com
Antonius Bowo Wasono, dkk.
TEKNIK
GRAFIKA DAN
INDUSTRI
GRAFIKA
JILID 1
SMK
TEKNIK
GRAFIKA DAN
INDUSTRI
GRAFIKA
J I LI D 1
U nt uk SM K
Penulis : Antonius Bowo Wasono
Romlan
Sujinarto
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Penulis
Kata Pengantar
BAB 1
Pehdahuluan 1
1. Ruang Lingkup teknologi Grafika 1
2. Perkembangan teknologi Grafika 3
BAB 2
Kertas, Tinta cetak, Warna, Densitometry, dan Colorimetrics 9
1. Kertas 9
2. Tinta Cetak 12
3. Warna 27
4. Reproduksi Warna Dalam Mencetak 41
5. Densitometry 68
6. Colorimetric 85
BAB 3
Pekerjaan Desain Hingga Bentuk File Siap Film 118
1. Peranan Desainer Grafis dalam Produksi Cetak 118
2. Pekerjaan Menyiapkan Perwajahan (desain) Buku 147
3. Komputer dan Perangkat Pendukungnya 152
4. Imposisi 164
BAB 4
Foto Reproduksi (Film Making) dan Plate Making 171
1. kamera Vertikal dan Kamera Horisontal 172
2. Menyetel ketajaman Bayangan 187
3. Perbandingan Reproduksi 187
4. Bahan Peka 189
5. Bahan-bahan Kimia Untuk Fotografi 193
6. Cara Kerja Filter 201
7. Pemisahan Warna dengan Raster 203
8. Montase Film 208
9. Drum Scanner dan Film Processor 213
10. Pelat cetak Offset 216
11. Pelat cetak daur ulang 222
i
Di unduh dari : Bukupaket.com
JILID 2
BAB 5
Kalkulasi Grafika 228
1. Tugas Estimator 229
2. Proses Produksi 232
3. Toeslagi/Biaya Gudang 241
4. Biaya Ekspedisi 242
5. Matriks Kertas Cetak 243
BAB 6
Acuan Cetak Fleksografi dan PAD Preinting 246
1. Acuan Cetak Photopolymer Flexography 246
2. Acuan Cetak Photopolymer Pad Printing 261
BAB 7
Macam-Macam Teknik cetak 276
1. Sejarah Cetak-mencetak 276
2. Prinsip dan Proses cetak 279
BAB 8
Penyelesaian Grefika/Purna Cetak 456
1. Teknik melipat Kertas secara manual dan dengan mesin 456
2. Penjilidan buku 497
3. Finishing 513
4. Kemasan 529
JILID 3
BAB 9
Pekerjaan Laminasi dan UV Varnish 534
1. Laminasi dengan system panas (thermal) 535
2. Laminasi dengan system dingin (cool) 539
3. Melakukan pekerjaan UV Varnish 544
BAB 10
Melakukan Pekerjaan Pon, Ril dan Emboss 549
1. Pekerjaan Pon 549
2. Pekerjaan Ril 554
3. Pekerjaan Emboss 555
BAB 11
Kegiatan Pendukung Keberhasilan Industri Grafika 559
1. keselamatan dan kesehatan kerja 560
2. Hubungan Kerja 582
ii
Di unduh dari : Bukupaket.com
3. Strategi Komunikasi dalam Mengikat Pelanggan 596
4. Strategi Pemasaran 605
5. Faktor - faktor 612
6. Menerapkan standar kualitas 615
7. Mengirimkan hasil Cetakan (ekspedisi) 617
BAB 12
Penutup 620
Lampiran A
Daftar Pustaka a1
Lampiran B
Daftar Istilah b1
iii
Di unduh dari : Bukupaket.com
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1. 1. Diagram
Teknologi baru dalam
Perkembangan
bidang persiapan cetak. Komputer
telah merombak dengan cepat bidang prepress sejak duapuluh tahun
yang lalu. Ketika berkembang teknologi photo typesetter, PC dengan
dengan gambar cetak dengan dot-gain yang besar dan tampak lebih
gelap. Tidak jarang pelanggan akan merasa aneh dengan hasil bagus
"yang tidak biasa" ini. Perlu bagi percetakan untuk memberikan
pengertian mengenai barang bagus yang baru ini ke pelanggan, supaya
terbiasa.
CTP juga merubah pola tanggung jawab kualitas cetak yang
semula penuh pada percetakan, beralih ke "digital file creator" - orang
yang membuat file image.
2.4. Masalah umum yang dijumpai
Dalam proses cetak litografi, ada banyak kemungkinan merubah
atau mengkoreksi hal yang salah pada film. Tidak demikian halnya pada
CTP, operator percetakan harus benar-benar menjamin file image
bersih. Perhatikan hal-hal berikut ini, simpan file dalam format CMYK
bukan RGB dan gunakan spesifikasi yang tepat seperti : (1) "bleed
amount" yang tepat, (2) pastikan semua huruf dan resolusi image tinggi
masuk dalam file, dan (3) check penggunaan spot-color yang benar, dll.
7
1. Kertas
Kertas (bahan cetakan) adalah merupakan bahan yang sangat
penting di dalam pekerjaan cetak sehingga penyesuaian kualitas dari
kertas (bahan cetakan) akan sangat dominan di dalam
menentukan/menghasilkan kualitas cetak.
Kertas (bahan cetakan) dapat dibagi menjadi :
1. Uncoated, yang termasuk uncoated antara lain : HVS, HVO, Kertas
koran, dll. Uncoated mempunyai sifat penyerapan besar, permukaan
yang kasar, mudah terjadi picking (tercabut), PH rendah sehingga
lambat kering, dan karena permukaannya bergelombang (tidak rata)
maka hasil cetak tidak menimbulkan gloss. Cemani Toka dalam hal
ini sudah menyesuaikan tinta untuk kertas uncoated tersebut.
2. Coated, yang termasuk coated antara lain : art paper, coated paper,
mat coated, cast coated, art karton, coated karton. PT Cemani Toka
dalam hal ini sudah menyesuaikan tinta untuk jenis-jenis kertas
coated.
3. Non Absorption Paper, yang termasuk non absorbtion antara lain :
Vynil stiker, Yupo, Typex, Gold Foil, Alumunium Foil, art synthetic
paper, dll.
Karena jenis ini tidak mempunyai daya serap, maka pengeringan
terjadi secara oksidasi penuh. Biasanya timbul masalah set off atau
lambat kering. Sehingga perlu penanganan khusus seperti :
- tidak menumpuk hasil cetakan terlalu tinggi
- PH air pembasah tidak terlalu asam (karena akan
menghambat oksidasi)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
(4) kemudahan kertas untuk dibasahi dengan tinta, (5) ketebalan lapisan
tinta cetak, (6) sifat alir tinta cetak (reologi), (7) kecepatan mesin cetak,
(8) tekanan cetak, dan (9) bahan acuan (pelat cetak). Disamping itu,
kekenyalan kain karet juga mempengaruhi alih tinta sehingga tinta dapat
melekat di kertas dengan sempurna pada lapisan yang sangat tipis. Rol-
rol tinta yang sudah mengeras, besarnya diameter antara tepi kanan-
20
21
nilai pH, (2) memampukan air membasahi pelat cetak secara tipis dan
merata, (3) melindungi pelat cetak, (4) perlindungan terhadap alga dan
bakteri dalam sirkulasi fountain solution, dan (5) mempercepat
standarisasi dari ink-water balance (keseimbangan antara tinta dan air).
Faktor penting lainnya yang menentukan kualitas hasil cetak yang
optimal adalah air yang digunakan. Untuk menjaga kualitas air yang
baik, disarankan menggunakan sistim water conditioning agar menjamin
kualitas air yang konstan. Proses water conditioning yang terpenting
adalah water softening, full demineralization, dan reverse osmosis.
1. Softening Plant
Bekerja dengan dasar penukaran kation. Pada unit ini ion
kalsium “ditukar” dengan ion natrium. Dengan demikian kandungan
total mineral sebenarnya tidak berubah. Perbedaannya hanyalah
bahwa endapan kapur (limescale) dapat dicegah karena natrium
hidrogen karbonat sangat mudah larut.
22
23
24
Gambar 2. 9. Skema gerakan penyaluran air Gambar 2. 10. Skema gerak put ar rol
pada sist im pembasahan bak air
konvensional
seperti sebuah bulatan pada permukaan padat. Semakin kecil sudut
kontak, butiran zat cair akan menyebar lebih baik sehingga akan
membasahi permukaan secara sempurna (tipis dan merata). Tegangan
antar permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan suatu bahan
25
26
3. Warna
3.1. Cahaya adalah warna
Industri percetakan menggunakan warna agar penyajian hasil
cetakannya lebih efektif. Permintaan/tuntutan kualitas pada bahan-bahan
cetakan yang disuplai kepada para pelanggan dari waktu ke waktu terus
meningkat. Untuk memperoleh/mendapatkan permintaan/tuntutan yang
baru tersebut, telah diperkenalkan sebuah standar kualitas baru. Dalam
menilai warna maka kita hendaknya ’melihat’ warna tersebut. Dalam
rangka tujuan ini, maka kita membutuhkan cahaya/pencahayaan.
Matahari memancarkan cahaya – cahaya matahari tersebut merupakan
sumber cahaya yang utama. Sebagian besar benda-benda di lingkungan
sekitar kita, betapapun, tidak memancarkan cahaya yang dimilikinya.
Sehingga benda-benda tersebut dinamakan dengan sumber cahaya
sekunder. Kita dapat melihat benda-benda itu serta warnanya hanya
ketika benda tersebut diterangi/disinari oleh cahaya.
Cahaya adalah radiasi yang menyebar dengan sangat cepat –
pada sebuah kecepatan yakni 300.000 kilometer per detik. Pada sebuah
27
28
29
30
Retina pada mata manusia terdiri dari sel-sel yang sensitif terhadap
cahaya. Terdapat dua macam sel: batang dan kerucut. Sel yang
berbentuk batang membedakan antara terang dan gelap, sedangkan
yang berbentuk kerucut bereaksi terhadap warna. Terdapat tiga macam
sel kerucut, setiap sel tersebut
peka terhadap panjang
gelombang tertentu. Sebagian
dari sel-sel itu bereaksi
terhadap cahaya dalam
jarak/kisaran antara 400
hingga 500 nm dan sehingga
peka dengan cahaya yang
berwarna biru. Sel kerucut
yang lain dapat ’melihat’
Gambar 2. 18. Campuran hanya dalam jarak antara 500
Warna
hingga 600 nm, contohnya
adalah cahaya berwarna hijau. Jenis yang ketiga ia mampu menerima
cahaya warna merah, yang mempunyai kisaran/jarak antara 600 hingga
700 nm.
Komposisi sel batang dan kerucut ini membuat/mengubah mata
manusia menjadi peka sehingga kemudian mata kita mampu melihat dan
membedakan jutaan warna.
31
32
33
menghasilkan kuning.
Inilah warna
yang kita lihat. Tinta
cetak telah berkurang
satu pertiga (yakni
biru) dari cahaya
terang (terdiri dari
34
Tabel 2. 2. Pencampuran
35
36
37
38
Dalam Euroscale DIN 16 539 nilai berikut ini untuk kertas yang
dilapisi yang telah ditetapkan untuk percetakan tertentu/spesifik dan
kondisi pengukuran:
39
40
41
42
43
44
Pengiriman
Offset
46
Benar Salah
Dengan bantuan
kepingan/bidang kontrol, dot gain
dapat dipantau/dimonitor secara visual
dan diukur dalam pengukuran. Untuk
pengecekan visual yang murni,
terutama kepingan/bidang sinyal
sangatlah tepat/cocok. Filling-in
dapat dipantau dengan baik dengan
menggunakan bantuan elemen
pengukur kasa dengan nilai halftone
yang tinggi.
Dot gain dan clogging
sebagian besar terjadi karena
kelebihan dalam memberi tinta dan
tidak cukup dalam memberi air,
47
48
49
50
51
52
53
4.3. Kontras
Sebagai sebuah alternatif untuk dot gain maka ditentukan
kekontrasan cetakan relatif K (%), khususnya untuk mengecek kasa
pada sifat tiga perempat.
Sebuah cetakan seharusnya mempunyai kekontrasan setinggi
mungkin. Ini artinya bahwa bahannya harus mempunyai kekentalan tinta
yang tinggi, tetapi kasanya masih bebas cetakan (perbedaan nilai
halftone optimal). Ketika pemberian tinta meningkat dan kekentalan
dalam tinta hanya dapat dipraktikkan hingga pada batas tertentu. Di atas
batas itu titik-titik cenderung terlihat bertambah dan, khususnya pada
sifat tiga perempat, hingga fill in. Ini mengurangi/menurunkan bagian
putih kertas, dan kekontrasan menurun lagi. Jika tidak ada alat
pengukuran yang tersedia dengan tampilan kontras langsung,
kekontrasan cetakan relatif dapat dihitung atau ditentukan pada basis
FOGRA PMS.
Jika nilai kekontrasan memburuk selama proses produksi meskipun
nilai tinta konstan dalam bahan/zat DV, ini merupakan tanda bahwa
lapisan tersebut butuh untuk dicuci. Jika kekentalan zat/bahan
benar/tepat, nilai kekontrasan dapat digunakan untuk menaksir/menilai
faktor-faktor yang bermacam-macam yang mempengaruhi hasil cetakan
seperti:
- cetakan gulungan dan cetakan
- lapisan dan bantalan/dasaran
- pembasahan
54
55
56
57
58
59
60
Hexagon yang
diagram menunjukkan
disekitarnya
mengindikasikan
Gambar 2. 40. Cet akan 7(t uj uh) warna warna dapat diperluas
dit empat kan pada diagram kromat ik CIE
dengan warna tambahan
61
62
Gambar 2. 42. hasil t iga superimposit ion yang berbeda pada warna cyan dan
magent a
63
64
65
67
5. Densitometry
Densitometry adalah metode
pengukuran dalam bidang cetakan yang
paling murah harganya dan tersedia
dimana-mana. Densitometer digunakan
sebagai instrumen yang dipegang
dengan tangan atau dalam bentuk alat
pengukuran otomatis (scanning
densitometer).
Terdapat dua macam
densitometer, yang digunakan untuk
Gambar 2. 47. Cara kerj a
densit omet er t ransmisi dan ref leksi tujuan yang berbeda-beda:
- Transmission densitometer (memancarkan) digunakan untuk
mengukur kehitaman film (substrata transparan).
- Reflection densitometer (memantulkan) digunakan untuk mengukur
gambar yang dicetak (substrata buram/tak tembus cahaya)
Berikut ini, prinsip-prinsip kerja pada reflection densitometer akan
dijelaskan dengan lebih detail.
68
69
70
71
72
73
1 1
D lg lg lg 2 0.30
E 0.5
74
75
76
5.5. Evaluasi
Dari nilai pengukuran bahan padat dan nilai halftone kekentalan
halftone, dot gain dan kontras dapat dihitung. Pertama, bagaimanapun
juga, semua alat pengukur harus disesuaikan dengan nol terhadap putih
kertas.
77
78
dimana :
D1+2+3 adalah kekentalan tinta untuk superimposition semua tiga
warna dan
D3 adalah kekentalan tinta warna yang dicetak terakhir
Catatan Semua kekentalan tinta harusnya diukur dengan filter untuk
warna ketiga.
Rumus yang diberikan juga digunakan dalam Kontrol Kualitas
Heidelberg CPC 21. Dalam hal ini, terdapat metode lainnya dalam
menghitung pemasangan tinta. Semua metode tersebut kontroversial,
dan, untuk itulah nilai yang dihasilkan harusnya tidak ditafsirkan terlalu
keras/kaku. Bagaimanapun juga, sebagai perbandingan dari proses
yang satu ke proses berikutnya, dan khususnya pada proses yang sama,
ini sungguh benar-benar berarti. Nilai FA yang semakin tinggi, maka
kinerja pemasangan tintanya semakin baik.
79
80
81
82
83
84
6. Colorimetric
Seperti yang telah dijelaskan pada bab ”Sistem klasifikasi warna”,
tiga angka dibutuhkan untuk menjelaskan warna agar tidak ambigu.
Colorimetric menjelaskan bagaimana gambar itu ditentukan dan
bagaimana gambar tersebut berhubungan satu sama lain. Satu
prasyaratnya adalah, bagaimanapun juga, warna-warna tersebut dapat
diukur. Jadi pengukuran warna dan colorimetric berhubungan secara
langsung dengan satu sama lain.
85
86
87
Pada sinar matahari, cuaca dan juga musim serta waktu pada hari
itu mempengaruhi komposisi spektral. Para fotografer dan sutradara film
sering harus menunggu waktu yang cukup lama hingga kondisi
pencahayaan muncul sesuai dengan apa yang diharapkan mereka.
Demikian juga, terdapat perbedaan dalam komposisi
88
89
90
Gambar 2. 59. Warna z Gambar 2. 60. Ilust rasi sebuah area dengan diamet er 3, 5 cm dan
17, 5 cm dilihat pada j arak 1 met er
91
92
93
94
95
96
6.6.1. CIELAB
97
98
99
100
6.6.2. CIELUV
Gambar 2.69. memperlihatkan bagian silang/melintang melalui
ruang warna CIELUV untuk membentuk warna pada pencahayaan L* =
101
Gambar 2. 70. represent asi skemat ik dengan lokasi ukuran L*= 75, 3, C*= 70, 5,
h*= 43, 40
102
103
104
105
106
107
108
110
111
112
113
114
115
116
117
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
(1) line drawings, yaitu gambar yang dibuat dengan alat pena dan tinta
gambar. Gambar ini hanya bersifat hitam dan putih. Ilustrasi yang
sering dikerjakan dengan teknik ini adalah jenis ilustrasi kartun,
karikatur, dan sejenisnya,
(2) wash drawings, gambar dengan teknik ini lebih realistik, mirip foto
hitam putih. Oleh karena itu lebih mungkin digunakan daripada
fotografi dan bahkan kadang-kadang dapat melebihi keterbatasan
kemampuan kamera. Gambar dengan teknik ini dibedakan menjadi
dua macam yaitu: (a) tight drawings, yaitu gambar ilustrasi dengan
teknik wash drawings yang lebih bersifat detail dan realistik. Gambar
ini lebih mendekati karya fotografi, dan (b) loose drawings yaitu
ilustrasi dengan teknik wash drawings yang lebih bersifat impresif.
Ilustrasi ini biasa dipakai dalam ilustrasi fashion,
(4) teknik ilustrasi yang lain, ilustrasi dengan teknik ini adalah jenis
gambar ilustrasi yang banyak dijumpai di sekitar kita. Media yang
dapat dipakai dalam teknik ini antara lain pensil, crayon, arang, cat
131
Ilustrasi secara teknis grafis terdiri dari dua kategori: (a) ilustrasi
garis, dan (b) ilustrasi nada penuh (Penyuluh Grafika, 1982-1983 :
12). Ilustrasi nada penuh merupakan ilustrasi hasil pemotretan,
sedangkan ilustrasi garis merupakan salah satu ilustrasi yang dibuat
oleh seorang ilustrator. Lebih lanjut dijelaskan berdasarkan teknik
pembuatannya ilustrasi dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
(f) solarisasi (dicapai cara penggabungan film positif dan film negatif),
(i) fotogram (gabungan dua buah klise film dengan latar belakang
yang gelap).
132
1. Ilustrasi garis
Ilustrasi ini dapat ditandai dengan melihat adanya goresan-
goresan berupa garis seperti misalnya yang dibuat
mempergunakan pena (garis lurus, garis lengkung, garis patah,
garis getar, dan sebagainya). Untuk memproduksinya pada
barang cetak, digunakan klise garis dengan pemotretan tanpa
raster di bagian reproduksi foto. Ilustrasi ini bisa kita jumpai
pada buku-buku cerita bergambar, novel, surat kabar, dan
sebagainya.
133
2. Ilustrasi geometris
Ilustrasi geometris yaitu ilustrasi yang mempergunakan
pola-pola dan gambaran yang ada dalam geometri (ilmu ukur).
Seperti lingkaran, segitiga, segi panjang, bujur sangkar, kubus,
trapesium dan sebagainya. Ilustrasi geometris kubistis sering
digunakan pada pekerjaan poster-poster, iklan, dan sebagainya.
134
135
136
137
(10) perbandingan,
(12) kartun,
138
1.3.2.1. Garis
Garis secara umum terdiri unsur-unsur titik yang mempunyai
peran tersendiri. Adapun sifat garis secara umum yaitu garis lurus,
garis lengkung, dan bersudut. Sebagai unsur visual, garis memiliki
pengertian, yaitu :
(1) tanda atau markah yang memanjang yang membekas pada suatu
permukaan dan mempunyai arah,
139
140
141
142
143
144
145
1.3.3.6. Harmoni
146
147
148
Gambar 3. 10.
149
150
151
153
154
155
156
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
digital tersebut diproses untuk dibuat film atau pelat atau dicetak
dengan mesin cetak digital.
Pemrosesan data digital hingga menjadi film melalui media yang
barnama RIP atau raster image processor. RIP ini sebagai penerjemah
bahasa yang ada dikomputer yang berupa data digital menjadi terbaca
oleh Imagesetter (lihat gambar 3.20 dan 3.21).
168
169
Proof
Gambar 3. 23. Skema kerj a dari proses dat a hingga
menj adi f ilm
Gambar 3. 24. Sist em digit al proof ing yang t erkoneksi dengan mesin cet ak (DCP 9000/ QM-DI, Kodak/
Heidelberg)
170
Keterangan :
1 = Model (kertas)
1 2 3 4 5 6 2 = Expose film
3 = Pengembangan film
4 = Montase film
Gambar 4. 1. Proses pembuat an f ilm 6 = Expose pelat
konvensional
6 = Pengembangan pelat
172
Keterangan :
1. bidang periksa
2. papan film dengan punggung
vakum
3. cupak
4. bidang obyektif
5. cermin
6. lampu
7. papan model
8. panel periksa
173
Menyetel ketajaman
bayangan menurut format
Gambar 4. 4. Skema kamera vert ikal t ampak
depan
Keterangan :
1. papan film dengan punggung
vakum
2. panel pemeriksa
3. handel pemeriksa
4. cupak
5. bidang obyektif
6. lampu
7. papan model
174
175
1.1.1. Lensa
Lensa merupakan suatu susunan kaca-kaca optis yang tergabung
176
dengan jarak titik api 16 inci yang dibuka selebar f/32 punya panjang
garis tengahnya ½ nya daripada kalau lensa dibuka penuh. Makin besar
angka f/.nya makin kecil bukaannya. Untuk pengecilan atau pembesaran
177
178
179
180
181
juga terpasang
menjadi satu dengan
bidang model. Kamera
vertikal maupun kamera
horisontal yang modern dilengkapi dengan pompa vakum; hal ini agar
film yang dipasang melekat dengan rata pada bidang film untuk
mencegah penyimpangan pembentukan gambar. Untuk mengontrol
ketajaman bayangan maupun ukuran, kamera ini dilengkapi dengan
kaca susu (ground glass) yang dapat dibuka tutup semacam jendela.
Dengan kaca susu ini bayangan gambar diperiksa dahulu ukuran dan
182
183
184
185
186
Keterangan :
AB = model
A’B’ = bentuk bayangan
O = sumbu optis obyektif
F = titik api
a = jarak bidang benda
Gambar 4. 24. Menyet el ket aj aman u = jarak bidang
bayangan bayangan
pada pengecilan maupun pembesaran tergantung dari jarak antara
bidang bayangan dan bidang benda; dalam hal ini perlu diperhatikan
jarak titik api obyektif.
Hubungan satu sama lain dapat dihitung dengan memakai rumus-
rumus sebagai berikut :
a. Rumus lensa :
1 1 1
f a u
b. Rumus perbandingan
u
n (pembesaran) n =
a
n (pengecilan)
1
c. Jarak model – lensa : a = (1 ) f
n
Jarak emulsi –lensa :u = (1+n) f
3. Perbandingan Reproduksi
Kekuatan cahaya yang melalui obyektif mengenai fil, ditentukan
oleh perbandingan model yang akan dipotret. Apabila model akan
diperkecil secara fotorafis, maka jumlah cahaya yang ada akan
menyinari suatu permukaan yang kecil dari film dan sebaliknya apabila
187
Dimana :
waktu1 = waktu penyinaran yang sudah diketahui
n1 = skala yang menjadi pedoman (100%)
waktu 2 = waktu penyinaran yang dicari
n2 = perbandingan baru
188
189
190
191
192
194
Catatan :
Ph = adalah ukuran keasaman dan keahlian sesuatu bahan dan
dinyatakan dengan angka 0 -14
pH = 7 berarti normal
pH > 7 berarti alkali
Ph < 7 berarti asam.
195
196
197
198
199
200
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
Ket erangan :
1. supply casset t e
2. t ransport rollers
3. drum
4. drum support s
5. punch
6. blade
7. t ake-up casset t e
8. opt ical and def lect ing
syst em
9. t ransport syst em
10. vibrat ion dampers
11. phot ographic mat erial
12. laser beam
Quasar
214
Drum Imageset t er
215
216
217
218
219
220
2. Model/ desain cetakan jumlahnya lebih dari satu, film yang berbeda
diekpose diatas satu pelat. Jika film yang akan dicetak merupakan
repeat order (order ulang) yang sudah ada filmnya, maka langkah
pengekpossan yang dilakukan, dengan sistem buka tutup, sama
221
222
223
224
225
226
DAFTAR PUSTAKA
Brosur Growtech
Brosur Lexus
Brosur Mimaki
Brosusr Speed
a1
a2
HTTP://www.graphic-map.com
HTTP://id.wikipedia.org/wiki/rotogravure
HTTP://www.artseditor.com
HTTP://www.beadesigngroup.com
HTTP://www.dynodan.com
HTTP://www.heidelberg.com
HTTP//www.iloveletterpress.com
HTTP://www.international paper
HTTP://www.kertasgrafis.com
HTTP://www.mesin pengemas.com/mesin_pad_printing
HTTP://www.ekamajumesinindo.com
HTTP://www.pneac.org
HTTP://www.postdiluvian.org
HTTP://www.princessa.co.id/product/printing/pad_printing
a3
HTTP://www.rba.gov.au
a4
a5
UNS
a6
Yogyakarta : Kanisius
Tim MGMP. 1994. Kerajinan Tangan & Seni Rupa Kertakes Jilid 2.
Surakarta
Wong, W. 1986. Beberapa Asas Merancang Dwi Matra. Bandung : ITB Bandung
a7
DAFTAR ISTILAH
b1
b2
b3
b4
bone folder (tulang pelipat), alat bantu dalam penjilidan (dulu dibuat
dari tulang), yang dipakai untuk melipat lembaran kertas dengan
tangan.
bone glue (lem tulang), lem (perekat) yang dibuat dengan bahan dasar
tulang.
book (buku), 1) menurut definisi Unesco terbitan tak berkala yang berisi
lebih dari 48 halaman, tidak termasuk sampul. 2) di Indonesia juga
yang kurang dari 48 halaman dan kertas yang di berkas, dijilid dan
diberi sampul disebut buku, misalnya buku tulis, buku gambar.
broat sheet (ukuran plano), ukuran kertas yang berbentuk lembaran
utuh.
bronze printing (cetak prada), proses cetak memakai tepung (serbuk)
warna emas atau perak.
buble-tubeviscometer (viskometer gelembung), viskometer yang
dilengkapi dengan tabung kaca pendek berisi gelembung udara dan
tertutup pada kedua ujungnya.
bulletin (buletin), terbitan berkala suatu badan, perkumpulan, dinas,
dan sebagainya.
bump exposure, no screen exposure (penyinaran tanpa raster),
penyinaran yang diberikan di samping penyinaran utama, dilakukan
dengan menggunakan model tanpa raster, diterapkan pada
pemotretan model yang tidak kontras untuk memperbaiki detail bagian
terang.
burn, menampakkan bahan foto-sensitif ke cahaya, seperti halnya
dalam, pembakaran lempengan/pelat pada cetak offset.
cahier stitch (tusuk kaye), jenis tusuk yang jalan benangnya melingkar
memanjang seperti tusukan benang pada penjilidan buku tulis (kahier
dengan diucapkan kaye).
b5
b6
ceramic ink (tinta keramik), tinta yang cocok untuk diletakkan pada
keramik, biasanya berdaya lengket besar, lekas mengering dan keras
bila kering.
chinese drawing ink, india ink (tinta cina), tinta hitam yang pekat
(opak) terbuat dari jelaga, gom, dan air; digunakan untuk menggambar
dengan pena atau untuk meretus.
choke atau choking, ketika karya seni dicetak dengan beberapa titik
yang saling berinteraksi, celah atau pergeseran warna muncul antara
obyek. Choking menutup celah ini dengan menumpang tindih warna
gelap pada batas warna yang lebih terang.
chromalin, sistem percobaan cetak warna yang dikembangkan
dengan/oleh DuPont dengan menggunakan warna-warna kapur yang
beragam.
chromatic aberration (aberasi kromatis), penyimpangan optik pada
lensa yang menyebabkan warna spektrum tidak dapat difokuskan.
chromatic diagram (diagram kromatik), diagram warna.
chromaticity co ordinates (koordinat warna), perbandingan masing
masing ketiga nilai tristimulans warna terhadap jumlahnya; istilah yang
dipakai dalam pengukuran warna.
clay, kaolin (kaolin China), tanah liat putih halus yang digunakan oleh
pembuat kertas untuk bahan pengisi dan untuk pigmen pelapis
permukaan kertas cetak seni; juga disebut tanah liat cina; nama
kimianya : alumunium silikat; rumusnya Al2O3.2SiO2.2h2O.
cmyk printer menggunakan CMYK – merupakan representasi warna
tinta cyan, magenta, kuning dan hitam, ketika mencetak hasil karya
proses 4 warna. Ini disebut dengan warna mengurang, ketika
mengkombinasikan semuanya maka diperoleh warna hitam.
Pengurangan satu atau lebih dari warna-warna tersebut akan
menghasilkan warna lain. Ketika dikombinasikan dalam prosentase
b7
b8
b9
colour filter (filter warna), lapisan selatin berwarna, dihimpit antara dua
kaca atau cairan berwarna dalam wadah bening, yang ditempatkan di
antara lensa kamera dan benda yang dipotret sewaktu penyinaran
untuk “menyaring hilang” warna tertentu; efeknya ialah penyerapan
beberapa warna dan memungkinkan warna lain dipotret dengan
kekuatan penuh pada pelat.
colour matching (Peramuan warna), percampuran warna menurut
perbandingan-perbandingan tertentu guna memperoleh warna tepat
seperti yang diperlukan.
colour printing register (tumpang, penumpangan /tinta pada
cetakan), cara menempatkan tinta warna cetak di atas cetakan
terdahulu, yang terjadi apabila mencetak dua warna atau lebih pada
permukaan yang sama.
colour proof (coba warna), semacam cetak coba tanpa mesin cetak
yang fungsinya untuk memeriksa warna-warni pada film hasil
pemisahan warna, apakah sudah memenuhi syarat atau belum.
colour separation (pemisahan warna), membuat warna suatu model
menjadi tiga warna terpisah pada film dan pelat: kuning, sian, dan
magenta, sering ditambah hitam: pada pencetakannya dijadikan satu
lagi secara bertumpangan, dan hasilnya merupakan warna model asli.
colour separation photography (fotografi pemisahan warna),
pemotretan reproduksi dari model berwarna, baik model pantul
(refleksi) maupun model tembus (transmisi).
colour tone (nada warna), cerah gelapnya, tua mudanya, atau pekat
lemahnya suatu warna.
complementary colours (warna komplementer), dua warna
berkontras, bila dikombinasikan menghasilkan warna putih atau abu-
abu.
b10
b11
b12
b13
dcs atau Desktop Color Separation, adalah format file yang terdiri dari 5
file, yang pertama mengandung preview untuk tampilan di monitor
(lowres) dan keempat lainnya berisi data hi-res yang digunakan saat
output ke imagesetter atau CtP. Apabila bekerja dengan format ini,
kelima gambar tersebut harus dikumpulkan dalam satu folder supaya
saat output dapat ter-link dan dapat menghindari terjadinya missing
gambar atau gambar lowres. Kelebihan format ini adalah dapat
mempercepat kerja RIP imagesetter atau CtP karena data yang dibaca
saat ripping tidak sekaligus seperti TIFF atau EPS melainkan per-
warna/channel. Format file DCS memiliki 2 jenis yaitu DCS 1 dan DCS
2 dimana DCS 2 dapat menyimpan data yang mengandung spot
color/warna khusus. Format DCS 1 banyak diterapkan dalam copydot
scanner.
deep etch plate (pelat etsa dalam), pelat cetak offset yang bagian
gambarnya dietsa dengan sejenis asam sedemikian rupa, sehingga
sedikit lebih rendah daripada permukaan pelatnya.
deep-etch offset, intaglio offset (ofset etsa-dalam), cetak offset
dengan pelat yang bidang cetaknya dietsa agak di bawah permukaan
pelat.
densitometer (densitometer), alat untuk mengukur kehitaman atau nilai
pada warna sebagai ganti penilaian dengan mata; dua jenis
densitometer : visual dan fotoelektris; macamnya adalah transmisi dan
refleksi; densitometer transmisi digunakan untuk mengukur
kehitaman/densitas negatif dan positif, sedangkan densitometer
refleksi digunakan untuk mengukur kehitaman model pantul atau hasil
cetakan.
densitometry (densitometri), pengetahuan tentang sistem pengukuran
kehitaman/kepekatan, ketebalan warna, atau nilai nada warna.
b14
b15
b16
b17
b18
b19
b20
b21
b22
b23
b24
b25
cetak, bukan secara langsung dari plat itu sendiri ini adalah metode
cetak komersial yang paling lazim pada saat ini.
opaque (opacity), berhubungan dengan tampilan/ penampakan pada
gambar yang dicetak dari sisi kertas cetak yang berlawanan atau
kertas cetak diujungnya. Ketebalan kertas dan kegunaan pengisi
mineral mempengaruhi lembar ini.
paste-up or production artist, seseorang yang memproduksi kamera
siap pakai atau karya seni siap plat.
pdf atau Portable Document Format adalah format file yang digunakan
setelah semua pekerjaan dan sudah siap untuk dioutput. Cara
membuat PDF yang digunakan untuk produksi cetak tidak sama
dengan cara membuat PDF untuk keperluan lain. Oleh karena itu
harus berhati-hati dalam menggunakan file PDF untuk produksi cetak.
Konsultasikan dengan pihak pracetak yang akan memproses file
tersebut. Kelebihan file PDF antara lain dapat mengkompresi data
namun kualitas tetap baik, meng-embed gambar bitmap/teks dan
vector, serta bersifat cross platform sehingga dapat dibuka di PC
maupun Macintosh.
perfect binding, proses mengikat dimana kertas cetak diikat bersama-
sama, ujung ikatan dikerjakan untuk menghasilkan permukaan kasar,
dan memakai lem, halaman depan/sampul kemudian dibungkus
kesemua halaman.
photo CD, sistem yang dikembangkan oleh Kodak untuk menyimpan
gambar yang dihasilakan melalui kamera digital menjadi CD/Compact
Disc.
photo illustration, sebuah gambar yang dihasilakan dengan
menggunakan satu atau lebih photografi.
b26
b27
b28
b29
b30
DAFTAR GAMBAR
hal aman
BAB I Pendahuluan 1
Gambar 1. 1 Diagram perkembangan 2
Gambar 1. 2 Alur produksi konvensional 3
Gambar 1. 3 Kombinasi alur produksi konvensional dan digit al 4
Gambar 1. 4 Alur produksi t eknologi digit al 4
Gambar 1. 5 Diagram comput er t o print 5
c1
c2
21
Gambar 2. 78 Tampilan monit or CPC 21 78
Gambar 2. 79 Out put monit or CPC 21 79
BAB III Pekerj aan desain hingga bentuk file siap film 81
Gambar 3. 1 Diagram alur prepress analog dan digit al 84
Gambar 3. 2 Ilust rasi garis 91
Gambar 3. 3 Ilust rasi bidang 92
Gambar 3. 4 Ilust rasi bidang (geomet ris) 92
Gambar 3. 5 Ilust rasi bercak-bercak (doodle) 93
Gambar 3. 6 Ilust rasi cukilan sebagai klise cet akan 93
Gambar 3. 7 Ilust rasi kolase 94
Gambar 3. 8 Cover maj alah gradasi 100
Gambar 3. 9 Van de Graf f 102
Gambar 3. 10 Diagonal 102
Gambar 3. 11 Perbandingan emas 103
Gambar 3. 12 Visualisasi rancangan inst ruksi 104
Gambar 3. 13 Scanner f lat -bed 105
Gambar 3. 14 Scanner Drum 106
Gambar 3. 15 Kamera digit al 107
Gambar 3. 16 Skema imposisi 112
Gambar 3. 17 Imposisi diat as layar monit or 112
Gambar 3. 18 Pelet akan nomor halaman sesuai karakt erist ik barang cet ak 113
Gambar 3. 19 Cont oh imposisi elekt ronik 113
Gambar 3. 20 Diagram proses input dat a-desain-imposisi-hingga pencet akan 114
Gambar 3. 21 Diagram alur proses kerj a Post Script -RIP 114
Gambar 3. 22 Int egrasi t ext , graphics, pict ure, dan layout 115
Gambar 3. 23 Skema kerj a dari proses dat a hingga menj adi f ilm 115
Gambar 3. 24 Sist em digit al yang t erkoneksi dengan mesin cet ak (DCP9 116
9000/ QM-DI, Kodak/ Heidelberg)
c3
c4
c5
c6
sent ral
Gambar 7. 57 Skema mesin cet ak f leksograf i kapasit as t inggi dengan silinder 226
t ekan t erpusat dengan 8 unit penint aan (W&H)
Gambar 7. 58 Skema unit pencet akan mesin cet ak f leksograf i gulungan, 227
dengan silinder pusat , 8 warna
Gambar 7. 59 Pembuat an acuan pada silinder gravure dengan j arum pemahat 231
(engraving)
Gambar 7. 60 Mesin pembuat acuan unt uk mesin rot ogravure (Helio 231
Klischograph K 406-Sprint , Hell Gravure syst em)
Gambar 7. 61 Mesin pembuat f ilm cet ak rot ogravure 231
Gambar 7. 62 Skema st rukt ur pencet akan mesin cet ak dalam 232
Gambar 7. 63 Mast er cet akan (dengan 4 warna t int a) pada silinder gravure 236
unt uk mencet ak uang kert as.
Gambar 7. 64 Jenis-j enis variasi dari pelat lembaga pada silinder gravure 238
Gambar 7. 65 Penampang sel-sel pengukiran dengan elect romechanicall 239
Gambar 7. 66 Hasil cet ak rot ogravure yang diperbesar dan t ampak bagian 239
t epinya yang bergerigi.
Gambar 7. 67 Ilust rasi unit pencet akan mesin rot ogravure 240
Gambar 7. 68 Mesin rot ogravure yang dilengkapi peralat an unt uk 242
penggant ian lapisan silinder gravure dan unit penint aan unt uk
mempercepat proses penggant iannya (W&H)
Gambar 7. 69 Diagram mesin cet ak rot ogravure lembaran mult iwarna unt uk 243
bahan kemasan (Rembrant 142, KBA)
Gambar 7. 70 Mesin cet ak rot ogravure lembarab mult iwarna unt uk bahan 243
kemasan (Rembrant 142, KBA)
Gambar 7. 71 Diagram unit pencet akan mesin cet ak rot ogravure 8 warna 244
Gambar 7. 72 Diagram st rukt ur unit mesin Prof f Rot ogravure (KBA) 244
Gambar 7. 73 Diagram mesin prof f cet ak rot ogravure dengan 4 unit 244
pencet akan
Gambar 7. 74 Mesin cet ak rot ogravure dengan cadangan t int a pada t angki 245
penyuplai di bagian depan (KBA)
Gambar 7. 75a Mesin rot ogravure dengan 10 unit cet ak (heliost ar 2000, W&H) 245
Gambar 7. 75b Cont oh produk kemasan hasil cet ak rot ogravure 245
Gambar 7. 76 Johannes Gut enberg penemu t eknik cet ak of f set 246
Gambar 7. 77 Skema prinsip pencet akan pada mesin cet ak of f set 248
Gambar 7. 78 Skema unit -unit pada mesin cet ak of f set lembarab dua warna 251
Gambar 7. 79 a. skema unit pemasukan cet ak of f set lembaran sist em 252
pemasukan t unggal, b. cont oh unit pemasukan cet ak of f set
lembaran sist em pemsukan t unggal (Heidelberg)
Gambar 7. 80 Cont oh unit pemasukan cet ak of f set lembaran sist em 253
pemasukan susun sirih (Heidelberg)
Gambar 7. 81 Kelompok kepala hisap 254
Gambar 7. 82 Sist em pemasukan susun sirih (st ream f eeder) dengan ban 254
penghisap mesin cet ak speedmast er SM 74 Heidelberg
Gambar 7. 83 Unit pencet akan mesin cet ak of f set lembaran 255
Gambar 7. 84 Macam-macam sist em pembasahan 256
Gambar 7. 85 Sist em penint aan mesin cet ak of f set 257
Gambar 7. 86 Unit pengeluaran mesin cet ak of f set 257
Gambar 7. 87 Macam-macam diagram mesin cet ak of f set 1 warna produksi 258
Heidelberg
Gambar 7. 88 Macam-macam diagram mesin cet ak of f set 2 warna produksi 259
c7
Heidelberg
Gambar 7. 89 Skema sederhana mesin cet ak of f set gulungan 260
Gambar 7. 90 Aut omat ic reel st and model f lying past er 261
Gambar 7. 91 Aut omat ic reel st and zero speed dengan f est oon vert ikal 262
Gambar 7. 92 Konst ruksi unit pencet akan blanket 263
Gambar 7. 93 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o blanket t ipe I (M- 263
600, Heidelberg) t ipe Y (KBA)
Gambar 7. 94 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o blanket t ipe t win H 263
(GOSS)
Gambar 7. 95 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o impression t ipe t win 263
sat elit e (MAN Roland)
Gambar 7. 96 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o impression t ipe sat elit 264
(MAN Roland)
Gambar 7. 97 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o impression t ipe t hree 264
quart er sat elit e (GOSS)
Gambar 7. 98 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o blanket semi sat elit 264
(WIFAG)
Gambar 7. 99 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o blanket t ipe H, empat 264
unit pencet akan (Galaxy Heidelberg)
Gambar 7. 100 Konst ruksi unit pencet akan blanket t o blanket t ipe H 265
(Universal 70 GOSS)
Gambar 7. 101 Sist em pembasahan mesin cet ak of f set 266
Gambar 7. 102 Desain unit penint aan Speedmast er 102 9Heidelberg) 267
Gambar 7. 103 Desain unit penint aan Roland 700 (MAN Roland) 267
Gambar 7. 104 Desain unit penint aan Rapida 104 (KB) 267
Gambar 7. 105 Desain unit penint aan short inking unit 267
Gambar 7. 106 Desain unit penint aan Convert ible inking unit (M-6000, 268
Heidelberg)
Gambar 7. 107 Skema unit pengeluaran (double f older unit ) , (MAN Roland) 269
Gambar 7. 108 Skema unit j aws f older, int eraksi ant ara cut t ing knif e, t ucker 269
blade dan int eraksi ant ara j aw dan cylinder (IFRA)
Gambar 7. 109 Skema unit darum f older (IFRA) 270
Gambar 7. 110 Skema f ormer arranged (IFRA) 270
Gambar 7. 111 Cont oh-cont oh hasil lipat an mesin cet ak of f set gulungan 270
Gambar 7. 112 Sumbangan dot gain dalam proses pencet akan 271
Gambar 7. 113 Blanket smash karena lipat an kert as 282
Gambar 7. 114 Blanket rusak parah t erhempas oleh lipat an t umpukan kert as, 282
kain put ih t erlihat keluar
Gambar 7. 115 Fiber t ercampur dengan coat ing t ercabut dari sisi kert as yang 283
kasar
Gambar 7. 116 Ukuran 12x18. 25” diukur t epat pada sisi kiri t emplat 289
Gambar 7. 117 Ukuran 12x18. 25” sisi kanan t erdapat gap t erhadap t emplat 289
t erj adi penyusut an
Gambar 7. 118 Prinsip cet ak sablon 293
Gambar 7. 119 Mej a sablon 294
Gambar 7. 120 Cat ok 295
Gambar 7. 121 Bingkai saring 295
Gambar 7. 122 Monof ilament 297
Gambar 7. 123 Mult if ilament 297
Gambar 7. 124 Rakel 297
Gambar 7. 125 Coat er 299
c8
c9
c10
Machinery Workshop
Gambar 9. 3 Mesin Laminasi SRFM 720 382
Gambar 9. 4 Unit Pemasukan ( mej a aparat dan t ombol operasi) 383
Gambar 9. 5 Bagan Mesin Laminasi SRM 720 383
Gambar 9. 6 Rol gulungan plast ik laminasi 384
Gambar 9. 7 Tangkai/ bat ang pisau pemot ong/ perf orat or 384
Gambar 9. 8 Mesin UV (ult raviolet ) Varnih seri ZHSG-1200 387
Gambar 10. 3 Operat or menun j ukkan cet akan yang t elah dipon dan di ril 390
dengan menggunakan mesin
Gambar 10. 4 Cet akan yang t elah di bent uk menj adi Dos Snack 391
Gambar 10. 5 Mesin Degel dapat unt uk pon, ril, dan emboss 392
Gambar 10. 6 Bent uk klise emboss 393
Gambar 10. 7 Hasil pabrikan t eknik cet ak emboss 394
Gambar 10. 8 Pengembossan dapat dilakukan dengan mesin degel 395
Gambar 10. 9 Mesin emboss unt uk membuat kart u ( credit card, name card, 395
ident it y crd, dll. )
BAB XI Kegiatan
pendukung keberhasilan industri grafika 396
Gambar 11. 1 Pakailah sepat u kerj a 398
Gambar 11. 2 Dilarang merokok 406
Gambar 11. 3 Gunakan kaca mat a 406
Gambar 11. 4 Sesuat u yang mudah t erbakar 406
Gambar 11. 5 Tempat memberikan pert olongan (PPPK) 406
Gambar 11. 6 Bent uk alat pemadam kebakaran 407
Gambar 11. 7 Gunakan alat pemadam kebakaran yang t epat 409
Gambar 11. 8 Gunakan masker j ika bersent uhan dengan bahan kimia 410
Gambar 11. 9 Mat ikan list rik bila sudah t idak diperlukan 411
Gambar 11. 10 Hindarkan aliran list rik 412
Gambar 11. 11 Serahkan pemeriksaan dan penggant ian pada ahlinya 412
Gambar 11. 12 Model keef ekt if an t im 419
Gambar 11. 13 Arah komunikasi dalam organisasi 420
Gambar 11. 14 Ilust rasi memperlakukan pelanggan secara prof esional 422
Gambar 11. 15 Ilust rasi keberhasilan membangun usaha 424
Gambar 11. 16 Bagan perencanaan st rat egi pemasaran 430
Gambar 11. 17 Bagan kait an ant ara st rat egi pemasaran dengan sit uasi umum 430
perusahaan
Gambar 11. 18 Perkiraan pasar media cet ak dan prediksi penggunaan media di 439
masa yang akan dat ang
c11
c12
DAFTAR TABEL
d1
d2