UTS Teknik Perancangan Kontrak-Bobby Cafri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Mata Kuliah : Teknik Perancangan Kontrak Nama Mahasiswa : BOBBY CAFRI


Prodi : Ilmu Hukum NIM : 17600137
Dosen Pengampu : REZA AZURMA, SH, M.Kn

1. Ada 2 org mahasiswa berumur 17 dan 19 tahun akan mengadakan perjanjian pinjaman untuk
memenuhi biaya kuliah. Pada usia berapa seseorang dapat menandatangani Kontrak
Pinjaman tersebut diatas dengan tanggung jawab sendiri, tanpa persetujuan dari orang
tua/wali mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia?

Dalam Pasal 330 disebutkan bahwa seseorang dikatakan telah dan/atau telah menikah
walaupun belum mencapai usia tersebut sudah dianggap dewasa sementara dalam UU
Perlindungan anak serta perubahannya dan UU Ketenagakerjaan, yang dikategorikan sebagai anak
adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun, walau demikian dengan pasal 47 ayat (1) UU
Perkawinan yang memberikan batasan usia anak adalah yang belum berusia 18 tahun. Selain
peraturan peraturan tersebut di atas, terdapat perbedaan penentuan usia dewasa dalam beberapa
putusan pengadilan. Misalnya Putusan PN banyuwangi No. 73/PDT.G/1992/BWI tanggal
22/12/1992 berpegang pada Pasal 330 KUH Perdata yaitu umur 21 tahun. Sementara, Putusan PN
Jakarta Timur No. 115/Pdt.P/2009/PN.Jaktim menggunakan pertimbangan batasan usia dewasa
seseorang untuk cakap bertindak secara hukum adalah Pasal 47 ayat (1) UU Perkawinan yaitu 18
tahun.

2. Bagaimana kekuatan dan dasar hukum dari sebuah perjanjian sepihak? Dalam hal ini
perjanjian sepihak adalah perjanjian yang berkaitan dengan dua belah pihak. Namun yang
bertandatangan hanyalah satu pihak didampingi oleh saksi – saksi?

Berkaitan dengan perjanjian sepihak yang mana perjanjian yang berkaitan dengan dua buah
pihak. Namun yang bertandatangan hanyalah satu pihak didampingi oleh saksi-saksi dan materai,
Bahwa Satu pihak bisa saja mengikatkan diri untuk menanggung/menjamin (kepada pihak kedua)
bahwa seorang pihak ketiga akan berbuat sesuatu (lih. Psl. 1316 KUHPerdata). Pakar hukum
melihat pengecualian ini bersifat limitatif dan hanya dapat digunakan untuk keperluan
penanggungan/pejaminan saja. Karenanya “perjanjian sepihak” tidak memiliki kekuatan hukum
maupun dasar hukum.
3. Apakah kesalahan identitas para pihak dalam suatu perjanjian membatalkan suatu
perjanjian? Sebutkan dasar hukumnya, Pasal KUHPerdata mana yang mengaturnya?

Kesalahan dalam surat perjanjian berupa penulisan identitas yang salah, kesalahan penulisan
identitas dari para pihak yang berkepentingan dalam surat perjanjian tidak membatalkan perjanjian
tersebut secara mutlak. Apalagi selama klausa yang ditulis dalam perjanjian tersebut sudah
disepakati bersama sehingga sah di mata hukum. Kesalahan identitas dalam surat perjanjian baik
bisnis, kontrak kerja, hutang piutang, dan lainnya masih bisa diperbaiki dan diubah. sedangkan
apabila perjanjian salah ketik tetap sah di mata hukum, dengan syarat para pihak tetap sah dan
mampu melakukan tindakan hukum yang sesuai dengan isi perjanjian tersebut.

4. Jelaskan Perbedaan antara akta autentik yang tercantum dalam BW dengan UUJN

Akta otentik harus memenuhi apa yang dipersyaratkan dalam Pasal 1868 KUHPerdata,
sifatnya kumulatif atau harus meliputi semuanya. Akta-akta yang dibuat, walaupun ditandatangani
oleh para pihak, namun tidak memenuhi persyaratan Pasal 1868 KUHPerdata, tidak dapat
diperlakukan sebagai akta otentik, hanya mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan
(Pasal 1869 KUHPerdata).

Ketentuan mengenai kewenangan Notaris untuk membuat akta otentik diatur dalam Undang-
Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 2 Tahun 2014 (“UUJN”). Dalam Pasal 1 angka 1 UUJN, disebutkan bahwa Notaris
merupakan pejabat umum, yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini atau berdasarkan UU lainnya. Frasa “di tempat
dimana akta dibuat” dalam Pasal 1868 KUHPerdata, berhubungan dengan tempat kedudukan
Notaris, bahwa Notaris mempunyai tempat kedudukan di wilayah kabupaten atau kota (Pasal 18
ayat (1) UUJN). Wilayah jabatan Notaris meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat
kedudukannya (Pasal 18 ayat (2) UUJN).

5. Hal-hal apa saja yang perlu Diperhatikan seseorang sebelum membuat Perjanjian atau
sebuah akta ?

a) Pastikan identitas para pihak Memastikan identitas para pihak merupakan hal pertama yang
harus dilakukan. Anda perlu memastikan profil lengkap para pihak dalam perjanjian baik alamat
para pihak, kantornya berdomisili di mana, dan lain sebagianya. Hal ini dibutuhkan agar subjek
hukum yang ada merupakan pihak yang sah dan berwenang menandatangani perjanjian.
(Baca Juga: Lawyer Muda Selenggarakan Workshop Cara Menyusun Kontrak Bisnis untuk
Meminimalisir Sengketa). Sebab, mungkin saja ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi akibat
dari perjanjian, misalkan identitas para pihak itu yang ada dalam perjanjian tidak sesuai dengan
domisilinya. Maka, ketika sengketa terjadi akan mudah sekali bagi pihak lain yang mengajukan
eksepsi dikarenakan error in persona.
b) Pastikan mencantumkan syarat sebuah prestasi yang jelas
Prestasi dalam sebuah perjanjian itu diperoleh jika hak dan kewajiban para pihak
sudah terpenuhi. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa ada hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang dituangkan secara detail dan jelas dalam perjanjian. Bila ada hak dan
kewajiban yang menjelaskan prosedur pekerjaan secara teknis, dapat dituangkan dalam
lampiran. Serta, perhatikan pula pemakaian kalimat atau bahasa dalam perjanjian jangan
sampai mengandung multi tafsir
c) Pastikan jatuh tempo sebuah prestasi
Perlu dipastikan juga jangka waktu kerja samanya, baik tanggal berlakunya sampai
jatuh temponya berakhir. Jika ingin berlaku seterusnya, maka dapat dicantumkan klausul
perpanjangan otomatis. Selain itu, perlu dicantumkan mengenai prosedur pengakhiran
perjanjian. Apabila disepakati pengakhiran sebelum jangka waktu, maka perlu dinyatakan
prosedurnya seperti apa, apakah perlu persetujuan kedua belah pihak, atau cukup salah satu
saja dengan pemberitahuan tertulis atau akibat pelanggaran perjanjian.
d) Pastikan jumlah kerugian
Mengenai jumlah kerugian, pastikan Anda telah melakukan perhitungan yang jelas.
Terkadang ketika mengajukan sebuah gugatan di pengadilan atau arbitrase, apabila Anda
tidak bisa menghitung jumlah kerugian yang tidak jelas maka hal itu akan menjadi sumber
bantahan terhadap kerugian yang diajukan. Sebab, gugatan yang diajukan tidak boleh
berdasarkan perhitungan yang tidak jelas atau mengada-ada.
e) Pastikan pilihan penyelesaian apabila terjadi sengketa
Klausul penyelesaian sengketa yang biasanya terdapat pada bagian akhir dari sebuah
perjanjian. Dalam hal ini, Anda harus memastikan pilihan penyelesaian sengketa yang tepat.
6. Buatlah contoh akta otentik dan akta dibawah tangan, buat dalam format pdf

a) Akta Otentik
b) Akta Dibawah Tangan

Anda mungkin juga menyukai