan sendi serta kerusakan yang
meluas, maka diperlukan total joint replacement.(Dr.Cokorda Gde, 2018)

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menega gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga terjadinya spasme
otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan menimbulkan nyeri,
gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada kulit (Noor, Helmi; 2012)
Diagnosis fraktur collum femur adalah :
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus
mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
 Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
 Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
 Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera
maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang
normal)
 Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2. Bone scanning
Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau
infeksi. Bone scandadalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang,
tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan
bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%. Bone scanning
dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone
scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang,
tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan
sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam
waktu 24 jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur
biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema
intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy,
temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang
kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan
akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.
4. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
 Darah rutin,
 Faktor pembekuan darah,
 Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
 Urinalisa,
 Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren
ginjal).
5. Pemeriksaan Arteriografi
Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
I. Pencegahan
Fraktur collum femur dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat dan
menghindari faktor-faktor resiko seperti berikut ini :
1. Mencegah jatuh
2. Mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D setiap hari.
3. Berjalan, naik tangga, angkat beban, atau olahraga setiap hari.
4. Konsultasi dengan dokter Anda tentang memiliki kepadatan mineral tulang
(BMD) tes (mendeteksi osteoporosis secara dini)
5. Memakai pelindung dan menerapkan protokol keselamatan ketika berpartisipasi
dalam olahraga ekstrim seperti bersepeda downhill atau bermain ski.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur collum femoris harus dimulai secepat mungkin setelah
terjadinya trauma terutama pencegahan pergerakan tungkai atau imobilisasi. Karena
apabila tidak tepat saat mengubah posisi pasien dapat menyebabkan fraktur yang
semula sederhana menjadi kompleks.
Penatalaksanaan untuk pasien berusia 60 tahun kebawah yang mengalami
fraktur adalah fiksasi internal dan reduksi tertutup. Untuk pasien berusia 60 keatas
disarankan dilakukan hip arthroplasty. Tujuan dari pengklasifikasian adalah pada
pasien berusia 60 tahun kebawah mobilitasnya masih cukup tinggi dibandingkan
dengan usia 60 tahun keatas, untuk menurunkan resiko terjadinya komplikasi dan
pembentukan tulang kembali pada usia dewasa muda masih mungkin terjadi.
(Dr.Cokorda Gde, 2018)
K. Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
b) Gangguan mobilitas frisik b.d Kerusakan Integritas Struktur Tulang
 Post Operasi
a) Nyeri berhubungan dengan post pembedahan.
b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post
pembedahan.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
N
SDKI SLKI SIKI
O
1. Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Intervensi utama
berhubungan  Keluhan nyeri 1. Manajemen nyeri
dengan agen menurun 2. Pemberian analgesik
cidera fisik  Meringis menurun Intervensi pendukung
(fraktur)  Gelisah menurun 1. Pemantaun nyeri
 Kesulitan tidur 2. Edukasi manajemen
menurun nyeri
 Pola nafas membai9k 3. Pengaturan posisi
 Kemampuan 4. Edukasi proses penyakit
menuntaskan 5. Edukasi teknik nafas
aktivitas meningkat 6. Manajemen kenyamanan
lingkungan
7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat
intravena

2. Gangguan Mobilitas fisik (L.05042) Intervensi utama


mobilitas frisik  Pergerakan 1. Dukungan ambulasi
b.d Kerusakan ekstremitas 2. Dukungan mobilisasi
Integritas meningkat Intervensi pendukung
Struktur  Kekuatan otot 1. Pembidaian
Tulang meningkat 2. Pencegahan jatuh
 Rentang gerak 3. Pengaturan posisi
(ROM) meningkat 4. Pemberoanobat
 Nyeri menurun intravena
 Kecemasan menurun 5. Manajemen nyeri
 Kaku sendi menurun
 Gerakan tidak
terkoordinasimenurun
 Gerakan terbatas
menurun
 Kelemahan fisik
menurun

POST OPERASI
NO SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Tingkat nyeri (L.08066) Intervensi utama
berhubungan 1. Manajemen nyeri
 Keluhan nyeri
dengan post
pembedahan. menurun 2. Pemberian analgesik
 Meringis menurun Intervensi pendukung
 Gelisah menurun 1. Pemantaun nyeri
 Kesulitan tidur 2. Edukasi manajemen nyeri
menurun 3. Pengaturan posisi
 Pola nafas 4. Edukasi proses penyakit
membai9k 5. Edukasi teknik nafas
 Kemampuan 6. Manajemen kenyamanan
menuntaskan lingkungan
aktivitas meningkat 7. Manajemen medikasi
8. Pemberian obat
9. Pemberian obat intravena

Gangguan Integritas kulit dan Intervensi utama


integritas kulit jaringan (L.14125) 1. Perawatan integritas kulit
berhubungan
dengan trauma  Nyeri menurun 2. Perawatan luka
jaringan post  Perdarahan menurun Intervensi pendukung
pembedahan.  Kemerahan menurun 1. Perawatan area insisi
 Hematoma menurun 2. Dukungan perawatan diri
 Perfusijaringan 3. Pemberian obat intrvena
membaik 4. Edukasiprogram
 Hidrasi meningkat pengobatan
5. Manajemen nyeri
6. Perawatan imobilisasi

Resiko infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Intervensi utama


berhubungan 1. Pencegahan infeksi
 Kemerahan menurun
dengan luka
operasi  Nyeri menurun Intervensi pendukung
 Bengakak menurun 1. Pemantauan tanda vital
 Kadar sel darah 2. Perawatan area insisi
putih membaik 3. Perawatan luka
 Cairan berbau 4. Edukasi pencegahan luka
busuk menurun tekan
 Vesikel menurun 5. Dukungan pemeliharaan
 Kebersihan badan dirumah
meningkat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pengkajian
Pengkajian Umum
Tanggal pengkajian : 31 Januari 2023
Tanggal Masuk : 31 Januari 2023
Jam : 09.00 WIB
Pengkajian Oleh : Eki Heryadi (P07120522008)
Sumber Data : Pasien, Anak pasien, rekam medis dan tim kesehatan
Unit : IGD (Instalasi Gawat Darurat)
DPJP : dr. Suci, Sp.OT (K)
Metode Pengumpulan Data : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen

A. Identitas Pasien
Nama lengkap : Bp. M
Tempat/tanggal lahir : Klaten, 20 Agustus 1947
Status perkawinan : Menikah
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Dx medis : Close Fraktur Collum Dextra
No RM : 113xxxx
Riwayat Alergi : Tidak Ada
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Hubungan dengan pasien: Anak
Alamat : Klaten
Pekerjaan :Wiraswasta
Pengkajian Dasar
A. Fokus Assesment
Keadaan Umum : Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15)
Status Gizi :TB = 160 cm IMT= 23,4375 (Gizi
Baik)
BB = 60 Kg
Tanda Vital :TD = 172/96 mmHg SPO2 = 99 %
Nadi = 89 x/mnt Suhu = 36,5 °C
RR = 20 x/mnt
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 januari
2023 pasien mengeluh nyeri punggung sampai kelutut
bagian kanan

B. Sekunder Assesment
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan pada hari Selasa tanggal 31 Januari
2023 pukul 07.00 WIB pasien terjatuh di depan rumah.
Pasien merasakan nyeri dipunggung sebelah kanan
sampai dengan lutut. Setelah kejadian pasien dalam
keadaan sadar penuh, dan pasien sudah rontgen pelvis di
RSI Cawas dan disarankan berobat ke IGD RSUP Dr
Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk mendapat penanganan
lebih lanjut pada pukul 13.35 WIB.
Riwayat Penyakit Dahulu : Saat dilakukan pengkajian. Pasien mengatakan pasien
tidak memiliki Riwayat penyakit lain dan pasien tidak
pernah menjalani prosedur jenis operasi
Riwayat Penyakit Keluarga : Saat dilakukan pengkajian. Pasien mengatakan tidak ada
riwayat keluarga yang menderita patah tulang.
C. Primary Survey
AIRWAY

Tidak terdapat sumbatan jalan nafas (bebas) pada bagian hidung/mulut, suara nafas normal,
tidak terdapat suara nafas tambahan

BREATHING

Pola nafas teratur (regular), frekuensi nafas 20 x/menit, SPO2 98 %, bunyi nafas vesikuler dan
tidak terdapat retraksi otot bantu nafas.

CIRCULATION

Pasien tampak pucat, nadi carotis teraba, HR 81 x/menit (teratur), TD : 107/78 mmhg, suhu :
36,7 C, CRT <2 detik

DISABILITY

Tingkat kesadaran klien Compos mentis dengan nilai GCS 15 (E 4V5M6), reaksi pupil positif
terhadap cahaya, kekuatan otot ekstremitas :
5555 5555
3333 5555

D. Secondary Survey
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat hematoma,
luka, maupun kelainan bentuk tulang.
b. Mata
Tidak terdapat luka pada mata dan lingkaran mata, pupil isokor, konjunctiva
mata tidak anemis, sklera mata tidak ikterus.
c. Telinga
Tidak terdapat luka ditelinga, tidak ada benda asing yang masuk ke telinga
lubang telinga
d. Hidung
Tidak terdapat cairan seperti darah dan luka di hidung maupun benda asing,
tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
e. Leher
Tidak ada nyeri tekan di leher.
f. Dada/ Paru
- Inspeksi : struktur dada simetris, pasien tidak terdapat otot bantu napas,
tidak ada luka
- Aukultasi : tidak terdapat suara tambahan dan suara napas vesikuler
- Palpasi : tidak terdapat krepitasi
- Perkusi : Suara paru sonor
g. Abdomen
- Inspeksi : dinding abdomen simetris, tidak ada bekas luka / luka
- Aukultasi : bising usus normal 18x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdapat suara timpani
h. Genetalia
Genetalia simetris, tidak terdapat luka garukan, pembengkakan, massa maupun
varises.
i. Ekstremitas
1. Atas
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari. Capilary refill < 2 detik,
turgor kulit baik. Terpasang infus RL 20 tpm ditangan kiri sejak tanggal 31
Januari 2023.
2. Bawah
Fraktur collum femur dextra yang dibuktikan pada hasil rontgen pelvis,
pasien mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, skala nyeri 6, perdarahan
(-) Kekuatan otot ekstremitas :
5555 5555
3333 5555

j. Kulit
Tidak ada luka, bekas luka, dan tidak terdapat infeksi jamur pada kulit.
A. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Lab Hasil Normal
HEMATOLOGI

Hematologi Rutin
Hemoglobin *9,70 14-18 g/dl
Hematokrit *28,0 37-52 %
Lekosit 8,99 4.8-10.8 ribu/ul
Trombosit 299 150-450 ribu/ul
Eritrosit *3,17 4.70-6.20 juta/ul
Index Eritrosit
RDW-CV 13,1 10.0-15.0 %
MCV 88,3 80.0-99.0 fL
MCH 30,6 27-31 pg
MCHC 34,6 33.0-37.0 %
Hitung Jenis Lekosit
Neutrofil * 81.40 50-70 %
Limfosit * 8.60 20-40 %
Monosil * 9.20 2-8 %
Eisonofil 0.60 1-3 %
Basofil 0.20 0-1
HEMATOLOGI
PT (Pasien) 13,8 12.0-18.0 detik

INR 0.91 1.0-1.52 detik


APTT 30.40 25.0-34.0 detik
IMUNOSEROLOGI
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
Fungsi Ginjal
BUN 13.4 7.0-18.0 mg/dl
Kreatinin 0.80 0.70-1.10 mg/dl
Ureum 28.6 19.0 – 44.0 mg/dl

Elektrolit
Natrium (Na) *135.4 136-145 mmol/L
Kalium (K) * 2.86 3.50-5.10 mmol/L
Klorida (Cl) * 93.2 98-107 mmol/L
2. EKG :
Hasil EKG Normal : Sinus Rhythm
3. Fhoto Thorax
Kesan :
Cardiomegali, Bronkitis DD Bronkopneumonia
4. Fhoto Pelvis

Hari/ Tanggal Kesan/Interpretasi


Hasil :
Selasa - Tampak CF Collum Femur Dex
31 Januari 2023 - Kaput masih berada di acetabulum
- Trochanter bergeser anteromedial
- Sendi coxae kiri tampak baik
kesimpulan :
CF Collum Femur Dex

5. Therapi Pengobatan
Hari/ Nama Obat Dosis dan Rute Jam Pemberian
Tanggal Satuan
Selasa RL 20 tpm IV 14.30 WIB
31 Januari Plug
Ranitidine 50 mg/ 12 jam IV 14.36 WIB
2023 Ketorolac 30 mg/ 8 jam IV 14.37 WIB

B. Analisa Data
Pasien Bp. M di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
DATA PENYEBAB MASALAH
Tanggal 31 Januari 2023 Nyeri Akut Agen Pencedera
Pukul 14,35 WIB (SDKI 2017, D.0077) Fisik (close frature
DS : collum femur dextra)
- Pasien mengatakan kaki kanan atas (SDKI 2017,
bagian punggung mengalami nyeri. D.0077)
P : nyeri disebabkan karena close
fracture collum femur dextra
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar ke tubuh
R : pada bagian kaki kanan bagian
atas
S : skala nyeri 6 dan bertambah
jika bergerak
T : nyeri dirasakan secara terus-
menerus
DO :
- KU : Sedang, pasien tampak
meringis kesakitan
- Kesadaran : compos mentis, GCS :
(E : 4, V : 5, M : 6)
- TD = 107/78 mmHg
Nadi = 81 x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 98 %
- Klien tampak meringis
- Hasil rontgen pelvis pada tanggal
31 Januari 2023 terdapat hasil Cf
collum femur dextra
- Kadar hemoglobin 9.70 g/dl

Tanggal 31 Januari 2023 Gangguan Kerusakan Integritas


Pukul 14.35 WIB Mobilitas Struktur Tulang
DS : Fisik (SDKI 2017,
- Pasien mengeluh sulit (SDKI 2017, D.0054) D.0054)
menggerakan kaki kanan bagian
atas.
- Pasien mengatakan merasa cemas
saat menggerakkan anggota badan
kare takut kaki kanannya ikut
bergeser.
- Pasien mengatakan nyeri pada kaki
kanan bagian atas saat bergerak.

DO :
- Kekuatan otot ektremitas :
5555 5555
3333 5555

- Gerakan kaki kanan pasien


tampak terbatas untuk
menghindari kerusakan pada
struktur tulang.
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (Close frature collum
femur dekstra) (SDKI 2017, D.0077)
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur
Tulang (SDKI 2017, D.0054)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pasien Bp.M di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I.08238)
Observasi
dengan Agen Pencedera asuhan keperawatan 1 x 8
jam, maka tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Fisik (close frature collum b. Identifikasi skala nyeri
menurun dengan kriteria
femur dextra) (SDKI 2017, hasil : c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

a. Keluhan nyeri menurun Terapeutik :


D.0077)
b. Meringis menurun a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (napas

c. Gelisah menurun dalam)


d. Sulit tidur menurun b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

e. Pola tidur membaik c. Fasilitasi istirahat dan tidur


(L.08066) Edukasi :
TTD a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (napas
(Eki) dalam)
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN AMBULASI (I.06171)


Observasi :
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1 x 8
jam, maka Gangguan a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Kerusakan Integritas b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
mobilitas fisik meningkat
Terapeutik :
Struktur Tulang (SDKI kriteria hasil:
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat
a. Pergerakan ektremitas tidur)
2017, D.0054) meningkat b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
b. Rentang gerak c. Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
meningkat pergerakan
Edukasi :
c. Nyeri menurun
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
d. Kelemahan fisik b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
menurun (L.05042) c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

TTD

(Eki)
E. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pasien Bp.M di IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Hari, DX Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa, Nyeri Akut 13.38 1. Mengkaji skala nyeri Selasa, 31/01/2023 : 16.00 WIB
31/01/2023 berhubungan 13.39 2. Mengkaji faktor yang S :
dengan memperberat nyeri - Pasien mengatakan kaki kanan atas bagian
Agen 13.40 3. Memonitor tanda-tanda punggung mengalami nyeri.
Pencedera vital P : nyeri disebabkan karena close fracture
Fisik (close 13.42 4. Memberikan kolaborasi collum femur dextra seperti ditusuk-tusuk dan
frature pemberian obat menjalar ke tubuh
collum 13.50 5. Mengajarkan teknik R : pada bagian kaki kanan bagian atas
femur napas dalam S : skala nyeri 5 dan bertambah jika bergerak
dekstra) T : nyeri dirasakan secara terus- menerus
(SDKI 2017, - pasien mengatakan paham bagaimana cara
D.0077) melakukan teknik relaksasi napas dalam.
- Pasien mengatakan tidak nyeri saat diberikan
injeksi obat
O:
- KU : Sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V :
5, M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 107/78 mmHg
Nadi = 81 x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 98 %
- Hasil pemeriksaan rontgen terdapat close
fraktur collum femur dextra
- Pasien tampak mengikuti dan
mempraktekkan teknik napas dalam
- Telah diberikan injeksi Ketorolac 30 mg/8
jam melalui rute IV
- Telah diberikan injeksi Ranitidine 50 mg/12
jam melalui rute IV
- Aliran infus lancar
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Monitor skala nyeri dan faktor yang
memperberat nyeri
- Memonitor tanda-tanda vital
- Menganjurkan untuk melakukan teknik napas
dalam untuk megurangi nyeri

TTD

(Eki)
Selasa, Gangguan Mobilitas 14.35 1. Memonitor tanda-tanda Selasa, 31/01/2023 : 16.00 WIB
31/01/2023 Fisik berhubungan vital S:
dengan Kerusakan 14.36 2. Menanyakan pasien - Pasien mengatakan sudah lebih nyaman dengan
Integritas Struktur adanya nyeri atau tirah baring posisi supinasi
Tulang (SDKI 2017, keluhan fisik lainnya - Pasien mengatakan merasa cemas saat
D.0054) 14.40 3. Menganjurkan keluarga menggerakkan anggota badan karena takut kaki
untuk membantu pasien kanannya ikut bergeser.
dalam meningkatkan - Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan
pergerakan bagian atas saat bergerak.
O:
- KU : Sedang
- Kesadaran : compos mentis, GCS : (E : 4, V :
5, M : 6)
- Pasien tampak meringis kesakitan
- TD = 107/78mmHg
Nadi = 81 x/mnt
Suhu = 36,7 °C
RR = 20 x/mnt
SPO2 = 98 %
- Kekuatan otot ektremitas :
5555 5555
3333 5555
- Klien tampak membutuhkan bantuan orang
lain saat beraktifitas
- Telah dilberikan posisi supinasi pada kaki
kiri untuk mencegah terjadinya pergeseran
tulang
A : Gangguan Mobilitas Fisik teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda-tanda vital
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Anjurkan keluarga untuk membantu pasien saat
akan melakukan mobilisasi atau pergerakan

TTD

(Eki)
4.
BAB IV
ANALISA JURNAL

A. Analisa Jurnal
1. Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Kenyamanan: Nyeri di Ruang IGD
RSUD Dr.Moewardi
2. Peneliti : Elly Apriliya Tri Utami1 Mellia Silvy Irdianty, S.Kep., Ns., M.PH2
3. Abstrak Penelitian :
Abstrak

Fraktur merupakan 10 kasus terbesar di IGD RSUD Dr.Moewardi Surakarta dengan


prevelensi 439 kejadian pada tahun 2019. Fraktur tersebut merupakan kejadian yang
menyebabkan gangguan fisioologis dan psikologis dan salah satu manifestasi klinik
dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri ialah gejala yang seringkali ditemukan pada
gangguan muskuloskeletal. Nyeri pada penderita fraktur sifatnya tajam dan menusuk.
Salah satu teknik untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan relaksasi nafas dalam.
Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien
fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan kenyamann: nyeri. Jenis
penelitian ini dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam
studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan fraktur. Hasil studi kasus ini
menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pasien fraktur dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan kenyamanan: nyeri dengan masalah keperawatan nyeri akut
yang dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam selama 15 menit didapatkan hasil
penurunan skala dari skala 5 menjadi skala 4. Rekomendasi tindakan terapi relaksasi
nafas dalam efektif dilakukan pada pasien fraktur.

Kata Kunci : Fraktur, Nyeri Akut, Relaksasi Nafas Dalam

4. Analisa PICOT
P (Patient/Population) Jumlah responden yang dilakukan penelitan sebanyak 1
responden.
I (Intervention) Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam kurang lebih 15 menit .
C (Comparation) -
O (Outcome) Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa pengelolaan
asuhan keperawatan pasien fraktur dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan kenyamanan: nyeri dengan
masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan
relaksasi nafas dalam selama 15 menit didapatkan hasil
penurunan skala dari skala 5 menjadi skala 4
T (Time) Studi kasus ini dilaksanakan pada tahun 2020 selama 1 x
8 jam
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada Bp. M dengan Close Fraktur
collum femur dextra didapatkan dua diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature femur sinistra)
(SDKI 2017, D.0077)
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur Tulang
(SDKI 2017, D.0054)
Yang telah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 hari didapatkan hasil :
Diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (close frature collum
femur dextra) teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam nyeri
menurun yang ditandai dengan nyeri sedikit berkurang dari skala 6 menjadi skala 5, pasien
mengatakan lemas sudah berkurang dan pasien bisa melakukan teknik napas dalam untuk
mengurangi nyeri.
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas Struktur
Tulang teratasi sebagian yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 8 jam tingkat
mobilitas fisik meningkat ditandai dengan pasien sudah lebih nyaman telah diajarkan tirah
baring posisi supinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Lela, Reza Reskita (2018), Jurnal Apikes Citra Medika Surakarta, 9 (2),
262-266.
Handiyani, H. (1998a) ‘Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur’, Jurnal
Keperawatan Indonesia, 1(4), p. 137. doi: 10.7454/JKI.V1I4.87.
Doenges (2000) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. EGC
Muttaqin;Arif (2008) ‘Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Muskuloskeletal’.
Noor, H. (2012) ‘BUKU AJAR GANGGUAN MUSKULOSKELETAL’.
Helmi, Z. N. (2012) Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Rockdown, C. . dan Green, D. P. (2015) Rockwood and Green’s Fracture in
Adults. Diedit oleh C. M. Brown dan J. D. Heckman. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins..
Blauth, M., Kates, S. . dan Nicholas, J. A. (2018) Osteoporotic Fracture Care
Medical and Surgical Management. Davos: AO Foundation.
Dr.Cokorda Gde, ;2018 (2018) ‘FRAKTUR NECK FEMUR Oleh Dr. Cokorda
Gde Oka Dharmayuda, Sp.OT (K)’.
Suriya, M. dan Zuriati (2019) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Pada Sistem Musukuloskeletal Aplikasi NANDA NIC & NOC.
Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Handayani, S., Arifin, H., & Manjas, M. (2019). Kajian Penggunaan Analgetik pada
Pasien Pasca Bedah Fraktur di Trauma Centre RSUP M. Djamil Padang.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 6( 2), 113.
https://doi.org/10.25077/jsfk.6.2.113-120.2019
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus
Pusat PPNIKriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Program Studi D3
Keperawatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta
Tahun 2020

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur


Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Kenyamanan:
Nyeri di Ruang IGD RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Elly Apriliya Tri Utami1 Mellia Silvy Irdianty, S.Kep., Ns.,


M.PH2

Universitas Kusuma Husada Surakarta, Mahasiswa D3 keperawatan


1

2
Universitas Kusuma Husada Surakarta, Dosen Prodi D3

Keperawatan Email: [email protected]

Abstrak

Fraktur merupakan 10 kasus terbesar di IGD RSUD Dr.Moewardi Surakarta


dengan prevelensi 439 kejadian pada tahun 2019. Fraktur tersebut merupakan
kejadian yang menyebabkan gangguan fisioologis dan psikologis dan salah satu
manifestasi klinik dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri ialah gejala yang seringkali
ditemukan pada gangguan muskuloskeletal. Nyeri pada penderita fraktur sifatnya
tajam dan menusuk. Salah satu teknik untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan
relaksasi nafas dalam. Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada pasien fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman
dan kenyamann: nyeri. Jenis penelitian ini dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien
dengan fraktur. Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa pengelolaan asuhan
keperawatan pasien fraktur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan
kenyamanan: nyeri dengan masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan
tindakan relaksasi nafas dalam selama 15 menit didapatkan hasil penurunan
skala dari skala 5 menjadi skala 4. Rekomendasi tindakan terapi relaksasi nafas
dalam efektif dilakukan pada pasien fraktur.

Kata Kunci : Fraktur, Nyeri Akut, Relaksasi Nafas Dalam


PENDAHULUAN Pada pasien fraktur dalam
penatalaksanaan nyeri meliputi terapi
World Health Organization (WHO)
farmakologi dan non farmakologi.
mencatat terdapat lebih dari 5 juta orang
Terapi farmakologi meliputi pemberian
meninggal setiap tahunnya dan sekitar 1,3
obat analgesik jenis obat yang
juta orang mengalami kecacatan fisik karena
meringankan rasa nyeri. Terapi
fraktur. Riset Kesehatan Dasar
nonfarmakologi meliputi distraksi,
(RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan DepKes RI (2018) di terapi, relaksasi, hipnoterapi, pemijatan,
Indonesia kasus fraktur terjadi disebabkan tusuk jarum, aroma terapi serta kompres
oleh cedera karena kecelakaan lalu lintas
dingin.
yang mengakibatkan kecacatan permanen
bahkan hingga kematian. Di Indonesia fraktur
karena kecelakaan lalu lintas tercatat 2,2% Berdasarkan latar belakang tersebut
dandi provinsi Jawa Tengah 2,3%. Prevelensi maka penulis tertarik untuk mengambil
di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta yaitu
kasus dengan judul : “Asuhan
sebanyak 439 kejadian pada tahun 2019.
Keperawatan Pada Pasien Fraktur
Fraktur menyebabkan terputusnya Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa
kontuinitas jaringan tulang baik yang Aman dan Kenyamanan: Nyeri di Ruang
bersifat total ataupun sebagian yang Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.
diakibatkan oleh trauma ataupun tenaga Moewardi Surakarta”
fisik. Salah satu manifestasi dari fraktur
METODE
adalah nyeri. Nyeri ialah gejala yang sering
Penelitian ini menggunakan
ditemukan pada gangguan muskuloskeletal.
metode deskriptif dengan desain studi
Nyeri pada penderita fraktur bersifat tajam
kasus. Penelitian ini dilakukan di
dan menusuk. Nyeri biasanya ditimbulkan
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD
oleh kerusakan jaringan akibat spasme otot
Dr. Moewardi Surakarta. Adapun
atau penekanan pada saraf sensoris.
subjek penelitian ini adalah pasien
Rasa nyeri merupakan stressor yang Fraktur dengan masalah nyeri
dapat menyebabkan stress dan ketegangan
dimana individu dapat berespon secara HASIL PENELITIAN
biologis dan perilaku yang menimbulkan
Berdasarkan hasil pengkajian pada
respon fisik dan psikis (Suwondo, 2017).
tanggal 22 Februari 2020 pukul 09.00
WIB didapatkan hasil Data primer: (1)
Airway : pasien terlihat sadar
composmentis, tidak ada sumbatan jalan
nafas, tidak ada sputum ataupun
lendir dijalan nafas. (2) Breathing: pasien angulasi ke lateral, disertai soft
terlihat nafas spontan, tidak ada otot bantu tissues lost sweeling dan emfisema
pernafasan, tidak ada jejas. (3) Circulation: subkutis.
kondisi akral teraba hangat, mukosa kulit Diagnosa keperawatan yang
lembab, CRT <2 detik, nadi teraba kuat, nadi ditemukan adalah nyeri akut
90x/menit, TD : 120/90x/menit. (4) berhubungan dengan agen pencedera
Disability: kesadaran pasien composmentis, fisiologis dibuktikan dengan tampak
pasien terlihat kesakitan, komunikasi lancar, meringis, gelisah, bersikap protektif,
GCS E4V5M6. (5) Exposure: terdapat luka sulit tidur.
lecet siku sebelah kanan, luka lecet pada Intervensi yang dibuat berdasarkan
bagian atas alis sebelah kanan dan akral diagnosa keperawatan yaitu: identifikasi
teraba hangat. nyeri, berikan teknik nonfarmakologi
Data sekunder: (1) Subyektif : pasien relaksasi nafas dalam, jelaskan teknik
mengatakan sebelumnya belum pernah patah relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
tulang, pasien saat ini mengatakan nyeri nyeri, kolaborasikan dengan dokter
skala 5 pada baguan lengan kirinya. untuk pemberian analgetik.
(2) Alergi : pasien mengatakan tidak Dalam melakukan intervensi penulis
mempunyai riwayat alergi makanan atau memfokuskan pada tindakan pemberian
obat. (3) Medication history: pasien teknik nonfarmakologi relaksasi nafas
mengatakan belum pernah dirawat inap dalam.
kalaupun ada keluhan hanya flu dan demam Setelah dilakukan tindakan selama
biasa. (4) Riwayat penyakit: pasien 1x6 jam evaluasi berdasarkan SOAP
mengatakan tidak mempunyai penyakit yaitu, Subyektif : pasien mengatakan
apapun. (5) Last meal: pasien mengatakan nyeri ketika digerakkan, nyeri seperti
sebelum masuk RS makan 2 kali pada pagi tertusuk-tusuk, nyeri pada lengan
hari dan siang, minum kurang lenih 1000cc. bagian kiri, nyeri skala 4, nyeri terus
(6) Event leading: pasien mengatakan jatuh menerus. Obyektif : pasien terlihat
dari atap rumah, pasien mengaku hanya ingat menahan nyeri dan tidak berani
itu saja. bergerak. Analisis : masalah teratasi
Hasil pengkajian nyeri : pasien sebagian. Planning : lanjutkan
mengatakan nyeri ketika digerakkan, nyeri pemberian teknik nonfarmakologi
seperti tertusuk-tusuk, nyeri bagian lengan dengan relaksasi nafas dalam,
kiri, nyeri berskala 5, nyeri terus menerus. kolaborasikan dengan dokter untuk
Hasil dari data penunjang (Rontgen) pemberian terapi analagesik.
didapatkan fraktur tertutup 1/3 distal
humerus sinistra dengan fragmen fraktur
PEMBAHASAN berdasarkan jurnal.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal Tindakan relaksasi dipilih karena
22 Februari 2020 pukul 09.00 WIB mudah dilakukan oleh pasien dan tidak
didapatkan hasil keluhan utama adalah nyeri. menggunakan alat apapun sehingga
Dilakukan pengkajian nyeri yaitu : pasien sangat efektif untuk dilakukan dalam
mengeluhkan nyeri ketika digerakkan, nyeri menurunakan tingkat nyeri. Secara
seperti tertusuk-tusuk, nyeri dibagian lengan patofisiologis nyeri terjadi pada saat
kiri, nyeri skala 5, nyeri terus menerus. terjadi pelepasan mediator kimia seperti
Didapatkan hasil Rontgen fraktur bradikinin, prostagladin dan substans
tertutup 1/3 distal humerus sinistra dengan yang akan merangsang saraf simpatis
fragmen fraktur angulasi ke lateral, sehingga mengalami vasokontriksi yang
disertai soft tissues lost sweeling dan akhirnya meningkatkan tonus otot yang
emfisema subkutis. menimbulkan berbagai efek spasme otot
Fraktur merupakan terputusnya yang akhirnya menekan pembuluh
kontuinitas jaringan tulang yang disebabkan darah, mengurangi aliran darah,
trauma atau cedera (Asikin, dkk, 2017). meningkatkan kecepatan metabolisme
Menurut Zairin, Noor (2017) manifestasi otot yang menimbulkan pengiriman
klinis dari fraktur adalah deformitas, impuls nyeri dari medulla spinalis ke
pembengkakan, nyeri, memar, spasme, otak.
krepitasi dan syok. Relaksasi nafas dalam ini secara
Dalam melakukan pemenuhan fisiologis akan menstimulasi sistem
kebutuhan fisiologis penulis memfokuskan saraf otonom yang merupakan bagian
pada penurunan tingkat nyeri pasien fraktur. dari sistem saraf perifer yang
Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan mempertahankan homeostatis
yang bersifat individual lingkungan internal individu. Dengan
Nyeri tidak dipandang sebagai kondisi demikian relaksasi nafas dalam dapat
alami dari cidera atau trauma yang akan menurunkan tingkat nyeri.
berkurang secara bertahap seiring waktu,
karena nyeri yang tidak mereda dapat KESIMPULAN
menimbulkan komplikasi, peningkatan lama 1. Pengkajian yang didapatkan
rawat inap dan distress (Helmi,2013). nyata pada kasus tersebut adalah
Maka dari itu penulis dalam mengatasi pasien mengeluhkan nyeri lengan
masalah nyeri tersebut melakaukan tindakan kiri karena terjadi patah tulang
nonfarmakologi sesuai dengan standar pada lengan kirinya.
intervensi keperawatan indonesia 2. Diagnosa Keperawatan yang
muncul pada kasus tersebut ialah
nyeri akut berhubungan dengan agen menghasilkan perawat yang
pencedera fisiologis dibuktikan profesional, terampil, inovatif
dengan pasien terlihat meringis dan bermutu dalam memberikan
kesakitan, bersikap protektif dan sulit asuhan keperawatanyang
tidur komprehensif berdasarkan ilmu
3. Intervensi yang dilakukan adalah dan kode etik keperawatan.
berfokus pada pemeberian teknik non 3. Bagi Tenaga Kesehatan
farmakologi relaksasi nafas dalam Diharapkan selalu berkoordinasi
4. Implementasi dilakukan selama 1x8 dengan tim kesehatan lainnya
jam diruang ROI IGD RSUD Dr. dalam memberikan asuhan
Moewardi Surakarta dengan keperawatan
melakukan relaksasi nafas dalam 4. Bagi Pembaca
selama 15 menit sebelum memberikan Diharapkan memberikan
obat analgesik. kemudahan bagi pembaca untuk
5. Evaluasi keperawatan pada pasien pengembangan ilmu khususnya
yang dilakukan selama 1x6 jam ilmu keperawatan dan diharapkan
dengan menggunakan SOAP, masalah setelah membaca karya tulis
nyeri akut berhubungan dengan agen ilmiah ini pembaca mengetahui
pencedera fisiologis teratasi sebagian tentang fraktur
karena kriteria hasil dalam tujuan 5. Bagi Penulis
belum tercapai. Pasien dipindahkan ke Diharapkan dapat memberikan
bangsal untuk perawatan lebih lanjut. efektifitas relaksasi nafas dalam
dan memberi pengelolaan
SARAN selanjutnya pada pasien dengan
1. Bagi Pelayanan Kesehatan masalah keperawatan nyeri pada
Dapat memberikan pelayanan pasien fraktur
kesehatan dan mempertahankan
hubungan kerja sama yang baik
dengan tim kesehatan, pasien maupun
keluarga pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan yang telah berkualitas
dengan mengupayakan aplikasi riset
dalam setiap tindakan yang
dilakuakan sehingga mampu
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Lela, Reza Reskita (2018), Jurnal Apikes Citra Medika Surakarta, 9 (2),
262-266.
Asikin, dkk, (2016). Keperawatan Medikal dan Sistem Muskuloskeletal:
Erlangga Medical Series
Holo, Ervatamia, Sakti O Batubara, dan Maria Y Bina. (2017). Jurnal Stikes
Citra Husada Kupang, 7 (1), 27-30.
Mulyanti, Yuli, Dinarti. (2017). Buku Ajar Keperawatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Noor, Zairin. (2017). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
PPNI, (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, (2017). Standart Intervention Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, (2017). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kemenkes RI.
Riset Kesehatan Dasar. Laporan riskesdas 2018. [internet] Jakarta: 2018.
Available from:
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id. Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Alih Bahasa: Agung Waluyo.
Edisi: 12. Jakarta: EGC
Solehatin, T & Kosasih. (2015). Konsep & Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama.
Suwondo, Lucas Meliala, Sudadi. (2017). Buku Ajar Nyeri. Yogyakarta:
Perkumpulan Nyeri Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai