Laprak PVT

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MATA KULIAH : PENGENDALIAN VEKTOR & TIKUS

DOSEN PENGAJAR : SULASMI., SKM., M.Kes

LAPORAN PRAKTIKUM

“IDENTIFIKASI TIKUS”

OLEH:

KELOMPOK 1

ANDI MARISKA ISMAIL PO713221211005

CORNELIA ASRI WULANDARI PO713221211011

KEISYA MARCELLA AMMAI PO713221211019

MASDAR PO713221211022

NOVRIADI TODING PO713221211030

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D.III
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayatnya sehingga laporan praktikum “Identifikasi Tikus” dapat terselesaikan dengan waktu
yang telah ditentukan. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, yang
telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Terwujudnya laporan
praktikum ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Dalam laporan ini terdapat beberapa pembahasan mengenai ciri-ciri morfologi tikus yang
telah diamati sebelumnya. Namun dalam menyusun masih terdapat banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis bagi semua pihak agar
kedepannya lebih baik dalam menyusun laporan.

Akhir kata, semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi
penulis maupun pembacanya.

Makassar, 10 Februari 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................2
C. Manfaat....................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................Error! Bookmark not defined.
A. Pengertian Tikus....................................................................Error! Bookmark not defined.
B. Morfologi Tikus......................................................................................................................4
C. Perkembangbiakan Tikus........................................................................................................5
D. Habitat Tikus...........................................................................................................................6
E. Tanda – Tanda Keberadaan Tikus...........................................................................................7
F. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Tikus...................................................................................8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM......................................................................................10
A. Waktu dan Tempat................................................................................................................10
B. Alat dan Bahan......................................................................................................................10
C. Prosedur Kerja.......................................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN ANALISA HASIL....................................................................................12
A. Hasil......................................................................................................................................12
B. Analisa Hasil.........................................................................................................................12
BAB V PENUTUP........................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan vektor dan binatang pengganggu di lingkungan kehidupan manusia
sudah dimulai sejak pertama kali manusia menciptakan tempat untuk bermukim.
Bangunan tempat tinggal manusia memberikan tempat pula bagi berbagai hewan dan
binatang pengganggu untuk perlindungan, memperoleh makanan dan berkembang biak.
Dengan kondisi lingkungan yang relatif tidak ekstrim dan bebas dari musuh-musuh
alaminya serta tercukupinya kebutuhan makanan, maka populasi vektor dan binatang
pengganggu itu dapat terus meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan masalah
kesehatan manusia.
Vektor dan binatang pengganggu dapat merugikan manusia, merusak lingkungan
hidup manusia dan pada gilirannya akan mengganggu kesejahteraan hidup manusia, oleh
karena itu keberadaan vektor dan binatang pengganggu tersebut harus dikendlikan.
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor dan binatang pengganggu tersebut ke tingkat yang tidak
mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang,
ataupun menimbulkan kerusakan dan hidup disekitar kehidupan manusia seperti tikus,
rayap, anjing, kucing, babi, kera, atau binatang lainnya .
Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia.
Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan
keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan bagi
manusia dibidang kesehatan; pertanian; tempat; rumah tangga.
Dalam pengendalian tikus dibutuhkan pengetahuan dasar untuk 4 pengendalian
tikus dan metode pengendalian. Pengetahuan dasar untuk pengendalian tikus meliputi
Identifikasi, Biologi dan perilaku tikus, Tanda keberadaan tikus, Rodentisida, Resistensi
tikus terhadap rodentisida, Bahaya rodentisida bagi manusia.
Salah satu permasalahan yang ada dalam masyarakat saat ini adalah gangguan
hewan pengerat yaitu tikus. Dimana hewan tersebut selalu mengganggu manusia dengan
merusak makanan atau barang yang disimpan digudang. Tikus merupakan hewan liar dari
golongan mamalia dan dikenal sebagai hewan pengganggu dalam kehidupan manusia,
terutama tikus domestik.Tikus dosmestik mempunyai habitat dekat dengan kehidupan
manusia sepertiperumahan, sawah dan pasar.
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordomyormopha,
famili muridae. Tikus merupakan hewan yang dikenal sebagai hewan pengganggu dalam
kehidupan manusia. Hewan pengerat dan pemakan segala jenis makanan (omnivora) ini
sering menimbulkan kerusakan dankerugian dalam kehidupan manusia, antara lain dalam
bidang pertanian,perkebunan, permukiman, dan kesehatan, tikus sebagai vektor penyakit
pada manusia, seperti Yersiniosis, Leptospirosis, dan Salmonellosis. Sedangkan patogen

1
yang dapat ditularkan kepada manusia yaitu Lymphocyticchoriomeningitis,
Entamoeba histolytica, dan Giardia muris.
Tikus merupakan satwa liar dan sangat sering berhubungan dengan manusia.
Tikus merupakan binatang yang paling menikmati positif dari kemajuan ekonomi negara-
negara Asia. Hubungan tikus dengan manusia seringkalibersifat parasitisme, tikus dan
mencit adalah hewan mengerat (rodensia) yanglebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di
perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga
membawa, menyebarkan danmenularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan
hewan peliharaan. Hampir tidak ada informasi menguntungkan tentang tikus bagi
manusia,terkecuali untuk binatang percobaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.Di
dunia, rodent terdapat 29 suku atau famili, 468 genus dan 2052 spesies,sedangkan di
Indonesia terdapat 3 famili yaitu Sciuridae, Muridae dan Hystricidae. Famili muridae
terdapat 171 jenis dan di Pulau Jawa famili Muridae terdiri atas 10 genus dan 22 spesies.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
mengidentifikasi tikus dan mengetahui ciri-ciri serta identitas dari tikus yang di periksa.

C. Manfaat
Dapat mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi tikus dan mengetahui ciri-ciri serta
identitas dari tikus yang di periksa.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha,
family muridae. Family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia
karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan
(omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. Tikus
adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal
adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di
semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi.
Tikus merupakan salah satu hewan rodensia yang dikenal sebagai hama tanaman
pertanian, perusak barang, dan hewan pengganggu di perumahan.
Berikut adalah taksonomi hewan tikus :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Murdae
Genus : Rattus
Spesies : Tikus rumah (Rattus rattus diardi)

Gambar 1. Tikus Sawah


Tikus sawah (Rattus argentiventer) (Gambar 1) mempunyai ciri morfologis yaitu
tekstur rambut yang agak kasar, bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, warna
badan dorsal coklat kelabu kehitaman, warna badan ventral kelabu pucat atau putih kotor,
dan warna ekor ventral coklat gelap. Bobot badan tikus sawah antara 70-300 gram,
panjang badan 130-210 mm, panjang ekor diantara 110-160 mm, panjang secara
keseluruhan dari kepala sampai dengan ekor 240-370 mm. Lebar daun telinga 19-22 mm,
panjang telapak kaki 32-39 mm, lebar sepasang gigi seri yang sering digunakan untuk
mengerat 3 mm, dan formula puting susu 3 + 3 pasang (Priyambodo, 2003). Tikus sawah
mudah ditemukan di sebagian besar Asia Tenggara. Tikus sawah biasa hidup di lubang-
lubang tanah pada sawah dan ladang (Payne et al., 1985).

3
Tikus rumah (Rattus rattus) mempunyai tekstur rambut agak kasar, bentuk badan
silindris, bentuk hidung kerucut, telinga berukuran besar tidak berambut pada bagian
dalam dan dapat menutupi mata jika ditekuk ke depan, warna badan bagian perut dan
punggung coklat hitam kelabu, warna ekor coklat hitam, bobot tubuh berkisar antara 60-
300 gram, ukuran ekor terhadap kepala, dan badan bervariasi (lebih pendek, sama, atau
panjang). Tikus rumah memiliki kemampuan memanjat yang baik. Tikus rumah memiliki
kemampuan indera yang sangat menunjang aktivitasnya kecuali penglihatan
(Priyambodo, 2003). Tikus rumah lebih sering ditemukan di semak-semak ataupun di
atap bangunan (Meehan,1984).
Tikus memiliki siklus reproduksi yang sangat tinggi. Rattus rattus diardi
mencapai umur dewasa pada 68 hari dengan masa bunting selama 21- 22 hari (Ewer,
1971). Hal ini menyebabkan tikus sangat mudah berkembang biak dalam waktu yang
singkat. Populasi tikus yang tidak terkontrol justru akan mengganggu aktivitas manusia,
salah satunya dalam hal pertanian (Hadi et al., 2005). Tikus rumah dan tikus sawah sering
kali merugikan manusia.

B. Morfologi Tikus

NO Mencit
Morfologi Tikus Roil Tikus   Atap Tikus Ladang
. Rumah

1. Tekstur Kasar dan Agak kasar Lembut dan Lembut dan


rambut agak halus halus
panjang

2. Bentuk Kerucut Kerucut Kerucut Kerucut


hidung terpotong

3. Bentuk Silindris, Silindris Silindris Silindris


badan membesar
kebelakang
4. Warna Coklat Coklat   hitam Coklat   hitam Coklat   pucat
badan hitam menyala menyala
bagian menyala
punggung

4
5. Warna Coklat Coklat   hitam Coklat   hitam Putih pucat
badan coklat menyala menyala
bagian perut (pucat)
6. Warna ekor Cokelat Cokelat hitam Cokelat hitam Cokelat hitam
bagian atas hitam
7. Habitat Gudang, Rumah, Rumah gudang Sawah,
selokan, gudang ladang 
rumah

8. Bobot 150-600 60-300 8-30 30-85


tubuh (gr)

9. Pjg kepala 150-250 100-210 55-100 80-150


+ badan
(mm)
10 Panjang 160-210 120-250 70-110 110-180
. ekor (mm)
11 Lebar daun 18-24 19-23 9-12 16-20
. telinga (berambut)
(mm)

12 Pjg tlpk 40-47 30-37 12-18 22-28


. kaki blkg
(mm)

13 Lebar 3.5 3 1.5 2


. pengerat
gigi (mm)

14 Jlh puting 6 (3+3) =12 5 (2+3) =10 5 (3+2) =10 4  (2+2


. susu )=8
(pasang)

C. Perkembangbiakan Tikus
Tikus adalah hewan yang berkembang biak dengan cara vivipar atau beranak.
Tikus memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi, sehingga membuat hewan pengerat
ini dapat berkembang biak dengan sangat cepat.
Satu ekor induk tikus dapat melahirkan 6 – 10 anak sebanyak lima kali dalam satu
tahun. Bahkan, anak tikus yang berusia tiga bulan sudah siap untuk bereproduksi.
Meskipun pada beberapa kasus, banyak pula tikus yang dapat melahirkan hingga 12 anak
dalam satu kali melahirkan.

5
5
Salah satu alasan mengapa tikus sangat cepat berkembang biak adalah karena
kemampuannya yang sangat baik dalam mencapai tingkat kematangan seksual. Dalam
hal ini, tikus hanya membutuhkan waktu 10 – 12 minggu untuk tikus jantan dan 8 – 9
minggu untuk tikus betina.
Artinya, populasi tikus dapat mencapai tingkat maksimal, yang awalnya hanya 2
tikus menjadi 1.250 tikus dalam satu tahun. Hal yang mengejutkan, sepasang tikus
mampu mereproduksi lebih dari 2.000 anak dalam setahun jika keberanakannya tidak
dikendalikan.
Jumlah kelahiran tikus biasanya dapat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1. Kondisi iklim
2. Kondisi pakan yang ada
3. Tempat tinggal yang aman

Gambar 2. Siklus Hidup Tikus

D. Habitat Tikus
Tikus adalah hewan dengan daya tubuh kuat dan pola hidup keras yang bisa
ditemukan di hampir setiap negara dan jenis medan apa pun. Mereka dapat hidup di
hutan, 4 padang rumput dan struktur buatan manusia (rumah, selokan, atap, bangunan dll)
dan dengan mudahnya alias mampu beradaptasi dengan baik.
Tikus biasanya membuat lubang di bawah tanah jika mereka hidup di alam liar.
Liang mereka membantu melindungi mereka dari pemangsa. Predator alami mereka

6
adalah kucing, burung, anjing liar dan rubah. Tikus adalah hewan nocturnal, artinya
mereka tidur

6
di siang hari dan terbangun di malam hari untuk melakukan aktifitas pada
umumnya. Inilah sebabnya mengapa tikus peliharaan atau tikus rumah dapat terdengar
bermain atau mencari makan pada malam hari.
Tikus tidak meninggalkan sarang terlalu jauh. Tikus rumah berkeliaran di sekitar
rumah kurang lebih 20-40 m untuk mencari makanan dan bahan pembuat sarang. Apabila
makanan sulit diperoleh karena kebakaran, banjir atau berakhirnya musim cocok tanam
maka tikus akan berkeliaran lebih jauh lagi, Biasanya tikus tidak senang di tempat-tempat
yang ramai, melainkan senang hidup di tempat-tempat dimana terdapat makanan atau
sampah sisa makanan manusia dan lingkungan yang kotor. (Raharjo j, 2012).
Tikus ditemukan hampir diseluruh belahan dunia, meskipun banyak subfamili
hanya bisa ditemukan di daerah tertentu. Tikus tidak ditemukan di Antartika atau pada
banyak pulau yang terletak di tengah samudera. Meskipun tidak satupun dari mereka
berasal dari Amerika, beberapa spesies, terutama tikus rumah dan tikus hitam, telah
tersebar ke seluruh dunia. Tikus menempati berbagai ekosistem dari hutan
tropis hingga tundra. Terdapat pula spesies yang hidup sepenuhnya di dalam tanah
(fossorial), di atas pepohonan (arboreal), dan semiakuatik, tetapi sebagian besar
merupakan hewan terestrial (hidup di atas tanah).

E. Tanda – Tanda Keberadaan Tikus


Tanda-tanda yang dapat dijadikan petunjuk tentang kemungkinan adanya tikus di suatu
tempat antara lain :
1. Bekas Gigitan ( Gnawing )
Bekas gigitan yang meninggalkan tikus pada benda yang terbuat dari kayu atau
kain.Biasanya dapat dilihat pada pintu,jendela,bekas-bekas kain.
2. Alur jalan ( Jalan lari )
Salah satu kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang sama (jalan antara
sarang dan tempat mencari mkan ) dan biasanya berjalan searah dengan dinding (baik
vertikal maupun horizontal) Jarang tikus pemandangan ruangan.
3. Bekas jalan ( runways )
Tikus ini pada umumnya kotor dan berminyak.
4. Bekas Lecet ( Bekas Gosok )
Segala benda benda yang tersentuh tikus selalu kotor dan berminyak.
5. Lubang Terowongan ( Liang)
Tikus tidak biasa membuat lubang.Ia hanya kadang-kadang membuat lubang di
tanah.Lubang-lubang tersebut merupakan jalan masuk ke dalam sistem terowong di
dalam tanah, baik di dalam tanah yang terbuka ,dekat timbunan sampah,ditepi
landsan ,dekat gudang-gudang yang langsung dipasang diatas tanah maupun disepanjang
tepi selokan. Salah satu contoh tikus yaitu norwegia rat (Rattus norvegicus) senang
membuat terowongan atau membuat lubang diberbagai tempat terutama di bawah
bantalan bangunan.
6. Kotoran ( Kotoran)
Biasanya kotoran tikus dapat dikenal karena mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :

7
- Untuk kotoran yang baru bentuknya lembek,mengkilap dan pada umumnya berwarna
gelap.
- Untuk kotoran yang sudah lama,bersifat keras,kering, dan pada umumnya berwarna
abu-abu.
7. Bekas telapak ( Tracks/Paths)
Bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas.Jejak kaki yang lama selalu tertutup
debu .Kaki belakang tikus mempunyai 5 jari kaki, sedangkan kaki muka 4 jari kaki.Jejak
kaki belakang lebih terlihat dari pada kaki depan sedangkan ibu jari tidak nampak.
8. Suara ( Suara)
Jika banyak tikus mereka sering terdengar berlari-lari dan mencicit di atas rumah ,setelah
hari menjadi gelap atau saat mereka sedang mencari makan di dalam rumah.
9. Tikus hidup dan tikus mati.(Tikus hidup dan mati ).
Di dalam rumah kadang kala ditemukan tikus yang telah mati ,disamping tikus yang
sedang berlari-lari di dalam rumah. Dengan ditemukannya tikus yang telah mati atau
yang masih hidup menunjukkan bahwa di dalam rumah di daerah tersebut terdapat tikus.
10. Sarang tikus ( Sarang)
Sarang tikus terletak di dalam lubang ,pad dinding,pada pohon-pohonan,dan tanam-
tanaman yang lain.

F. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Penyakit


Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit yang dikenal
Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease adalah :
a. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira berbentuk spiral
yang menyerang mamalia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.
Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati.
Bakteri ini dapat menyerang siapapun yang memiliki kontak dengan berbagai benda
maupun hewan lain yang mengalami infeksi leptospirosis. Bakteri ini masuk ke dalam
tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau
makanan yang terkontaminasi oleh urin hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi
selama 4 - 19 hari.
b. Plague/Penyakit Pes/Sampar/La Peste
Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul pada
hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat
mewabah. Penyebaran penyakit plague/pes. Plague, disebut juga penyakit pes, adalah
infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus
(flea), Xenopsylla cheopis.
c. Salmonellisis
Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang dapat
menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat
menyebabkan kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar 7 dengan melalui

8
kontaminasi feses. Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan
juga demam yang diikuti oleh dehidrasi.

8
d. Murine typhus
Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh Rickettsian typhi atau R. mooseri
yang dapat ditularkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah
kedinginan, sakit kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-
bintil merah yang timbul di hari kelima hingga keenam.
e. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus
Rat-bit fever (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri Moniliformis
Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang pengerat
atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus dan biasanya
dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 1
hingga 22 hari. Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah demam, mual,
muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan sendi.
f. Sindrom hantavirus paru (PS)
Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus
yang terinfeksi melalui urin, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini
ketika mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan
sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS
berpotensi mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi
utama untuk mencegah infeksi 8 hantavirus. maka gejala yang dapat diamati adalah diare,
muntah, mual, dan kram perut.
g. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem syaraf pusat dan memiliki gejala
khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah rabies juga sering disebut
hidrofobia. Tikus menyebarkan penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies
tidaklah jelas, umumnya pasien merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang
dapat diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri
yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan juga
kejang.

9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Penangkapan tikus menggunakan perangkap dari jaring kawat menggunakan umpan
makanan (kepala ikan) dilakukan pada hari Rabu, 8 Februari 2023 pada pukul 20.37
WITA. Untuk praktikum identifikasi tikus dilakukan pada:
Hari, Tanggal : Jum’at, 10 Februari 2023
Jam : 09.20 WITA – Selesai
Tempat : Laboratorium Parasit Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Makassar

B. Alat dan Bahan


Lokasi Penangkapan
1. Alat :
• Perangkap tikus

2. Bahan :
• Umpan/makanan (daging ayam)

Laboratorium
1. Alat :
• Jas laboratorium
• Sarung tangan nitril
• Pipet ukur
• Balp
• Kantong plastik
• Timbangan digital
• Jangka sorong besar dan kecil
• Penggaris
• Koran atau kertas
• Alat tulis
• Masker

2. Bahan :
• Tikus Hidup
• Chloroform
• Kapas

C. Prosedur Kerja
Adapun langkah kerja atau cara mengidentifikasi tikus, yaitu:

10
1. Bius tikus dengan menggunakan choloroform sebanyak 5 ml, dengan cara meneteskan
chlorofom ke kapas menggunakan pipet tetes kemudian dimasukkan ke dalam perangkap
yang berisi tikus.
2. Setelah itu, tutup/bungkus tikus menggunakan kantong plastik dan tunggu hingga tikus
tidak mengalami pergerakan (mati).
3. Keluarkan tikus dari perangkap lalu timbang berat badan tikus (BB).
4. Setelah di timbang, sisir bulu tikus dan pehatikan apakah ada pinjal atau kutu.
5. Jika ditemukan pinjal atau kutu maka dilanjutkan dengan pemeriksaan pada
mikroskop.
6. Setelah disisir, selanjutnya dilakukan pengukuran pada tikus, dimana yaitu mengukur
panjang seluruh tikus atau panjang total (TL), panjang badan, panjang ekor (T),
tengkorak yaitu moncong sampai tengkuk (SK), telinga (E), dan telapak kaki (H&L).
7. Setelah pengukuran, selanjutnya dilakukan pengamatan pada tikus yaitu bulu
punggung, bulu dada, jenis kelamin, mata, telinga, puting (tikus betina), mengukur testis
(tikus jantan) dan jumlah jari-jari kaki depan dan belakang.
8. Catat hasil pengukuran dan pengamatan, kemudian cocokkan dengan kunci
identifikasi.

11
BAB IV
HASIL DAN ANALISA HASIL

A. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Pengukuran Pada Tikus
Lokasi Seks Berat Panjan Panjang Panjan Panjang Panjan Panjang Jumlah
Badan g Total Badan g Tengkorak g Ekor Kaki Puting
Telinga
Rumah Jantan 132 36 cm 16,7 cm 1,6 cm 5,5 cm 19,3 cm 3,4 cm Tidak
Kontrakan gram ada
(Kost)

2. Pengamatan Pada Tikus


Bulu Bulu Moncong Telinga Mata Ekor Jari Jari Kaki Gigi
Punggung Dada Kaki Belakang
Depan
Halus Halus Lancip Lebar Sipit Ada bulu 4 5 4 (2 atas,
(Coklat (Putih) dan (halus) 2 bawah)
Kehitaman) berbulu

B. Analisa Hasil
Pada hasil praktikum diatas, dapat ketahui bahwa tikus yang diperoleh adalah tikus
jantan berjenis tikus Ladang (Rattus Exulans) yang mana habitatnya biasanya
ditemukan di Tikus ladang Pada identifikasi tikus ladang ini tidak ditemukan pinjal
serta banyak terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran
hutan dan kadang-kadang masuk ke rumah. Jenis tikus ini memiliki ciri-ciri atau
morfologi dimana bulu punggung tikus bertekstur halus dan berwarna coklat
kehitaman, dada dan perut memiliki bulu yang halus dan putih kelabu, memiliki ekor
dengan warna gelap pada keseluruhannya serta berbulu tipis/halus, moncong
berbentuk kerucut (lancip), memiliki jari kaki (HF) depan sebanyak 4 serta jari kaki
bawah sebanyak 5 buah dengan panjang (3,4 cm) dan gigi sebanyak 4 buah (2 atas
dan 2 bawah), dimana gigi depan atas 2 dan 2 juga gigi bawah 2. Dengan berat badan
(BB) 132 gram, panjang keseluruhan (TL) 36 cm, panjang moncong sampai badan
(HB) 16,7 cm, panjang telinga (E) 1,6 cm, panjang tengkorak (SK) 5,5 cm, dan
panjang ekor (T) 19,3 cm, dan tidak terdapat mammae dikarenakan tikus yang
didapatkan masih tergolong muda sehingga sulit untuk mengidentifikasikan jumlah
mammaenya.

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan
manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus
mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering
menimbulkan gangguan bagi manusia dibidang kesehatan; pertanian; tempat;
rumah tangga.
Dari praktikum “Identifikasi Tikus” dapat diketahui jenis tikus dari ciri-
ciri atau morfologinya, baik dari habitat/ kebiasaan hidupnya maupun dari ciri
fisiknya seperti badan, ekor, moncong, warna bulu, mata dan lainnya. Dimana
pada praktikum kali ini kami mendapatkan kesimpulan mengenai jenis
identifikasi tikus yang kami dapatkan adalah jenis tikus ladang berjenis kelamin
jantan.

B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat mempelajari terlebih dahhulu
jenis – jenis tikus dan morfologinya serta tetap memperhatikan kunci identifikasi
dari identifikasi tikus agar dapat memahami kebiasaan hidup dari tikus itu sendiri
dan cara menanganinya. Diharapkan kepada masyarakat agar senantiasa menjaga
lingkungan sekitar dan personal hygieni dengan baik agar vektor dan binatang
pengganggu seperti tikus tidak dapat hidup dan berkembangbiak di sekitar kita
karena binatang tersebut akan membawa penyakit kepada kita apabila dibiarkan
atau tidak dicegah lebih awal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andhy, Febri. 2014. Identifikasi Tikus. (Online). Tersedia:


https://febriandhy.blogspot.com/2014/05/identifikasi-tikus.html. Diakses pada 12
Februari 2023

Aulia. 2017. Survey dan Identifikasi Tikus. (Online) Tersedia:


https://id.scribd.com/document/360689900/Laporan-Praktikum-Survei-
Identifikasi-Tikus-Aulia-Nf-25010115130205#. Diakses pada 12 Februari 2023

Dani Novita Putri. (2016). Laporan Praktikum Identifikasi Tikus. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Yogyakarta. (Online). Tersedia:
https://www.slideshare.net/danivita/laporan-identifikasi-t ikus. Diakses pada 12
Februari 2023

Damayanti, Adelina. 2016. Bab II Tinjauan Pustaka Tikus. (Online). Tersedia:


https://repository.ump.ac.id/1309/3/ADELINA%20DAMAYANTI%20BAB
%20II.pdf. Diakses pada 12 Februari 2023

Drajat, Agus. 2011. Laporan Identifikasi Tikus. (Online). Tersedia:


https://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/laporan-identifikasi-tikus.pdf.
Diakses pada 12 Februari 2023

H.Sa’adah. (2019). Bab II Tinjauan Pustaka Umum Tikus. Universitas Muhammadiyah


Makassar. (Online). Tersedia: https://r.search.yahoo.com. Diakses pada 12
Februari 2023.
LAMPIRAN

Penangkapan Tikus Alat & Bahan Praktikum Mengukur Panjang Total Tikus

Mengukur Panjang Tengkorak Mengukur Panjang Telinga Mengamati Mammae Tikus

Menimbang Berat Badan Tikus Menyisir Pinjal Pada Tikus

Anda mungkin juga menyukai