Sistem Koordinat Dan Proyeksi Peta

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

SISTEM KOORDINAT DAN PROYEKSI PETA

Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat

dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di

proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu.

Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi

yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta

diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai

metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik.

Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang

digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk

bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan.

Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu

gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak

terjadi distorsi permukaan bumi.

berikut ukuran bumi dalam angka :

Ellipticity: 0.003 352 9

Mean radius: 6,372.797 km

Equatorial radius: 6,378.137 km

Polar radius: 6,356.752 km

Aspect Ratio: 0.996 647 1


radius equatornya lebih panjang dari pada radius kutub

Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah

Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak

ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis

bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder,

transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang

disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai

contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone

60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap

bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan

dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS

hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

Peta UTM Dunia

Pembagian Sistem Proyeksi Peta


Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.

Pertimbangan Ekstrinsik:

Bidang proyeksi yang digunakan:

 Proyeksi azimutal / zenital: Bidang proyeksi bidang datar.

 Proyeksi kerucut: Bidang proyeksi bidang selimut kerucut.

 Proyeksi silinder: Bidang proyeksi bidang selimut silinder.

Persinggungan bidang proyeksi dengan bola bumi:

 Proyeksi Tangen: Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi.

 Proyeksi Secant: Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola bumi.

 Proyeksi "Polysuperficial": Banyak bidang proyeksi

Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bumi:

 Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bola bumi.

 Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu bola bumi.

 Proyeksi Traversal: Sumbu simetri bidang proyeksi ^ terhadap sumbu bola bumi.

Pertimbangan Intrinsik:

Sifat asli yang dipertahankan:

 Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli

pada muka bumi.

 Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-

sudut di muka bumi.

 Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka

bumi.

Cara penurunan peta:

 Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.

 Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis.

 Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara

matematis.

Gambar : jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum


Klasifikasi dan Pemilihan Proyeksi Peta

Proyeksi Peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi

sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan

geometrik yang dipenuhi.

Menurut bidang proyeksi yang digunakan


Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran

permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut

bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

 Proyeksi Azimuthal

Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat

bumi dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi

 Proyeksi Kerucut (Conic)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui

pusat bumi.

 Proyeksi Silinder (Cylindrical)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui

pusat bumi.

Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan

Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

 Proyeksi Normal (Polar): Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi

 Proyeksi Miring (Oblique): Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi

 Proyeksi Transversal (Equatorial): Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi

Proyeksi Konform

Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan

bumi, sehingga dengan memperhatikan factor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang

sebenarnya di permukaan bumi.

Proyeksi Ekuivalen

Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor

skala peta)

Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia

Proyeksi Polyeder

Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap

bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing

berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut

sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik
potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi

nomor dengan

dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis

sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).

Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :

Paralel standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU) sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU)

Meridian standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)

Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta

(λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT)

SISTEM KOORDINAT

Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang

menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan

yakni :

1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.


3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.

Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan

membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk

angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat

peta.

Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem

koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula,

pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.

Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem

koordinat UTM (Universal TransverseMercator). Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem

koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi

terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan,

yaitu :

1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis

lintang (Latitude).

2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude).

Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)

Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih

sering menggunakan koordinat bujur-lintang.

Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM

Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara

garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur

memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-

masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada

zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan

demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai

contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM

Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :

 Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 .

 Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.

 Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m.

 Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

2. Macam-macam Proyeksi peta


1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
  a. Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama
dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan sama
  b.
dengan bentuk aslinya.
  c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi setelah
dikalikan skala.
     
2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
  a. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.
  b. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.
  c. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau terletak
di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.
     
3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
  a.
Proyeksi Zenithal (Azimuthal), adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai
bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. 
Untuk memperjelas silahkan perhatikan lagi gambar 03.5. 
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik
pusat proyeksi.
Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal: 
a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. 
b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub. 
c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama. 
d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk
lingkaran.
Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu: 
a. Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub. 
b. Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. 
c. Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat
antara kutub dan ekuator.
Untuk memperjelas pemahaman, perhatikan gambar berikut ini!
 Khusus proyeksi Azimut Normal cocok untuk memproyeksikan daerah kutub. 
Perhatikan gambar berikut ini!
Karena proyeksi Azimuthal paling tepat untuk menggambarkan kutub, maka penggambaran
kutub melalui proyeksi ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1.
Proyeksi Gnomonik 
Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga tak
terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah luar mengalami pembesaran yang cepat dan
ekuator tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak terhingga tadi. Pada daerah lintang
45° akan mengalami pembesaran 3 kali.
2. Proyeksi Azimuthal Stereografik
Titik sumber proyeksi di kutub berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan
kutub bola bumi. Jadi jarak antara lingkaran paralel tergambar semakin membesar ke arah
luar.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini!

3.
Proyeksi Azimuthal Orthografik 
Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber proyeksi.
Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi.
Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan. Jarak
antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.b.
Proyeksi Kerucut (Conical Projection), Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian
dan paralel dari suatu globe ke sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk
memproyeksikan daerah lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan
meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung atau
memotong globe kemudian di buka, sehingga bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya.
Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah daerah di lintang 45°.
Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Proyeksi kerucut normal atau standar 
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel
Standar).
2. Proyeksi Kerucut Transversal 
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus.
3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring) 
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring.

1.
S Garis lintang
Dari gambar tersebut dapat
e merupakan suatu busur
dikemukakan ciri-ciri
m lingkaran yang
proyeksi kerucut antara
u konsentris dengan titik
lain:
a pusatnya adalah salah
g satu kutub bumi.
ar
is
b
uj
ur
m
er
u
p
a
k
a
n
g
ar
is
lu
ru
s
d
a
n
b
er
k
o
n
v
er
g
e
ns
i
di
k
ut
u
b.
2.
3. Tidak dapat
menggambarkan
seluruh permukaan
bumi karena salah satu
kutub bumi tidak dapat
digambarkan.
4. Seluruh proyeksi tidak
merupakan satu
lingkaran sempurna,
sehingga baik untuk
menggambarkan
daerah lintang rendah.

  c.
Proyeksi Silinder atau Tabung 
Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola
bumi yang bidang proyeksinya berbentuk silinder dan
menyinggung bola bumi.
Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung
khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis
horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus
vertikal.
Penggunaan proyeksi
silinder mempunyai 1.
beberapa keuntungan D Dapat
yaitu: a menggambarkan
p daerah sekitar
at khatulistiwa.
m
e
n
g
g
a
m
b
ar
k
a
n
d
ae
ra
h
y
a
n
g
lu
as
.2
.
3. Daerah kutub yang
berupa titik
digambarkan seperti
garis lurus.
4. Makin mendekati
kutub, makin luas
wilayahnya.

Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu


cocok untuk menggambarkan
daerah ekuator, karena ke arah
kutub terjadi pemekaran garis
lintang.
Proyeksi Azimuthal, proyeksi
kerucut (conical) dan proyeksi
silinder (cylindrical) termasuk
kelompok proyeksi murni.
Penggunaan jenis proyeksi-
proyeksi murni ini sangat
terbatas.
   
Nah sampai di sini apakah
Anda telah memahami uraian di
atas? Bila belum ulangi sekali
lagi membaca uraian materi di
atas dan cobalah
menggambarkan setiap jenis
proyeksi!
  d. Proyeksi Gubahan (Proyeksi
Arbitrary) 
Proyeksi-proyeksi ini
dipergunakan untuk
menggambarkan peta-peta yang
kita jumpai sehari-hari,
merupakan proyeksi atau
rangka peta yang diperoleh
secara perhitungan.
    Contoh-contoh proyeksi
gubahan antara lain:
1. Proyeksi Bonne (Equal
Area) Sifat-sifatnya sama
luas. Sudut dan jarak benar
pada meridian tengah dan
pada paralel standar.
Semakin jauh dari meridian
tengah, bentuk menjadi
sangat terganggu. Baik untuk
menggambarkan Asia yang
letaknya di sekitar
khatulistiwa.
 
2. Proyeksi Sinusoidal 
Pada proyeksi ini
menghasilkan sudut dan
jarak sesuai pada meridian
tengah dan daerah
khatulistiwa sama luas. Jarak
antara meridian sesuai,
begitu pula jarak antar
paralel. Baik untuk
menggambar daerah-daerah
yang kecil dimana saja. Juga
untuk daerah-daerah yang
luas yang letaknya jauh dari
khatulistiwa. Proyeksi ini
sering dipakai untuk
Amerika Selatan, Australia
dan Afrika.

3.
Proyeksi Mercator 
Proyeksi Mercator
merupakan proyeksi silinder
normal konform, dimana
seluruh muka bumi
dilukiskan pada bidang
silinder yang sumbunya
berimpit dengan bola bumi,
kemudian silindernya dibuka
menjadi bidang datar.
Sifat-sifat proyeksi Mercator
yaitu:
a. Hasil proyeksi adalah baik
dan betul untuk daerah
dekat ekuator, tetapi
distorsi makin membesar
bila makin dekat dengan
kutub.
Interval jarak antara
meridian adalah sama dan
b. pada ekuator pembagian
vertikal benar menurut
skala.
Interval jarak antara
paralel tidak sama, makin
c. menjauh dari ekuator,
interval jarak makin
membesar.
Proyeksinya adalah
d.
konform.
Kutub-kutub tidak dapat
digambarkan karena
e.
terletak di posisi tak
terhingga.
Untuk selanjutnya kapan masing-masing proyeksi itu dipakai?
Jawabannya begini!
  Kalau yang akan digambarkan itu antara lain:
1. Seluruh Dunia
  a. Dalam dua belahan bumi: pakai Proyeksi Zenithal Kutub.
Peta-peta statistika (penyebaran penduduk, hasil pertanian
  b.
dsb.): pakailah Mollweide.
  c. Arus laut, iklim : pakai Mollweide atau Gall.
  d. Navigasi dengan arah kompastetap : pakai Mercator.
  e. Navigasi dengan jarak terpendek yaitu melalui lingkaran
besar : pakai Gnomonik.
2. Daerah Kutub Gunakan proyeksi Zenithal sama jarak.
3. Daerah belahan bumi sebelah selatan, gunakan:
  a. Sinusoidal
  b. Bonne
Untuk daerah yang lebar ke samping dan terletak tidak jauh
4. dari khatulistiwa: pilih salah satu dari proyeksi jenis
kerucut.
5. Untuk daerah yang membujur pipih Utara-Selatan dan
terletak tidak jauh dari khatulistiwa maka pilih Proyeksi
Bonne.

4. Proyeksi Mollweide 
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall 
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub. 
6. Proyeksi Homolografik (Goode) 
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada
proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Digitasi Peta Secara Otomatis di Arcgis
Mungkin anda sudah mengenal software digitasi peta secara otomatis
macam RasterVect ataupun Raster2Vector. Sekali lagi, saya mempromosikan
piranti lunak GIS dan mapping tercanggih saat ini; ESRI ArcGIS, untuk melakukan
operasi yang sama, digitasi otomatis tanpa kita kudu klak-klik tanpa henti. Kini, anda
bisa menghemat tenaga dan menghindari jari telunjuk anda menjadi tremor!
Aktifkan ArcMap dari menu Start> All Programs> ArcGIS> ArcMap. Dari View,
tekan Add Data. Pilih file gambar raster yang akan di-scan. Setelah muncul
jendela Add Data, misalnya yang akan dipanggil adalah peta.bmp. jangan langsung di-
klik, lalu Add. dalam hal ini, yang musti kita lakukan adalah dengan klik ganda file
peta.bmp hingga kita bisa ‘masuk’ dalam file raster tersebut, dan menemukan band
RGB atau Band_1, 2 dan 3. Misalnya, yang akan kita pilih adalah Band_1, tinggal klik
sekali, lalu tekan Add, atau klik ganda pada file Band_1. Tidak ada pengaruh signifikan
untuk kita pilih band 1, 2 atau 3. singkatnya, semua sama.
Pastikan anda sudah mengaktifkan ekstensi ArcScan, yaitu dari menu Tools>
Extensions…>ArcScan. Beri tanda centang (V), lalu klik Close
Klik pada sembarang tempat kosong di menu bar atau button bar, lalu dari list yang ada,
pilih ArcScan
Sekarang toolbar ArcScan sudah muncul, akan tetapi menu Vectorization tetap belum
aktif. Hal ini disebabkan karena belum ada ‘shapefile’ atau fitur yang akan digunakan
sebagai lokasi tujuan atau lokasi penyimpanan hasil scanning. Karena itu, kita juga
harus menampilkan shapefile yang akan dijadikan sebagai lokasi penyimpanan hasil
scanning. Dari tombol Add Data, dalam contoh ini kita panggil scanning.shp
Apa sekarang menu Vectorization pada toolbar ArcScan sudah aktif? belum. Sekarang
kita perlu mengatur shapefile scanning dalam mode editing, yaitu dari toolbar Editor,
tekan drop-down menu Editor, lalu pilih Start Editing. maka menu-menu pada
toolbar ArcScan akan menjadi aktif.
Dari menu Vectorization, pilih sub-menu Generate features hingga muncul
jendela Generate Features. Di bawah tulisan Choose the line layer to add the
centerlines to:, akan muncul shapefile dimana kita bisa jadikan target untuk
penyimpanan hasil scanning. Anda bisa langsung menge-klik OK, maka hasil scanning
akan muncul di shapefile scanning.shp. Sekarang dari menu Editor, pilih sub-
menu Stop Editing. Anda akan ditanya apakah anda ingin menyimpan hasil editing
(Do you want to save your edits?), pilih Yes.
Mengkonversi hasil digitasi otomat menjadi fitur poligon
Apabila anda tidak hanya sekedar menginginkan scanning dalam bentuk topologi line,
akan tetapi anda menginginkan hasil dalam bentuk topologi poligon, maka yang perlu
anda lakukan sekarang adalah menambahkan shapefile kosong dengan tipe poligon
sebagai lokasi atau target penyimpanan hasil konversi topologi garis menjadi poligon,
dalam contoh ini, kita panggil shapefile bertopologi poligon dengan nama fromline.shp.
Ubah mode editing dari menu Editor> Start Editing
Klik di sembarang tempat kosong di menu bar atau tool bar, lalu dari list yang ada,
pilih Topology, sehingga berikutnya akan muncul toolbar Topology.
Gunakan tool panah Edit Tool untuk menyeleksi seluruh bagian yang akan dikonversi
menjadi topologi poligon, dengan cara membuat seleksi dengan bentuk kotak
melingkup keseluruhan fitur dari shapefile scanning.shp..
Setelah seluruh bagian yang akan dikonversi terseleksi, maka tombol Construct
Feature akan menjadi aktif. Tinggal klik tombol tersebut, dan jangan lupa dari toolbar
Editor, pada opsi Target:, yang anda pilih adalah shapefile topologi poligon yang akan
anda jadikan sebagai target/lokasi penyimpanan hasil konversi. Berikutnya akan
muncul jendela Construct Features, dimana akan ada kolom isian Cluster
Tolerance:, dan adapula Construction Options. Pada Construction Options, ada
tiga opsi yang bisa anda pilih:
(1) Create new polygon from selected features
Opsi ini secara otomatis akan langung membuat fitur poligon tanpa mempedulikan
apakah dalam fitur yang akan dijadikan sebagai wadah sudah memiliki fitur atau masih
kosong.
(2) Create new polygons (considering existing features in target layer)
Untuk opsi ini, apabila layer target sudah memiliki fitur, maka poligon akan
ditambahkan ke dalam fitur yang sudah ada, sehingga apabila fiturnya saling
bertampalan, maka secara otomatis fitur dari polyline milik layer scanning dan fitur
poligon yang sudah ada pada shapefile fromline akan saling diintersect, sehingga akan
terbentuk poligon yang merupakan gabungan dari fitur poligon yang sudah ada dengan
fitur hasil konversi yang sudah ter-construct alias tidak ada poligon yang saling
betumpukan karena sudah terintersect.
(3) Split existing features in target layer using selection
Untuk opsi ini, fitur poligon yang ada pada layer target akan di-split menggunakan
garis-garis yang membentuk fitur scanning.
Karena shapefile target kita masih kosong, maka opsi yang terpilih adalah Create new
polygon from selected features. Selanjutnya klik OK. Sekarang layer fromline anda
sudah memiliki fitur berbentuk poligon. dari menu Editor, pilih Stop Editing, lalu
simpan perubahan yang sudah anda lakukan.
Tutorial ini saya praktikkan dengan menggunakan piranti lunak ESRI ArcGIS 9.2, dengan kontribusi dari
rekan saya; Bang Satrio. Saya dulu ‘tidak sengaja’ menemukan fasilitas ini dengan menggunakan
program ESRI ArcGIS versi 9.0, dan dari pengamatan saya, operasi scanning ini hanya bisa dilakukan
dengan syarat bahwa file raster yang ditampilkan hanya memiliki 2 warna, yaitu hitam dan putih. Saya
sedikit lupa dengan langkah yang harus dilakukan pada ESRI ArcGIS 9.0, tapi secara garis besar tidak jauh
beda dengan tutorial ini.
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta
konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Kalau Anda
bertanya kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan
digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih
dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.
Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya
peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama “Atlas
Ptolomaeus”. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli
membuat peta disebut kartografer.

Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan
menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai
contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di
Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi
banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke
wilayah tersebut.
Berdasarkan penggunaannya peta dapat di bagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta dasar
biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun
pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik
adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih
dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam
dari satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan skala peta dpt dibagi menjadi: Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai
skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, Peta skala besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000 sampai
1 : 250.000, Peta skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000 dan Peta
skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau lokasi
suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di
permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara,
gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk
mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana
yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena
(gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
Adapun komponen-komponen dari peta adalah :
1. Isi peta => Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan
kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan, isi peta
tentunya berupa isohyet.
2. Judul peta => Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul
petanya menjadi “Peta Distribusi Curah Hujan”, dan sebagainya.
3. Sekala peta dan Simbol Arah => Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat
ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas
pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-
bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala
1:50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya
mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi,
sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga
penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek
sebenarnya di lapangan.
4. Legenda atau Keterangan => Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta,
seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5. Inzet dan Index peta => Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area
yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan
bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari
kepulauan Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta,
dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.
6. Grid => Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid
system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak
lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
7. Nomor peta => Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh
lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
8. Sumber/Keterangan Riwayat Peta => Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta,
meliputi penyusun peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya
yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.
 

Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara
pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaanpeta.
Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan :
1. Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal
2. Proyeksi Kerucut
3. Proyeksi Silinder
Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan :
1. Proyeksi normal
2. Proyeksi miring
3. Proyeksi transversal
Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan :
1. Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya
sudut
2. Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya
panjang jarak
3. Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya
luas suatu daerah pada bidang lengkung

Peta Jenis Tanah Bali


Pulau Bali sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang meliputi
hampir 85 % dari luas wilayah seluruhnya. Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan
yang membentang dari barat ke timur. Selain itu Pulau Bali merupakan pulau yang relatif
memanjang, dari arah barat ke timur. Sebagian besar terbentuk dan tersusun oleh batuan
vulkanik yang terbentuk dari kegiatan gunung api kuarter, sedangkan batuan sedimen dan
campuran sedimen vulkanik terdapat di bagian barat (Negara), utara (Singaraja) dan selatan
(Nusa Penida dan Bukit Jimbaran) yang sebarannya tidak terlalu luas
Jenis tanah yang dominan adalah Regosol seluas 224.869 ha, tersebar di bagian timur Pulau
Bali mulai dari Kabupaten Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem. Sebarannya
mulai dari daerah pantai sampai ketinggian 600 m dan ketinggian 600 – 1000 m di atas
permukaan laut. Jenis tanah lain yang mendominasi wilayah Provinsi Bali adalah Latosol,
yang terdapat di Kabupaten Badung, Tabanan dan Jembrana seluas 251.185 ha. Sebarannya
dari pantai sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Di samping itu terdapat tanah
Aluvial seluas 27.458 ha, tanah Mediteran seluas 36.000 ha di daerah Bukit Jimbaran dan
Nusa Penida serta tanah Andosol seluas 27,976 ha di dataran tinggi Bedugul dan Pancasari.
Peta jenis tanah ini berasal dari Peta Tanah Skala tinjau yng di buat pada tahun 1970 dengan
skala 1:250.000. untuk saat ini, Peta Jenis tanah di Pulau Bali hanya ini yang terlengkap.
adapun Peta Tanah berdasarkan soil taxonomy untuk skala 1:50.000 hanya terekam untuk
Pulau Bali bagian selatan dan timur. Berikut peta Jenis tanah Provinsi Bali beserta luasannya.
(klik gambar untuk memperjelas)

   
WEB GIS
KONSEP DASAR WEB GIS
Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang untuk bekerja
dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS
memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-
operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data. Applikasi GIS saat ini
tumbuh tidak hanya secara jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis
keragaman applikasinya. Pengembangan applikasi GIS kedepannya mengarah kepada
applikasi berbasis Web yang dikenal dengan Web GIS. Hal ini disebabkan karena
pengembangan applikasi di lingkungan jaringan telah menunjukan potensi yang besar
dalam kaitannya dengan geo informasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online
sebuah kota dimana pengguna dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan
secara online melalui jaringan intranet/internet tanpa mengenal batas geografi
penggunanya. Secara umum Sistem Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan
pada prinsip input/masukan data, managemen, analisis dan representasi data.
Applikasi berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai penyedia data
melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Applikasi seperti
ini bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer,
dll). Untuk menampilkan dan berinteraksi dengan data GIS, sebuah browser
membutuhkan Pug-In atau Java Applet atau bahkan keduanya. Web Server
bertanggung jawab terhadap proses permintaan dari client dan mengirimkan tanggapan
terhadap respon tersebut. Dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur
komunikasi dengan server side GIS Komponen. Server side GIS Komponen bertanggung
jawab terhadap koneksi kepada database spasial seperti
menterjemahkan query kedalam SQL dan membuat representasi yang diteruskan ke
server. Dalam kenyataannya Side Server GIS Komponen berupa software libraries yang
menawarkan layanan khusus untuk analisis spasial pada data. Selain komponen hal lain
yang juga sangat penting adalah aspek fungsional yang terletak di sisi client atau di
server.

Manajemen Data
Untuk melakukan menajeman data geografis paling tidak dibutuhkan sebuah DBMS
(Databese Management System). Pemodelan berorientasi objek menjadi sangat
dibutuhkan karena pemodelan basisdata relational tidak mampu melakukan
penyimpanan data spasial. Pada analisis spasial system manajemen database
memberikan beberapa keragaman. Ada beberapa keragaman applikasi yang dapat
digunakan sebagai database seperti Oracle Spatial, PostgreSQL, Informix, DB2, Ingres
dan yang paling popular saat ini adalah MySQL.
Mendesain GUI
Untuk berinteraksi, berkomunikasi dan mendapatkan informasi perlu dirancang
sebuah Graphical User Interface (GUI). GUI berinteraksi langsung dengan user. Karena
informasi geografis biasanya sangat kompleks maka akan ditemui banyak kesulitan
dalam pengarsipannya. Menciptakan aspek Dunia Virtual menjadi hal penting dalam
mendesain GUI. Karakteristik untuk menciptakan dunia virtual adalah Level of
Detail (LOD).
Algoritma khusus dibutuhkan untuk mampu menampilkan se-invisible mungkin
tampilan. Penggunaan PHP dan VRML (Virtual Reality Modeling Language) adalah
sebuah ideal perancangan GUI untuk applikasi Web GIS. PHP menjadi bahasa yang
paling popular untuk menciptakan web dinamis pada saat ini. VRML dikenalkan oleh
Konsorsium Web3D untuk menghasilkan tampilan peta interaktif dalam web.

Detail Proses
Objek Geo Spasial terdiri dari informasi data spasial dan data non spasial. Informasi
Spasial dapat divisualisasikan dengan mengkonversinya VRML dan data non Spasial
ditampilkan secara dinamis di halaman HTML. Gambar berikut menunjukkan proses
request data standart. Request memanggil desain dari PHP yang berinteraksi dengan
database. Setelah menerima respon system mengikuti alur seperti pada gambar.

Contoh Pemanfaatan Web GIS


Ketika terjadi Tsunami di Aceh bukti kehebatannya baru dapat kita analisa jika sudah
ditampilkan kedalam bentuk peta. Gambar tersebut dapat memberikan banyak arti dan
informasi lebih jika dilengkapi dengan data-data yang akurat.

BAB I
PERKEMBANGAN WEB GIS
Teknologi GIS (Georaphic Information System) telah berkembang pesat. Saat ini telah
dikenal istilah-istilah Desktop GIS, WebGIS, dan Database Spatial yang merupakan
wujud perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografis, untuk mengakomodir
kebutuhan solusi atas berbagai permasalahan yang hanya dapat dijawab dengan
tekhnologi GIS ini.
Saat ini ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk membangun sistem
WebGIS. Salah satu yang paling populer adalah MapServer, yang menggunakan
konsep Open Source. Sedangkan untuk pilihan teknologi Database Spatial, PostgreSQL
merupakan pilihan database Open Source yang paling populer, dengan dukungan
ekstensi spatial yang bernama POSTGIS.
BAB II
SUMBER DAYA LUNAK WEB GIS

ALOV
WebGIS, sudah banyak yang tahu “binatang” apakah ini. Membuatnyapun sudah bukan
masalah lagi dengan semakin banyaknya pengembang perangkat lunak khusus
pendukung. Modal yang diperlukan untuk membangun ini dari puluhan juta sampai
yang hanya modal warnet dan rajin berselancar di web dalam rangka mendapatkan
versi opensource-nya…
Salah satu engine webgis berbasis java (applet), dan opensource, adalah ALOV Map.
Beberapa pengenalan Alov sudah pernah tertulis pada beberapa waktu lalu, antara lain:
ALOV Map (berikutnya disebut ALOV) adalah aplikasi WebGIS portabel berbasis Java®
yang digunakan untuk publikasi data vektor dan raster di Internet. Juga untuk
penampilan interaktif pada web browser. ALOV mendukung arsitektur penyajian yang
cukup kompleks, navigasi yang baik dan dapat bekerja dengan multi layer, peta-peta
tematik, mendukung taut (hyperlink) dan juga data atribut.
ALOV adalah hasil dari proyek kerjasama antara ALOV Software dan Archeological
Computing Laboratory, University of Sydney, Australia. ALOV dibangun dengan bahasa
Java dan dikemas dalam Applet. Sebagai penghubung antara HTML (Hypertext
Markup Language, bahasa pembangun halaman web) dan proses di dalam Applets
digunakan bahasa XML (Extensible Markup Language).
Paket ALOV dapat di-download melalui situs www.alov.org.
MAP SERVER
MapServer merupakan salah satu aplikasi pemetaan online (web GIS) yang
dikembangkan oleh Universitas Minnesota, NASA, dan Departemen Sumber Daya
Alam Minnesota (Minnesota Departemen of Natural Resources). MapServer merupakan
aplikasi open source yang berarti dapat didistribusikan dengan gratis disertai dengan
sumber kode pemrograman apabila ingin mengembangkan lebih lanjut. MapServer
dapat dijalankan pada beberapa sistem operasi yaitu Unix/Linux, MacOS dan Windows.
Paket MapServer dapat di-download melalui situs www.mapserver.org
WebGIS Simpotenda
Webgis Simpotenda menyajikan data unggulan potensi daerah seperti pendidikan,
kesehatan, pertanian, kehutanan, dll. WebGIS Siptomenda dapat digunakan untuk
mendesain, mengelola dan menyajikan data bereferensi geografis atau peta dalam
mendukung pengambilan keputusan.
Paket WebGIS Simpotenda dapat di-download melalui
situs www.webgis.indonetwork.or.id
MS4W
Di dalamnya sudah menyatu aplikasi Apache Web Server, PHP, Map Server dan
berbagai library yang dibutuhkan untuk membangun sistem WebGIS. Ada dua buah
versi yang MS4W yang dapat didownload, versi 1.x dan versi 2.x .Akan tetapi jika kita
hendak menggunakan framework chameleon, lebih baik pilih MS4W versi 1.x (yang
digunakan saat ini adalah versi 1.6) karena Chameleon belum mendukung secara
sempurna PHP5 pada paket MS4W versi 2.x.
Paket MS4W dapat di-download melalui situs www.maptools.org
BAB III
POTENSI PENGGUNAAN WEB GIS
Dalam penggunaan Web GIS sangat berpotensi sekali untuk perkembangan geografis di
dunia. Terutama untuk penghasilan perorangan atau sebuah perusahaan yang
mengelola Web GIS. Hal ini dapat dilihat dari kegunaan Web GIS tersebut. Misalnya
membuat Web GIS untuk pemetaan populasi hewan, dan pihak organisasi perlindungan
hewan tersebut dapat menggunakan produk yang telah dibuat. Dengan itu kita dapat
menambah pendapatan
KARTOGRAFI
Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989).Proses kartografi
adalah proses grafis sampai sebuah gambar manjadi peta yang terlihat informatif (map
composition). Bahan Kartografi adalah semua bahan yang secara keseluruhan atau
sebagian menggambarkan bumi atau benda angkasa dalam semua skala, termasuk
peta dan gambar rencana dalam 2 dan 3 dimensi; peta penerbangan, pelayaran, dan
angkasa; bola peta bumi; diagram balok; belahan; foto udara, satelit, dan foto ruang
angkasa; atlas; gambar udara selayang pandang, dan sebagainya
Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.
Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta
disebut atlas.
Menurut ICA(International Cartographic Association), yang dimaksud peta adalah gambaran unsure-unsur permukaan bumi (yang berkaitan
dengan permukaan bumi ) dan benda-benda diangkasa.
Menurut Erwin Raiz, peta merupakan gambaran konvesional permukaan bumi yang terpencil Dn kenampakannya terlihat dari atas dan ditambah
tulisan-tulisan sebagai penjelasnya. Gambaran konvesional dalah gambaran yang sudah umium dan sudah diatur dengan aturan tertentu yang diakui
umum.
Menurut Soetarjo Soerjosumarmo, peta adalah lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil denagn
perbandingan ukuran yang disebut skala atau kadar.
Banyak sekali definisi tentang peta, tetapi pada dasarnya hakekat peta adalah
1. Peta adalah alat peraga.
2. Melalui alat peraga itu, seorang penyusun peta ingin menyampaikan idenya kepada orang lain.
3. Ide yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ruang. Ide tentang gambaran tinggi rendah permukaan
bumi suatu daerah melahirkan peta topogafi, ide gambaran penyebaran penduduk (peta penduduk), penyebaran batuan (peta
geologi),penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map), penyebaran curah hujan (peta hujan) dan sebagainya yang menyangkut
kedudukannya dalam ruang.
4. Dengan cara menyajikannya kedalam bentuk peta, diharapkan si penerima ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau
memperoleh gambaran dari yang disajikan itu melalui matanya.

Syarat peta
Setelah memahami benar-benar hakekat dari peta, tidaklah sulit untuk kemudian menelaah apa yang sebenarnya diperlukan sebagai syarat dari peta
yang baik. Syarat peta yang baik mestinya :
1. Peta tidak boleh membingungkan
2. Peta harus dengan mudah dapat dimengerti atau ditangkap maknanya oleh si pemakai peta.
3. Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya. Ini berarti peta itu harus cukup teliti sesuai dengan tujuannya.
4. Karena peta itu dinilai melalui penglihatan (oleh mata), maka tampilan peta hendaknya sedap dipandang (menarik, rapih dan bersih).
Usaha memenuhi persyaratan peta
Supaya peta tidak membingungkan, peta dilengkapi dengan :
1. Keterangan atau legenda;
2. Sekala peta;
3. Judul peta (apa isinya);
4. Bagian dunia mana.
Supaya mudah dimengerti atau ditangkap maknanya, digunakan :
1. Tata warna;
2. Simbol (terutama pada peta tematik);
3. Proyeksi.
Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan tujuan peta dan jenis peta, serta
kesanggupan sekala peta itu dalam menyatakan ketelitian. Sebagai contoh :
1. Jenis peta : Peta Penggunaan Tanah
2. Tujuan peta : Memperlihatkan bentuk-bentuk pemanfaatan atau pengusahaan tanah oleh manusia.
3. Sekala peta : 1:50.000
4. Yang harus teliti : Jenis-jenis penggunaan tanah apa yang dapat digambarkan dengan sekala peta tersebut. Jenis penggunaan tanah
sekala 1:50.000 tentunya harus lebih teliti atau rinci dari jenis penggunaan tanah sekala 1:250.000 misalnya.

Penyusunan Peta
Data Geografis
Untuk menyampaikan ide melaui peta dari berbagai hal kedudukannya dalam ruang muka bumi diamana objek (objek geografis) yang akan
disampaikan tersebut tentunya amatlah rumit. Penyederhanan objek geografis dalam peta terdiri dari :
1. Titik, bentuk titik ini misalnya sebuah menara, tugu dan sebagainya.
2. Garis, misalnya sungai dan jalan.
3. Luasan, misalnya bentuk-bentuk penggunaan tanah, danau dan sebagainya.
Proyeksi Peta
Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan sebagai
berikut ;
1. Bentuk yang diubah itu harus tetap.
2. Luas permukaan yang diubah harus tetap.
3. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus suatu hal yang tidak mungkin. Untuk memenuhi satu syarat saja dari tiga syarat di atas untuk seluruh bola
dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari
kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Proyeksi berdasarkan bidang asal
Bidang datar (zenithal)
Kerucut (conical)
Silinder/Tabung (cylindrical)
Gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-
hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan
(proyeksi gubahan).
Dalam kesempatan ini tidak akan dijelaskan bagaimana perhitungan proyeksi tersebut di atas, akan tetapi cukup jenis proyeksi apa yang biasa
digunakan dalam menyediakan kerangka peta di seluruh dunia.
Contoh proyeksi gubahan :
Proyeksi Bonne sama luas
Proyeksi Sinusoidal
Proyeksi Lambert
- Proyeksi Mercator
- Proyeksi Mollweide
Proyeksi Gall
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Homolografik
Kapan masing-masing proyeksi itu dipakai ?
1. Seluruh Dunia
Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub
Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Mollweide
Arus laut, iklim pakai Mollweide atau Gall
Navigasi dengan arah kompas tetap, hanya Mercator
2. Daerah Kutub
Proyeksi Lambert
- Proyeksi Zenithal sama jarak
3. Daerah Belahan Bumi Selatan
Sinusoidal
Lambert
Bonne
4. Untuk Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa
- Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut.
- Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai
Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne.
Tata Warna dan Simbol
Agar peta dapat dengan mudah dimengerti oleh pengguna peta, pemakaian tata warna dan simbol sangat membantu untuk mencapai tujuan tersebut.
. Tata warna
Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau jaring kotak-kotak dan sebagainya) ditujukan untuk tiga hal :
Untuk membedakan
Untuk menunjukan tingkatan kualitas maupun kuantitas (gradasi)
Untuk keindahan
Dalam menyatakan perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut warna biru, perkampungan warna hitam, sawah warna kuning
dan sebagainya.
Sedangkan untuk menunjukan adanya perbedaan tingkat digunakan satu jenis warna atau pola. Misalnya untuk membedakan bersarnya curah hujan
digunakan warna hitam dimana warna semakin cerah menunjukan curah hujan makin kecil dan sebaliknya warna semakin legam menunjukan curah
hujan semakin besar.
Simbol
Untuk menyatakan sesuatu hal ke dalam peta tentunya tidak bisa digambarkan seperti bentuk benda itu yang sebenarnya, melainkan dipergunakan
sebuah gambar pengganti atau simbol.
Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti; titik, garis, batang, lingkaran, bola dan pola.
Simbol titik biasanya dipergunakan untuk menunjukan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan kuantitas misalnya satu titik sama dengan
100 orang, dam sebagainya.
Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai, rel KA dan lainnya. Garis juga digunakan untu menunjukan perbedaan tingkat
kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan isolines.
Dengan demikian timbul istilah-istilah :
Isohyet yaitu garis dengan jumlah curah hujan sama
Isobar yaitu garis dengan tekanan udara sama
Isogon yaitu garis dengan deklinasi magnet yang sama
Isoterm yaitu garis dengan angka suhu sama
Isopleth yaitu garis yang menunjukan angka kuantitas yang bersamaan.
Tujuan dari penggunaan peta isopleth (menunjukan angka kuantitas sama) yaitu untuk memperlihatkan perbandingan nilai dari sesuatu hal pada
daerah yang satu dengan daerah yang lain. Sehingga pengguna peta akan tahu mana daerah dengan nilai besar dan mana daerah dengan nilai kecil.
Untuk simbol batang, lingkaran dan bola biasanya lebih banyak dipakai untuk nilai-nilai statistik yang ditunjukan dengan garfik (batang, lingkaran dan
bola).

Komponen Peta
Setelah kita memahami konsep dasar dari penyusunan peta tersebut di atas, menjadi semakin mudah untuk menyimak apa saja komponen peta yang
baik.
Komponen peta terdiri dari :
1. Isi peta
Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta.
Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta tentunya berupa isohyet.
2. Judul peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi "Peta Distribusi Curah Hujan", dan
sebagainya.
3. Sekala peta dan Simbol Arah
Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan
tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih
rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala 1:50.000.
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai
tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting
sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.
4. Legenda atau Keterangan
Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau
keterangan.
5. Inzet dan Index peta
Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut.
Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa
merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet.
Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di
sekitarnya.
6. Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system.
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak
sebuah titik di atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan
kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya.
Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain :
Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer.
Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping System).
Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM grid
system dan UPS grid system (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic Grid System).
7. Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
8. Sumber/Keterangan Riwayat Peta
Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi
magnetis, tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas
penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan
- Proyeksi
Permukaan bumi adalah bidang lengkung, dan peta – baik yang tercetak maupun dalam bentuk gambar di layar komputer – adalah bidang
datar. Artinya, semua peta tidak terkecuali globe (bola dunia) mengalami distorsi dari bumi yang sebenarnya.
Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti permukaan datar. Untuk
wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun distorsi merupakan hal yang sangat penting.
Kita dapat melihat bagaimana distorsi peta terjadi jika kita melihat kulit jeruk. Ketika permukaan luar lengkungan jeruk dikupas dan diletakkan
mendatar, hamparan kulit akan dalam potongan yang terpisah. Kartografer menghadapi masalah yang sama ketika memetakan permukaan bumi.
Mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan
agar menjadi peta datar yang nyambung.
Pada prinsipnya, proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar dengan persyaratan; bentuk yang
diubah harus tetap sama, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah
harus tetap.

Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus merupakan hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja bagi seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah satu saja dari syarat
di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.

Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar, harus dilakukan kompromi antara ketiga syarat di atas. Ini
mengakibatkan lahirnya bermacam jenis proyeksi peta. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical),
bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)

Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Salah satu proyeksi
gubahan yang sering digunakan adalah proyeksi Mercator. Proyeksi ini merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal.
-Skala
Ukuran peta dalam hubungannya dengan bumi disebut dengan skala, biasanya dinyatakan dengan pecahan atau rasio/perbandingan. Pembilang,
yang terletak di bagian atas pecahan merupakan satuan unit peta dan penyebut yang terletak di bagian bawah pecahan merupakan angka dalam unit
yang sama yang menunjukan jarak yang sebenarnya di lapangan/bumi. Sebagai contoh skala 1/10.000 artinya jarak satu centimeter di peta eqivalen
dengan 10.000 centimeter di lapangan. Sebagai perbandingan, skala ini akan ditunjukkan sebagai 1:10.000. Jika penyebut makin besar atau pecahan
makin kecil maka semakin luas permukaan bumi yang dapat ditunjukkan dalam peta tunggal. Oleh karena itu, peta berskala kecil akan menunjukkan
bagian bumi yang lebih luas dan peta berskala besar relatif menunjukkan bagian bumi yang lebih kecil.
Skala peta digital bisa lebih bervariasi yang dapat dirubah dengan “zoom�. Memperbesar zoom dan lebih memperdekat ke bumi akan
menggambarkan skala yang lebih besar.
-Koordinat
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni
perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat geografis (geographical coordinate).
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan
lintang selatan) yang sejajar dengan garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, mengukur
seberapa jauh suatu tempat dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal di atas permukaan buni yang sejajar dengan khatulistiwa,
untuk mengukur seberapa jauh suatu tempat di utara/selatan khatulistiwa.

Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Derajat dibagi dalam 60 menit dan tiap menit dibagi dalam 60 detik. Sebagai
contoh Menara Eiffel di Paris mempunyai koordinat 48? 51? 3? Lintang Utara dan 2? 17? 35? Bujur Timur. Kadang-kadang koordinat ditunjukkan
dalam desimal sebagai ganti dari menit dan detik. Jadi koordinat Menara Eiffel dapat juga ditulis sebagai 48? 51,53333 Lintang Utara dan 2? 17,5833
Bujur Timur.
-Legenda
Peta ini menggunakan simbol untuk menggambarkan letak objek yang sebenarnya.
Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi peta. Contoh
simbol legenda adalah ikon-ikon yang melambangkan bangunan, perbedaan warna yang melambangkan elevasi, perbedaan jenis garis yang
melambangkan batas-batas atau jenis ukuran jalan, titik dan lingkaran yang menunjukkan populasi suatu kota. Jika detail peta kelihatan tidak familiar,
mempelajari legenda peta akan sangat membantu sebelum melanjutkan proses lebih jauh.
-Arah
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak
tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai
dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.
-Elevasi
Salah satu unsur yang penting lainnya pada suatu peta adalah informasi tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Unsur ini disebut dengan
elevasi, yaitu ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan laut. Kartograf menggunakan teknik yang berbeda untuk menggambarkan
ketinggian, misalnya permukaan bukit dan lembah.

Peta yang sudah modern menggambarkan pegunungan dengan relief yang diberi bayangan, yang disebut dengan hill shading. Peta Topografi
tradisional menggunakan garis lingkaran yang memusat yang disebut dengan garis kontur, untuk menggambarkan elevasi. Setiap garis menandakan
ketinggian di atas permukaan laut.

Sebagai ganti garis kontur, peta berwarna seringkali menggunakan standarisasi skala warna untuk menunjukkan elevasi; laut diberi warna biru, elevasi
rendah digambarkan dengan bayangan hijau, elevasi tinggi digambarkan dari range sawo matang sampai coklat, dan puncak tertinggi diberi warna
putih, menunjukkan salju.
Semakin tajam bayangan warna biru sama artinya dengan semakin dalam kedalaman suatu laut atau danau.

Jenis Peta
Berdasarkan temanya/isinya, peta dapat dibagi menjadi tiga kategori.,
1.peta umum, biasanya terdiri dari banyak tema dan memberikan gambaran umum. Peta umum biasanya praktis, menunjukkan dunia yang
memungkinkan orang dari satu ujung menuju ujung lain tanpa tersesat, atau menunjukkan layout keseluruhan suatu tempat yang belum dikenal
tanpa harus pergi ke sana. Contoh peta umum adalah peta jalan suatu negara yang juga menunjukkan kota besar, pegunungan, sungai, landmark
dan lain-lain.
2. adalah peta tematik, yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan
hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Contoh peta tematik adalah peta penyebaran penduduk atau tingkat
penghasilan menurut negara, propinsi atau kabupaten, dengan masing-masing bagian diberi warna yang berbeda untuk menunjukkan tingkat
relativitas jumlah penduduk atau penghasilan.
3. Peta kategori ketiga adalah grafik, di mana keakuratan peta rute perjalanan digunakan untuk navigasi laut dan udara. Ini harus sering diupdate
sehingga kapten atau pilot mengetahui bahaya yang terjadi di sepanjang rute mereka.
Berdasarkan metode pembuatannya
Berdasarkan metode pembuatannya, peta dibedakan menjadi peta kualitatif dan peta kuantitatif.
1. peta kualitatif
Peta kualitatif adalah peta yang digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol. Tiga metode penggambaran peta kualitatif sebagai berikut.
a) Metode korokonatif dengan meggaris tipis dan memberi warna
b) Metode korokomenatik menggunakan tanda simbol pada peta dengan huruf, misalnya pohon, manusia,, biji-bijian atau mineral.
c) Metode indek figur menggunakan simbol ------------,+++++++, atau vvvvvvv
2. peta kuantitatif
Peta kuantitatif yaitu peta yang menggunakan garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang mempunyai kesamaan. Contoh :
a) Isotherm adalah garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang sama temperaturnya.
b) Isoplet adalah garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang sama ketinggiaannya.
c) Koroplet adalah garis-garis sejajar pada peta yang berbeda intervalnya.
Peta dapat dibuat dengan berbagai bentuk. Peta pertama mungkin dibuat manusia dengan menggambar garis di pasir atau batu kerikil dan ranting
kecil disusun di atas tanah. Peta modern diterbitkan untuk penggunan yang lebih lama oleh manusia. Peta cetak adalah bentuk yang paling
sederhana. Peta cetak menggambarkan dunia sebagai bidang datar dalam dua dimensi. Dalam peta cetak, relief gunung dan lembah ditunjukkan
dengan simbol khusus untuk memperbaiki kekurangan “tingkat kedalaman�, di mana hal tersebut adalah dalam bentuk tiga dimensi. Jadi, peta
relief adalah peta bidang datar dengan penambahan tonjolan dan lekukan untuk menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi. Tonjolan
dan lekukan ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik.
Peta berbasis komputer (digital) lebih serba guna. Peta yang terprogram akan lebih dinamis karena bisa menunjukkan banyak view yang
berbeda dengan subjek yang sama. Peta ini juga memungkinkan perubahan skala, animasi gabungan, gambar, suara, dan bisa terhubung ke sumber
informasi tambahan melalui internet. Peta digital dapat diupdate ke peta tematik baru dan bisa menambahkan detail informasi geografi lainnya. Hal ini
disebabkan informasi baru dapat dimasukkan ke dalam database setiap saat. Mempunyai peta digital sama seperti mempunyai selusin peta tematik
cetak yang meng-overlay daerah tertentu yang terhubung secara elektronik ke sebuah perpustakaan besar dalam tema utama atau yang berhubungan
dengan tema utama.
Penggunaan peta tergantung pada jenis peta yang ada dan jenis informasi yang diinginkan dari peta tersebut. Dalam kasus peta
sederhana, hanya satu atau dua jenis informasi yang mungkin tersedia sehingga sedikit atau bahkan tidak perlu keahlian membaca peta untuk
menggunakannya. Sebagai contoh, sketsa lingkungan sekitar (tetangga) hanya menunjukkan hubungan rumah utama dengan sudut jalan atau
jaraknya dari suatu pasar atau sekolah. Semua orang dapat menggunakan peta seperti ini. Peta lengkap dapat menggambarkan jarak yang
sebenarnya, lokasi lahan dengan tepat, elevasi, vegetasi dan aspek lainnya. Untuk menginterpretasikan peta lengkap seperti ini, diperlukan beberapa
keahlian dasar membaca peta.

Fungsi Peta
Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan
menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi.
Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik
seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan
kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat
menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut.
Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan
kita untuk men-visualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional. Beberapa fakta dan skill yang sederhana akan dijabarkan di sini guna
membantu anda menggunakan peta dengan efektif. Tetapi sebelumnya, perhatikan beberapa fakta penting berikut ini :
1.Tidak ada peta yang sempurna
Orang membuat peta dari data yang mereka kumpulkan dengan alat tertentu. Sekalipun peta dibuat dengan menggunakan komputer, tetapi
tergantung pada program dan mesin yang didesain oleh manusia. Manusia membuat kesalahan dan mesin total tidak pernah akurat. Tidak ada
alat untuk merekam setiap detail lansekap.
Peta bagaimanapun juga dapat melakukan error (salah) dan tidak akurat.
Data atau kartografi yang salah bisa membuat letak desa/kampung tertentu tidak tepat pada peta, atau puncak pegunungan tidak setinggi yang
muncul pada peta.
Kartografer (pembuat peta) yang menggunakan alat tradisional, seperti merekam data dengan manual atau menggunakan fotografi altitude
tinggi, terbatas pada seberapa banyak objek yang terekam oleh mereka dan seberapa kecil objek yang dapat terekam. Objek yang terlalu kecil
bisa jadi tidak akurat ditempatkan atau malah bisa tidak muncul.

Alat modern seperti fotografi yang menggunakan satelit resolusi tinggi mampu merekam detail sampai resolusi beberapa meter. Sebagian besar
permukaan objek yang penting dapat terekam dengan imagery untuk kemudian dialihkan menjadi peta atau foto dengan akurasi yang lebih
tinggi, tetapi tetap masih harus diinterpretasikan lagi dan masih ada data yang error.
2. Peta selalu menjadi tidak update, tidak lama menunjukkan keakuratan dunia
Hal ini disebabkan dunia secara konstan berubah baik secara fisik maupun secara kurtural/budaya. Teknologi modern menyediakan solusi
komputer yang memungkinkan kita memperbaharui peta dengan mudah tanpa menggambar ulang. Bagaimanapun informasi yang tepat patut
dipertimbangkan. Perubahan dunia tetap harus dikumpulkan secara periodik dan digunakan untuk memperbaiki database peta.
3. Peta adalah bias. Peta umumnya tidak menunjukkan setiap penampakan area topografi secara terpisah misalnya setiap pohon, rumah, atau jalan
sehingga kartograf harus menentukan proyeksi dan skala peta dan jumlah detail yang tersedia. Tujuan pemetaan dan latar belakang budaya
Kartograf juga sering berpengaruh pada proses ini, yang disebut dengan generalisasi. Informasi pada peta dan bagaimana distorsi terjadi juga
berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang tentang dunia dan apa yang mereka lakukan.
Penggunaan peta
Kegunaan peta tergantung pada jenisnya. Peta topografi yang skalanya kecil dapat memberikan gambaran secara luas tentang muka bumi yang
digambar dipeta. Peta tematik atau khusus digunakan untuk tujuan tujuan tertentu. Misalnya peta persebaran penduduk, peta iklim, peta oersebarab
flora dana fauana, dan sebagainya

PEMETAAN
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau
metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.
Kegiatan survey dan pemetaan setelah kemerdekaan RI, dilaksanakan atas dasar Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1951, tentang Pembentukan
Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Selanjutnya kegiatan survey dan pemetaan dipertegas lagi dengan Keputusan
Presiden Nomor 263 tanggal 7 September 1965 tentang Pembentukan Dewan Survey dan Pemetaan Nasional (DESURTANAL) serta Komando
Survey dan Pemetaan Nasional (KOSURTANAL) sebagai pelaksana. Dalam tugas DESURTANAL tersebut secara jelas dicantumkan kaitan antara
pemetaan dengan inventerisasi sumber-sumber alam, dalam rangka menunjang Pembangunan Nasional. Lingkup tugas KOSURTANAL tidak hanya
bersifat koordinasi terhadap kegiatan Departemen-Departemen yang memerlukan peta ,melainkan juga mencakup fungsi pengelolaan bagi pemetaan
Praktek pemetaan dimaksudkan untuk melatih kemampuan teknis mahasiswa di bidang pemetaan. Praktek pemetaan ini meliputi praktek pembuatan
peta, praktek interpretasi foto udara, praktek Geographic Positioning System, Pratek Fotogrametri dan praktek analisis spasial berdasarkan data citra
maupun peta tematik. Pengolahan data spasial dilakukan secara digital dengan memanfaatkan software-software pemetaan seperti AutodeskMAP, Arc
View, Arc Info, dan ERMapper yang terangkum dalam mata kuliah pilihan pemetaan dan komputer perencanaan.
Praktek pemetaan ini juga mengakomodasi perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia perencanaan. Pada saat ini sedang dikembangkan sistem
pembelajaran pemetaan dengan pengembangan database perencanaan. Sehingga mahasiswa nantinya tidak hanya dilatih untuk bisa membuat peta
ataupun analisis peta tetapi juga dapat menyusunnya dalam sebuah database

SISTEM PENDETEKSIAN POPULASI HEWAN MAMALIA LIAR PADA PETA JAWA TIMUR

RANCANGAN PROYEK

Jarang sekali kita mendengar adanya sistem pendeteksian populasi hewan terutama menggunakan peta. Sering kita jumpai peta-peta atau yang biasa

disebut dengan GPS yang mendeteksi lalu lintas, lokasi, maupun tempat yang selalu ramai. Hal ini terjadi populasi hewan hanya dibutuhkan pada

organisasi perlindungan hewan saja, maka dari itu hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui informasi ini. Selain itu juga masih belum

berkembangnya sistem informasi mengenai populasi hewan di khalayak umum terutama pada teknologi peta. Maka dari itu pada tugas besar ini kami

ingin membuat sebuah sistem pendeteksian tentang penyebaran hewan mamalia liar khususnya pada peta Jawa Timur. Dan tujuan dari pembuatan

program ini adalah kami ingin memudahkan para pengguna dalam pencarian populasi hewan mamalia liar di Jawa Timur terutama untuk badan

organisasi perlindungan hewan.

Dalam rancangan pengerjaan tugas besar ini saya (Dewi Randika Aprilia-06560122) bekerja sama dengan rekan saya (Winda Martalia Suseno-

06560173) untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dan rancangan pengerjaanya yakni, pertama kami akan melakukan pengumpulan data meliputi:

 Data populasi hewan pada setiap wilayah di Jawa Timur khususnya hewan mamalia liar.

 Data hutan atau penangkaran di Jawa Timur

 Data suhu setiap wilayah

 Data peta Jawa Timur

 Data titik api pada setiap wilayah Jawa Timur

Skala Pengukuran Data


Skala Pengukuran

Untuk memilih uji statistik yang akan digunakan dalam menganalisa data maka tipe data memegang peranan yang penting. Jenis data pada gilirannya

akan menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Dalam statistik, data merupakan karakteristik, symbol atau angka dari sebuah variabel yang

diukur. Pengukuran hanya dilakukan terhadap variabel yang dapat didefinisikan seperti minat, kinerja ataupun sikap. Agar hasil penelitian tidak

memberikan interpretasi yang berbeda maka definisi operasional terhadap variabel yang diteliti perlu dijelaskan terlebih dahulu.

Data dalam statistik secara umum dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:

• Data diskrit : yaitu data data yang tidak dikonsepsikan adanya nulai-nilai di antara data (bilangan) lain yang terdekat contoh banyaknya jumlah anak

di suatu keluarga, jumlah rumah di suatu kampung. Misalnya juka bilangan 2 dan 3 menunjukan jumlah anak anak di keluarga A dan keluarga B, maka

di antara kedua bilangan tersebut tidak ada bilangan-bilangan lain. Tidak pernah kita mengatakan bahwa jumlah anak di suatu keluarga adalah 2,4

atau 2,9.

• Data kontinu : yaitu data yang didapat dari hasil pengukuran. Data hasil pengukuran diperoleh dari tes, kuesioner ataupun alat ukur lain yang sudah

terstandar misalnya timbangan, panjang ataupun skala psikologis yang lain. yang termasuk data kontinum ini adalah interval dan rasio.

Data didapatkan dari perhitungan dan pengukuran. Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada obyek atau peristiwa.

Dengan kata lain, pengukuran memberikan nilai-nilai variabel dengan notasi bilangan. Aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut

skala atau tingkat pengukuran (scales of measurement).Secara lebih rinci, dalam statistik terdapat 4 skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval

dan rasio.

Nominal

Skala pengukuran nominal digunakan untuk menklasifikasi obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama,

pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan skala

pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase.

Sebagai contoh kita mengklaisfikasi variable jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak

dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya

karaktersitik tertentu.

Contoh: Jawaban pertanyaan berupa dua pilihan “ya” dan “tidak” yang bersifat kategorikal dapat diberi symbol angka-angka sebagai berikut: jawaban

“ya” diberi angka 1 dan tidak diberi angka 2.

Ordinal

Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Tingkat

pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek

memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.
Contoh: Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi symbol angka

1, 2,3,4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah.

Interval

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya

interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala

pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang digunakan dapat dipergunakan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalnya

dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametric.

Contoh: Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda melakukan kunjungan ke  Jakarta dalam satu

bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2.

Ratio

Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai

nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio

biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.

Contoh: Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.

Validitas

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala nominal yang

bersifat non-parametrik digunakan untuk mengukur variabel nominal bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik.  Ada 3 (tiga) tipe

validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:

# Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu

tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional.

# Validitas Kosntruk (Construct Validity)

Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok

dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik.

# Validitas Kriteria (Criterion Validity)

Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai

kriteria.

Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi

pengukuran dan hasilnya.


PROYEKSI PETA
  Suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta. 
Peta dikatakan ideal, kalau:
 Luas benar;
 Bentuk benar;
 Arah benar; dan
 Jarak benar.
  yang dapat dilakukan hanyalah mereduksi distorsi sekecil mungkin untuk memenuhi
satu atau lebih syarat-syarat peta ideal, yaitu dengan:
a.     Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang
tidak begitu luas;
b.    Menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat
didatarkan, yaitu bidang kerucut dan bidang silinder.
 Daerah yang kecil (maks 30 km X 30 km) dapat dianggap sebagai daerah yang datar,
sehingga pemetaan daerah tersebut dapat langsung digambar dari hasil pengukuran di
lapangan, tanpa memakai salah satu sistem proyeksi peta.Metode proyeksi atau
transformasi dapat diklasifikasikan sbb:

a. Proyeksi
      langsung (direct
projection) yaitu dari elipsoid ke
bidang proyeksi;
b. Proyeksi dobel (dobel projection)
    

merupakan transformasi dari


elipsoid ke bidang bola kemudian
dari bidang bola ke bidang proyeksi.
PROYEKSI POLIEDER
  Ciri-ciriproyeksi polieder:
a)    Kerucut;
b)   Normal;
c)    Tangent; dan
d)   Konform.
  Sistem proyeksi ini digunakan hanya untuk daerah seluas 20’ X 20’ (kira-kira 37 km X
37 km), untuk menghindari distorsi yang lebih besar. 
Proyeksi polieder bumi dibagi dalam jalur-jalur yang  dibatasi
oleh dua garis paralel dengan lintang sebesar 20’.
  Wilayah Indonesia dibagi dalam 139 X 11 bagian derajat. 
Peta 1: 50.000 satu bagian derajat (20’ X 20’) tergambar dalam 4
lembar peta ( Lembar A, B, C, dan D).
  Keuntungan :
Untuk daerah yang terletak dalam satu bagian derajat (20’ X 20’
atau 37 km X 37 km) perubahan jarak dan sudut praktis tidak ada,
sehingga proyeksi ini baik untuk peta-peta teknis berskala besar
dan peta-peta topografi.
  Kerugian:
a)    Jika daerah yang dipetakan lebih luas dari 37 km X 37 km,
maka harus selalu pindah bagian derajat atau pindah stelsel
koordinat yang memerlukan hitungan;
b)   Grid-grid dinyatakan dalam ‘kilometer fiktif’ sehingga kurang
praktis, karena untuk tiap pulau besar ada stelsel penomeran
grid tersendiri, hal ini akan membingunkan;
Kurang praktis untuk penggambaran peta 1:250.000 atau skala yang
lebih kecil lagi, karena akan terdiri dari banyak bagian  

a)    derajat, bagian derajat ini dihubungkan-hubungankan akan


terlihat adanya gap;
b)   Kondisi konvergensi meridian yang belum diperhitungkan
dapat menyebabkan kesalahan arah maksimum 15 m untuk
jarak 15 km.

MENENTUKAN PROYEKSI PETA


Proyeksi peta adalah pemindahan sistem paralel dan meridian yang ditetapkan dalam
bidang globe yang lengkung ke atas bidang datar.
Ketentuan umum dalam proyeksi :
a.    bentuk yang diubah harus tetap (conform).
b.    Luas permukaan yang diubah harus tetap  (equivalen)
c.    Jarak antara satu titik dengan titik lain diatas permukaan yang diubah harus tetap
(equidistant)
d.    Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.

Macam-macam proyeksi :
a.    Proyeksi Azimuthal, cocok untuk menggambarkan daerah kutub,
b.    Proyeksi Silinder, cocok untuk menggambarkan daerah sekitar equator/daerah
lintang rendah, seperti Indonesia, Brasil
c.    Proyeksi Kerucut, cocok menggambarkan daerah yang terletak di daerah lintang
tengah, seperti Jepang, Korea, Cina
Menghitung skala peta kontur :
Skala peta Contour = 1/2000 X Penyebut skala
KETERANGAN :
Garis yang rapat pada peta kontur menandakan bahwa daerah tersebut TERJAL, sedang
garis yang jarang-jarang jaraknya menggambarkan daerah tersebut LANDAI. 
UNSUR-UNSUR PETA
a.    Judul peta
b.   Skala peta
c.    Garis tepi
d.   Garis astronomi berupa garis bujur dan garis lintang untuk menentukan lokasi/letak
sutu wilayah.
e.    Legenda keterangan simbol-simbol pada peta agar pembaca mudah mengerti peta.
f.     Petunjuk arah
g.   Simbol
h.   Lettering fungsinya untuk mempertegas tulisan.
i.     Sumber data merupakan data untuk mengetahui sumber pembuatan peta dan
untuk mengetahui kecocokan gambar yang sebenarnya dengankebenaran skalanya.
j.     Tahun pembuatan berfungsi supaya si pembaca peta mengetahui tahun
pembuatanpeta, masih cocok atau kedaluawarsa.
k.   Warna peta

Warna Menggambarkan

Hitam Lettering, tapal batas, detail penghuni

Biru Air dan daearah dingin

Hijau Vegetasi, dataran rendah dan hutan

Coklat Kontur, daearah perbukitan, gunung, jalan raya

Merah Daearah bersuhu panas, gunung api, kota, jalan-jalan


protokol, dan gedung

Kuning Dataran tinggi, vegetasi yang kering, gurun

l.     Inzet, berdasarkan pemakaiannya ada tiga macam, yaitu :

No Ukuran skala Fungsi Misal

(1) Inzet dengan skala sama untuk mengatasi bila kita menggambarkan daerah-
besar dengan peta pokok kekurangan kertas daerah tertentu yang wilayahnya
berjauhan

(2) Inzet dengan skala lebih untuk menerangkan menggambarkan wilayah Jawa
besar dari peta pokok bagian peta pokok yang Tengah yang dianggap penting
dianggap penting sebagai rute gerilya Pangeran
Diponegoro.

(3) Inzet dengan skala lebih untuk menerangkan Menggambar wilayah Indonesia
kecil dari peta pokok hubungan antara peta yang berada di kawasan Asia
pokok dengan daerah Tenggara.
sekitarnya

MENENTUKAN SKALA PETA


Dengan memperhitungkan selisih derajat lintang atau bujur
1o = 111,111 km dibulatkan menjadi 111 k
1o = 60' = 111 km
Ingat ! keliling bumi di khatulistiwa (equator) diketahui = 40.000 km = 3600
Misalnya :
-      Letak lintang titik A pada 40o 22' BT
-      Letak titik B pada 40o 20' BT
Jarak antara kedua titik tersebut 10 cm
Jadi skalanya adalah 40o 22' - 40o 20' = 2'
Padahal 1o = 60' = 111 km
          2' = 2/60 x 111 km = 3,7 km
Berarti 10 cm di peta = 370.000 cm
Atau skala peta-nya adalah 1 : 37.000
 Dalam pembuatan peta apabila kita ingin menggambarkan perubahan benda yang
berukuran tiga dimensi ke benda yang berukuran dua dimensi, benda itu harus
diproyeksikan ke bidang datar. Teknik proyeksi ini juga berlaku untuk memindahkan
letak titik-titik pada permukaan bumi ke bidang datar yang dinamakan Proyeksi
Peta.Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem
paralel (garis lintang) danmeridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar
(peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.Pemindahan
dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai
tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di
bawah ini:
a. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap),persis
seperti pada gambar peta di globe bumi.
b. Luas permukaan yang diubah harus tetap.
c. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus
tetap.
Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus
adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja
untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi
hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari
muka bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih
besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka
lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Macam-macam Proyeksi peta
1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a. Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta
sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b. Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan
sama dengan bentuk aslinya.
c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi
setelah dikalikan skala.
2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
a. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi
c. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.
3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
a. Proyeksi Zenithal (Azimuthal)
Proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini
menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik
pusat proyeksi.
Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
• Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
• Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi
kutub.
• Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
• Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk
lingkaran.
Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
 Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
 Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
 Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat
antara kutub dan ekuator.

b. Proyeksi Kerucut (Conical Projection)


Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian dan paralel dari suatu globe ke
sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah
lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian
berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
• Proyeksi kerucut normal atau standar
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel
Standar). 
• Proyeksi Kerucut Transversal
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus. 
• Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring. 

c. Proyeksi Silinder atau Tabung


Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya
berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi.
Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis
paralel merupakan garis horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus
vertikal.
Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
• Dapat menggambarkan daerah yang luas.
• Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
• Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
• Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya.
Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah ekuator,
karena ke arah kutub terjadi pemekaran garis lintang.
Proyeksi Azimuthal, proyeksi kerucut (conical) dan proyeksi silinder (cylindrical)
termasuk kelompok proyeksi murni. Penggunaan jenis proyeksi-proyeksi murni ini
sangat terbatas.

d. Proyeksi Gubahan (Proyeksi Arbitrary)


Proyeksi-proyeksi ini dipergunakan untuk menggambarkan peta-peta yang kita jumpai
sehari-hari, merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh secara perhitungan.
Contoh-contoh proyeksi gubahan antara lain:
a) Proyeksi Bonne (Equal Area) Sifat-sifatnya sama luas. Sudut dan jarak benar pada
meridian tengah dan pada paralel standar. Semakin jauh dari meridian tengah, bentuk
menjadi sangat terganggu. Baik untuk menggambarkan Asia yang letaknya di sekitar
khatulistiwa.
b) Proyeksi Sinusoidal
Pada proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak sesuai pada meridian tengah dan
daerah khatulistiwa sama luas. Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak antar
paralel. Baik untuk menggambar daerah-daerah yang kecil dimana saja. Juga untuk
daerah-daerah yang luas yang letaknya jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini sering
dipakai untuk Amerika Selatan, Australia dan Afrika.
c) Proyeksi Mercator
Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka
bumi dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi,
kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar.
Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu: 
• Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin
membesar bila makin dekat dengan kutub.
• Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal
benar menurut skala.
• Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak
makin membesar.
• Proyeksinya adalah konform.
• Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.
d) Proyeksi Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta.
e) Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati kutub.
f) Proyeksi Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada
proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Macam-macam Proyeksi Peta itu akan digunakan sesuai dengan kebutuhan keadaan
dan proyeksi yang paling tepat digunakan,Misalny pada:
1) Seluruh Dunia
• Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub
• Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Mollweide
• Arus laut, iklim pakai Mollweide atau Gall
• Navigasi dengan arah kompas tetap, hanya Mercator
2. Daerah Kutub
• Proyeksi Lambert
• Proyeksi Zenithal sama jarak
3. Daerah Belahan Bumi Selatan
• Sinusoidal
• Lambert
• Bonne
4. Untuk Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa
• Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut.
• Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat
menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang
meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat
membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan
bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak
kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis proyeksi peta. Masing-masing
proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian
mukabumi yang digambarkan.

B. Satuan Koordinat
Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi satu titik
dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang telah didefinisikan.
Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu
kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik
acuan tersebut secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau
disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis
maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar
matematisnya.
Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM adalah salah satu transformasi geografi yang
mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk
posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan.
UTM ( Universal Tranvers Mercator ) sistim ini telah dibakukan oleh BAKOSURTANAL
sebagai sistim Proyeksi Pemetaan Nasional.
Mengapa UTM, karena
a) Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar Garis Katulistiwa atau garis
lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur yang relatip seimbang.
b) Untuk kondisi seperti ini, sistim proyeksi Tranvers Mercator/Silinder Melintang
Mercator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi minimal).
c) Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka dipilih sistim proyeksi Universal
Transverse Mercator yang memberikan batasan luasan bidang 6º antara 2 garis bujur di
elipsoide yang dinyatakan sebagai Zone.
Kesimpulan Dihubungkan Dengan Konsep GIS
Karena Sistem Informasi Geografi (GIS) merupakan metoda sajian terpadu, maka
semua data masukan spasial maupun tabular harus berupa data terpadu. Artinya,
kesatuan Sistim Koordinat untuk data spasial, kesatuan ID untuk data tabular, kesatuan
dalam me-manage data untuk sasaran informasi tersebut agar dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Fungsi Sistim Proyeksi dan transformasi sangat memegang peranan
sangat penting.
Hal lain yang perlu diingat bahwa konsep GIS memanfaatkan pula jaringan data antar
Pusat dengan Daerah, antar Instansi yang bersifat Nasional , yang sangat berguna untuk
analisis terhadap suatu dampak dari perubahan data yang masuk dalam cakupan yang
lebih luas. Jadi kesatuan dalam Sistim Koordinat adalah mutlak dalam konsep GIS.

C. Konversi Datum
Dalam permasalah proyeksi peta, datum merupakan hal penting yang harus
diperhatikan karena hal tersebut akan menentukan keakuratan peletakan titik/objek
pada sebuah peta. Transformasi datum merupakan proses konversi koordinat-koordinat
titik-titik yang bereferensi terhadap suatu datum (system koordinat) ke datum yang
lain. Saat ini terdapat sekitar 200 datum yang digunakan di dunia.
Sebagai contoh adanya perbedaan datum yang digunakan oleh Negara Indonesia pada
masa lampau yaitu Id-74. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan SIG
dimana kita biasanya mengintegrasikan dengan data koordinat/spasial yang lain, maka
pengguna harus mentransformasikan datum tersebut ke datum global yaitu WGS84.
Daftar Pustaka
WordPress.com weblog
Bossler, J. D. (2002) Coordinates and Coordinates Systems. Manual of Geospatial Science and
Technology. Ed. J.D. Bossler. Taylor and Francis, London
Purworahardjo, U. (1986) Ilmu Ukur Tanah Seri C – Pengukuran Topografi. Jurusan Teknik Geodesi
FTSP – ITB, Bandung
Pruworahardjo, U. (2000) Hitung dan Proyeksi Geodesi. Jurusan Teknik Geodesi FTSP – ITB,
Bandung
1. Jean Meeus: Astronomical Algorithm, Willmann-Bell, Virginia, 1991.
2. Oliver Montenbruck: Practical Ephemeris Calculations, Springer-Verlag, 1999.
http://geografientrepreneur.yolasite.com/drs-iwan-teaching-geography.php

Anda mungkin juga menyukai