Biografi Presiden Soeharto
Biografi Presiden Soeharto
Biografi Presiden Soeharto
Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa
Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada
tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai
Mangkunegaran.
Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember
1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka
dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang
Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang
Adiningsih.
Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer
dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara
KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan
komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.
Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia.
Peristiwa tersebut menjadi salah satu catatan penting saat Republik ini baru mulai
berdiri setelah lepas dari penjajahan Belanda. Banyak versi seputar Serangan Umum 1
Maret tersebut. Namun demikian, peran Letkol Soeharto tentu tidak bisa dipisahkan
dalam perang untuk merebut kembali Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta. Tujuan
utama tentu untuk menaklukkan pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia
Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan
perlawanan. Alhasil Serangan Umum 1 Maret bisa menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa TNI masih ada.
Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta
dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima
Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian
Barat).
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara
dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya
adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19
September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan
kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan
menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah
Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik - di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-
orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan
menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan
Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang
terlibat "dibuang" ke Pulau Buru. Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya
penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang
dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-
barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik
sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem
ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan pemerintah
Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga
bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada
bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian
yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta
asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil
Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak mengalami
perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada masa itu pemerintah
sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga mendukung terjadinya stabilitas
ekonomi. Karena hal itulah maka pemerintah jarang sekali melakukan perubahan-
perubahan kebijakan terutama dalam hal anggaran negara. Pada masa pemerintahan
orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan
ekonomi tersebut didukung oleh kestabilan politik yang dijalankan oleh pemerintah. Hal
tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi
Pembangungan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan
pemerataan pembangunan.
Pada tahun 1998 merupakan masa kelam bagi Presiden Soeharto dan masuknya masa
reformasi bagi Indonesia, Dengan besarnya demonstrasi yang dilakukan oleh
Mahasiswa serta rakyat yang tidak puas akan kepemimpinan Soeharto serta makin tidak
terkendalinya ekonomi serta stabilitas politik Indonesia maka pada tanggal 21 Mei 1998
pukul 09.05 WIB Pak Harto membacakan pidato "pernyataan berhenti sebagai presiden
RI” setelah runtuhnya dukungan untuk dirinya. Soeharto telah menjadi presiden
Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik
dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan sebelumnya. BJ Habibie melanjutkan setidaknya
setahun dari sisa masa kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh
Abdurrahman Wahid pada tahun 1999. Kejatuhan Suharto juga menandai akhir masa
Orde Baru, suatu rezim yang berkuasa sejak tahun 1968.