1977 4110 1 PB
1977 4110 1 PB
1977 4110 1 PB
Abstrak
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra. Novel ditulis oleh seorang pengarang biasanya bertujuan
untuk memperbaiki perilaku pembacanya. Seiring dengan perkembangan zaman, cerita dalam novel tidak
hanya berisi tentang khayalan melainkan berkembang menjadi novel yang berisi cerita tentang fakta.
Jenis novel yang berisi tentang fakta disebut novel biografi. Tujuan penelitian ini adakah untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai moral yang berhubungan dengan religiusitas, sosialitas,
mandiri dan bekerja keras yang terdapat dalam buku Buya Hamka Sebuah Novel Biografi Karya Haidar
Musyafa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada buku Buya Hamka Sebuah Novel Biografi Karya Haidar Musyafa terdapat nilai-nilai moral
yang berhubungan dengan religiusitas. Nilai moral yang berhubungan dengan religiusitas yaitu berkaitan
dengan kepedulian terhadap ajaran agama yang dianut.. Nilai moral yang berhubungan dengan sosialitas
antara lain kebermanfaatan diri untuk menolong sesama. Nilai moral mandiri berkaitan dengan sikap
tidak mudah bergantung kepada orang lain. Nilai moral bekerja adalah sikap pantang menyerah dalam
menyelesaikan tugas.
Kata kunci: Novel, Nilai moral, Buya Hamka Sebuah Novel Biografi.
Abstract
A novel is a form of literary work. Novels are written by an author usually aim to improve the reader's
behavior. Along with the times, the story in the novel does not only contain fantasy but develops into a
novel that contains stories about facts. Types of novels that contain facts are called biographical novels.
The purpose of this study is to describe and explain moral values related to religiosity, sociality,
independence, and hard work contained in the book Buya Hamka A Biographical Novel by Haidar
Musyafa. This research is descriptive qualitative research. The results showed that in the book Buya
Hamka A Biography Novel by Haidar Musyafa there are moral values related to religiosity. Moral values
related to religiosity, which is related to caring for the teachings of religious beliefs. Moral values related
to sociality include the use of oneself to help others. Independent moral values associated with attitudes
are not natural to depend on others. The moral value of work is the unyielding attitude of completing a
task.
kerap terjadi. Sejatinya remaja memerlukan menjelaskan bahwa metode analisis isi
pedoman hidup supaya tidak terjerumus ke pertama kali digunakan di Amerika Serikat
dalam hal-hal negatif. Sarwono (2012: 111) tahun 1926. Secara praktis, metode analisis
mengungkapkan bahwa remaja isi telah digunakan jauh sebelumnya.
membutuhkan pedoman berupa nilai moral Analisis isi berhubungan dengan
sebagi petunjuk untuk mencari jati diri. komunikasi, baik secara verbal dalam
Keteladanan seorang tokoh bernama Buya bentuk bahasa maupun nonverbal dalam
Hamka dalam buku Buya Hamka Sebuah bentuk arsitektur, pakaian, alat rumah
Novel Biografi Karya Haidar Musyafa tangga dan media elektronik. Analisis ini
diharapkan dapat menjadi pedoman remaja dalam karya sastra adalah pesan-pesan yang
dalam menjalani kehidupan. dengan sendirinya sesuai dengan hakikat
Nurgiyantoro (2013: 441-442) sastra.
menyatakan bahwa wujud penyampaian Lebih lanjut, Ratna (2006: 48)
moral secara luas ke dalam persoalan menjelaskan bahwa metode analisis ini
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, terdiri atas dua macam yaitu isi laten dan isi
hubungan manusia dengan manusia lain dan komunikasi. Isi laten adalah isi yang
hubungan manusia dengan Tuhan. terkandung dalam dokumen dan naskah,
Penelitian ini mengkhususkan hanya pada edangkan isi komunikasi adalah pesan yang
bagian nilai moral hubungan manusia terkandung dalam dokumen sebagai akibat
dengan dirinya sendiri seperti nilai komunikasi yang terjadi. Isi laten
religiusitas, sosialitas dan mandiri. Hal ini merupakan isi yang dimaksudkan penulis
dilakukan supaya penelitian lebih terfokus deangkan isi komunikasi adalah isi yang
dan terarah. Pengkhususan tersebut bukan terwujud dalam hubungan dalam hubungan
berarti mengesampingkan unsur-unsur naskah dengan konsumen. Isi komunikasi
lainnya. Adapun sub masalah dalam pada dasarya mengimplikasikan isi laten
penelitian ini adalah bagaimanakah nilai- tetapi belum tentu sebaliknya. Analisis
nilai moral yang berhubungan dengan terhadap isi laten akan menghasilkan arti
religiusitas, sosialitas dan kemandirian yang sedangkan analisis terhadap isi komunikasi
terkandung dalam buku Buya Hamka akan menghasilkan makna.
Sebuah Novel Biografi Karya Haidar Dasar pemikiran metode analisis isi
Musyafa. Pengkajian ini dianggap penting adalah penafsiran. Ratna (2006: 49)
karena buku tersebut menceritakan ajaran- menyatakan bahwa sebagaimana metode
ajaran baik yang harus diterapkan dalam kualitatif, dasar pemikiran metode analisi
kehidupan sehari-hari khususnya tentang adalah penafsiran. Penafsiran dalam metode
sikap religius. analisis isi memberikan perhatian pada
pesan. Metode analisis isi dilakukan pada
Metode Penelitian dokumen-dokumen yang padat isi. Analisi
Penelitian ini merupakan jenis isi dalam karya sastra dilakukan untuk
penelitian kualitatif. Moloeng (2013: 6) meneliti gaya tulisan seorang pengarang.
menyatakan bahwa penelitian kualitatif Sumber data dalam penelitian ini
merupakan penelitian yang dimaksudkan adalah buku Buya Hamka Sebuah Novel
untuk memahami fenomena yang dialami Biografi Karya Haidar Musyafa. Teknik
subjek penelitian. Pendapat Moloeng analisis yang digunakan dalam penelitian
diperkuat oleh Endraswara (2013: 176) ini adalah teknik pustaka, baca dan catat.
yang mengungkapkan bahwa penelitian Mahsun menyatakan bahwa (2006: 93)
kualitatif deskriptif mengutamakan teknik pustaka, baca dan catat merupakan
gambaran data melalui kata-kata. Hal ini teknik membaca berulang-ulang pada objek
disebabkan karena kata-kata memuat ribuan penelitian (novel biografi) yang akan diteliti
makna dan setiap kata mendukung jutaan dan dilanjutkan dengan teknik catat yang
makna. digunakan untuk mencatat bentuk-bentuk
Metode yang digunakan dalam yang relevan bagi peneliti dari penggunaan
penelitian ini adalah metode analisis isi. bahasa secara tertulis. Teknik pustaka
Vredenberght (dalam Ratna, 2006: 48) adalah serangkaian pengumpulan data
Tinggi. Aku semakin mempercepat langkah. merupakan tugas mulia untuk kepentingan
Ingin sekali aku menemukan surau sebelum negara dan rakyat Indonesia. (hal 486)
malam menjelang. Aku memuji kebesaran
Allah karena tak lama kemudian, aku Nilai Moral Sosialitas
benar-benar menemukan surau di Tebing Sosialitas merupakan sikap seorang
Tinggi. (hal 259) individu yang menunjukkan perilaku
organisatoris, berfungsi mengajarkan
Kitab suci Al-Quran merupakan seseorang untuk memahami arti
bacaan yang wajib dibaca oleh umat Islam. perencanaan, pelaksanaan dan persiapan.
Buya Hamka merupakan muslim yang Sikap sosialitas direalisasikan dalam bentuk
gemar membaca ayat suci Al-Quran. kebermanfaatan untuk sesama manusia.
Kegiatan tersebut dilakukan seusai shalat Sejak muda Buya Hamka sudah tertarik
untuk menambah ketentraman hati. Al- dengan dunia organisasi. Rasa ingin
Quran mengandung ayat-ayat yang dapat tahunya yang begitu membuncah
memelihara sikap religius dan taat kepada membuatnya ingin segera merantau ke
Allah. Hal tersebut tercermin dalam kutipan Pulau Jawa. Pulau Jawa dikenal memiliki
berikut. peradaban paling maju dibandingkan
dengan pulau-pulau lain yang ada di
Seperti biasa, selepas shalat subuh Indonesia.
berjamaah pagi itu, aku membaca Keinginannya merantau pun
beberapa lembar kitab suci Al-Quran. terlaksana. Buya Hamka muda tinggal
Seiring dengan matahari yang menyingsing bersama pamannya yang sudah lama
di awal hari, maka aku meneruskannya menetap di Yogyakarta. Bersama pamannya
dengan duduk-duduk di bawah pohon itulah Buya Hamka ikut tergabung dalam
randu yang menjulang gagah di halaman Persyarikatan Muhammadiyah. Di
surau. (hal 266) Persyarikatan Muhammadiyah, Buya
Hamka belajar dari beberapa kyai hebat
Sikap religius Buya Hamka tidak salah satunya bernama Kyai Haji Ibrahim.
hanya tercermin dalam kehidupan sosial Hal ini tercermin dalam kutipan berikut.
tetapi juga teraplikasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai warga Seminggu kemudian, aku sudah resmi
negara yang baik, Buya Hamka ikut menjadi anggota Muhammadiyah. Dengan
berjuang meraih kemerdekaan Indonesia. ikut berkiprah pada perkumpulan yang
Di tengah medan perang, terkadang rasa didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan
khawatir melemahkan semangat juangnya. sesuai dengan perkembangan Islam modern
Namun Buya Hamka tidak pasrah begitu yang digagas oleh Syaikh Jamaluddin Al-
saja. Buya Hamka mencoba tegar dan Afghani dan Muhammad Abduh itu, maka
menenangkan hati yang gundah dengan pengetahuanku tentang Islam semakin
membaca istighfar. Kalimat istighfar bertambah banyak. Banyak sekali guru-
merupakan salah satu kalimat yang terdapat guru agama yang memberi tambahan
dalam Al-Quran. Kalimat tersebut dapat pelajaran tentang Islam kepadaku,, seperti
mengobati hati yang dilanda rasa khawatir Kyai Haji Mohammad Sudja’, Kyai Haji
karena takut akan suatu hal. Hal ini Abdul Mochtar, Kyai Haji Ibrahim dan
tercermin dalam kutipan berikut. guru-guru lain yang maih sangat banyak
jumlahnya. (hal 202)
Jika rasa takut dan khawatir itu sudah
mulai melemahkan semangatku seperti itu, Setelah banyak belajar mengenai
maka tidak ada yang bisa aku lakukan cara berorganisasi, Buya Hamka pun
kecuali memperbanyak membaca istighfar, memutuskan untuk pulang ke kampung
memohon ampun kepada Allah Ta’ala. halamannya di tanah Sumatra.
Agar Dia menguatkan dan memantapkan Kepulangannya tersebut bertujuan untuk
hatiku untuk berangkat ke medan perang, membangun masyarakat yang
karena apa yang aku lakukan itu berpendidikan. Buya Hamka bersama
dengan teman-teman seperjuangan yang
maka aku berharap kehadiran MUI dapat Di tempat yang berbeda, Buya
menjadi wadah persatuan umat Islam. Hamka juga selalu mendapatkan nasib yang
Menjadi sarana curah gagasan dan bagus. Melalui perkenalannya dengan ketua
bertukar ide untuk membangun dan pedagang Sumatra, Buya Hamka yang saat
memajukan republik ini. Juga sebagai itu belum memiliki tempat untuk bernaung
sarana untuk mengajak rakyat Indonesia diberikan kesempatan untuk tingga di
untuk lebih mengenal ajaran agamanya. rumah Haji Abu Bakar. Tetapi bertolak dari
(hal 778) prinsip mandiri yang biasa diaplikasikan
dalam hidupnya, tawaran tersebut ditolak
Nilai Moral Mandiri dengan halus. Buya Hamka memilih unttuk
Mandiri merupakan sikap tidak tetap tinggal di surau. Tinggal di surau juga
mudah bergantung kepada orang lain dalam dapat membuatnya lebih bebas dalam
menyelsaikan tugas-tugas. Sejak muda beraktivitas seperti dapat menjaga surau
Buya Hamka selalu ingin menjadikan dan membersihkannya. Hal tersebut
dirinya sebagai manusia yang mandiri. tercermin dalam kutipan berikut.
Buya Hamka tidak mau merepotkan orang
lain walaupun itu saudara sendiri. Baginya, Rasa-rasanya aku sungguh tersanjung
belajar hidup mandiri harus dimulai sejak dengan tawaran Haji Abu Bakar. Tapi saat
dini. Hal ini tercermin dalam kutipan itu aku lebih memilih untuk tetap tinggal di
berikut. surau. Sekalian bertugas sebagai penjaga
dan tukang bersih-bersih di rumah Allah
“Aku sudah besar Kanda. Sudah saatnya itu. sekilas, raut wajah Haji Abu Bakar
Malik belajar hidup mandiri.” (hal 210) terlihat kecewa. Tapi setelah aku
memberikan penjelasan, akhirnya beliau
Prinsip mandiri yang dipegang oleh dapat memahaminya. Selama tinggal di
Buya hamka terus diterapkan dimanapun Tebing Tinggi itu, aku kembali merasakan
dan kapanpun. Buya Hamka yang saat itu hidup mandiri. Tentu saja hal itu tak
pergi merantau ke Arab untuk menuntut menjadi masalah, apalagi beban. Sebab
ilmu mencoba mencari penghasilan agar aku memang sudah terbiasa hidup mandiri
tidak merepotkan orang lain. Melalui sejak usiaku masih sangat kecil. (hal 260)
perkenalannya dengan Hamid bin Majid
Kurdi Buya Hamka mendapatka pekerjaan. Bahkan ketika Buya Hamka sudah
Buya Hamka bekerja di perusahaan menikah dengan Siti Raham dan sama
percetakan milik Hamid. Semua itu sekali belum memiliki rumah, Buya Hamka
dilakukan sambil menunggu musim haji menolak tinggal serumah dengan ayahnya.
tiba. Hal tersebut tercermin dalam kutipan Buya Hamka sadar bahwa laki-laki yang
berikut. sudah menikah sudah lepas dari tanggung
jawab orang tua. Buya Hamka merasa harus
Dengan bekerja pada Hamid bin Majid memanggung kehidupan keluarganya tanpa
Kurdi, maka selain selain bisa menumpang meminta bantuan dari siapa pun. Hal
tinggal di sana, sambil menunggu musim tersebut tercermin dalam kutipan berikut.
haji tiba, aku juga bisa menambah
pemasukan untuk memenuhi berbagai Setelah menikah dengan Siti Raham, aku
macam kebutuhan hidupku secara mandiri. memutuskan untuk hidup mandiri. Meski
Tapi yang lebih menarik dari semua itu berulangkali Ayahanda Haji Rasul meminta
tentu saja adalah karena aku diberi aku dan Siti Raham tetap tinggal serumah,
kesempatan untuk membaca semua buku tapi aku menolaknya. Sebagai laki-laki, aku
semua buku yang aku sukai, yang ada di sadar bahwa setelah menikah aku sudah
penerbitan itu. tentu saja kesempatan itu terlepas dari tanggung jawab orangtua.
aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya Mau tak mau aku aku harus hidup mandiri.
untuk melahap berbagai macam buku. (hal Menanggung kehidupan keluarga sendiri
245) tanpa meminta bantuan dari orangtua. (hal
314)