Pupuk Cair

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Diskripsi Teori

1. Tinjauan Pupuk Organik Cair Urine Kelinci

a. Pupuk cair

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil

dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami.

Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang

sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara alami.

Dapat diakatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan yang

sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman,

dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan

kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi.1

Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat

mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk

pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair mempunyai banyak kelebihan

diantaranya, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti

mikrooganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam

bentuk kerimg. Pupuk organik cair apabila dicampur dengan pupuk organik

padat, dapat diaktifkan unsur hara dalam pupuk organik padat.2

1
Muhammad khoirul Huda, Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi Dengan
Aditif Tetes Tebu (Molasses) Metode Fermentasi, (Semarang, 2013) hal 14
2
Nur Azizah, Pengaruh Jenis Dekomposer Dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas
Pupuk Cair (Biourine) Kelinci, (Makasar, 2017) hal 21

16
17

Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau

disebut sebagai pupuk cair foliar mengandung hara makro dan mikro

essensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat

mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga

meningkatkan kemampuan fotosintesis 10 tanaman dan penyerapan

nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman

menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap

kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit,

merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan

bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.3

Berdasarkan segi fisiknya pupuk kandang cair memang lebih bau

dibandingkan pupuk kandang padat, namun pupuk cair memiliki berbagai

keunggulan. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur

itu terdiri dari Nitrogen (N), fosfor (F), dan kalium (K), nitrogen digunakan

untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Fosfor digunakan untuk

merangsang pertumbuhan akar, buah dan biji. Sementara kalium digunakan

untuk meningkatkan ketahanantanaman terhadap serangan hama dan

penyakit.

3
Kelik Wijaya, Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Pemberian Pupuk
Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.), (Surakarta, 2010), hal 9
18

Kelebihan dari pupuk organik adalah dapat secara cepat mengatasi

defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu

menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair

anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman

walaupun digunakan sesering mengkin. Selain itu pupuk ini juga memiliki

bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah

bisa langsung digunakan oleh tanaman. Pupuk cair lebih mudah terserap

oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman

menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan

menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya

diberikan di sekitar tanaman, tetapi juga di bagian daun – daun.4

b. Pupuk cair urin kelinci

Pupuk urin dari hewan ternak bermacam-macam, salah satunya

adalah urin kelinci. Kelinci dapat menghasilkan feses atau kotoran dan urin

dalam jumlah yang cukup banyak namun tidak banyak digunakan oleh para

peternak kelinci. Feses dan urin kelinci lebih baik diolah menjadi pupuk

organik daripada terbuang percuma. Penggunaan urin kelinci sebagai pupuk

organik cair selain bermanfat untuk meningkatkan kesuburan tanah, juga

dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani

bahkan dapat menambah pendapatan peternak. Pupuk organik cair yang

4
Rudi Nal Adiatma, Karakteristik Dan Analisis Keuntungan Pupuk Organik
Cair Biourine Sapi Bali Yang Diproduksi Menggunakan Mikroorganisme Lokal (Mol)
Dan Lama Fermentasi Yang Berbeda, (Makasar, 2016) hal 18
19

berasal dari urin kelinci mempunyai kandungan unsur hara yang cukup

tinggi lebih tinggi daripada kandungan unsur hara pada sapi dan kambing.5

Kelinci menghasilkan urine yang mengandung nitrogen yang sangat

tinggi, disebabkan karena kelinci lebih banyak mengkonsumsi tanaman

hijauan, urine kelinci memiliki kandungan unsur Nitrogen (N), Phosfor (P),

Kalium (K) yang lebih tinggi (2.72%, 1.1%, dan 0,5%) dibandingkan

dengan urine ternak lainnya seperti sapi yaitu N (0,5%), P (0,2%) dan K

(0,5%) sedangkan pada domba yaitu N (1,50%), P (0,33%) dan K (1,35%).6

Pupuk organik cair urine kelinci bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman,

herbisida pra-tumbuh dan dapat mengendalikan hama penyakit, mengusir

hama tikus, walang sangit dan serangga kecil pengganggu lainnya.

Urine kelinci merupakan cairan yang mampu memberikan suplai

nitrogen yang cukup tinggi bagi tanaman, hal ini disebabkan oleh tingginya

kadar nitrogen yang terdapat didalamnya. Jika dibandingkan dengan hewan

pemakan rumput lainnya, urine kelinci memiliki kadar nitrogen yang tinggi

karena kebiasaannya yang tidak pernah minum air dan hanya

mengkonsumsi hijauan saja.7 Urin kelinci selain bermanfaat untuk

pertumbuhan tanaman juga merupakan pupuk organik yang mempunyai

5
Melda Yuartaria Sembiring, dkk, “Pengaruh Dosis Pupuk Urin Kelinci
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Tomat”, Jurnal Produksi Tanaman
Vol. 5 No. 1, Januari 2017: 132 – 139
6
Bina Karo, dkk, “Efek Tehnik Penanaman Dan Pemberian Urin Kelinci
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang Granola (Solanum Tuberosum
L)” Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Inovasi Teknologi Pertanian
7
Yuliani, “Pemanfaatan Urine Kelinci Dan Mol (Mikroorganisme Lokal) Dari
Keong Emas Untuk Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai Edamame
(Glycine Max L.)”,
20

pengaruh terhadap sifat fisik, kimia tanah dan biologi tanah. Dosis pupuk

yang diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan

memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan. Pemberian pupuk

yang berlebih akan memberikan efek keracunan, sedangkan pemberian

pupuk yang kurang dari kebutuhan juga tidak akan memberikan

pertumbuhan yang baik.8

Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu

terdiri dari Nitrogen (N), fosfor (F), dan kalium (K), nitrogen digunakan

untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Fosfor digunakan untuk

merangsang pertumbuhan akar, buah dan biji. Sementara kalium digunakan

untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan

penyakit.9

Kandungan nitrogen dalam tanaman paling banyak dibanding hara

mineral yang lain, yaitu sebanyak 2-4% dari berat kering tanaman. Nitrogen

memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil, yang menjadikan

daun berwarna hijau. Warna daun ini merupakan petunjuk yang baik bagi

arah nitrogen suatu tanaman. Kandungan nitrogen yang tinggi menjadikan

dedaunan lebih hijau dan mampu bertahan lama. Tanaman yang kaya

8
Anggitania Segari, dkk, “Pengaruh Macam Media Dan Dosis Urin Kelinci
Terhadap Hasil Tanaman Seledri (Apium Graveolens, L.)”, Vigor: Jurnal Ilmu Pertanian
Tropika Dan Subtropika 2 (1): 1 - 4 (2017)
9
Nur Azizah, “Pengaruh Jenis Dekomposer Dan Lama Fermentasi Terhadap
Kualitas Pupuk Cair (Biourine) Kelinci”, (Skripsi, Makassar, Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin Makassar,2017) hal 44
21

nitrogen akan memperlihatkan warna daun kuning pucat sampai hijuan

kemerahan, sedangkan jika kelebihan unsur nitrogen akan berwarna hijau

kelam.10 Semakin banyak asupan nitrogen, maka semakin cepat pula sintesis

karbohidart yang diubah menjadi protein dan protoplasma. Fungsi dari

unsur nitrogen bagi tanaman antara lain adalah membantu dalam proses

fotosintesis yang selanjutnya digunakan untuk membentuk sel baru,

pemanjangan sel, dan penebalan jaringan selama fase pertumbuhan

vegetatif. pupuk urea mengandung 46% nitrogen, berbentuk butiran kering.

2. Tinjauan tentang Fermentasi

Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk cair dapat dilakukan

melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses pemecahan

senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan

mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme

(enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia

lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu subsrat organik

dengan menghasilkan produk akhir. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan

limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan

kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon

untuk fermentasi telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua

tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif dapat mengkonversi

10
Muhammad Khoirul Huda, “Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi
Dengan Aditif Tetes Tebu (Molasses) Metode Fermentasi”, (Skripsi, Semarang, Jurusan
Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang
,2013) hal 13
22

selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri

obligate dapat merespon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik

menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternative untuk energi.11

Bahwa fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan

karbohidrat dan asam amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan

oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit - unit

glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim glukosidose, dengan

adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi

glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi

alkhohol.12

Hasil fermentasi diperoleh dari metabolisme mikroba-mikroba pada

suatu bahan pangan dalam keadaan anaerob. Mikroba yang melakukan

fermentasi membutuhkan energi yang umumnya diperoleh dari glukosa

C6H12O6. Pada kondisi aerob, mikroba mengubah glukosa menjadi air,

CO2 dan energi (ATP). Hasil penguraian pada kondisi anaerob adalah air,

CO2, energi dan sejumlah asam organik lainnya yang mudah menguap.13

Perkembangan mikroba-mikroba dalam keadaan anaerob biasanya disebut

sebagai proses fermentasi.14

11
Muhammad Khoirul Huda, “Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi Dengan
Aditif Tetes Tebu (Molasses) Metode Fermentasi”, (Skripsi, Semarang, Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,2013) hal 17
12
Emilia Vianney Jainurti, “Pengaruh Penambahan Tetes Tebu (Molasse) Pada
Fermentasi Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.)”, Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016, hal 11
13
Muhiddin, N. H., Juli, N., dan Aryantha, “Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi
Ubi Kayu melalui Proses Fermentasi” Jurnal Matematika dan Sains. Vol 6. Hal 1 – 12.
14
Muchtadi, T. dan F. Ayustaningwarno. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan.
Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
23

Secara sederhana reaksi pada proses fermentasi sebagai berikut:

• Kondisi aerobik : C organik + O2 → C5H7O2N + CO2

• Kondisi anaerobik : C organik teroksidasi + asam organik

→ sel mikroba metana + CO2 + alkohol

Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang

dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan,

diantaranya tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan

tetapi dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan

hidupnya. Kemudian dampak lain yang adalah terjadi perubahan-perubahan

yang merugikan dimana N menguap. Di dalam pupuk cair N terdapat

sebagai ureum CO(NH2)2, NH4, NO3 dan asam urine C3H4N4O3. Yang

terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah ureum karena

N yang sangat tinggi (48%).

Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan

mengolahnya menjadi pupuk cair dan agar lebih meningkatkan kandungan

haranya, maka perlu ditambahkan tetes tebu yang memiliki kandungan

bahan organik yang dapat meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan.15

Jika kita hanya memanfaatkan fermentasi urine saja, maka urine yang

dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu maksimal hasilnya pada tanaman.

Maka dari itu, proses ini memerlukan material tambahan dalam pembuatan

pupuk tersebut. Material tersebut dapat diperoleh dari tetes tebu (molasses).

15
Ibid, Muhammad Khoirul Huda, “Pembuatan Pupuk Organik…. hal 3
24

Tetes tebu adalah limbah atau produk sisa dari pembuatan gula yang

tidak dapat dikristalkan lagi dan mengandung gula yang tinggi yaitu 34-

45%.16 Tetes tebu dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi sebagai

sumber energi untuk mikroorganisme. Molasse dapat dijadikan bahan

alternatif untuk sumber energi dalam media fermentasi karena mengandung

nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan pertumbuhan sel mikroorganisme.

Kandungan gula dan sukrosa pada molasse berkisar 48-55%, sehingga

cukup potensial untuk fermentasi asam asetat yang merupakan sumber

glukosa utama bagi bakteri. Tetes tebu merupakan hasil samping industri

gula yang mengandung senyawa nitrogen, trace element dan kandungan

gula yang cukup tinggi terutama kandungan sukrosa sekitar 34% dan

kandungan total karbon sekitar 37%.17

Prinsip fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik

menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikrorganisme.

Mikroorganisme ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan

nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan dalam proses

fermentasi. Tetes tebu berfungsi untuk fermentasi urine dan menyuburkan

mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasse)

16
Fitri Hartina, Akyunul Jannah, Anik Maunatin, “Fermentasi Tetes Tebu Dari Pabrik
Gula Pagotan Madiun Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Untuk Menghasilkan Bioetanol
Dengan Variasi Ph Dan Lama Fermentasi” Alchemy, Vol. 3 No.1 Maret 2014, Hal 93 - 100
17
Desniar dkk, Pemanfaatan Tetes Tebu (Molases) Dan Urea Sebagai Sumber Karbon
Dan Nitrogen Dalam Produksi Alginat Yang Dihasilkan Oleh Bakteri Pseudomonas Aeruginosa ,
Jurnal Buletin Teknologi Hasil Perikanan Volume VII Nomor I tahun 2004, hal 27
25

terdapat nutrisi bagi Sacharomyces cereviceae. S. cereviceae merupakan

kelompok mikroba yang tergolong dalam khamir (yeast). 18

S. cereviceae bertugas untuk menghancurkan material organik yang

ada di dalam urin dan tentunya juga membutuhkan nitrogen (N) dalam

jumlah yang tidak sedikit. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba

selama penghancuran material organik. Oleh karena itu dibutuhkan

tambahan material tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen sangat

diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi

urin berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan

bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang

tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan mikroorganisme juga

dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urin menjadi

pupuk dalam waktu yang relatif singkat.

Molasse digunakan secara luas sebagai sumber energi untuk

denitrifikasi, fermentasi anaerobik, pengolahan limbah aerobik, dan

diaplikasikan pada budidaya perairan. Karbohidrat dalam molasse siap

digunakan untuk fermentasi tanpa perlakuan terlebih dahulu karena sudah

berbentuk gula. Molasse mengandung nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan

mikroorganisme, sehingga dapat dijadikan bahan alternatif untuk sumber

energi dalam media fermentasi. Sumber energi berguna untuk pertumbuhan

sel mikroorganisme. Kandungan gula pada molasse terutama sukrosa

18
Emilia Vianney Jainurti, “Pengaruh Penambahan Tetes Tebu (Molasse) Pada
Fermentasi Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.)”, Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016, hal 20
26

berkisar 48-55%, sehingga cukup potensial untuk fermentasi asam asetat

yang merupakan sumber glukosa utama bagi bakteri.19

Pada proses dekomposisi urin kelinci ditambahkan lengkuas,

kencur, kunyit, temulawak dan jahe. Kunyit (Curcuma domestica, Val)

adalah salah satu dari banyak jenis tanaman obat yang populer dan mudah

didapatkan di Indonesia. Komponen utama dari kunyit adalah curcuminoid

dan minyak atsiri, yang diperoleh melalui proses ekstraksi.20 Bau urin

kelinci diharapkan dapat dinetralisir dengan minyak atsiri yang terkandung

dalam empon-empon. Minyak atsiri tersusun atas eugenol, yang berfungsi

sebagai antimikroba, sehingga mikroba anaerob dalam proses pengomposan

dapat berkurang. Berkurangnya mikroba anaerob ini menyebabkan

berkurangnya bau pada biourin.21

3. Tinjauan tentang Em4

Teknologi EM4 adalah teknologi fermentasi yang dikembangkan

pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari University Of The Ryukyus,

Okinawa Jepang sejak tahun 1980. EM4 merupakan kultur campuran dari

beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan

19
Nurlailah Mappanganro, Dkk, “Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Stroberi Pada
Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Urine Sapi DenganSistem Hidroponik
Irigasi Tetes”, Jurnal Pascasarjana Program Studi Sistem-Sistem Pertanian Universitas
Hasanuddin, Hal 36
20
Risky Hermawan, Dkk. “Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit Dan Sodium Butirat
Dalam Ransum Terhadap Performa Kelinci Peranakan New Zealand White” Jurnal Universitas
Padjadjaran, Hal 3
21
Yulia Nuraini, dkk. “Peningkatan Kualitas Biourin Sapi Dengan Penambahan Pupuk
Hayati Dan Molase Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Pakchoy”
jurnal J. Hort. Indonesia 8(3): 183-191. Desember 2017, hal 184
27

tanaman. EM4 adalah cairan yang berisi mikroorganisme yang dapat

memecah senyawa polimer (dalam hal ini adalah karbohidrat, lemak, dan

protein) menjadi senyawa monomernya. Effective Microorganism4 (EM4)

berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi, di antaranya bakteri

fotositetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes sp. dan ragi.

EM4 digunakan untuk pengomposan modern. EM4 diaplikasikan sebagai

inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di

dalam tanah dan tanaman yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan,

pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman.22 EM4 berupa

larutan cair berwarna kuning kecoklatan. Cairan ini berbau sedap dengan

rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5 apabila tingkat

keasaman melebihi 4,0 maka cairan ini tidak dapat digunakan lagi.23

a. Bakteri fotosintetik

1) Mensintesis bahan-bahan organik menjadi asam amino, asam

nukleat.

2) Meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

b. Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp)

1) Menghasilkan asam laktat dan gula.

2) Menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan.

22
Tri Ratna Ardiningtyas, Pengaruh Penggunaan Effective Microorganism 4 (Em4) Dan
Molase Terhadap Kualitas Kompos Dalam Pengomposan Sampah Organik Rsud Dr. R. Soetrasno
Rembang, (Universitas Negeri Semarang, 2013) hal 17
23
Nelly Anggraeni , Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Paitan (Thitonia
Diversivolia) Dan Urin Kelinci Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera
Amoena Voss.), (Yogyakarta: 2017), hal 16
28

c. Ragi

1) Membentuk zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan

tanaman dari asam-asam amino dan gula yang dikeluarkan

oleh bakteri fotosintesis.

2) Meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar.

d. Actinomysetes

1) Menghasilkan zat-zat antimikroba dari asam amino yang

dihasilkan oleh bakteri fotosintesis dari bahan organik

2) Menekan pertumbuhan jamur dan bakteri.

e. Jamur fermentasi

1) Menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan

alkohol, ester dan zat-zat antimikroba.

2) Menghilangkan bau, mencegah serbuan serangga dan ulat yang

merugikan

EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang

selalu menjadi masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman

sejenis secara terus-menerus (continous cropping).24 EM4 dapat digunakan

untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih

cepat dibandingkan dengan pengolahan limbah secara tradisional. Kompos

yang dihasilkan dengan cara ini ramah lingkungan berbeda dengan kompos

24
Ryan Adi Kharisma, Pengaruh Penambahan Bahan Aktif Em4 Dan Kotoran Ayam
Pada Kompos Alang-Alang (Imperata Cylindrica) Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina
Arborea, ( Skripsi; Bogor, 2006) , hal 13
29

anorganik yang berasal dari zat-zat kimia. Kompos ini mengandung zat-zat

yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik yang baik bagi tanaman.

Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari peranan mikroba yang

bertindak sebagai pengurai atau dekomposer berbagai limbah organik yang

dijadikan bahan pembuat pupuk organik. Aktivator mikroba memiliki

peranan penting karena digunakan untuk mempercepat pembuatan pupuk

organik EM4 dapat bekerja efektif dengan menambah unsur hara apabila

bahan organik dalam keadaan cukup. Bahan organik tersebut merupakan

bahan makanan dan sumber energi. Dalam penggunaan EM4 memerlukan

dedak sekitar 10% dari jumlah bahan. Sebagai sumber makanan bakteri

maka pada tahap awal diperlukan molases atau gula sebanyak 0,1% dari

jumlah bahan.25

4. Tinjauan Tanaman Seledri (Apium graviolens L)

Seledri merupakan tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dengan

baik pada dataran tinggi, terutama pada daerah yang berhawa sejuk. Seledri

berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia, yang ditemukan pada

ketinggian di atas 900 m di atas permukaaan laut. Seledri merupakan

tanaman biennial, tetapi dapat dipanen dalam setahun (annual) untuk

diambil bagian vegetatifnya. Siklus hidupnya dapat diselesaikan setahun

apabila tanaman tersebut selama masa perkembangannya berada pada

temperatur yang rendah. Masa panennya tergantung dari tipe, kultivar, dan

25
Fitria, Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan
Menggunakan Asam Asetat dan EM4 (Effective Microorganisme 4), (Institut Pertanian Bogor,
2008) hal 15
30

permintaan pasar, tetapi bervariasi dari 2-3 bulan. Tanaman seledri juga

dapat tumbuh pada dataran rendah, tetapi batang yang dihasilkan lebih kecil

daripada yang ditanam pada dataran tinggi.26 Seledri merupakan keluarga

umbelliferae dan satu keluarga dengan wortel, piterseli, ketumbar, dan

mitsuba, serta termasuk genus apium dan spesies Apium graveolens L.

Berdasarkan bentuk (habitus) pohonnya, tanaman seledri dapat dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu seledri daun, seledri potong, dan seledri

umbi.27 Seledri daun (A. graveolus L. Var.secalinum Alef.) Merupakan

seledri yang banyak ditanam di Indonesia. Tumbuh pada tanah agak kering

dan dipanen pada bagian daunnya atau batangnya saja. Cara memanennya

dengan langsung mencabutnya. Seledri potong (A. graveolus L. var.

sylvestre Alef.) tumbuh pada pasir atau kerikil yang banyak airnya, tetapi

tidak menggenang. Dipanen bagian batangnya saja dan dengan cara

memotong pada pangkal batangnya. Seledri umbi (A. graveolus L. var.

rapaceum Alef.) Batang seledri berumbi sehingga membengkak

membentuk umbi. Dipanen bagian daunnya dan dengan cara memetik

daunnya saja.

Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan,

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh- tumbuhan)

26
Bina Listyari Putri, “Analisis Diosmin Dan Protein Tanaman Seledri (Apium
Graveolens L.) Dari Daerah Cipanas Dan Ciwidey”, (Skripsi: Institut Pertanian Bogor Bogor,
2006) Hal 07
27
Munawir, Analisis Pendapatan Dan Produktivitas Seledri (Apium Graveolens L) Pada
Usahatani Di Desa Cucum Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, (skripsi tidak
diterbitkan: Banda Aceh 2015) hal 11
31

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Class : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Umbellifarales

Family : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus : Apium

Species : Apium graveolens L..28

Tanaman seledri termasuk tanaman dikotil (berkeping dua) dan

merupakan tanaman setahun atau dua tahun yang berbentuk rumput atau

semak. Tanaman seledri tidak bercabang. Susunannya terdiri dari daun,

tangkai daun, batang dan akar.29 Karakteristik yang khas dari tanaman ini

adalah daun berpangkal pada batang dekat tanah, bertangkai dan bagian

bawahnya sering terdapat daun muda di kedua sisi tangkainya, serta bentuk

helaian daunnya menyerupai lekukan tangan. Batang tanaman seledri sangat

pendek sekitar 3 - 5cm, sehingga seolah - olah tidak kelihatan. Sistem

perakarannya menyebar ke semua arah sekitar 5 - 9 cm, pada kedalaman 30

- 40 cm. Ciri-ciri morfologi seledri (Apium graveolens L.) sebagai berikut:

a. Batang

28
Rahmandani, “Respon Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium Graveolus L.) Pada
Komposisi Media Gambut Dan Bahan Organik Dengan Pola Tanam Vertikultur” (Skripsi:
Fakultas Pertanian – Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, 2018), Hal 11
29
Bina Listyari Putri, “Analisis Diosmin Dan Protein Tanaman Seledri (Apium
Graveolens L.) Dari Daerah Cipanas Dan Ciwidey”, (Skripsi: Institut Pertanian Bogor Bogor,
2006) Hal 13
32

Seledri merupakan tanaman jenis semak dengan tinggi mencapai 50

cm. Batang tidak berkayu, berbentuk persegi, beralur, beruas,

bercabang, tegak dan berwarna hijau pucat.

b. Daun

Daun tanaman seledri termasuk jenis daun majemuk, menyirip

ganjil, anak daun berjumlah 3-7 helai, pangkal dan ujungnya

runcing, tepi beringit, panjang 2- 7,5 cm, bertangkai, pertulangan

menyirip, dan berwarna hijau keputihan.

c. Bunga

Bunga tanaman seledri merupakan bunga majemuk, berbentuk

payung, mahkota berbagi lima, dan bagian pangkal berlekatan.

d. Buah

Seledri memiliki buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1- 1,5 mm,

dan berwarna hijau kekuningan.

e. Akar

Akar tanaman seledri yaitu akar tanggung dan memiliki serabut akar

yang menyebar kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm dari

pangkal batang dan akar

dapat menembus tanah sampai kedalaman 30 cm, berwarna putih

kotor.30

30
Lesti Trianti, “Pemanfaatan Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri
(Apium Graveolens L) Sebagai Penunjang Praktikum Fisiologi Tumbuhan”, (Skripsi: Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2017), Hal
13
33

Pertumbuhan dan perkembangan tidak lepas dari faktor lingkungan

yang meliputi iklim dan jenis tanah. Tanaman sayur dapat tumbuh dengan

baik jika lingkungannya mendukung. Untuk memperoleh hasil tanaman

yang optimal harus memperhatikan syarat tumbuh tanaman. Setiap jenis

tanaman memiliki kekhususan yang berbeda. Setiap jenis tanaman

membutuhkan syarat tumbuh yang tidak sama. Pada proses penanaman

tanaman, ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya,

beberapa diantaranya yaitu, iklim, suhu, air, radiasi, dan jenis tanaman itu

sendiri.31 Iklim untuk pertumbuhan tanaman seledri yaitu bersuhu sedang

dengan curah hujan rata-rata dan bersuhu tinggi (pegunungan) dengan curah

hujan tinggi dan berhawa dingin. Suhu Setiap jenis tanaman sayur

mempunyai batas suhu yang minimal, maksimal, dan optimal yang berbeda-

beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya.

Suhu menjadi faktor penting dalam menentukan tempat dan waktu

penanaman yang tepat. Untuk tanaman seledri dapat ditanam pada suhu

berkisar antara 15- 240C. Air adalah faktor penting dalam produksi tanaman

sayur karena berpengaruh terhadap kelembapan tanah. Jumlah air yang

berlebihan dalam tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis

bagi akar tanaman. Curah hujan yang lebat akan mengganggu pembungaan

dan penyerbukan. Penurunan intensitas radiasi matahari akan

memperpanjang masa pertumbuhan tanaman, untuk tanaman seledri

31
Riana Pradina Embarsari, dkk., Pertumbuhan Dan Hasil Seledri (Apium graveolens L.)
Pada Sistem Hidroponik Sumbu Dengan Jenis Sumbu Dan Media Tanam Berbeda, Jurnal Agro
Vol. 2. No.2, 2015, h. 44.
34

memerlukan intensitas cahaya matahari yang cukup. Tanah merupakan

Syarat penting tumbuhnya tanaman seledri karena banyak mengandung

humus (subur), gembur, serta mengandung garam dan mineral. Tanah yang

mengandung garam natrium dan kalsium disukai seledri dan tanah yang

agak kering. Jika tanahnya kekurangan natrium, tanamannya akan menjadi

kerdil. Pertumbuhan, perkembangan serta pergerakan tanaman di

kendalikan oleh hormon. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses

regulasi genetik yang berfungsi sebagai prekursor.32

Faktor lain yang juga sangat menentukan pertumbuhan tanaman,

selain media tanam adalah unsur hara (nutrisi). Kecukupan nutrisi bagi

tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasilnya akan diperoleh.

Penggunaan Pupuk Organik Cair dapat meningkatkan ketersediaan unsur

hara bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman lebih baik.

5. Tinjauan Media Pembelajaran poster

Kata “Media” berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk

jamak dari “medium”, secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Association for Education and Communication Technology (AECT),

mengartikan kata media sebagai segala bentuk dan saluran yang

dipergunakan untuk proses informasi. National Education Association

32
Lesti Trianti, “Pemanfaatan Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri
(Apium Graveolens L) Sebagai Penunjang Praktikum Fisiologi Tumbuhan”, (Skripsi: Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2017), Hal
16
35

(NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta

instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.33 Perlu dikemukakan

pula bahwa kegiatan pembelajaran adalah suatu proses komunikasi. Dengan

kata lain, kegiatan belajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antar

penerima pesan (P) dengan sumber (S) lewat media (M) tersebut. Namun

proses komunikasi itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi balik

(feedback). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20:

‘’Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.34 Berdasarkan uraian di atas

maka secara singkat dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran itu

merupakan suatu alat penyalur pesan atau informasi belajar.

Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk

menyebarkan ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.

Guru menggunakan media pembelajaran yang interaktif, kreatif, dan

menarik dapat memicu keingintahuan siswa. Hal itu tidak lepas dari

kemampuan guru untuk membuat, mencari, mengelola, dan menggunakan

media dengan tepat sehingga akan bermanfaat saat digunakan.35

Media poster dapat menarik perhatian siswa dan dapat membantu

guru mempermudah dalam penyampaian materi Poster sebagai salah satu

33
Tejo Nurseto, “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 8, Nomor 1, April 2011, hal. 20
34
UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20
35
Sri Suwarni, “Peningkatan Minat, Motivasi, Dan Prestasi Belajar Ips Melalui Media
Gambar”, Jurnal Seminar Nasional Universitas Pgri Yogyakarta 2016 Isbn 978-602-73690-6-1,
Hal 689
36

media pembelajaran tentu memiliki kriteria tertentu yang sebaiknya diikuti

agar pemanfaatan media pembelajaran ini lebih optimal. Pemanfaatan

media pembelajaran poster secara optimal mampu memperlancar aktivitas

pembelajaran dan memudahkan interaksi antara guru dan siswa sehingga

kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif. Media pembelajaran poster

dikatakan baik apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang mencakup

tingkat keterbacaan (readability), mudah dilihat (visibility), mudah

dimengerti (legibility), serta komposisi yang baik.

Berdasarkan pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)

yang diselenggarakan oleh Dikti kriteria poster ilmiah yang baik berisi

judul, nama pelaksana, logo instansi, latar belakang, abstrak, metode, hasil,

simpulan, referensi, tanggal dan waktu penelitian, kesimpulan, dan saran.36

Dalam pembuatan poster diperlukan sebuah pedoman yang dapat dijadikan

acuan oleh peneliti. Poster akan dibuat dengan ketentuan-ketentuan sebagai

berikut.

a. Poster berjumlah satu lembar dengan ukuran tinggi x lebar

adalah 80 cm x 60 cm dipasang vertical.

b. Poster hendaknya terbaca dengan baik dalam jarak maksimum

7 kaki atau sekitar 2 meter.

c. Jumlah kata maksimum 250 kata.

36
Pimnas, “Pedoman Pembuatan Poster”, Dalam
Http://Simlitabmas.Ristekdikti.Go.Id/Fileupload/Pengumuman/Pedoman_Pembuatan_Poster.Pdf ,
Diakses Pada 5 Juli 2019
37

d. Pedoman tipografi: disarankan teks rata rinci (justified

menyulitkan / meletihkan kecuali ada pengaturan ruang antar

kata); linespacing 1,2 spasi.

e. Gunakan sub-bab dengan ukuran lebih besar dari teks (dapat

juga memberi garis bawah/menggunakan bold.

f. Batasi panjang kolom tidak lebih dari 11 kata. Gunakan tidak

lebih dari 2 typeface (jenis huruf)/font.

g. Jangan menggunakan huruf kapital semua.

h. Margin harus sesuai dengan besar kolom.

i. Desain lay-out poster harus memperhatikan prinsip

keseimbangan formal-nonformal, yaitu simetris-asimetris,

prinsip kesatuan pengaturan elemen gambar, warna, latar

belakang, gerak mengarahkan mata pembaca mengalir ke

seluruh area poster.

j. Pertimbangkan hirarki dan kontras untuk menunjukkan

penekanan objek atau hal mana yang diutamakan.

k. Isi poster harus dapat terbaca secara terstruktur untuk

kemudahan navigasinya.

l. Poster harus memuat judul, nama pelaksana dan logo Perguruan

Tinggi, latar belakang / introduksi / abstrak, metode, hasil (teks

dan gambar / fotografi / skema), simpulan, referensi (tambahan),

sponsor / lembaga (+logo), detail kontak, tanggal dan waktu

penelitian, keterangan latar belakang, hendaknya singkat


38

langsung kepada tujuan permasalahan (tujuan-metode-hasil

temuan-simpulan dan saran).

m. Lengkapi rencana usaha atau aktivitas usaha secara kuantitatif

(nominal) untuk PMPK, penjelasan teknologi yang diterapkan

bagi mitra sasaran untuk PKM-T, profil masyarakat sasaran dan

luarannya untuk PKM-M, dan teori-metode yang diusung untuk

PKM-P.

n. Gambar produk jika ada akan sangat mendukung impresi

pelaksanaan kegiatan secara visual.

o. Poster dibuat dengan perangkat lunak aplikasi komputer

(dengan grafik, tabel disertai hasil dokumentasi fotografi apa

yang sangat dianjurkan jika ada.

p. Resolusi minimal 300 dpi (29 cm x 44 cm).

q. Poster dipasang di tempat yag telah disediakan dengan tidak

menggunakan bingkai atau bahan penutup lainnya (termasuk

kaca, laminasi, plastik dan sejenisnya).37

B. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,

diantaranya adalah sebagai berikut;

37
Sistem Informasi Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Pedoman Pembuatan
Poster, Jakarta: Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dalam
http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/fileUpload/pengumuman/Pedoman_Pembuatan_Poster.pdf,
diakses pada tanggal 6 juli 2019.
39

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Setia Wati yang berjudul “

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.)

Secara Hidroponik Dengan Nutrisi Pupuk Organik Cair Dari Kotoran

Kambing ” yang menyatakan bahwa Pertumbuhan vegetatif tanaman

cabai merah secara hidroponik dengan perbedaan pemberian konsentrasi

nutrisi pupuk organik cair dari kotoran kambing memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan tinggi batang, jumlah daun

dan jumlah bunga tanaman cabai merah (Capsicum annum L.).38

2. Penelitian yang dilakukan oleh Lesti Trianti yang berjudul “Pemanfaatan

Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium

Graveolens L) Sebagai Penunjang Praktikum Fisiologi Tumbuhan” yang

menyatakan bahwa Pemberian limbah cair tahu berpengaruh nyata

terhadap peningkatan pertumbuhan jumlah daun, jumlah tangkai daun,

maupun tinggi tanaman seledri (Apium graveolens L.). Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah cair tahu dapat

dijadikan sebagai salah satu materi praktikum yang disusun dalam bentuk

modul Praktikum Fisiologi Tumbuhan.39

3. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Susanto yang berjudul “Studi

Komparasi Pemanfaatan Urin Hewan Ternak Terhadap Pertumbuhan

38
Dwi Setia Wati, Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.)
Secara Hidroponik Dengan Nutrisi Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing, (Lampung,
2018)
39
Lesti Trianti, “Pemanfaatan Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri
(Apium Graveolens L) Sebagai Penunjang Praktikum Fisiologi Tumbuhan”, (Skripsi: Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2017), Hal
15
40

Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)” yang menyatakan bahwa

Pemupukan dengan urin hewan ternak kambing dan kelinci berpengaruh

terhadap laju pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.).

Pemupukan dengan urin hewan ternak kambing dan kelinci yang optimal

untuk pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea) adalah pada

urin kambing 20 ml + 5 ml air (UK). Pada urin kambing 20 ml + 5 ml air

(UK) berpengaruh pada tinggi tanaman, dan lebar daun pada tanaman

sawi caisim (Brassica juncea L.) dengan rata-rata tinggi tanaman 42,16

cm, dan lebar daun 23,66 cm.40

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nelly Anggraeni yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Paitan (Thitonia

Diversivolia) Dan Urin Kelinci Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Bayam Merah (Alternanthera Amoena Voss.)” menyatakan bahwa

Perbedaan konsentrasi pupuk cair daun paitan dan urin kelinci tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman bayam

merah yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah.

Pemberian konsentrasi pupuk cair daun paitan dan urin kelinci yang

berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, namun

konsentrasi paling efektif bagi pertambahan jumlah daun dan berat basah

tanaman bayam merah adalah C (3000 ppm). 41

40
Eko Suasanto, Studi Komparasi Pemanfaatan Urin Hewan Ternak Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.)” (Lampung: Skripsi Diterbitkan, 2015), hal 17
41
Nelly Anggraeni, Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Daun Paitan (Thitonia
Diversivolia) Dan Urin Kelinci Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera
Amoena Voss.), (Yogyakarta: Skripsi Diterbitkan 2017)
41

5. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Bahari Ginting yang berjudul

“Respon Urine Kambing Yang Difermentasi Dengan Em4 Terhadap

Produktivitas Stylo (Stylosanthes Guianensis) Dan Kacang Pintoi

(Arachis Pintoi)” menyatakan bahwa Respon hijauan legum stylo

(Stylosanthes guianensis) lebih baik dibandingkan dengan kacang pintoi

(Arachis pintoi) yang diberikan urin kambing fermentasi EM4 terhadap

hasil produktivitas (tinggi tanaman, produksi berat segar, produksi berat

kering).42

6. Penelitian ini dilakukan oleh Dwinita Melia Sari yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Media Poster Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Kelas Viii Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri 17 Bandar Lampung

Tahun Ajaran 2017/2018” menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis

data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan

media pembelajaran poster berpengaruh terhadap peningkatan motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPS Kelas VIII di SMP Negeri 17

Bandar Lampung, yaitu test pertama kelas eksperimen dikategorikan 1

siswa Sangat Termotivasi (ST) presentase 3%, 20 siswa dikategorikan

Termotivasi (T) presentase 69%, 8 orang dikategorikan Kurang

Termotivasi (KT) presentase 28, test kedua 10 orang dikategorikan

Sangat Termotivasi (ST) presentase 34%, 17 orang dikategorikan

42
Fajar Bahari Ginting, “Respon Urine Kambing Yang Difermentasi Dengan Em4
Terhadap Produktivitas Stylo (Stylosanthes Guianensis) Dan Kacang Pintoi (Arachis Pintoi)”,
(Sumatra Utara: Skripsi Diterbitkan 2018)
42

Termotivasi (T) presentase 59%, 2 orang dikategorikan Kurang

Termotivasi (KT) presentase 7%.43

7. Penelitian ini dilakukan oleh Irnawati “Pengembangan Media

Pembelajaran Poster Berbasis Skematis Pada Materi Sistem Gerak

Manusia Di Kelas Xi Mia Sma Negeri 8 Jeneponto” menyatakan bahwa

media pembelajaran poster memenuhi kriteria sangat valid dengan nilai

rata-rata total kevalidan poster adalah 0,87. Media dikatakan praktis

ketika aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berada dalam

kategori baik. Hasilnya analisis aktivitas guru dan siswa 100% berada

dalam kategori sangat baik. Nilai rata-rata respon siswa dari semua item

(aspek) media pembelajaran poster yaitu 3,17 artinya respon siswa

berada dalam kategori positif atau jika dipersentasikan diperoleh hasil

100% selain itu terdapat 50,09 % nilai siswa yang berada di atas KKM,

sehingga media memenuhi kriteria efektif. Hasil penelitian ini

menujukkan bahwa media pembelajaran poster berbasis skematis pada

materi sistem gerak manusia layak digunakan sebagai sumber belajar

karena telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.44

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, maka persamaan dan

perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian

terdahulu dapat dilihat pada tabel 3.2.

43
Dwinita Melia Sari, “Pengaruh Penggunaan Media Poster Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas Viii Pada Mata Pelajaran Ips Di Smp Negeri 17 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018”,
(Bandar Lampung; Skripsi Diterbitkan, 2018)
44
Irnawati “Pengembangan Media Pembelajaran Poster Berbasis Skematis Pada Materi Sistem
Gerak Manusia Di Kelas Xi Mia Sma Negeri 8 Jeneponto”, (Makasar: Skripsi Diterbitkan, 2018)
43

Tabel 2.2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian


Terdahulu.
No. Nama/ Judul/ Tahun Persamaan Perbedaan
1. Dwi Setia Wati / a. Menggunakan a. Menggunakan
Pertumbuhan Vegetatif pupuk organik urine kambing
Tanaman Cabai Merah cair. sebagai pupuk
(Capsicum Annum L.) b. Metode yang organik cair
Secara Hidroponik digunakan b. Pupuk di
Dengan Nutrisi Pupuk adalah perlalakukan
Organik Cair Dari pengamatan dengan tanaman
Kotoran Kambing / pertumbuhan cabai merah
2018. tanaman
2. Lesti Trianti / a. Objek penelitian a. Menggunakan
Pemanfaatan Limbah adalah Tanaman limbah tahu
Tahu Terhadap Seledri
Pertumbuhan Tanaman b. Metode yang
Seledri (Apium digunakan
Graveolens L) Sebagai pengamatan
Penunjang Praktikum pertumbuhan
Fisiologi Tumbuhan tanaman
/ 2017
3. Eko Susanto / a. Objek penelitian a. Objek penelitian
Studi Komparasi adalah Tanaman menggunakan
Pemanfaatan Urin b. Metode yang Tanaman Sawi
Hewan Ternak digunakan adalah b. Menggunakan
Terhadap Pertumbuhan pengamatan pupuk organik cair
Tanaman Sawi tumbugan urine hewan ternak
(Brassica Juncea L.) /
2015
4. Nelly Anggraeni / a. Objek penelitian a. Objek penelitian
Pengaruh Pemberian adalah Tanaman menggunakan
Pupuk Organik Cair b. Menggunakan tanaman bayam
Daun Paitan (Thitonia pupuk organik merah
Diversivolia) Dan Urin urine kelinci b. Menggunakan
Kelinci Terhadap c. Metode yang pupuk organik cair
Pertumbuhan Tanaman digunakan adalah paitan
Bayam Merah pengamatan
(Alternanthera Amoena pertumbuhan
Voss.) / 2017 tanaman
5. Fajar Bahari Ginting / a. Objek penelitian a. Objek penelitian
Respon Urine Kambing adalah Tanaman tanaman Stylo dan
Yang Difermentasi b. Metode yang Kacang Pantoi
Dengan Em4 digunakan adalah b. Menggunakan
Terhadap Produktivitas pengamatan urine kambing
Stylo (Stylosanthes tanaman
Guianensis)
Dan Kacang Pintoi
(Arachis Pintoi) / 2018
44

6. Dwinita Melia Sari / a. penelitian a. penelitian


“Pengaruh Penggunaan menggunakan berpengaruh
Media Poster Terhadap media poster terhadap motivasi
Motivasi Belajar Siswa belajar
Kelas Viii Pada Mata
Pelajaran Ips Di Smp
Negeri 17 Bandar
Lampung Tahun Ajaran
2017/2018” / 2018
7. Irnawati / a. menggunakan a. media poster
“Pengembangan Media media berbasis skematis
Pembelajaran Poster pembelajaran
Berbasis Skematis Pada poster
Materi Sistem Gerak
Manusia Di Kelas Xi
Mia Sma Negeri 8
Jeneponto” / 2018

C. Kerangka berpikir

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan

EM4 pada urine kelici terhadap pertumbuhan tanaman seledri. Variabel

terikat yang digunakan ada satu yaitu urine kelinci yang ditambah dengan

EM4, sedangkan variabel bebasnya adalah pertumbuhan seledri.

Pertumbuhan tanaman bisa dilihat dari berbagai parameter seperti ditinjau

dari panjang tanaman, banyaknya daun, panjang akar, banyaknya buah, dan

banyaknya bunga. Pada penelitian ini menggunakan parameter tinggi

tanaman dalam ukuran centimeter (cm) dan banyaknya daun. Pada

penelitian ini menggunakan tanaman seledri karena pertumbuhan tanaman

seledri ketika umur 4 minggu sudah bisa dipasarkan dan seledri sering

digunakan untuk sayuran selain itu manfaatnya juga dapat untuk obat –

obatan herbal. Tumbuhan seledri pada umumnya memerlukan waktu 2 – 3

bulan mulai dari masa semai hingga masa panen. Pada penelitian ini
45

menggunakan 4 MST (Minggu Setelah Tanam) atau sekitar 28 hari. Untuk

pengukuran dan pengambilan data dilakukan setiap 1 MST atau setiap 7 hari

sekali.

Teknik yang digunakan untuk menanam pada penelitian ini

menggunakan teknik polibag, karena dengan teknik ini peneliti dapat

dengan mudah memberikan perlakuan sesuai dengan parameter yang

diinginkan, selain itu peneliti juga dapat dengan mudah mengukur dan

memantau pertumbuhan tanaman dengan teliti. Kemudian hasil dari

penelitian ini akan dijadikan sebagai media pembelajaran materi

pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, dalam bentuk poster. Poster

yang telah jadi akan divalidasi oleh para ahli materi, dan grafika/media. Ahli

Materi akan menguji kesesuaian kandungan materi yang termuat dalam

poster. Dan ahli media atau grafika akan menguji kualitas media apakah

sudah sesuai dengan standar yang berlaku yang telah ditetapkan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui kelayakan media poster yang dihasilkan.

Berikut adalah gambar kerangka penelitian:


46

URINE KELINCI

EM4

DOSIS 10ML DOSIS 15ML


DOSIS 5ML

TANAMAN
SELEDRI

MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA


POSTER

Gambar 2.1 kerangka berfikir


47

Anda mungkin juga menyukai