Sistem Pentanahan
Sistem Pentanahan
Sistem Pentanahan
DiSusun Oleh
Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga sistem
peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, kontrol di mana diterapkan
komunikasi data secara intensif dan sangat peka terhadap interferensi gelombang
elektromagnet dari luar. Pentanahan di sini lebih dititikberatkan pada keterjaminan
sinyal dan pemrosesannya.
Sistem pentanahan yang dibahas pada bagian ini adalah sistem pentanahan titik
netral sistem dan pentanahan peralatan. Di samping itu, juga akan dibahas
elektroda pentanahan serta tahanan pentanahannya.
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada sistem
secara keseluruhan. Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang
merupakan kombinasi antara saluran N dan PE. Disini seluruh bagian sistem
mempunyai saluran PEN yang sama.
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi satu
saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem yang lain. Di
sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran PEN
(combined). Sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua hantaran, N
dan PE secara terpisah (separated).
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman terdapat pada sistem
secara keseluruhan. Jadi semua sistem mempunyai dua saluran N dan PE
secara tersendiri (separated).
Selain tegangan sentuh tidak langsung ada dua potensi bahaya sengatan listrik
yang dapat diamankan melalui pentanahan ini, yaitu tegangan langkah dan
tegangan eksposur.
Dalam gambar ini terlihat jelas perbedaan antara sebelum dan setelah ada
pentanahan pada alat yang terbungkus dengan bahan yang terbuat dari logam
(penghantar). Pada keadaan sebelum diketanahkan, bila terjadi arus gangguan
(arus bocor), maka selungkup alat mempunyai tegangan terhadap tanah sama
dengan tegangan sumber (tegangan antara L-N). Tegangan ini sudah tentu
sangat membahayakan operator atau orang yang menyentuh selungkup alat
tersebut dan pengaman arus beban lebih tidak bekerja memutuskan aliran bila
tidak melampaui batas kerjanya. Sehingga kalau pun terjadi sengatan pada
manusia alat pengaman ini masih belum akan bekerja karena arus listrik yang
mengalir ke tubuh tidak cukup besar untuk bekerjanya pengaman akibat dari
adanya tahanan tubuh yang relatif besar. Sedangkan, pada keadaan setelah
dilakukan pentanahan, maka bila terjadi arus gangguan, karena tahanan
pentanahan sangat kecil (persyaratan), maka akan mengalir arus gangguan
Tegangan langkah
Tegangan langkah adalah tegangan yang terjadi akibat aliran arus gangguan
yang melewati tanah. Arus gangguan ini relatif besar dan bila mengalir dari
tempat terjadinya gangguan kembali ke sumber (titik netral) melalui tanah yang
mempunyai tahanan relatif besar maka tegangan di permukaan tanah akan
menjadi tinggi. Gambar 2.101 mengilustrasikan tegangan ini.
Bila kita perhatikan Gambar 2.101 (a), satu tangan memegang dudukan lampu
dan tangan satunya lagi memegang kran air. Antara kran air dan dudukan lampu
dalam keadaan normal tidak bertegangan. Tetapi ketika terjadi gangguan ke
tanah, arus mengalir kembali ke sumber melalui pentanahan RA dan RB. Adanya
aliran arus gangguan ini menimbulkan tegangan antara letak gangguan dan R A
sebesar VF dan antara kran air dan dudukan lampu sebesar VB. Besar kedua
tegangan ini ditentukan oleh besar arus gangguan dan tahanan pentanahannya.
Semakin besar arus dan tahanan akan semakin besar pula tegangan sentuhnya.
Besar tegangan ini harus dibatasi dalam batas aman begitu juga lama waktu
terjadinya tegangan harus dibatasi sependek mungkin. Lama waktu terjadinya
tegangan ini dibatasi oleh waktu kerja alat pengaman arus lebih.
a) b)
Sumber :
Gambar 2.111 Tegangan sentuh dan tegangan langkah
50
RB < ()
kI n
di mana:
In = arus nominal alat pengaman arus lebih (A)
k = bilangan yang tergantung pada karakteristik alat pengaman
= 2,5 – 5 untuk pengaman lebur (sekering)
= 1,25 – 3,5 untuk pengaman jenis lainnya
Bila terjadi gangguan tanah seperti yang digambarkan pada Gambar 2.101 (b),
di mana ada salah satu saluran fasa putus dan menyentuh tanah, maka akan
terjadi tegangan eksposur dengan gradien seperti ditunjukkan oleh gambar.
Tegangan ini ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah yang besar yang
mengalir melalui tanah untuk kembali lagi ke sumber. Gradien tegangan
semakin menurun dengan semakin jauhnya jarak dari letak gangguan.
Tegangan ini sangat membahayakan orang yang ada di atas tanah/lantai sekitar
terjadinya gangguan tersebut walaupun yang bersangkutan tidak menyentuh
bagian-bagian mesin. Tegangan ini adalah tegangan antar kaki dan karena
itulah kemudian disebut tegangan langkah. Tegangan langkah harus dibatasi
Tegangan Eksposur
Ketika terjadi gangguan tanah dengan arus yang besar akan memungkinkan
timbulnya beda potensial antara bagian-bagian yang dilalui arus dan antara
bagian-bagian yang yang tidak dilalui arus terhadap tanah yang disebut
tegangan eksposur. Tegangan ini bisa menimbulkan busur tanah (grounding
arc) yang memungkinkan terjadinya kebakaran atau ledakan. Arus gangguan
tanah di atas 5 A cenderung tidak dapat padam sendiri sehingga menimbulkan
potensi kebakaran dan ledakan. Dengan sistem pentanahan ini, membuat
potensial semua bagian struktur, peralatan dan permukaan tanah menjadi sama
(uniform) sehingga mencegah terjadinya loncatan listrik dari bagian peralatan ke
tanah. Yang tidak kalah pentingnya adalah ketika terjadi gangguan tanah,
tegangan fasa yang mengalami gangguan akan menurun. Penurunan tegangan
ini sangat mengganggu kinerja peralatan yang sedang dioperasikan. Kejadian ini
pula bisa mengganggu kerja paralel generator-generator sehingga secara
keseluruhan akan mengganggu kinerja sistem tenaga.
Tabel 2.43
Tegangan Langkah dan Waktu Pemutusan Gangguan Maksimum yang Diizinkan
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa tahanan pentanahan diharapkan bisa
sekecil mungkin. Namun dalam prakteknya tidaklah selalu mudah untuk
mendapatkannya karena banyak faktor yang mempengaruhi tahanan pentanahan.
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang dipancang-
kan ke dalam tanah. Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali
digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda jenis ini. Elektroda ini banyak
digunakan di gardu induk-gardu induk. Secara teknis, elektroda batang ini
mudah pemasangannya, yaitu tinggal memancangkannya ke dalam tanah. Di
samping itu, elektroda ini tidak memerlukan lahan yang luas.
4LR
RG RR [ln( ) 1]
2 LR AR
di mana:
RG = Tahanan pentanahan (Ohm)
RR = Tahanan pentanahan untuk batang
tunggal (Ohm)
= Tahanan jenis tanah (Ohm-meter)
LR = Panjang elektroda (meter)
AR = Diameter elektroda (meter)
Elektroda Pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau
berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara
dangkal. Kalau pada elektroda jenis batang, pada umumnya ditanam secara
dalam. Pemancangan ini akan bermasalah apabila mendapati lapisan-lapisan
tanah yang berbatu, disamping sulit pemancangannya, untuk mendapatkan nilai
tahanan yang rendah juga bermasalah. Ternyata sebagai pengganti
pemancangan secara vertikal ke dalam tanah, dapat dilakukan dengan
menanam batang hantaran secara mendatar (horisontal) dan dangkal.
Elektroda Pelat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang)
atau dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini
digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh
dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.
Yang menentukan tahanan jenis tanah ini tidak hanya tergantung pada jenis tanah
saja melainkan dipengaruhi oleh kandungan moistur, kandungan mineral yang
dimiliki dan suhu (suhu tidak berpengaruh bila di atas titik beku air). Oleh karena itu,
tahanan jenis tanah bisa berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain
tergantung dari sifat-sifat yang dimilikinya. Sebagai pedoman kasar, tabel berikut ini
berisikan tahanan jenis tanah yang ada di Indonesia.
Pengetahuan ini sangat penting khususnya bagi para perancang sistem pentanah-
an. Sebelum melakukan tindakan lain, yang pertama untuk diketahui terlebih dahulu
adalah sifat-sifat tanah di mana akan dipasang elektroda pentanahan untuk menge-
tahui tahanan jenis pentanahan. Apabila perlu dilakukan pengukuran tahanan tanah.
Namun perlu diketahui bahwa sifat-sifat tanah bisa jadi berubah-ubah antara musim
yang satu dan musim yang lain. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan dalam
perancangan sistem pentanahan. Bila terjadi hal semacam ini, maka yang bisa
digunakan sebagai patokan adalah kondisi kapan tahanan jenis pentanahan yang
tertinggi. Ini sebagai antisipasi agar tahanan pentanahan tetap memenuhi syarat
pada musim kapan tahanan jenis pentanahan tinggi, misalnya ketika musim
kemarau.
Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga tahanan pentanahan
pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal berdasarkan jenis dan ukuran
elektroda
1 100
Tabel 2.46
Luas Penampang Minimum Elektroda Pentanahan
Tabel 2.47
Luas Penampang Minimum Hantaran Pengaman
Pada saat ini telah banyak beredar di pasaran alat ukur tahanan pentanahan yang
biasa disebut Earth Tester atau Ground Tester. Dari yang untuk beberapa fungsi
sampai dengan yang banyak fungsi dan kompleks. Penunjukkan alat ukur ini ada
yang analog ada pula yang digital dan dengan cara pengoperasian yang mudah
serta aman. Untuk lingkungan kerja yang cukup luas, sangat disarankan untuk
memiliki alat semacam ini.
Perhatikan !
Jika jalur pentanahan digunakan sebagai titik referensi pengukuran bersama, maka
semua sambungan yang terhubung dengan pentanahan itu selalu terhubung
dengan tanah. Jika terjadi bunyi bip, maka putuskan dan cek lagi.
1. Cek tegangan baterai dan cek tegangan pentanahan
Caranya hampir sama dengan metoda pengukuran normal, hanya pengecekan
tekanan tahanan bantu tidak diperlukan.
2. Ukur tahanan pentanahan (Range saklar : x10 atau x100 ).
Hasil pengukuran = Rx + Ro
Gambar 2.117 Prinsip pengukuran tahanan elektroda pentanahan menggunakan metoda jatuh
tegangan – 3 titik
Bila arus diinjeksikan kedalam tanah melalui elektroda Z ke elektroda X, pada kedua
elektroda tersebut akan membangkitkan fluks magnet yang arahnya melingkari
batang-batang elektroda. Daerah yang dilingkupi oleh fluks magnet dari masing-
masing elektroda disebut daerah resistansi efektif. Gambar 2.118 menggambarkan
daerah resistansi efektif yang tumpang tindih dari kedua elektroda. Peletakan
elektroda Y harus di luar daerah tersebut agar penunjukan alat ukur presisi.
Cara mudah untuk mengetahui apakah elektroda Y berada di luar daerah resistansi
efektif adalah dengan melakukan pengukuran beberapa kali dengan mengubah
posisi elektroda Y di antara X dan Z, yaitu, misalnya pertama pada Y, kemudian
dipindah ke arah X, yaitu ke Y’ dan kemudian ke arah Z ke Y”. Perlu digambarkan
kurva resistansi (tahanan) sebagai fungsi jarak antara X & Z untuk mengetahui ini.
Bila penunjukan-penunjukan alat ukur tersebut menghasilkan harga resistansi
(tahanan) yang berubah secara signifikan, menunjukkan bahwa elektroda Y ada di
dalam daerah resistansi efektif yang berarti hasil pengukuran tidak presisi.
Sebaliknya, bila diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.119, maka elektroda Y berada di luar daerah resistansi
efektif dan hasilnya presisi. Dalam gambar ditunjukkan grafik resistansi sebagai
fungsi posisi Y. Bila diperoleh perbedaan yang besar (Gambar 2.118) menunjukkan
ketidakpresisian hasil pengukuran, sebaliknya jika perbedaan pembacaan kecil
diperoleh hasil pengukuran yang presisi (Gambar 2.119) dalam arti bahwa inilah
tahanan elektroda X yang paling tepat.
Bila ada empat elektroda atau lebih yang akan digunakan biasanya dibentuk
konfigurasi penanaman segi empat dengan jarak yang sama antar elektroda
(Gambar 2.123). Elektroda-elektroda ini dihubung secara paralel menggunakan
konduktor atau kabel pentanahan.
Untuk sistem multi-elektroda seperti ini, metoda 62 % tidak dapat digunakan secara
langsung. Jarak elektroda-elektroda bantu pada keadaan ini didasarkan pada jarak
grid maksimum. Misalnya, untuk konfigurasi persegi empat yang digunakan adalah
diagonalnya, untuk konfigurasi garis lurus digunakan panjang jarak totalnya.
Tabel berikut ini merupakan hasil empiris yang dapat digunakan sebagai pedoman
penentuan jarak elektroda-elektroda bantu.
Metoda ini merupakan metoda alternatif bila sistem pentanahan yang akan diukur
atau diuji merupakan sistem yang sangat baik.
Pada suatu daerah yang terbatas di mana sulit mencari tempat untuk menanam dua
elektroda bantu, metoda pengukuran dua-titik bisa diterapkan. Pengukuran yang
diperoleh adalah pengukuran dua pentanahan secara seri. Untuk itu, pipa air atau
yang lain harus mempunyai tahanan yang sangat rendah sehingga dapat diabaikan
dalam pengukuran akhir. Resistansi (tahanan) kabel penghubung akan diukur juga
dan harus diperhitungkan dalam penentuan hasil ukur akhir.
Pengukuran ini tidak se-akurat metoda tiga-titik (62%) akibat pengaruh dari jarak
antara elektroda yang diuji dan grounding lain atau pipa air. Metoda pengukuran ini
hendaknya tidak digunakan sebagai suatu prosedur standard kecuali sebagai
kondisi dalam keterpaksaan. Bagaimana pengukuran ini dilakukan, lihat Gambar
2.124.
Derau atau noise yang sangat tinggi bisa menginterferensi pengujian akibat dari
kabel yang digunakan dalam pengkuran yang relatif panjang ketika melakukan
pengujian dengan metoda tiga-titik. Untuk mengidentifikasi noise ini dapat
digunakan voltmeter. Hubungkan X, Y, dan Z menggunakan kabel-kabel standar
untuk pengujian tahanan pentanahan. Pasang voltmeter pada terminal X dan Z
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.126.
Hasil pembacaan tegangan pada voltmeter harus ada di dalam daerah toleransi
yang dapat diterima oleh alat pengukur tahanan pentanahan (grounding tester) ini.
Jika tegangan noise ini melampaui harga yang dapat diterima, dapat dicoba cara-
cara berikut ini.
Jika tegangan noise masih belum juga rendah, bisa dicoba dengan mengguna-
kan kabel-berperisai (shielded cables). Perisai ini akan menangkal interferensi
dari luar dengan mentralkan ke tanah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.129.
Salah satu fungsi dari alat uji pentanahan (ground tester) adalah kemampuannya
dalam mencatu air yang konstan ke tanah dan mengukur jatuh tegangan dengan
bantuan elektroda-elektroda bantu. Tahanan yang sangat tinggi dari salah satu
aatau kedua elektroda dapat menghalangi kerja alat. Ini disebabkan oleh tahanan
Untuk mendapatkan kontak yang baik dengan tanah, masukkan tanah ke sekitar
elektroda untuk menutup celah ketika menancapkan elektroda. Jika tahanan jenis
tanah yang jadi masalah, kucurkan air ke sekitar elektroda bantu. Ini akan
mengurangi tahanan kontak antara elektroda dengan tanah sekitarnya tanpa
mempengaruhi pengukuran.
Gambar 2.130 Cara mengatasi tahanan kontak antara elektroda dengan tanah sekitarnya
Lantai beton
Gambar 2.131 Penggunaan kawat kasa sebagai pengganti dari elektroda bantu
Letakkan kawat kasa di atas lantai dengan jarak yang sama dengan bila mengguna-
kan elektroda bantu biasa dengan metoda tiga-titik. Tuangkan air pada kawat kasa
dan biarkan meresap. Agar kawat kasa menempel dengan baik ke permukaan lantai
bisa dilakukan penekanan atau dengan meletakkan pemberat. Dalam keadaan ini,
kawat-kawat kasa bertindak sebagai elektroda-elektroda bantu.
Yang kedua adalah data pengguna / pemilik antara lain nama, alamat, nama
instalatir, nomor Jaringan Instalatir Listrik (JIL) dan data untuk instalasi lama / baru /
perubahan daya.
A. Gambar Instalasi
1. Gambar instalasi sesuai dengan yang terpasang. Ya/ Tidak
2. Diagram garis tunggal sesuai dengan yang terpasang Ya/ Tidak
E. Penghantar
1. Saluran/ sirkit utama:
a. Jenis penghantar : NYA dalam pipa/ NYM/ NYY/ Lainnya:
b. Warna insulasi : a. Fase b. Netral c. Penghantar PE
4. Penghantar bumi:
a. Penampang .............mm2 dengan pelindung/ tanpa pelindung
b. Warna insulasi kabel: loreng hijau-kuning/ warna lain
2. PHB utama
Saklar utama: /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya A
/MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya A
/Tidak ada
3. PHB cabang
buah
a. PHB cabang 1:
Saklar utama: /MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya A
/MCB/ 10A/ 25A/ Lainnya A
/Tidak ada
Sirkit akhir jumlah
Sirkit cabang 1: MCB/Sekering A, penghantar x mm2
Sirkit cabang 2: MCB/Sekering A, penghantar x mm2
Sirkit cabang 3: MCB/Sekering A, penghantar x mm2
G. Elektrode bumi
Jenis pipa inci m
Masif mm
Lainnya
H. Polaritas
1. Fiting lampu sesuai/ tidak sesuai
2. Kotak kontak: Fase, N dan PE sesuai/ tidak sesuai
3. Sakelar sesuai/ tidak sesuai
I. Pemasangan
1. PHB, ketinggian cm dari lantai
2. kotak kontak
a. ketinggian terendah cm dari lantai
b. jenis putar/ jenis biasa/ jenis tutup/ jenis lain
3. Pemasangan
a. menempel/ tertanam
b. NYA dalam Pipa/ NTM diklem, jarak antar klem...cm/ NYA dengan
insulator rol
c. Rapi/ tidak rapi
d. Sambungan penghantar dalam kotak/ tidak dalam kotak
e. Kesinambungan sirkit: penghantar sirkit akhir baik/ tidak baik
Dan yang terakhir adalah data yang melaksanakan pemeriksaan dan pengujian
antara lain tanggal / waktu pelaksanaannya, nama anggota pemeriksa dan
disaksikan oleh pemasang instalasi / instalatir, serta tandatangan dari pemeriksa
dan saksi dari instalatir.