8822-Article Text-17556-1-10-20160105
8822-Article Text-17556-1-10-20160105
8822-Article Text-17556-1-10-20160105
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/Canopy
1
Partina Ayu Damayanti / Canopy 4 (2) (2015)
dan memberdayakan ABK agar dapat Dalam pengumpulan data, akan diperoleh
melangsungkan kehidupannya dimasa depan. data yang kemudian akan dikelompokkan
Karena keterbatasan yang dimiliki kedalam 2 kategori yaitu :
masing-masing anak berkebutuhan khusus a. Data Primer
(ABK), akan berpengaruh pada kegiatan 1) Observasi Lapangan
akademik ABK karena sulitnya proses adaptasi Observasi lapangan
dengan lingkungan sekolah untuk anak-anak dilakukan dengan mengadakan
pada umumnya, Oleh karena itu mereka pengamatan dan pendataan
memerlukan sekolah yang dapat menunjang langsung dilokasi, untuk
semua kegiatan akademisnya dengan segala mengetahui potensi tapak
keterbatasan yang dimiliki masing – masing anak perencanaan dibangunnya
berkebutuhan khusus. bangunan Sekolah Dasar Luar
Di Kota Semarang, fasilitas untuk ABK Biasa (SDLB).
masih masih terdapat kekurangan terutama dari 2) Wawancara
segi aksesibilitas, kenyamanan, dan aspek-aspek Wawancara dilakukan
arsitektural lainnya yang dapat merespon dengan pelaku aktifitas, pihak
perilaku anak berkebutuhan khusus, Padahal pengelola dan pihak-pihak terkait.
dengan keterbatasan yang dimiliki tentunya Hal ini dilakukan untuk menggali
mereka sangat membutuhkan fasilitas data mengenai berbagai hal yang
pendidikan dengan sarana yang memadai. berkaitan langsung dengan studi
Berdasarkan pertimbangan kebutuhan banding.
dan keinginan untuk menciptakan sebuah b. Data Sekunder
fasilitas pendidikan yang ideal dari segi arsitektur Data sekunder merupakan studi
dengan menggunakan prinsip desain universal literatur atau studi kepustakaan melalui
yaiu pendekatan desain untuk menghasilkan sumber-sumber terulis seperti buku,
fasilitas dan juga produk bagi semua orang brosur dan internet yang berkaitan
(sebagai pengguna) secara umum, tanpa batasan dengan studi banding perencanaan dan
fisik, khususnya untuk anak tunanetra, perancangan Sekolah Dasar Luar Biasa
tunarungu dan tunadaksa usia sekolah dasar 6 (SDLB) di Semarang, yang dilakukan
sampai 12 tahun, yang sangat memerlukan untuk memperoleh landasan teori,
pendidikan untuk mengembangkan dirinya, standar perencanaan dan kebijakan
sehingga nantinya juga dapat lebih perencanaan dan perancangan.
memandirikan dan memberdayakan para siswa
dengan keterbatasan yang dimiliki.
LANDASAN KONSEP
METODE PEMBAHASAN
Pengertian Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Metode pembahasan yang digunakan
Sekolah luar biasa adalah pendidikan luar
dalam penyusunan program dasar perencanaan
biasa setingkat sekolah dasar yang menampung
dan konsep perancangan arsitektur dengan judul
dan melayani pendidikan anak dari beberapa
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Di Kota
Semarang Dengan Penekanan Desain Universal macam kebutuhan dalam satu lembaga.
ini adalah metode deskriptif, yaitu menguraikan Kelompok anak berkebutuhan khusus yang
dan menjelaskan data kualitatif yang kemudian ditampung dalam program ini adalah tunanetra,
dianalisa sehingga diperoleh suatu pendekatan tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, cacat ganda
program perencanaan dan perancangan untuk dan autis. Program SDLB ini didirikan untuk
selanjutnya di gunakan sebagai acuan dalam meningkatkan pemerataan pelayanan pendidikan
perencanaan dan perancangan bangunan berkebutuhan khusus.
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kota Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Semarang. Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 Tentang
2
Partina Ayu Damayanti / Canopy 4 (2) (2015)
Menerapkan prinsip equitable use pada produk bagi semua orang (sebagai pengguna)
sirkulasi bangunan, ukuran ruang serta secara umum, tanpa batasan fisik, baik anak
elemen bangunan agar dapat digunakan tunanetra, tunarungu maupun tunadaksa.
oleh tunanetra, tunarungu dan tunadaksa. Tampilan bangunan sekolah dasar luar
2) Flexibility in use (dapat digunakan oleh biasa (SDLB) dengan penekanan desain universal
semua pengguna) merupakan bangunan yang bersifat pendidikan
Menerapkan prinsip flexibility in use pada dan terapi, oleh karena itu diciptakan sebuah
desain ruang kelas dan ruang terapi agar bangunan yang dapat mencerminkan bangunan
dapat digunakan oleh semua pengguna pendidikan dan terapi yang dapat membuat anak
dengan kegiatan yang berbeda. didiknya merasa senang dan nyaman dengan
3) Simple and intuitive us (penggunaan yang menerapkan prinsip desain universal untuk
mudah dan otomatis) menciptakan tampilan fasad yang menarik.
Menerapkan prinsip simple and intuitive us Massa bangunan sekolah dasar luar
pada wayfinding dan petunjuk arah serta biasa (SDLB) tidak hanya terdiri dari satu massa
pada fasilitas pendukung bangunan sekolah bangunan, namun terdiri dari beberapa massa
agar dapat digunakan dengan mudah. yang sesuai dengan jenis kelompoknya masing –
4) Perceptible information (kejelasan informasi) masing, yaitu bangunan utama, yaitu untuk
Menerapkan prinsip perceptible kegiatan utama akademik, ketrampilan dan
information pada elemen – elemen bangunan terapi, bangunan pengelola, yaitu untuk kegiatan
sekolah yang disesuaikan dengan kondisi pengelola, bangunan penunjang, yaitu untuk
tunanetra, tunarungu dan tunadaksa. kegiatan penunjang akademik dan asrama.
5) Tolerance for error (mampu menerima Penataan lansdcaping bangunan untuk
kesalahan) sekolah dasar luar biasa (SDLB) di desain agar
Menerapkan prinsip tolerance for error dapat digunakan oleh semua pengguna
pada desain bangunan dengan memikirkan bangunan, desain landscap harus menyesuaikan
dampak yang tidak diinginkan. dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus,
6) Low physical effort (sedikit upaya fisik) khususnya anak tunanetra, tunarungu dan
Menerapkan prinsip low physical effort tunadaksa sebagai pengguna utama, mendesain
pada desain bangunan, misalnya dengan pola landscape bangunan yang tidak rumit dan
mendesain ketinggian ram yang tidak curam teratur serta aksesible untuk memudahkan
sehingga tidak menyulitkan aksesibilitas aksesiblitas anak berkebutuhan khusus.
siswa berkebutuhan khusus.
7) Appropriate size and space (ukuran dan ruang Lokasi Terpilih
yang tepat) Lokasi tapak berada dijalan Gendong
Menerapkan prinsip appropriate size and Raya, Tembalang Semarang, lokasi tersebut
space pada desain ruang yang ada pada berdekatan dengan fasilitas pendidikan. Dengan
bangunan sekolah dasar luar biasa dengan luas tapak ± 2,6 Ha dan kondisi tapak yang relatif
memperhatikan ukuran ruang dengan datar .
ukuran penggunanya misalnya siswa
tunadaksa yang menggunakan kursi roda. Batasan site
Utara : Bangunan Toko
Pendekatan Arsitektural Timur : Permukiman Penduduk
Ditinjau dari kebutuhan anak Selatan : Agen Taksi
berkebutuhan khusus yang memerlukan fasilitas Barat : Sekolah Islam Darul Muwahidin
khusus, konsep desain universal diperlukan
dalam perancangan desain bangunan sekolah Kondisi Eksisting : Lahan kosong
dasar luar biasa (SDLB) di Kota Semarang. Kondisi Tapak : Datar
Desain universal adalah sebuah pendekatan
desain untuk menghasilkan fasilitas dan juga
5
Partina Ayu Damayanti / Canopy 4 (2) (2015)
Gambar 2. Siteplan
6
Partina Ayu Damayanti / Canopy 4 (2) (2015)
Gambar 9.Perspektif
Gambar 7. Perspektif
DAFTAR PUSTAKA
7
Partina Ayu Damayanti / Canopy 4 (2) (2015)