Bab 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Limbah sayur


Limbah sayuran merupakan sisa sayur yang terbuang dan tidak layak jual
di pasar khususnya pasar tradisional.Limbah sayuran pada penelitian ini terdiri
dari limbah kubis, sawi putih, dan sawi hijau.Limbah sayuran berpeluang sebagai
bahan pembuatan pupuk organik karena ketersediaannya yang melimpah serta
mudah didapatkan. Jenis limbah sayuran yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
2.1.1 Kubis (Brasicca olerucea var. capitata)

Gambar 2.1 Kubis


(Sumber: Lusiana, 2018)
Kubis termasuk tanaman sayuransemusim yang dipanen sekaligus,
yaitutanaman sumber vitamin, garam mineraldan lain-lain yang dikonsumsi
dari bagiantamanan yang berupa daun yang berumur kurang dari 1 tahun dan
pemanenannyadilakukan sekali kemudian dibongkar untukdiganti dengan
tanaman baru. Kubis mengandung vitamin danmineral yang tinggi. Kandungan
dankomposisi gizi kubis tiap 100 g bahan segarsebagai berikut: kalori 25 kal;
protein 1,7 g;lemak 0,2 g; karbohidrat 5,3 g; kalsium 64mg; phospor 26 mg1' Fe
0,7 mg; Na 8 mg;niacin 0,3 mg; serat 0,9 g; abu 0,7 g;vitamin A 75 Sl; vitamin
Bl 0,1 mg;Vitamin C 62 mg dan air 9l-93%(Utama & Mulyanto, 2009).
Bagian tanaman kubis yang tidak diambil disebut limbah kubis. Limbah
kubis memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi dengan kadar air yang

7
8

tinggi pula. Tinggi kadar air menyebabkan limbah kubis cepat busuk. Karena itu,
pengolahan limbah kubis penting dilakukan agar limbah kubis dapat digunakan
dalam waktu yang lebih lama tanpa mengalami kebusukan dan penurunan nilai
nutrisinya. Pengolahan limbah kubis dapat dilakukan dengan cara
memfermentasikannya dengan penambahan mikroorganisme (Rahmadi, 2003).
2.1.2 Sawi hijau

Gambar 2.2 Sawi Hijau


(Sumber: Aryanto, 2015)
Tanaman sawi hijau merupakan sayuran yang populer dan banyak
dikonsumsi karena kaya akan sumber vitamin serta mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh. Giziyang terkandung dalam sawi terdiri dari : protein, lemak, karbohidrat,
serat, kalsium, fosfor, besi dan berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B3
dan C(Rizki & Rasyad, 2014).
2.1.3 Sawi putih

Gambar 2.3 Sawi Putih


(Sumber: Patrice, 2019)
Sawi putih adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat
Indonesia. Sawi putih merupakan sayuran daun yang enak rasanya serta banyak
9

mengandung vitamin A dan vitamin C serta sedikit vitamin B. Oleh sebab itu
dilihat dari kandungan vitaminnya, maka sawi putih merupakan sayuran daun
yang cukup berguna bagi tubuh kita, selain itu sawi putih juga mempunyai
kandungan gizi yang tinggi yang tidak kalah dengan jenis sayuran daun
lainnya(Rizki & Rasyad, 2014).

2.2 Unsur yang dibutuhkan Tanaman


Tanaman membutuhkan makanan untuk menunjang proses hidupnya.
Makanan tersebut harus mengandung zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada
dasarnya, makanan tersebut berguna untuk proses metabolisme tubuh,
pertumbuhan vegetatif (pembesaran tubuh), dan pertumbuhan generatf
(berkembangbiak). Pemenuhan kebutuhan makanan yang cukup akan
menciptakan pertumbuhan yang normal pada tumbuhan (Pranata, 2004).
Menurut hasil penelitian, setiap tanaman memerlukan paling sedikit
16 unsur (zat) agar pertumbuhannya normal. Tiga unsur (karbon,
hydrogen,oksigen) diperoleh dari udara,sedangkan 13 unsur lagi diseadikan oleh
tanah. 13 unsur tersebut adalah N, P, K, Ca, Mg, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, B, dan
molibdenum (Mo). Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak tersebut disebut
unsur makro yaitu N, P, K, S, Ca, dan Mg. Namun hanya tiga unsur saja yang
mutlak ada didalam tanah dan diperlukan oleh tanaman. Sementara itu, tiga
unsure lainnya boleh ada boleh tidak meskipun dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Ketiga unsur yang mutlak harus ada dan dibutuhkan dalam jumlah banyak adalah
N, P, dan K. oleh karena itu, sejak dulu pupuk yang diciptakan hanya diutamakan
yang mengandung ketiga unsur N, P, dan K. selain unsure makro ada unsure
mikro atau unsure yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang tidak kalah
penting bagi tanaman. Unsure tersebut yaitu Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, B, dan Mo
(Lingga dan Marsono, 2006).
2.2.1 Unsur Hara Makro
1. Nitrogen (N)
Unsure hara N termasuk unsure yang dibutuhkan dalam jumlah paling
banyak sehingga disebut unsure hara makro primer.Umumnya unsure Nitrogen
10

menyusun 1-5% dari berat tubuh tanaman.Unsur N diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion amonium (NH4+) atau ion nitrat (NO3-).Sumber unsure N dapat
diperoleh daribahan organic, mineral tanah, maupun penambahan pupuk organik
(Manuel, 2017). Menurut Matana (2015), menyatakan bahwa nitrogen yang
diserap oleh tanaman dirombak menjadi asam amino, yang dalam metabolisme
selanjutnya membentuk protein dan asam nukleat. Selain itu, N menjadi bagian
integral dari klorofil dan merupakan komponen utama tanaman yang menyerap
cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Tumbuhan membutuhkan nitrogen untuk pertumbuhan, terutama pada fase
vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun, dan batang. Nitrogen juga bermanfaat
pada proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk
membantu proses fotosintesis. Selain itu nitrogen bermanfaat dalam
pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.Perlu
diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen.Kekurangan nitrogen
dapat menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal atau kerdil. Daunnya akan
menguning lalu mengering. Jika kekurangan nitrogen dalam jumlah banyak
maka menyebabkan jaringan tanaman mengering dan mati. Buah
yangkekurangan nitrogen pertumbuhannya tidak sempurna,cepat masak, dan
kadar proteinnya kecil (Parnata, 2004).
2. Fosfor (P)
Fosfor merupakan unsur esensial dalam reaksi biokimia termasuk
fotosintesis dan respirasi.Forfor merupakan komponen utama dari adenosine
difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat (ATP) yang digunakan untuk mensuplai
energi dalam reaksi biokimia pada tumbuhan.Fosfor adalah komponen struktural
fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, koenzim, dan phosphorprotein (Matana,
2015).Menurut Makiyah (2013), menyatakan bahwaunsur fosfor terdapat dalam
bentuk phitin, nuklein dan fostide merupakan bagian dari protoplasma dan initi
sel. Sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel demikian
pula bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam
bentuk H2PO4- - dan HPO4-.Fosfor diserap tumbuhan dalam bentuk ion mono
dan divalen.Banyak fosfor hadir pada tumbuhan dalam bentuk organik.
11

Fosfor pada tanaman berfungsi untuk membentuk akar, sebagai bahan


dasar protein, mempercepat penuaan buah, mempekuat batang tanaman, dan
meningkatkan hasil biji-bijian dan umbi-umbian. Selain itu fosfor juga berfungsi
untuk membantu proses respirasi dan aslimiasi (Parnata, 2004).
Kekurangan fosfor menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan
akar tidak baik, dan pertumbuhan cabang atau ranting meruncig. Selain itu,
kekurangan fosfor dapat menyebabkan pemasakan buah terlambat, warna daun
lebih hijau daripada keadaan normalnya,daun yang sudah tua tampak menguning
sebelum waktunya, serta hasil buah atau biji kurang. Banyak kekurangan fosfor
menyebabkan tanaman tidak berbuah (Parnata, 2004).
3. Kalium (K)
Unsur kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang
membentuk tanaman. Kalium khusus terdapat di dalam cairan sel di dalam
bentuk ion-ion K+ .Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian
tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung
kalium (Makiyah, 2013). Menurut Haryadi (2015), menyatakan bahwa proses
pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur hara seperti nitrogen dan
fosfor yang tersedia bagi tanaman. Kedua unsure hara ini berperan dalam
pembentukan sel-sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik
dalam tanaman yang mempengaruhi pertubuhan vegetatif tanaman.Fase
pertumbuhan vegetatif dibutuhkan juga ketersediaan kalium.Unsur kalium
berperan dalam mengatur pergerakan stomata, sehingga dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan daun. Kalium berperan sebagai aktifator dari
berbagai enzim yang penting dalam proses fotosintesis dan respirasi, sehingga
dapat mengatur potensial osmotik dan pengambilan air yang mempunyai
pengaruh positif terhadap penutupan dan pembukaan stomata.
Kalium berfungsi untuk membantu pembentukan protein dan
karbohidrat.Selain itu, kalium berfungsi untuk memperkuat jaringan tanaman
dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit
dan kekeringan.Jika kekurangan kalium, tanaman tidak tahan terhadap penyakit,
kekeringan, dan udara dingin (Parnata, 2004).
12

Kekurangan kalium dapat menghambat pertumbuhan tanaman serta daun


tampak agak keriting dan mengilap.lama kelamaan daun akan menguning di
bagian pucuk dan pinggirnya. Akhirnya, bagian daun antara jari-jari menguning,
sedangkan jari-jarinya tetap hijau.Selain itu, kekurangan kalium menyebabkan
tangkai daun lemah sehingga mudah terkulai dan kulit biji keriput (Parnata,
2004).

2.3 Pupuk Organik


Pupuk organik merupakan pupuk yang berperan meningkatkan aktifitas
biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman. Saat ini sebagian besar petani masih tergantung pada
pupuk anorganik karena mengandung beberapa unsur hara dalam jumlah yang
banyak, padahal jika pupuk anorganik digunakan secara terus-menerus akan
menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi tanah(Rahmah et al., 2014).
Pupuk organik terdapat dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan
pupuk organik cair adalah unsur hara yang terdapat didalamnya lebih mudah
diserap tanaman. Pemberian pupuk organik cair juga harus memperhatikan dosis
yang diaplikasikan terhadap tanaman. Mengakibatkan timbulnya gejala
kelayuan pada tanaman (Rahmah et al., 2014).
Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses
pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara
melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis
pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos
atau campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak
jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan.
Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap.Jadi
tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama.Setelah jadi
biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara
menyiramkan pupuk pada permukaan tanah disekitar tanaman, tidak
disemprotkan ke daun(Rahmah et al., 2014).
13

Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik
yang difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme
hidup.Bahan bakunya dari material organik yang belum terkomposkan.Unsur
hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair tipe ini benar-benar berbentuk
cair.Jadi larutannya lebih stabil.Bila dibiarkan tidak mengendap.Oleh karena itu,
sifat dan karakteristiknya pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk
padat yang dilarutkan ke dalam air(Rahmah et al., 2014).

2.4 Fermentasi Pupuk Organik Cair


Proses fermentasi merupakan suatu proses pemecahan senyawa kompleks
menjadi senyawa yang sederhana. Dalam proses mokrobiologi, fermentasi
dilakukan oleh mikroba yang menghasilkan atau mempunyai enzim yang sesuai
dengan proses tersebut. Affandi (2008), menjelaskan fermentasi sering
didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara
anaerobik (tidak membutuhkan oksigen).Karbohidrat terlebih dahulu akan
dipecah menjadi unit-unit glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim
glukosidase, dengan kedua enzim tersebut pati akan segera terdegradasi menjadi
glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkohol.
Berdasarkan kebutuhan oksigen, fermentasi dibedakan menjadi dua,
yaitu:1) fermentasi aerob, merupakan fermentasi yang prosesnya memerlukan
oksigen karena dengan adanya oksigen maka mikroba dapat mencerna glukosa
menghasilkan air, CO2, dan sejumlah energi, dan 2) fermentasi anaerob,
merupakan fermentasi yang tidak membutuhkan adanya oksigen karena beberapa
mikroba dapat mencerna bahan energi tanpa adanya oksigen (Afrianti, 2005
dalam Muin, Hakim & Febriyansyah, 2015).
Pada pembuatan pupuk terjadi fermentasi anaerob. Kondisi anaerob
diartikan sebagai proses dekomposisi bahan organik tanpa memerlukan O 2.
Menurut Bimantoro (2012), menjelaskan proses fermentasi anaerob pada pupuk
sebagai berikut:
14

Mikroba anaerob
Bahan organik CH4 + hara + humus
N, P, K

Saccharomyces cereviciae
Sayuran
CH4 + hara + humus
(kubis, sawi putih, sawi hijau)
N, P, K

Pupuk organik cair dari limbah sayuran dibuat dengan cara fermentasi.
Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa
sederhana yang melibatkan mikrooganisme. Prinsip fermentasi ini adalah bahan
organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu
(Affandi, 2008). Ditambahkan oleh Hidayati et al(2011), menyatatakan bahwa
dalam proses fermentasi bisa memanfaatkan ragi atau fermen karena ragi
mengandung mikroorganisme seperti Saccharomyces cereviciae. Ragi
Saccharomyces cereviciae dapat digunakan sebagai aktivator dalam proses
pengomposan pupuk organik, selain itu ragi memiliki sifat pereduksi yang kuat
sehingga dapat mendegradasi bahan organik.
Ragi Saccharomyces cereviciae bersifat fermentatif dengan memecah
glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol.Namun dengan adanya oksigen,
Saccharomyces cereviciae juga dapat melakukan respirasi yaitu dengan
mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air (Hidayati et al.,
2011).Indikator kualitas pupuk organik cair menurut Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 261/Permentan/Sr.310/4/2019 minimum mengandung unsur hara
diantaranya Nitrogen (N) 2-6%, Fosfor (P2O5) 2-6%, dan Kalium (K2O) 2-6%
(Peraruran Menteri Pertanian, 2019).
Pupuk organik cair yang sudah matang memiliki ciri tidak berbau busuk
dan justru berbau fermentasi (sepeti tape).Jika berbau busuk maka artinya
fermentasi gagal dan airnya malah justru berisi bakteri jahat dan senyawa kimia
berbahaya. Jika setelah 2-3 hari tampak daun tanaman berubah menjadi lebih
hijau segar dan tumbuh pesat maka artinya POC itu mengandung nutrisi yang
baik untuk tanaman (Pranata, 2004).
15

Cara pembuatan pupuk organik cair adalah sebagai berikut:


1) Menyiapkan bahan – bahan yang diperlukan seperti sisa sayuran, ragi tape,
gula merah dan air.
2) Sayuran kubis, sawi hijau dan sawi putih di cuci bersih. Kemudian dicincang
dan dihancurkan dengan memblender sayuran.
3) Memasukan sayuran yang sudah diblender kedalam ember bertutup,
kemudian mencampur ragi tape masing-masing tanpa ragi (kontrol), 5 gr, 10
gr, 15 gr, 20 gr dan 25 gr, dan 0,5 liter air, aduk hingga homogen.
4) Menutup rapat ember, kemudian meletakan ember ditempat yang tertutup.
Membiarkan selama 14 hari. Setelah 14 hari, campuran ini dipisahkan antara
yang padat dengan yang cair menggunakan saringan santan. Bagian yang
padat digunakan sebagai kompos dan bagian cair merupakan pupuk organik
cair yang siap di uji kandungan unsur hara makro (NPK).

2.5 Ragi
Pembuatan pupuk cair dipadatkan dari proses fermentasi padat terlebih
dahulu kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi cair secara aerob. Peran
mikroorganisme dalam proses fermentasi sangat menentukan kualitas produk
yang dihasilkan. Penambahan mikroorganisme pada proses fermentasi berfungsi
sebagai activator yang membantu meningkatkan proses degradasi bahan organik
menjadi senyawa yang lebih sederhana agar mudah diserap oleh tanaman. Salah
satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai activator dalam proses fermentasi
pupuk cair adalah ragi Saccharomyces cerevisiae(Hidayati et al., 2011).
Saccharomyces cerevisiae merupakan spesies yang termasuk dalam
kelompok khamir berbentuk oval.Saccharomyces cerevisiae bersifat
fermentative, yaitu mampu memecah glukosa menjadi karbon dioksida dan
alcohol.Namun dengan adanya oksigen, Saccharomyces cerevisiae juga dapat
melakukan respirasi yaitu memecah gula menjadi karbon dioksida dan air
(Hidayati et al., 2011). Menurut Nurlaila(2016), menyatakan ragi Saccharomyces
cerevisiae dapat digunakan sebagai activator dalam proses pengomposan dan
16

mempunyai sifat pereduksi yang kuat, sehingga dapat mendegradasi bahan


organik.
Ragi Saccharomyces cereviciae bersifat fermentatif dengan memecah
glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol.Namun dengan adanya oksigen,
Saccharomyces cereviciae juga dapat melakukan respirasi yaitu dengan
mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air (Hidayati et al.,
2011).Indikator kualitas pupuk organik cair menurut Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 261/Permentan/Sr.310/4/2019 minimum mengandung unsur hara
diantaranya Nitrogen (N) 2-6%, Fosfor (P2O5) 2-6%, dan Kalium (K2O) 2-6%
(Peraruran Menteri Pertanian, 2019).
Kandungan N dalam pupuk cair dipengaruhi oleh kualitas substrat yang
difermentasi dan proses fermentasi. Penambahan Saccharomyces cereviciae
selain membantu proses degradasi bahan organik pada awal fermentasi padat,
Saccharomyces cereviciae juga menyumbangkan sejumlah protein sel tunggal
yang diperoleh dari proses ekstrasi substrat padat menjadi substrat cair, yang
selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar pupuk cair (Hidayati et al., 2011).
Kandungan (P2O5) berkaitan dengan kandungan N dalam substrat,
semakin besar kandungan N maka kegunaan mikroorganisme yang merombak
fosfor akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan kandungan fosfor dalam
pupuk cair. Kandungan fosfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian besar
mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor terjadi
terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar
mikroorganisme (Hidayati et al., 2011).
Kalium (K2O) tidak terdapat dalam protein, kalium hanya berperan dalam
pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan mikroorganisme dalam
substrat sebagai katalisator, dengan keberadaan bakteri dan aktivitasnya akan
sangat berpengaruh dalam peningkatan kandungan kalium. Kalium diikat dan
disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didegradasi kembali maka
kalium akan tersedia kembali (Hidayati et al., 2011).
17

2.6 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar


Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan
atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan
seseorang dapat belajar secara individual.Sumber belajar dapat berasal dari
berbagai bentuk, misalnya orang, yakni ketika menyediakan diri mereka sebagai
manusia sumber yang tersedia setiap saat sehingga dapat memecahkan kesulitan
peserta ajar secara individual. Sumber belajar lain adalah laboratorium yang
dapat digunakan setiap saat dari berbagai bentuk media instruksional seperti
buku, catatan berstruktur, kaset video, berbagai program slide-tape, dan
komputer. Konsep sumber lebih mengacu pada pengertian sumber belajar yang
lebih luas dan bukan diartikan sebagai sarana audiovisual. Oleh karena itu,
sumber belajar dapat mencakup barang cetak, lingkungan, dan nara sumber
(Tahar & Eceng, 2006).
Pengeloaan materi dalam pembelajaran adalah salah satu aspek
pentingdalam mewujudkan pembelajaran yang efektif.UU nomor 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan
guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar tertentu. Pengelolaan materi
pelajaran mencakuppemilihan,pengembangan, pengorganisasian, penyajian, serta
penentuan strategi dan prosedur pembelajaran. Berkaitan dengan pelaksanaan
Kurikulum 2013, pengelolaan materi pelajaran menjadi hal yang tidak mudah
karena harus dilaksanakan dengan tepat sehingga mampu memenuhi kebutuhan
siswa dalam mengembangkan minat dan potensinya.
Pemanfaatan sumber belajar ditandai dengan kemampuan memilih sumber
belajar yang sesuai dengan kebutuhan, pengadaan bahan ajar, dan bentuk
interaksi dengan bahan ajar yang digunakan.Dengan pemilihan dan pemanfaatan
sumber belajar tersebut, kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.Adanya
pengelolaan kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber belajar maka
kegiatan menghasilkan dan/atau memilih sumber belajar, serta orang, lembaga
yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar
kegiatan pembelajaran lebih berdaya guna, berhasil guna, dan produktif(Tahar &
Eceng, 2006).
18

Berdasarkan kurikulum 2013 untuk SMA kelas X materi Perubahan


Lingkungan/ Iklim dan Daur Ulang Limbah maka dapat dilihat dalamKD
4.10 Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur
ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan.Pemanfaatan dalam
menggunakan sumber belajar dapat dijadikan sebagai studi literatur, sehingga
studi literatur ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam melakukan suatu kegiatan
percobaan tentang melestarikan lingkungan dengan cara mengolah limbah
disekitar lingkungan.
19

2.7 Kerangka Konseptual

Penggunaan pupuk anorganik


berlebihan merusak kualitas kesuburan
tanah

Solusi

Pupuk organik yang ramah lingkungan

Limbah sayuran
mengandung unsur makro
Limbah sayuran
dan mikro yang dibutuhkan
tanaman seperti N, P, K,
Ca, Fe, Zn.
Fermentasi dengan penambahan ragi

Selama 14 hari

Meningkatkan kandungan unsur hara


makro

Nitrogen Fosfor Kalium

Data hasil penelitiam berupa Dimanfaatkan sebagai


kandungan N, P, dan K pupuk cair sumber belajar biologi

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual


20

2.8 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ada pengaruh konsentrasi ragi terhadap kualitas NPK pupuk organik cair
limbah sayuran.

Anda mungkin juga menyukai