Referensi Geodesi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Referensi Geodesi

Posted on 17 September 2011 by Dadan Ramdani

Pendahuluan

Posisi suatu titik dapat dilihat secara kuantitatif melalui koordinat yang ditetapkan pada suatu
sistem koordinat terestris dengan titik nol pada pusat bumi atau geosentris ataupun pada
permukaan bumi yang disebut toposentris. Agar koordinat ini konsisten dan standar diperlukan
suatu sistem yang bisa menyatakan koordinat. Sistem tersebut adalah sistem referensi koordinat,
atau sering juga disebut sistem koordinat dan realisasinya dinamakan kerangka referensi
koordinat.

Gambar 1, Koordinat Toposentris dan Geosentris

Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis serta standard
dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau beberapa titik
dalam ruang (Abidin, HA 2001).

Datum adalah suatu framework yang bisa mendefinisikan suatu sistem koordinat yang mencakup
ellipsoid dan parameter lainnya. Ada dua cara untuk menentukan datum dengan cara tradisional
yaitu dengan menggunakan 2 datum terdiri dari datum vertical dan darum horizontal dan dengan
cara modern yang berdasarkan pada beberapa titik yang sudah terdefinisi..

Datum Vertikal digunakan sebagai acuan untuk arah vertikal (ketinggian). Sedangkan datum
horisontal digunakan sebagai referensi untuk posisi arah X dan Y yang didefinisikan dengan
menggunakan ellipsoid yang mendekati harga geoid dan titik asal.

Penentuan datum dengan cara modern berdasarkan pada titik titik yang sudah terdefinisi
biasanya menggunakan beberapa titik yang kemudian digunakan untuk mendefinisikan suatu
datum dihitung dalam bentuk Internasional Terrestrial Reference Frame (ITRF) menjadi suatu
kerangka fiducial. Walaupun perhitungan koordinatnya dalam bentuk 3 dimensi, biasanya yang
diambil hanya komponen horisontalnya saja.
Dengan adanya teknologi GPS penggunaan datum yang geosentris sudah menjadi suatu
keharusan, sehingga semua koordinat harus dikonversikan kedalam datum ini. Dengan
pengkonversian ini penggunaan koordinat akan menjadi lebih mudah lagi.

Dalam penetapan datum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kahar, J 2008):

1. Menetapkan ellipsoid putaran sebagai bidang acuan hitungan geodetic dengan menetapkan
setengah sumbu panjang a dan pegepengan f,

2. Menentukan koordinat awal (φ, λ, h)

3. Menentukan azimuth dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya,

4. Mengukur jarak dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya itu,

Terestrial Reference System (TRS) didefinisikan sebagai tri-dimensi kerangka acuan dan ikut
berputar dengan bumi. Titik pangkal O letaknya dekat dengan geocenter dan 3 sumbu Ox, Oy
dan Oz saling ortogonal satu sama lain. Ox Oy letaknya berada di bidang ekuator dan arah
sumbu Z adalah sumbu rotasi dekat dengan bumi (Conventional Terrestrial System-CTS) dari
pusat bumi ke arah Conventional International Origin (CIO), dan pusat bumi sebagai titik
pangkal system CTS. CIO adalah posisi kutub utara rata-rata bola langit yang diamati dari tahun
1900 – 1905 yang ditetapkan dan tercantum dalam Resolusi No 19 IUGG pada General
Assembly ke 14 di Zurich.

Gambar 2, Sistem Geosentris

Sistem Referensi Celestrial Konvensional (CR) didefinisikan mirip dengan sistem terestrial
konvensional. Dalam CR, yang Sumbu Z dalam sistem ini sesuai dengan posisi sumbu putaran
Bumi pada awal 2000. Ini dikenal sebagai referensi standar zaman J2000.0 dimana J mewakili
Julian hari dan 2000.0 berarti 1 Januari di tengah malam (00:00:00) waktu universal (UT) pada
tahun itu.
• Jadi sumbu Z merepresentasikan posisi sesaat dari tiang pada J2000.0.

• Sumbu X pergi dari asal (pusat massa Bumi) melalui titik vernal ^

• Sumbu Y membentuk suatu sistem koordinat tangan kanan.

Poin referensi ini adalah bagian dari Frame Referensi Surgawi (CRF). Yang paling penting dari
sistem ini adalah yang dikembangkan oleh IERS yang didefinisikan oleh stasiun referensi
diposisikan menggunakan sekitar 500 benda extragalactic (quasar dan inti galaksi). Sistem ini
dikenal sebagai ICRF yang merupakan sumber IERS. Sudut rotasi dalam bidang ekuator sekitar
sumbu Z antara CRS dan CTS disebut Greenwich Time sidereal Nyata (Gast) dan sering ditunjuk
dengan modal omega, W. Untuk transfer antara CRF dan TRF sistem koordinat, kita harus
memperhitungkan gerak kutub (xp, yp), waktu sidereal W, presesi, dan angguk kepala.

Gambar 3, Koordinat Celestrial dan Terestrial

Internasional Terrestrial Reference Frame (ITRF)

Bumi selalu berubah bentuk dengan pergerakannya kulit bumi dan untuk mengamati pergerakan
ini diperlukan acuan. Terrestrial Reference Frame menyediakan satu set koordinat dari beberapa
titik yang terletak di permukaan bumi yang dapat digunakan untuk mengukur lempeng tektonik,
subsidence regional dan/atau digunakan untuk mengukur rotasi bumi. Rotasi ini diukur dengan
mengacu kepada bingkai yang terikat ke obyek bintang, dan disebut Celestrian Reference Frame.
International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) diciptakan pada tahun 1988
untuk membangun dan memelihara Internasional Celestrial Reference Frame, ICRF, dan
Internasional Terrestrial Reference Frame, ITRF. Parameter Orientasi Bumi (Earth Orientation
Parameters, EOPs) menghubungkan dua frame tersebut menjadi satu-sama. Frame ini
memberikan referensi umum untuk membandingkan pengamatan dan hasil dari lokasi yang
berbeda. Saat ini ada empat teknik geodesi utama yang digunakan untuk menghitung koordinat
akurat yaitu GPS, VLBI, SLR, dan Doris. Dengan dilengkapi instrumen yang mendukung teknik
tersebut dan data yang meningkat secara periodik dari waktu ke waktu.
Gambar 4, Internasional Terrentrial Reference system

ITRF dapat diperbaharui secara terus-menerus. 11 realisasi dari ITRS didirikan dari tahun 1988,
yang terbaru adalah ITRF2008. Internasional Terrestrial Reference System (ITRS) adalah sistem
referensi spasial dunia yang ikut berrotasi dengan Bumi dalam gerakan diurnal di ruang angkasa.
IERS bertugas untuk menyediakan referensi global untuk masyarakat astronomi, geodesi dan
geofisika, dan mengawasi realisasi ITRS. Realisasi dari ITRS diproduksi oleh IERS Pusat
Produk ITRS (ITRS-PC) di bawah nama ITRF. Koordinat ITRF diperoleh dengan kombinasi
solusi TRF dihitung oleh pusat analisis IERS menggunakan pengamatan teknik Space Geodesi
(GPS, VLBI, SLR, LLR dan Doris). Mereka semua menggunakan jaringan stasiun yang terletak
di seluruh bumi.

Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)

Di Negara kita penggunaan datum telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Bakosurtanal Nomor : HK.02.04/II/KA/96 tanggal 12 Februari 1996 untuk menggunakan Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN-95) yang merupakan referensi tunggal dalam pengelolaan
(pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan) data geospasial pada strata lokal, regional,
nasional bahkan internasional. DGN-95 adalah datum geodesi yang geosentris dan diberlakukan
untuk keperluan survei dan pemetaan di seluruh wilayah NKRI. DGN-95 menggantikan datum
yang telah ada seperti Datum Indonesia 1974 (ID-74).

Pekerjaan pemetaan telah dilakukan oleh Indonesia sejak dulu berdasarkan pada datum lokal,
seperti datum Batavia (gn. Genuk), datum Gn. Sagara dan Datum Indonesia 1974. Saat ini semua
pekerjaan pemetaan telah menggunakan sistem kordinat yang baru, yaitu berdasarkan Datum
Geodesi Nasional 1995 (DGN-95).
Gambar 5 Geosentris koordinat

Pada tahun 1992, Indonesia turut bagian dalam survei kampain yang menghasilkan 60 stasiun
GPS yang berklasifikasi sebagai orde nol. Jaring Orde nol tersebut adalah realisasi Datum
Geodesi Nasional 1995 di lapangan. Selanjutnya pada tahun yang sama dan berikutnya dilakukan
densifikasi jaring dengan orde yang lebih rendah ke seluruh wilayah Indonesia dengan kerapatan
50 km. Jaringan tersebut disebut sebagai Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN)

Spesifikasi DGN-95

Datum Geosentris
Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)
Universal Transvere Mercator(UTM)
Koordinat Grid/Peta
 
Kerangka Referensi International Tereseterial Reference Frame (ITRF)
Elipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84)
Sumbu semi mayor (a) 6.378.137,0 meter
Faktor Pegepengan (1/f) 298,2572223563

DGN-95 adalah sistem koordinat Indonesia, dimana sistem koordinat ini kompatibel dengan GPS
yang berbasiskan World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84), DGN-95 merupakan datum
geosentris. Perbedaan datum DGN-95 dan ID-74 mengakibatkan pergeseran koordinat berkisar
30 meter dan datum DGN-95 dengan datum Jakarta/Genuk, Sagara, Moncongloe berkisar antara
200 meter (dalam komponen utara, timur). Untuk merubah koordinat dari satu sistem ke sistem
diperlukan transformasi.

Datum Vertikal
Jaring Kontrol Vertiksl (JKV) mempunyai datum vertikal yang realisasinya dilaksanakan dengan
penetapan tinggi ortometrik pada suatu titik TTG. Penetapan tinggi ortometrik TTG awal ini
harus diikatkan dengan stasiun pasut yang diamati selama kurun waktu sekurang-kurangnya 18,6
tahun untuk memperoleh tinggi TTG terhadap Muka Laut Rerata (MLR) atau Mean Sea Level,
(MSL). Datum Vertikal yang ditetapkan adalah Bidang yang mempunyai potensial yang sama
(ekipotensial) yang melalui MLR pada stasiun pasut di titik datum atau juga sering disebut
Geoid. Untuk mendapatkan Tinggi Orthometris (H) ada dua cara yaitu dengan pengukuran sipat
datar dan dengan pengukuran GPS (h) di gabungkan dengan Geoid (N) dengan hubungan H = N
+h

Gambar 6, Topografi, Ellipsoid dan Geoid

Penyatuan datum vertikal untuk seluruh wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan
belum bisa diwujudkan, karena belum ada data yang memadai. Dengan adanya hal tersebut JKV
nasional orde nol belum dapat dilaksanakan. Bakosurtanal sebagai Instansi yang berwenang
dalam survei dan pemetaan telah menyelenggarakan JKV di sejumlah pulau di Indonesia yaitu:

1. Pulau Jawa JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di Tanjung Priok Jakarta dan
Tanjung Perak Surabaya;

2. Pulau Madura: JKV orde satu dengan datum vertikal pengukuran trigonometri dari TTG.1751
di Pulau Jawa ke TTG. 1030 di Pulau Madura;

3. Pulau Bali: JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
pelabuhanBenoa;

4. Pulau Lombok: JKV orde satu dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut Lembar Pulau
Lombok;

5. Pulau Sumatera: JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut Malahayati
Nangro Aceh, stasiun pasut Sibolga, stasiun pasut Telukbayur Padang, stasiun pasut Bengkulu,
stasiun pasut Dumai, dan stasiun pasut Panjang;

6. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut
Ujungpandang, Mamuju dan Palopo. Sulawesi Utara, JKV orde dua dengan datum vertikal rerata
MLR stasiun pasut Bitung. Sulawesi Tenggara, JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR
di stasiun pasut pelabuhan Kendari;

7. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut
Jungkat, Pontianak;

8. Pulau Ambon: JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut pelabuhan Ambon;

9. Pulau Seram: JKV orde dua dengan datum vertikal Tinggi Elipsoid dikurangi Undulasi dari
data gayaberat global.

Dalam kondisi tidak memungkinkan penetapan datum vertikal dengan metode ideal, seperti
tersebut di atas, maka penetapan datum vertikal dapat ditempuh melalui pendekatan dengan
teknik tertentu sehingga dapat diperoleh tinggi titik datum yang mendekati dengan tinggi
terhadap geoid. Datum vertikal pendekatan dapat ditetapkan dengan cara-cara sebagai berikut.

1. penetapan datum vertikal dengan data pasut minimal 1 tahun;

2. penggunaan peil pelabuhan laut atau sungai yang memiliki informasi tentang tinggi terhadap
MLR;

3. kombinasi GPS dengan model geoid lokal bila ada dan global jika local tidak tersedia;

4. interpolasi tinggi pada peta topografi;

5. penentuan tinggi barometrik.

Standar ini terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor: SNI 19-6988-2004.
Dengan demikian JKV di seluruh Indonesia dapat dilaksanakan oleh setiap masyarakat survey
dan pemetaan dengan memperhatikan SNI tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam penetapan
datum vertikal pendekatan adalah representasi dari tinggi di atas MLR bagi JKV dengan
menghindari nilai tinggi negatif. Terhadap datum vertikal nasional (yang akan ditetapkan
kemudian) datum vertikal subsistem JKV (datum pendekatan) dipandang sebagai datum vertikal
lokal, meskipun penetapannya melalui pengamatan pasut selama kurun waktu 18,6 tahun.
Penyatuan datum vertikal lokal, terutama yang terpisah oleh lautan, ke dalam satu sistem datum
vertikal local yang baru maupun datum vertikal nasional menjadi suatu prioritas bagi instansi
yang berwewenang berwenang dalam survei dan pemetaan.

Geoid

Salah satu bentuk pendekatan bumi yang merupakan acuan dari tinggi vertical adalah Geoid
yang merupakan bidang datar yang mempunyai nilai potensial yang sama. Permukaan laut bila
dirata-ratakan dalam keadaan ideal tidak terganggu dengan yang lainnya akan membentuk suatu
permukaan geoid. Geoid ini juga merupakan acuan dalam pengukuran sipat datar.
Geoid ini dalam mendapatkannya ada 2 macam cara yaitu melalui pengukuran sipat datar yang
dikombinasikan dengan GPS (metode geometric). Dan yang kedua adalah dengan perhitungan
dengan menggunakan persamaan dengan menggunakan data gravimetric (metode gravimetrik).
Pada metoda geometrik undulasi geoid dihitung dari kombinasi data ketinggian posisi satelit
dengan ketinggian dari pengukuran sipat datar (levelling), sedangkan pada metoda gravimetrik,
undulasi geoid dihitung dari data gayaberat terestris dan model geopotensial global (koefisien
potensial gayaberat global). Sampai saat ini telah banyak dipublikasikan model-model
geopotensial gaya berat global yang dikeluarkan oleh beberapa institusi seperti OSU91A (Ohio
State University), EGM96 (kerjasama NIMA, NGSF dan OSU), GPM98CR (Goddard Space
Flight Center (GSFC)), PGM2000A dan lain-lain.

Gambar 7, Model Permukaan Equipotensial Bumi

Geoid terdiri atas 3 macam gelombang yaitu gelombang pendek, menengah dan panjang.
Gelombang pendek didapat dari data pengamatan gravitasi, gelombang menengah dari koreksi
terrain, serta gleombang panjang dari data model geopotensial global. Dari ketiga gleombang ini
gelombang panjang sangat menetukan besarnya geoid.

Gambar 8, Geoid dan referensi elipsoid

Peranan model geopotensial global sangat penting dalam menentukan undulasi geoid, dengan
makin banyaknya model geopotensial global yang dibuat oleh institusi-institusi di dunia dengan
keteletian yang beragam, maka permasalahannya adalah bagaimana menentukan model
geopotensial yang paling baik untuk menghitung undulasi geoid di wilayah Indonesia.

Kesimpulan
Koordinat dalam geodesi adalah sesuatu yang sangat penting dalam menggunakan koordinat ini
deperlukan adanya referesi atau acuan agar koordinat yang dipakai ada dalam 1 (satu) system.
DGN 95 (Datum Geodesi Nasional 95) adalah salah satu referensi untuk komponen vertical dan
Geoid atau MLR adalah datum yang dipakai dalam komponen horizontal, kedua datum ini
dipakai secara nasional.

Referensi

Kahar, Joenil, Geodesi, Penerbit ITB, Cetekan 1, Bandung 2008

Team Bakosurtanal , Panduan Teknis Datum dan Sistem Koordinat Peta Rupabumi Indonesia,
BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL, www.bakosurtanal.go.id,
Edisi I, © Bakosurtanal, Cibinong 2005

Kelompok Keilmuan Geodesi, Glosari Geodesi, http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=13

All About Datums http://www.ga.gov.au/earth-monitoring/geodesy/geodetic-datums/about.html

Abidin HA, Geodesi Satelit, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2001, ISBN 979 408 462 X

IGN, Science background – General concepts, ITRF Website – January 2011 – IGN,
http://itrf.ensg.ign.fr/general.php

SNI 19-6988-2004, Jaring kontrol vertikal dengan metode sipatdatar, Badan Standardisasi
Nasional 2004, ICS 35.240.70

Anda mungkin juga menyukai