Buku Ajar Kewarganegaraan
Buku Ajar Kewarganegaraan
Buku Ajar Kewarganegaraan
P age |2
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Disusun oleh
MOTTO
tenggelam dalam kesesatan. Melihat barang berupa permata dan emas yang
menjadi terpikat, jelas bahwa perilaku kalian itu salah. Sudah banyak
Alam Ilmu. Tetapi dasarnya kalian santri gundul yang memburu hasil
QS Al-Isra’ 17: 36
P age |4
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat
Allah SWT, karena rahmat dan karunia Nya saya dapat menyelesaikan
buku ajar kewarganegaraan ini. Buku ajar ini memuat uraian dari hasil
penelitian penulis mengenai pengetahuan seputar kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan ideologi Pancasila dan
lebih tepatnya memahami tanah air dalam perspektif filsafat Pancasila
untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam memahami cita-cita
dan worldview bangsa Indonesia, kemudian terwujud dalam kerangka
nasionalitas, demokrasi dan integrasi kebangsaan.
Adapun buku ajar ini tidak akan selesai tanpa bantuan, diskusi
dan dorongan serta motivasi dari beberapa pihak, walaupun tidak
dapat disebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya.
Ahirnya, penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih jauh dari
sempurna. Dengan demikian, penulis mengharapkan usul, saran, kritik
dan masukan demi perbaikan serta perkembangan lebih lanjut pada
buku ajar ini.
Wassalamu’alaikumsalam, Wr Wb
Fuad Noorzeha
DAFTAR ISI
P age |5
2. Demokrasi...................................................... 126
a. Mengenal secara Singkat Demokrasi ................... 126
b. Konsep Demokrasi di Indonesia ......................... 129
c. Mendeskripsikan secara Filosofis Demokrasi Pancasila
............................................................. 131
3. Hukum dan HAM .............................................. 132
a. Pengertian Hukum ....................................... 132
b. Pengertian HAM .......................................... 134
c. Sejarah HAM ............................................. 135
d. HAM dalam Pandangan Agama ........................ 138
BAGIAN V: PENUTUP .................................................... 140
A. Kesimpulan ....................................................... 140
KATA PENGANTAR
P age |8
BAGIAN 1: PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di dunia,
dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya, manusia
memiliki kelebihan dalam akal dan pikiran, dengan semua itu manusia
bisa membedakan mana yang benar dan yang salah. Maka, manusia
dalam konsep hablum minallah, hablum minan nas, dan hablum
minal alam diberikan tiga tugas yang harus diemban dalam kehidupan
manusia yang tidak hanya melakukan dan menjaga hubungan erat
dengan Allah SWT melainkan juga dengan manusia dan alam.
Hubungan itu tercerminkan dalam kepatuhannya menjalankan perintah
dan menjauhi larangannya, manusia harus mempercayai seluruh
sistem keimanan agamanya, menjalankan seluruh ritual
peribadatannya, dan juga bermoral yang relevan dengan misi
agamanya (Nursyam, 2009:196).
pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah Nusantara
berikrar menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air dan
berbahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Kemudian pada tahun
1930-an, organisasi kebangsaan baik yang berjuang secara terang-
terangan maupun secara diam-diam, baik di dalam negeri maupun di
luar negeri tumbuh secara pesat. Secara umum organisasi- organisasi
tersebut bergerak dan bertujuan membangun rasa kebangsaan dan
mencita-citakan Indonesia merdeka.
guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis serta bersikap
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sebenarnya pendidikan
kewarganegaraan tidak hanya program pendidikan yang didasarkan
pada konstitusi negara yang bersangkutan saja, melainkan juga
bergantung pada perkembangan zaman.
Pkn pada masa awal kemerdekaan dapat lebih banyak dilihat
pada tataran sosial kultural yang dilakukan oleh para pemimpin
negara-bangsa. Para pemimpin mengajak seluruh rakyat melalui
pidato-pidatonya untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia,
dengan cara membakar semangat rakyat dalam mengusir para
penjajah dari Indonesia. Pidato dan ceramah tidak hanya dilakukan
oleh para pemimpin saja, melainkan juga dilakukan oleh para
pejuang, para kyai di pondok pesantren dalam mengajak umat untuk
berjuang mempertahankan NKRI.
Hal tersebut merupakan cerminan dasar dari PKn dalam
dimensi sosiologis, sosio kultural yang sangat diperlukan oleh
masyarakat dan akhirnya negara-bangsa saling menjaga,
memelihara, dan mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa
yang merdeka. Pasca kemerdekaan tahun 1945 belum dilaksanakan
dalam penerapannya belum dilaksanakan di sekolah-sekolah hingga
terbitnya buku civics pertama di Indonesia yang berjudul Manusia dan
Masyarakat. Buku ini disusun oleh Mr. Soepardo, Mr. Hoetaoeroek,
Warsid, Soemardjo, dll.
Kesimpulannya bahwa dalam pendidikan kewarganegaraan
secara historis, sosiologis maupun secara kontekstual tercerminkan
P a g e | 22
merupakan ciri khas bangsa Indonesia dan tidak akan kita temui di
negera lain yang memiliki ideologi Pancasila. Maka, sebagai warga
negara Indonesia seyogyanya Pancasila dapat diterapkan pada
kehidupan dalam wujud pemahaman, bersikap dan berprilaku harus
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
D. Memahami Pancasila
Proses sejarah konseptualisasi Pancasila yang melalui beberapa
fase adalah meurupakan hasil karya panitia Sembilan merupakan
perumusan pidato Soekarno. Setiap fase konseptualisasi Pancasila itu
melibatkan partisipasi pelbagai unsur dan golongan. Maka oleh karena
itu Pancasila benar-benar merupakan karya bersama milik bangsa
akan tetapi setiap individu yang memainkan perannya sendiri untuk
memaknai Pancasila dalam kehidupan berbangsa bernegara (Latif,
2002: 39-40).
Pancasila merupakan alat pemersatu serta sebagai dasar
negara republik Indonesia tetapi juga sebagai alat pemersatu
perjuangan bangsa dalam melawan imperialism atau penjajahan
sehingga dari hal tersebut terbentuklah corak, watak kepribadian
bangsa yang kuat (Soekarno, 1958: 3). Dengan demikian negara
Indonesia memiliki landasan moralitas dan haluan kebangsaan yang
jelas dan juga visioner. Melihat pentingnya konsepsi dan cita-cita
ideal sebagai landasan moralitas bagi kebesaran bangsa, maka
perlunya memahami basis moralitas dan haluan kebangsaan-
kenegaraan Pancasila dengan melihat landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis yang kuat sehingga aktualisasi dalam
setiap kehidupan menjadi lebih baik.
1. Makna Ideologi
P a g e | 38
negatif dalam sebuah claim yang tidak wajar, atau sebagai teori yang
tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak
yang mempropagandakannya. Ideologi sehingga dilihat sebagai
sarana kelas atau kelompok yang berkuasa untuk melegitimasi
kekuasaannya secara wajar.
Istilah ideologi dipergunakan dalam banyak arti, namun pada
hakikatnya semua arti tersebut dapat dikembalikan pada salah satu
dari tiga arti, yang pertama ideologi sebagai kesadaran palsu. Ideologi
yang paling umum dipergunakan dalam arti “kesadaran palsu” dengan
kata yang memiliki konotasi negatif, lalu sebagai claim yang tidak
wajar, atau sebagai teori yang berorientasi pada kebenaran, akan
tetapi di sisi lain ada sebuah kepentingan satu atau dua pihak yang
mempropagandakan. Idologi dalam arti tersebut dapat menjadi
sebuah sarana kelas atau kelompok yang berkuasa untuk melindungi
legitimasi kekuasaannya dengan cara tidak wajar. Artinya bahwa
manusia untuk kepentingannya menggunakan makna ideologi sebagai
sebuah cita-citanya.
Ideologi dalam arti yang kedua adalah ideologi netral, dalam
ideologi ini sering dilakukan pada negara-negara komunis, artinya
ideologi secara keseluruhan sistem berikir, nilai-nilai dan sikap-sikap
dasar rohani sebuah gerakan, kelompok sosial atau kebudayaan.
Fungsi Ideologi netral ini terletak pada bagaimana arti dan nilai
ideologi tersebut jika isinya baik maka ideologi itu baik dan sebaliknya
(Suseno, 1992).
Ideologi yang ketiga bagaimana filsafat dan ilmu-ilmu sosial
yang berhalauan positivistic, segala pemikiran yang tidak dapat diuji
P a g e | 40
sosial budaya yang telah ribuan bahkan jutaan tahun lamanya lahir di
nusantara (Yudi Latif, 2011: 250).
2. Era Kemerdekaan
pertama yang terjadi antara entnis China dengan Belanda pada tahun
1740 dan seterusnya menyebabkan tidak kurang dari 10.000 ribu
warga China meninggal. Kemudian peristiwa ini dikenal dengan
sebutan geger pecinan (Tirto, 2017).
Pada umumnya pemerintah kolonial sangat menghindari terjadi
konflik identitas. Faktanya masyarakat yang menjemuk tersebut rawan
terjadi bentrokan yang berujung Tindakan anarki. Diketahui rezim
kolonial berusaha untuk mengintegrasikan kelompok yang berbeda
dengan dokrin isu nasionalisme. Akibatnya, masyarakat Indonesia
saat itu mengalami pergeseran dari populasi rasial berdasarkan
identitas tertentu ke populasi nasional. Selain itu, masyarkat yang
majemuk tersebut membuat rezim kolonial menggunakan cara-cara
otoriter dan sentralistik. Tindakan tersebut menyebabkan nilai-nilai
lokalitas mengalami pengikisan serta represivitas rezim kolonial pada
akhirnya mampu meredam munculnya konflik berdasarkan politik
identitas (Furnival, 2009)
Awal kemerdekaan sampai pada saat rezim orde lama isu
tentang politik identitas terus mengalami keterpinggiran. Isu identitas
pada dasarnya menjadi kajian para pengamat tahun 1950 an, akan
tetapi isu yang paling dominan lebih banyak memfokukan pada kajian
tentang partai politik, politik aliran dan nation building (Nordholt dan
Klinken, 2009). Politik aliran kemudian muncul ke permukaan
disebabkan oleh politik identitas. Politik aliran yang dipopulerkan oleh
Clifort Geertz (1983) pada masyarakat Jawa terbagi ke dalam tiga
varian yaitu abangan, santri dan priyayi. Perbedaan identitas ini
banyak menimbulkan konflik komunal berdasarkan sentiment
P a g e | 89
termasuk yang berasal dari ajaran agama Islam. Salah satu sumber
tokoh pluralis yang digunakan pada kajian tasawuf, terutama pada
pemikiran Ibn Arabi dan Jalaluddin Ar Rumi. Kedua tokoh sufi
tersebut dijadikan pintu gerbang gagasan pluralism agama beserta
acuan untuk memberi pembenaran bagi gagasan semua agama
adalah sama dan benar (Armas, 2013: xiv).
Paham pluralisme Inilah yang kemudian menimbulkan paham
relativisme agama dan nihilisme kebenaran pada semua agama.
Paham tersebut menjadi tema penting dalam disiplin ilmu sosiologi,
teologi dan filsafat keagamaan yang berkembang di Barat serta
menjadi agenda penting globalisasi (Fahmy, 2004: 5-6). Pluralitas
agama dalam buku prospek pluralisme tertuliskan bahwa pluralitas
semakin tampil sebagai sebuah kehendak sejarah, sehingga
pluralisme agama menjadi sebuah konsekuensi logis yang sehat,
serta punya fungsi makna agama menjadi konkrit dan relevan dalam
kehidupan masyarakat (2009: xxvii).
Paham pluralisme agama berangkat dari tradisi yang berbeda,
namun sama dalam masing-masing agama. Sehingga “a common
ground” kesamaan tersebut disebut dengan religio perennis “agama
abadi”. Sedangkan pemahaman agama di Indonesia dewasa ini
mengacu pada sebuah kesimpulan dari pemahaman tentang
puralisme agama yang merujuk pada dua aliran yang berkembang.
Dua aliran yang berkembang yang pertama adalah konsep
teologi global (global theology) John Harwood Hick, atau yang biasa
dikenal dengan nama John Hick. Hick adalah seorang teolog dan
filsuf agama, Hick menjadi seorang pendiri, serta orang pertama
P a g e | 109
yang menduduki kelompok All Faiths for One Race (AFFOR). Hick
menjabat sebagai pemimpin di agama dan budaya panel, serta
berasal dari divisi Birmingham Komite Hubungan Masyarakat. Hick
merupakan pimpinan komite koordinasi untuk konferensi tahun 1944
diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang pendidikan baru
dengan tujuan menciptakan silabus baru untuk pengajaran agama di
sekolah-sekolah kota yang terpengaruhi oleh Wilfred Cantwell Smith
dengan world theology (Thoha, 2005: 52-53).
Menurut Hick, upaya untuk mencapai teologi global tentu saja
tidak mudah, tapi juga tidak mustahil. Hick kemudian menggulirkan
sebuah tesis tentang tranformasi dari pemusatan agama menuju
pemusatan Tuhan. Terminologi Hick menggunakan (diri) sebagai
pengganti “religion” agama dalam melihat fenomena agama. Hick
memakai kaca mata Smith yang menggantikan (agama dengan
iman). Hick memahami bahwa iman sebagai the exercise of
cognitive freedom “latihan kebebasan” (Hick, 1986: 160). Artinya
bahwa semua manusia sama, yaitu mulai dari respons negatif,
tertutup, dan eksklusif, sampai respon yang positif, terbuka terhadap
eksistensi ketuhanan yang dapat menggeser dan menaikan derajat
level spiritual seseorang yang gradual menuju eksistensi Tuhan (Hick,
1984: 148).
Hick menginterpretasikan fenomena pluralisme agama
berdasarkan kesimpulan Smith bahwasanya kehidupan spiritual
keagamaan manusia tidaklah berhenti dan tetap “static”, melainkan
senantiasa baru, berkembang dan berubah- ubah secara terus
menerus sesuai dengan perubahan masa dan perkembangan akal
P a g e | 110
dilakukan oleh KPU dan pemerintah saat itu secara sistematif dan
massif.
Protes yang dilakukan sebagian masyarakat tersebut
mengindikasikan adanya ketidakpercayaan politik (political distrust)
terhadap kedua lembaga Pemilu yaitu KPU dan Bawaslu. Seharusnya
kepercayaan politik (political trust) terhadap lembaga-lembaga politik
dan negara adalah fondasi bagi keberlangsungan demokrasi. Sikap
percaya dalam sebuah kegiatan politik ini merupakan bagian dari
modal sosial (Saiful Mujani, 2009: 575-590).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap kegiatan politik, sehingga akan menimbulkan
krisis politik. Yang pertama, perasaan menjadi kelompok sosial yang
mengalami marjinalisasi bisa menyebabkan munculnya ketidak
percayaan terhadap lembaga politik (Robert Wuthnow, 1999). Hal ini
terjadi karena asumsi yang didapat oleh masyarakat berangkat dari
sebuah kebijakan negara yang hanya menguntungkan suatu kelompok
sosial atau etnis dan golongan elit tertentu.
Salah satu contoh kebijakan yang terjadi pada tahun 2020
terjadi aktivitas politik yang melibatkan semua partai politik. Peristiwa
tersebut bermula dari RUU HIP yang diduga berasal dari satu partai
yang akan merubah ideologi Pancasila. Perubahan RUU tersebut
dengan tujuan mengembalikan lima sila menjadi eka sila. Perumusan
eka sila ditetapkan oleh Soekarno kala itu dengan memeras lima sila
menjadi satu yaitu gotong royong. Akan tetapi, hal tersebut
menimbulkan banyak pro dan kontra dari beberapa partai politik
maupun partai keagamaan, bahkan segala pihak hangat
P a g e | 115
D. Geopolitik
Ilmu geopolitik adalah pengetahuan yang mempelajari tentang
potensi yang dimiliki oleh suatu bangsa atas dasar jatidirinya, dan
merupakan kekuatan serta kemampuan untuk ketahanan nasional.
Pada hakikatnya geopolitik mengajarkan agar dapat selalu
menciptakan persatuan bangsa dan keutuhan wilayah NKRI,
berdasarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Semangat tersebut
berupa kesetaraan, keadilan dan kebersamaan serta kepentingan
nasional, agar persatuan bangsa dan keutuhan wilayah terancam oleh
berbagai gerakan separatis, baik yang sudah memiliki kekuatan
bersenjata maupun yang masih dalam bentuk wacana.
P a g e | 118
Geopolitik berasal dari dua kata yaitu geo dan politic. Geo
artinya bumi atau planet bumi, sedangkan politik selalu berhubungan
dengan kekuasaan dan pemerintahan. Dalam studi hubungan
internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat
masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau
geosentrik. Pengertian geopolitik kemudian dapat disederhanakan lagi
yaitu dengan sebuah studi yang mengkaji masalah geografi, sejarah,
dan ilmu sosial dengan merujuk pada politik internasional. Sehingga
geopolitik diperlukan oleh setiap negara untuk memperkuat posisinya
di antara negara lain serta untuk memperoleh kedudukan penting di
antara bangsa atau lebih tegas lagi untuk menempatkan diri pada
posisi yang sejajar dengan negara maju. Indonesia membuat konsep
geopolitik yang kemudian dinamakan dengan wawasan nusantara
(UNY, 2005: 4). Wawasan nusantara menjadi landasan penentu
kebijaksanaan politik negara. Politik negara yang dapat diisi oleh
kepentingan pribadi, golongan dan kelompok cenderung lebih
dominan daripada kepentingan nasional.
Konsepsi dasar dari geostrategi Indonesia adalah ketahanan
nasional terkait dimensi astagatra yang artinya segenap kehidupan
nasional yang sangat kompleks dipetakan secara sederhana, namun
tetap dapat mencerminkan kehidupan nasional yang nyata. Astagatra
meliputi trigatra alamiah dan pancagatra sosial. Trigatra alamiah
terdiri dari geografi (wilayah), sumber kenyataan alam dan
kependudukan. Sedangkan pancagatra social terdiri dari ideologi,
politik, ekonomi, social dan budaya, pertahanan dan keamanan
P a g e | 119
oleh manusia itu sendiri. Maka, hukum adalah salah satu bagian kecil
dari keseluruhan misteri manusia dan dunianya.
b. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia “HAM” merupakan hak yang fundamental
setiap warga dan setiap individu yang mencakup hak-hak atas hidup
dalam bidang politik, hukum, ekonomi, social dan budaya. Hak
tersebut merupakan kebutuhan mendasar yang harus dimiliki setiap
individu dan kelompok masyarakat tanapa membedakan suku,
agama, jenis kelamin (Didu, 2008: 17). Jika melihat apa yang sudah
tertuang dalam pasal 2 pada Universal declaration of Human Right
1948, bahwa setiap orang-orang berhak atas semua hak dan
kebebesan-kebebesan yang tercantum di dalam deklarasi tersebut
tidak ada pengecualian apa pun, dalam hal ini pembedaan ras, warna
kulit, jenis kelamin, Bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal
usul kebangsaan atau kemasyarakat, hak milik, kelahiran ataupun
kedudukan lain.
Hak asasi manusia dikatakan “melekat” atau “inheren” karena
dalam hak-hak tersebut dimiliki siapapun manusia, berkat kodrat
kelahirannya sebagai manusia bukan karena pemberian oleh suatu
organisasi kekuasaan. Melekat dengan dasar hak hak ini yang tidak
dapat dicabut maupun dirampas oleh siapapun (Soetandyo, 2006: 2).
Bahkan hak ini tidak dapat dicabut oleh penguasa yang dipandang
sebagai pejabat-pejabat yang mempunyai kewenangan yang sah
dalam sebuah keputusan konstitusi negara.
Hak asasi manusia secara kontemporer tidak hanya memiliki
ruang lingkup internasional, hak ini lebih bersifat egalitarian dan
P a g e | 134
keluarga musuh yang tidak ikut perang, memeras atau korupsi dan
atau menerima suapan. Allah SWT dalam hal ini benar-benar
memberikan penekanan dengan memancam dengan siksaan yang
pedih kepada orang-orang yang melampaui batas.
Riwayat Ibnu Umar r.a dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“kebaikan itu tidak akan rusak dan dosa tidak akan dilupakan. Tuhan
tidak akan mati dan jadikanlah kamu sebagaimana yang kamu
kehendaki, yakni sebagaimana yang kamu amalkan, maka kamu akan
dibalas”, karena itu sungguh berbahagia orang yang sewaktu hidupnya
di dunia ini dapat bertindak adil dalam hak-hak orang lain, dan
sungguh celaka orang yang curang dalam hak-hak orang lain.
Ditegaskan lagi dari Riwayat Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:
“Orang yang paling besar pahalanya di sisi Allah Ta’ala nanti pada
hari kiamat adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesame
manusia sewaktu di dunia, dan orang-orang yang nanti pada hari
kiamat dekat dengan Allah adalah orang-orang yang mendamaikan di
antara sesama manusia “yang bertengkar”.
Dalam agama Kristen perdamaian dilandasi, “kasih”, kasih
yang diartikan di dalam agama Kristen merupakan sabar dan murah
hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong juga
tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari seuntungan
sendiri. Dia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain
dan tidak bersuka cita karena adanya ketidakadilan, tetapi karena
kebenaran (I Korintus 13: 4-7).
BAGIAN V: PENUTUP
A. Kesimpulan
P a g e | 139
DAFTAR PUSTAKA