MAKALAH BIOLOGI DASAR Klompok 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BIOLOGI DASAR

BIOTEKNOLOGI:PENGGUNAAN BIOINSEKTISIDA DALAM BIDANG


PERTANIAN

DOSEN PENGAMPU
Dra. Tri Ardyati, M.Agr., Ph.D

Disusun oleh :
Kelompok 4
Dinar Ayu Sekar Pawening (225090201111007)
Carissa Maharani Prakoso (225090200111042)
Rivaldi Haryo Pangestu (225090207111015)
Nisrina Khalda Aswin (225090207111051)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PEMANFAATAN
BIOINSEKTISIDA MENGGUNAKAN PROSES BIOTEKNOLOGI” ini tepat pada
waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu matakuliah biologi dasar,
Ibu Dra. Tri Ardyati, M.Agr., Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada Kami.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan mata
kuliah biologi dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bioteknologi khususnya bioinsektisida dan juga memperdalam pengetahuan untuk mata kuliah
biologi dasar.
Semoga makalah yang telah dibuat dapat memberikan manfaat bagi para audiens dan
juga dapat menjadi referensi untuik menambah wawasan dan pengetahuan yang dimiliki.

Malang, 27 Oktober 2022

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan pemanfaatan organisme, sistem, atau proses biologis
untuk meningkatkan potensi produk dan jasa yang dihasilkan suatu organisme.
Bioteknologi tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari seperti dibidang pertanian. Salah satu contoh proses bioteknologi dibidang
pertanian yaitu bioinsektisida.
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan semua organisme yang
mempunyai potensi menimbulkan kerusakan pada tanaman, biasanya dapat berupa
hama, penyakit, dan gulma. Tumbuhan yang sedang dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan memiliki potensi terkena OPT. Dalam upaya pencegahan OPT pada
tumbuhan perlu dilaksanakannya proses bioinsektida dengan menggunakan proses
bioteknologi.

II. Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis bahan yang bisa digunakan dalam proses pembuatan bioinsektisida ?
2. Bagaimana prinsip dan cara kerja pada bioinsektisida?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan proses bioinsektisida ?

III. Tujuan
1. Mengetahui cara kerja pada proses bioinsektisida
2. Menerapkan pencegahan yang ramah lingkungan
3. Dapat melakukan upaya pencegahan terkenanya OPT pada tumbuhan

IV. Manfaat
1. Mencegah tumbuhan terkena hama, penyakit maupun gulma
2. Mengurangi penggunaan bahan kimia pada tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Bioteknologi berasal dari istilah Latin, yaitu Bio (hidup), teknos (teknologi =
penerapan), dan logos (ilmu).Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol,antibiotik, asam organik) dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia.
Bioinsektisida adalah proses penggunaan bahan aktif dari jasad hidup (seperti:
mikroorganisme, hewan, dan tanaman) yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan
perkembagan organisme pengganggu tanaman. Bioinsektisida juga salah satu bentuk
penggunaan proses bioteknologi yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dibidang
pertanian. Memiliki prinsip kerja dengan memanfaatkan metabolit sekunder musuh alami
seperti jamur, bakteri, virus maupun tumbuhan yang dapat berorientasi dengan target
sehingga cukup aman terhadap organisme non-target, manusia dan lingkungan
2. Mekanisme
Proses pembuatan bioinsektisida menggunakan bahan yang berasal dari alam
sehingga aman dan tidak berbahaya untuk organisme lainnya. Bahan yang digunakan
untuk proses bioinsektida yang berasal dari tanaman ( seperti : Daun sirih ( Piper betle
Linn ), Akar philodendron ( Philodendron martianum ), Getah papaya, Tembakau, dll
), Hewan ( merupakan hewan yang menjadi musuh alami target, seperti : Laba-laba
pemakan wereng, ikan nila pemakan wereng, burung pemakan ulat, dll ), Jamur (
seperti : Bauverna basiana, Metarhizium anisopliae, dll ), dan Bakteri ( seperti :
Hersutella sp, Bacillus thuringiensis sp ).
Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh
mikroorganisme, flora dan fauna yang terbentuk melalui proses metabolisme
sekunder yang disintesis dari banyak senyawa metabolisme primer,
Jamur Metarhizium anisopliae diaplikasikan salah satu alternatif pengendali
hama ramah lingkungan mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia.
Dalam tanah jamur ini bersifat saprofit.Jamur M. Anisopliae menghasilkan toksin,
yaitu cyclopeptida, destruxin dan desmethyldestruxin. Apabila terkontak dengan hama
spora akan berkecambah dan kemudian menembus integumen serangga dengan
mengelurakan enzim dan toksin. Efek toksin tersebut berpengaruh pada organela
sel serangga (mitokondria, retikulum endoplasma dan membran nukleus),
menyebabkan kelumpuhan sel dan kelainan fungsi lambung tengah, tubulus
maplhigi, hemocyt dan jaringan otot.
Jamur Beauveria bassiana dapat digunakan sebagai bioinsektisida untuk
mengendalikan hama yang efektif. Beauveria bassiana mempunyai potensi dan dapat
dikembangkan dalam penelitian, pengembangan dan desiminasi dilapangan.
Diperlukan keberpihakkan pemerintah dalam penelitian dan perakitan bioinsektisida
agar tersedia bahan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) yang murah,
mudah didapat dan ramah lingkungan.
Bakteri Bacillus thuringiensis pada umumnya untuk mengendalikan hama dan
ulat pada tanaman tomat, cabai, dan jagung. Ketika nutrien mencukupi, bakteri ini
akan tumbuh pada fase vegetatif. Apabila suplai makanannya menurun, akan
membentuk spora dorman mengandung satu atau lebih Kristal protein (δ-
endotoksin). Kristal ini sebenarnya hanya merupakan pro-toksin yang jika larut dalam
usus serangga akan berubah menjadi polipeptida yang lebih pendek serta
mempunyai sifat insektidal. Di dalam sel larva serangga, Kristal protein akan
berikatan dengan reseptor spesifik, sehingga akan terjadi lisis.
Bakteri Hersutella sp juga dapat digunakan dalam bioinsektisida. Dengan
mekanisme kerja yang sama dengan Bacillus thuringiensis sp.
Daun sirih sangat berpotensi digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
insektisida nabati yang ramah lingkungan karena mengandung senyawa kimia berupa
fenol dan khavikol. Senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan larva
serangga maupun serangga dewasa, menurunkan intensitas penyakit pertanian,
pertumbuhan bakteri, serta sebagai biofungisida untuk menghambat pertumbuhan
jamur pada tanaman.
Larutan getah pepaya sebagai pestisida organik ialah racun sistemik dimana
larutan getah pepaya yang disemprotkan pada bagian daun berfungsi saat serangga
akan memakan atau menghisap cairan tanaman yang sudah menyerap racun segera
mati sebab cairan atau bagian tanaman yang telah disemprot larutan getah pepaya
dimakan akan menjadi racun lambung bagi serangga dan jenis ini cocok untuk
serangga penghisap atau serangga yang sulit dikendalikan.
Begitu juga dengan akar philodendron yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan daun sirih dan juga getah papaya.
Rantai makanan adalah sebuah peristiwa makan dan dimakan antara sesama
makhluk hidup dengan urutan-urutan tertentu. Sehingga dengan adanya rantai
makanan yang dapat menjadi musuh alami untuk mengurangi populasi hama.

3. Kelebihan
a. Menghasilkan makanan yang sehat
b. Tidak berbahaya bagi lingkungan dan aman untuk dikonsumsi
c. Mengurangi penggunaan bahan kimia aktif

4. Kekurangan
a. Cepat terurai dan memiliki daya kerja yang lambat
b. Tidak tahan lama
c. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama

5. Cara Masuk
Cara kerja bioinsektisida dalam mengendalikan hama pada tumbuhan yaitu
dengan menyemprotkan bioinsektisida ke tumbuhan. Dengan menempelnya
bioinsektisida pada tumbuhan, menyebabkan hama yang akan memakan tumbuhan
juga ikut memakan bioinsektisida tersebut. Bioinsektisida akan masuk kedalam mulut
hama sebagai racun perut yang akan merusak membran usus tengah (midgut) pada
hama sasaran serta menghambat reproduksi dan akan merusak perkembangan telur
hama.
Cara masuk Bioinsektisida kedalam tubuh serangga :
1) Racun lambung
Racun lambung adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran apabila
bahan aktif insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan dan diserap oleh
dinding saluran pencernaan serangga sasaran. Selanjutnya, bahan aktif tersebut akan
dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan seperti
misalnya susunan syaraf serangga.
2) Racun kontak
Racun kontak adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan
cara masuk ke dalam tubuh serangga melalui kulit. Dalam hal ini serangga akan mati
apabila bersinggungan langsung dengan insektisida tersebut. Racun kontak
mempunyai peran ganda yakni selain sebagai racun kontak, ia juga berperan sebagai
racun perut.
3) Racun pernapasan
Racun pernapasan adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan
cara masuk ke dalam tubuh serangga melalui saluran pencernaan, dalam hal ini
serangga akan mati apabila menghirup insektisida dalam jumlah cukup. Wujud dari
racun pernapasan adalah berupa gas, apabila dalam bentuk padat atau cair harus dapat
berubah menjadi gas saat diaplikasikan sebagai fumigansia.

6. Hubungan dan Prediksi


Hubungan Bioinsektisida dengan kimia :
a. Menggunakan proses reaksi kimia dalam pembuatan bioinsektisida
b. Meningkatkan penelitian kimia dalam menerapkan bioinsektisida yang ramah
lingkungan

Kemungkinan Penggunaan Bioinsektisida akan terus meningkat seiring dengan


berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dimana para ilmuan dan juga
kimiawan akan melakukan penelitian terkait dengan modifikasi bioinsektisida. Dan
prediksi penggunaan bioinsektisida akan terus meningkat seiring dengan berjalannya
waktu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bioinsektisida merupakan salah satu contoh penerapan proses bioteknologi dibidang
pertanian. Bioinsektisida membantu para petani yang kesulitan dalam mengendalikan hama.
Bahan yang digunakan untuk membuat bioinsektisida merupakan bahan yang berasal dari alam
sehingga aman digunakan dan tidak menimbulkan dampak negative maupun kerugian yang
ditimbulkan bagi organisme lainnya dan juga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhullah, A. A., & Hoesain, M. (n.d.). APLIKASI BIOINSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN

HAMA Spodoptera litura, Helicoverpa spp., Cyrtopeltis tenuis PADA TANAMAN

TEMBAKAU. 6.

Ardini, S. P., Ibrahim, M., & Trimulyono, G. (n.d.). Efektivitas Pemberian Getah Pepaya (Carica

papaya) pada Tanaman Cabai Merah terhadap Penurunan Serangan Begomovirus. 3(3), 6.

Safirah, R., Widodo, N., & Budiyanto, M. A. K. (2017). Effectiveness botanical insecticides

Yuliasih, I. (n.d.). KAJIAN PRODUKSI BIOINSEKTISIDA DARI. 14, 5.

Koswanudin, D. (2014). KEEFEKTIFAN BIOINSEKTISIDA BEAUVERIA BASSIANA TERHADAP

HAMA WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS), WALANG SANGIT

(LEPTOCORISA ORATORIUS), PENGISAP POLONG (NEZARA VIRIDULA) DAN

(RIPTORTUS LINEARIS). 6.

Safirah, R., Widodo, N., & Budiyanto, M. A. K. (2017). Effectiveness botanical insecticides

Crescentia cujete fruit and flowers Syzygium aromaticum mortality against spodoptera litura

in vitro as a learning resource biology. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 2(3), 265–

276. https://doi.org/10.22219/jpbi.v2i3.3874

Anda mungkin juga menyukai