Kel 6 - Tuhan (Allah)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“TUHAN (ALLAH)”

Disusun untuk memenuhi mata kuliah “Studi Al-Qur’an”


Dosen Pengampu : Dr. H. Mu’min Firmansyah, M.H.I.

Disusun Oleh :

1. Satya Adhi Pranata (21202053)


2. Jaya Susanti (21202086)
3. Syach Amanda Heramartiza (21202115)

KELAS A
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Allah” sebagai sumber mata kuliah Studi Al-Qur’an ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Dr. H.
Mu’min Firmansyah, M.H.I selaku Dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pendidikan sebagai sumber dasar
kehidupan dan dalalahnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Kediri, 1 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................2

C.TUJUAN PEMBAHASAN...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Bukti-bukti adanya Allah...............................................................................................4


B. Sifat-sifat Allah..............................................................................................................7
C. Berdoa dengan Asmaul Husna.....................................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

A.KESIMPULAN................................................................................................................14

B. SARAN............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak muslim ditanya mengapa Tuhan yang disembah Allah, bukan Tuhan


yang lain seperti agama lain, mereka bingung menjawabnya. Jawaban yang sering
disampaikan yaitu karena yakin Allah adalah Tuhan seperti termuat dalam Al-Quran,
tanpa bisa menjelaskan secara rasionalitas. Padahal iman pada Allah adalah rukun
iman yang paling pertama. Artinya iman paling mendasar dan kunci yang yang akan
menghantarkan keselamatan dunia akhirat. Ketika iman pada Allah dipenuhi
keraguan, akhirnya tak jarang ditemui dalam perjalanan kehidupan Muslim begitu
mudah melepaskan keislamananya hanya perkara remeh dunia. Akibatnya, banyak
pasangan wanita/pria menikah berbeda agama, banyak orang beragama, terus
mengejar jabatan dan tahta, dan sebagainya. Termasuk pengaruh lemahnya kaum
Muslim berpegang teguh pada syariat Allah dalam kehidupannya. Tak ada cara lain
pembuktian keberadaan Sang Pencipta, selain dengan pengamatan secara mendalam
baik terkait diri sendiri, alam dan kehidupan. Diri manusia sendiri mulai dari rahim
hingga lahir ke dunia, dari ujung kaki hingga kepala penuh dengan keajaiban dalam
proses penciptaannya, dan bisa mudah dibuktikan.1

Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang menunjukkan dan


sekaligus memberitahukan, menggambarkan dan membuktikan kesempurnaan-Nya
Allah. Allah melakukan perbuatan-perbuatan yang layak bagi-Nya dan sesuai dengan
kehendak dan kekuasaan-Nya. Begitulah Tuhan memberitahukan tentang diri-Nya
kepada makhluk-Nya. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa Allah berbeda dan
tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya. Dia Allah Maha suci dan bersih dari
segala penyerupaan dan pembentukan. Sifat Allah bukanlah Dzat-Nya tetapi ia (sifat)
tidak dapat dipisahkan dari-Nya.

Islam mengajarkan umatnya untuk bergantung dan berharap hanya pada Allah
SWT. Sebab, Dialah yang memiliki kekuasaan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam
setiap kondisi, Islam menuntun kita untuk selalu mengingat Allah dan mengharapkan

1
Prof. DR. H. M. Amin Syukur, MA, Tasawuf Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. hlm. 51.

1
pertolongan-Nya. Pengharapan dan ketergantungan pada Sang Khalik antara lain
diekspresikan lewat doa.2

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa saja bukti-bukti adanya Allah yang disebutkan dalam A-Qur’an?


b. Bagaimana sifat-sifat Allah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an?
c. Bagaimana cara berdoa dengan Asmaul Husna?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
a. Mengetahui bukti-bukti adanya Allah yang telah disebutkan dalam Al-
Qur’an.
b. Mengetahui sifat-sifat Allah yang dijelaskan telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
c. Mengetahui cara berdoa dengan Asmaul Husna.

2
Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, Cara Mudah Memahami Aqidah, 2006, Jakarta: Pustaka AtTazkia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bukti-Bukti Adanya Allah


Pada dasarnya keyakinan akan keberadaan Allah Ta’ala merupakan
hal yang bersifat naluri atau fitrah. Seseorang tidak perlu berfikir atau belajar
untuk menunjukan keberadaan Allah Ta’ala. Karena pengetahuan tersebut sudah
ada sejak dia diciptakan. Sama hal nya dengan pengetahuan seseorang bahwa
suatu perbuatan pasti ada pelakunya. Begitu juga tentang pengetahuan seseorang
adanya Allah sebagai Tuhan pencipta. Tanpa berpikir dan belajar pun hal tersebut
sudah ada, tertanam dalam setiap jiwa manusia.3
Karena hal ini lah para Nabi pun heran ketika musuh-musuh Allah
menolak risalah yang dibawa oleh para Nabi dan mengatakan, “Sesungguhnya
kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan
sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan
terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya” [QS. Ibrahim : 9].
Maka para Nabi pun menjawab, “Apakah ada keragu-raguan terhadap
Allah, Pencipta langit dan bumi?” [QS. Ibrohim : 10].
Maksudnya, apakah keberadaan Allah pantas untuk diragukan?
Sedangkan fitrah dan naluri menusia menyaksikan akan keberadaan Nya? Ini
sesuatu yang tidak mungkin untuk diingkari.
Berikut adalah dalil yang membuktikan bahwasanya Allah itu ada:
a. QS. Al-Baqarah Ayat 164
َ َّ‫ك ٱلَّتِى تَجْ ِرى فِى ْٱلبَحْ ِر بِ َما يَنفَ ُع ٱلن‬
‫اس َو َمٓا‬ ِ ‫ار َو ْٱلفُ ْل‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّه‬ ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ِإ َّن فِى َخ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ َ‫يف ٱلرِّ ٰي‬
‫ح‬ َّ َ‫ض بَ ْع َ~د َموْ تِهَا َوب‬
ِ ‫ث فِيهَا ِمن ُك ِّل دَٓابَّ ٍة َوتَصْ ِر‬ َ ْ‫َأنزَ َل ٱهَّلل ُ ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء ِمن َّمٓا ٍء فََأحْ يَا بِ ِه ٱَأْلر‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَ ْعقِلُون‬ ِ ْ‫ب ْٱل ُم َس َّخ ِر بَ ْينَ ٱل َّس َمٓا ِء َوٱَأْلر‬
ٍ َ‫ض َل َءا ٰي‬ ِ ‫َوٱل َّس َحا‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan

3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal, 29.

3
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah: 164)
Diantara tanda-tanda kebesaran Allah yang disebutkan dalam ayat ini
adalah sebagai berikut:
1) Penciptaan langit dan bumi merupakan penciptaan yang agung, hanya bisa
dilakukan oleh Dzat yang Maha Mampu melakukan segala sesuatu.
Penciptaan langit dengan bintang-bintang dan planet semua berjalan dan
bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang
dari aturan-aturan itu.
2) Pergantian siang dan malam dan adanya perbedaan panjang dan
pendeknya waktu malam dan siang pada beberapa negeri karena letak
geografisnya. Penyebabnya dapat kita ketahui dengan perantaraan ilmu
falak, sehingga dengan pengetahuan itu manusia dapat lebih maju lagi
dalam memanfaatkan rahmat Tuhan.
3) Bahtera yang berlayar di lautan untuk membawa manusia dari satu negeri
ke negeri lain dan untuk membawa barang-barang beratus-ratus ton yang
bermanfaat bagi manusia dalam kehidupannya. Hebatnya serangan ombak
dan badai apalagi dalam keadaan gelap gulita di malam hari, hal ini pasti
akan membawa kepada kesadaran bahwa memang segala sesuatu itu
dikendalikan dan berada di bawah inayah Allah yang Mahakuasa dan
Mahaperkasa.
4) Allah swt menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu
bumi yang telah mati atau kering dapat menjadi hidup dan subur, dan
segala macam hewan dapat pula melangsungkan hidupnya dengan adanya
air tersebut.
5) Berhembusnya angin baik berupa angin panas atau dingin, bertiup ke timur
dan barat, ke selatan dan utara sesuai dengan kebutuhan makhluk hidup.
Perubahan arah angin dari suatu tempat ke tempat yang lain merupakan
suatu tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah serta kebesaran rahmat-Nya
bagi manusia.
b. QS. Al-Hijr Ayat 19
‫ض َم َد ْدنَاهَا َوَأ ْلقَ ْينَا فِيهَا َر َوا ِس َي َوَأ ْنبَ ْتنَا فِيهَا ِم ْن ُكلِّ َش ْي ٍء َموْ ُزو ٍن‬
َ ْ‫َواَأْلر‬
Artinya; “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan

4
padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran” (QS. Al-Hijr: 19).
Dalam ayat ini Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya
yang dapat dilihat, diketahui, dirasakan, dan dipikirkan oleh manusia. Di
antaranya, Allah menciptakan bumi seakan-akan terhampar, sehingga
mudah didiami manusia, memungkinkan mereka bercocok tanam di
atasnya, dan memudahkan mereka bepergian ke segala penjuru dunia
mencari rezeki yang halal dan bersenang-senang. Allah menciptakan di
bumi jurang-jurang yang dalam dan dialiri sungai-sungai yang kecil
yang kemudian bersatu menjadi sungai yang besar menuju lautan luas.
Diciptakan-Nya pula gunung-gunung yang menjulang ke langit, dihiasi
oleh aneka ragam tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang menghijau, yang
menyenangkan hati orang-orang yang memandangnya.
Ayat 19 Surah al-hijr ini menyiratkan bagaimana proses geologi
berjalan puluhan, ratusan bahkan jutaan tahun. Berdasarkan kajian
saintis, pada dasarnya proses geologi berupa siklus yang tiada henti. Di
dasar lautan, seperti di Lautan Pasifik misalnya, berjalan suatu proses
penghamparan material-material magmatik yang keluar dari punggungan
tengah samudra secara terus-menerus dan membentuk lempeng samudra.
Lempengan ini terus bergerak dan menabrak lempengan lainnya.
Sementara itu berjalan pula proses erosi yang bermula dari tempat-
tempat yang tinggi dan untuk kemudian material hasil erosi ini
dihamparkan dan diendapkan pada tempat-tempat yang lebih rendah.
Endapan ini kemudian mengalami tekanan akibat pergerakan
lempengan-lempengan dan membawa lapisan-lapisan batuan hasil erosi
ini tertekuk dan terangkat, sampai membentuk pegunungan.
Betapa agungnya Allah yang menciptakan semuanya itu yang
dapat dirasakan manfaat dan nikmatnya oleh manusia. Demikian pula
tumbuh-tumbuhan yang lain diciptakan Allah seimbang, serasi, dan
sesuai dengan iklim, keadaan daerah, dan keperluan manusia atau
binatang tempat ia tumbuh. Sementara itu, perbedaan daerah dan tanah
tempat tumbuh suatu pohon akan menimbulkan perbedaan rasa dan
ukuran buahnya.

5
c. QS. An-Nahl Ayat 68-69

َ‫َوَأ ْو َحى َربُّ َك ِإلَى النَّ ْح ِل َأ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ا ْل ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ الش ََّج ِر َو ِم َّما يَ ْع ِرشُون‬

Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di


bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.
kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (QS. An-Nahl: 68)

Jika ada satu hewan di dunia ini yang pernah menerima wahyu dari
Allah, maka hewan tersebut adalah lebah. Dalam ayat tersebut dengan jelas
disebutkan bahwa Allah telah menurunkan wahyu-Nya kepada lebah agar
membuat rumah di bukit, pohon dan dimanapun yang dekat dengan manusia.
Maksud wahyu dalam Surah An-Nahl ayat 68 adalah berupa ilham atau
petunjuk agar lebah-lebah tersebut membuat sarang di tempat-tempat tertentu,
yakni di atas bukit, pepohonan dan di dekat manusia.
Pada ilmu pengetahuan modern, kemampuan lebah membangun rumah
dengan sendirinya, bisa dianggap sebagai insting hewani. Namun menurun ayat
ini, insting itu merupakan anugerah yang diberikan dari Allah untuk para lebah
dalam bentuk wahyu. Allah memberikan kemudahan kepada lebah untuk
membangun rumah mereka sesuai dengan petunjuk Allah.
Dan pada ayat selanjutnya juga disebutkan bahwa madu adalah
minuman yang istimewa dalam Alquran karena dipercaya sebagai obat yang
menyembuhkan penyakit yang diderita manusia.
QS. An-Nahl Ayat 69
ِ ‫شفَا ٌء لِلنَّا‬
‫س‬ ِ ‫اب ُم ْختَلِفٌ َأ ْل َوانُهُ فِي ِه‬ َ ‫سبُ َل َربِّ ِك ُذلُال يَ ْخ ُر ُج ِمنْ بُطُونِ َها‬
ٌ ‫ش َر‬ ُ ‫سلُ ِكي‬ ِ ‫ثُ َّم ُكلِي ِمنْ ُك ِّل الثَّ َم َرا‬
ْ ‫ت فَا‬
َ‫ِإنَّ فِي َذلِ َك آليَةً لِقَ ْو ٍم يَتَفَ َّكرُون‬
Artinya: “Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An Nahl: 69)

6
Ayat ini memberi petunjuk kepada manusia bahwa madu adalah
minuman (atau makanan) yang baik untuk manusia. Madu keluar dari perut
lebah dengan beragam warna di dalamnya dan memiliki kandungan obat yang
dapat menyembuhkan sejumlah penyakit pada manusia. Mengenai makna
penyembuh ini, sebagian ulama memaknai madu hanya dapat menyembuhkan
penyakit tertentu, sementara ada juga ulama yang berpendapat madu dapat
menyembuhkan penyakit jika digabungkan dengan obat-obatan lainnya.
Kebaikan madu ini pun pernah disabdakan nabi Muhammad dalam salah satu
hadits berikut ini:

"Sungguh Nabi SAW telah memerintahkan untuk meminum madu bagi orang
yang perutnya kembung" (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Tafsir Al Mishbah menyebutkan, bahwa madu adalah jenis zat yang


memiliki banyak kandungan baik untuk tubuh, diantaranya glukosa dan
perfentous. Dalam ilmu kedokteran modern, disebutkan bahwa glukosa sangat
berguna untuk proses penyembuhan berbagai macam penyakit. 4 Ini
menunjukkah bahwa firman Allah memiliki kebenaran yang kemudian
dibuktikan oleh akal manusia melalui ilmu kedokteran. Itulah wujud kebesaran
Allah SWT.

B. Sifat-sifat Allah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Allah adalah nama Tuhan
dalam Bahasa Arab; pencipta alam semesta yang mahasempurna; Tuhan Yang
Maha Esa yang disembah oleh orang yang beriman. 5
Allah adalah asma Tuhan yang berhak disembah. Selain Allah, tidak
ada Tuhan yang patut disembah. Penegasan bahwa tiada Tuhan selain
Allah itu ada dalam dua kalimah syahadah “Saya bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah; saya bersaksi pula bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah.” Yang diucapkan oleh seluruh umat Islam di
Dunia.

4
Dr. Muhammad Syafii Antonio, M. Ec, op. cit., hlm. V.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal 32

7
Secara global Allah itu bersifat dengan segala macam sifat-sifat
kesempurnaan. Karena itulah yang sesuai dengan ke Tuhanan-Nya.
Mustahil ia mempunyai sifat-sifat kekurangan. Yang mempunyai sifat
kekurangan bukanlah Tuhan. Dan Allah mempunyai tiga sifat yaitu sifat wajib,
sifat jaiz, dan sifat mustail bagi Allah Swt.
a. Pengertian sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat yang memiliki sifat
yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib aqli) dan
berdasarkan dalil naqli (Al Qur’an dan Hadits).
b. Pengertian sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak akan pernah ada pada
dzat Allah SWT. Sifat mustahil ini dinafikan oleh sifat-sifat yang wajib bagi
Allah, dengan dalil aqal maupun dalil naqli.
c. Pengertian sifat jaiz bagi Allah
Sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada pada dzat Allah dan
boleh juga tidak ada pada dzat Allah.
a. QS. Al-An’am Ayat 101
َ ٰ ُ‫ض ۖ َأنَّ ٰى يَ ُكونُ لَهۥُ َولَ ٌد َولَ ْم تَ ُكن لَّهۥ‬
َ َ‫ص ِحبَةٌ ۖ َو َخل‬
1 ‫ق ُك َّل َش ْى ٍء ۖ َوه َُو بِ ُك ِّل َش ْى ٍء َعلِي ٌم‬ ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ِ ‫بَ ِدي ُع ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
Artinya: “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak
padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)
Jangankan menciptakan jin, bahkan Allah lah Yang menciptakan langit
dan bumi, serta segala isinya tanpa ada contoh sebelumnya. Jika Allah
memiliki anak, seharusnya anak tersebut juga azali dan abadi bersama Allah.
Semua itu tidak benar, Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya.
b. QS. Al-Isra Ayat 111
ُّ َ‫ك َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولِ ٌّي ِّمن‬
‫الذلِّ َو َكبِّرْ هُ تَ ْكبِ ْيرًا‬ ٌ ‫ࣖ َوقُ ِل ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ لَ ْم يَتَّ ِخ ْذ َولَدًا َّولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َش ِر ْي‬
ِ ‫ك فِى ْال ُم ْل‬
Artinya: “Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak
dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak
memerlukan penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-
agungnya.” (QS. Al-isra: 111)
Ayat ini menjelaskan tiga sifat bagi Allah swt:

8
1) Allah tidak memiliki anak.
2) Allah swt tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya.
3) Allah dapat berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun.
Demikianlah Allah swt suci dari segala sifat-sifat yang mengurangi
kesempurnaan-Nya, agar para hamba-Nya tidak ragu memanjatkan doa, syukur,
dan pujian kepada-Nya. Kemudian Nabi saw diperintahkan untuk
mengagungkan-Nya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan.
c. QS. Al-Ikhlas Ayat 1-4
‫قُلْ هُ َو هّٰللا ُ اَ َح ۚ ٌد‬
“Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa.”
Tafsir ayat pertama menjelaskan tentang Keesaan Allah SWT yang terdapat
dalam kata Ahad atau Satu. Di mana, bunyi ayat pertama surat Al Ikhlas juga
bermakna serupa dengan Wahid. Artinya bahwa Allah tidak dapat dipersekutukan
dengan apapun.

‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُوْ لَ ْد‬


“Allah tempat meminta segala sesuatu.”

Tafsir ayat kedua surat Al Ikhlas menjelaskan bahwa setiap makhluk


menggantungkan diri kepada Allah SWT. Sebab Allah adalah Tuhan yang Maha
Sempurna, Maha Mulia, Maha Besar, dan Maha Hidup. Selain itu menurut Tafsir
Al Misbah bacaan Ash Shamad dalam ayat kedua surat Al Ikhlas mengandung
tafsir yang memiliki arti yang dituju. Artinya bahwa Allah SWT adalah satu-
satunya Tuhan yang dituju oleh semua makhluk untuk mengabulkan segala doa.

‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬

“(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

Tafsir ayat ketiga surat Al Ikhlas menurut Ibnu Katsir bahwa Allah tidak
beranak, tidak diperanakkan, serta tidak memiliki istri. Sementara Sayyud Qutb
juga menjelaskan bahwa ayat ketiga surat Al Ikhlas mengandung makna bahwa
Allah itu tetap, abadi, dan azali. Dengan kata lain sifat Allah itu mutlak dan tidak
ada yang mustahil bagi Allah.

9
‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا اَ َح ٌد‬

“Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”

Tafsir ayat keempat surat Al Ikhlas berikutnya adalah bahwa tidak ada apapun
yang dapat menandingi kekuasaan Allah SWT. Sebab tidak ada yang setara dengan
Allah SWT.

C. Berdoa dengan Asmaul Husna

Berdoa sejatinya adalah sebuah komunikasi langsung antara manusia dan


Tuhan untuk mendapatkan pertolongan, anugerah, terhindar dari bencana, dan
sebagainya. Agar doa kita terkabul, ada adab atau tata cara yang harus dipenuhi.
Antara lain, doa harus keluar dari lubuk hati yang paling dalam dan disertai
ketundukan serta pengagungan terhadap diri-Nya. Dalam berdoa, kita juga
dianjurkan untuk menyebut Asmaul Husna, yaitu 99 nama atau sifat Allah yang
baik.

Doa juga menjadi simbol dan pengakuan bahwa manusia tidak memiliki
kekuataan apa pun di hadapan Allah. Banyak hadis Rasulullah yang menjelaskan
keutamaan doa. Antara lain, yang menyebutkan doa adalah rohnya ibadah. Dalam
Alquran juga banyak disebutkan tentang pentingnya berdoa. Dengan menyebutkan
sifat atau nama Allah pada saat berdoa yang disesuaikan dengan permohonan kita,
itu bisa menjadi salah satu faktor dikabulkannya pengharapan tersebut. Selain itu,
penyebutan Asmaul Husna juga akan membuat kita merasa optimistis karena doa
itu keluar dari lubuk hati yang mendalam.

Cara berdoa dengan Asmaul Husna ada dua macam:


1) Mengucapkan Asmaul Husna sebelum menyebutkan permohonan sebagai
tawassul (menjadikannya penghantar atau sarana ) kepada Allah, seperti:
"Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri dengan sendiri-Nya, dengan
rahmat-Mu aku mohon pertolongan…."
"Ya Allah, Wahai Dzat Maha Pengampun ampunilah aku, Wahai Dzat Maha
Penyayang rahmatilah aku….."
2) Mengucapkan Asmaul Husna di penghujung doa sebagai penutupnya.

10
 Misalnya:
"Ya Allah anugerahkan kepada kami rizki yang halal dan cukup, sesungguhnya
engkah Adalah al-Razzaq (pemberi rizki)."
"Ya Allah, ampuni dan rahmati aku, sesungguhnya Engkau Al-Ghafurur Rahim
(Mahapengampun lagi Mahapenyayang)."
Berikut adalah perintah untuk berdoa dengan Asmaul Husna:
a. QS. Al-Isra Ayat 111
ٌ ‫ࣖ َوقُ ِل ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ لَ ْم يَتَّ ِخ ْذ َولَدًا َّولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َش ِر ْي‬
ِ ‫ك فِى ْال ُم ْل‬
‫ك َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولِ ٌّي ِّمنَ ال ُّذلِّ َو َكبِّرْ هُ تَ ْكبِ ْيرًا‬
Artinya: “Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan
tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan
penolong dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya.” (QS. Al-Isra: 111)
Pada ayat ini Nabi diajari cara memuji Allah swt yang memiliki sifat-sifat
kemahaesaan, kesempurnaan, dan keagungan. Oleh karena itu, hanya Allah yang
berhak menerima segala macam pujian-pujian dan rasa syukur dari hamba dan
makhluk-Nya atas segala nikmat yang diberikan kepada mereka. Nabi saw
diperintahkan untuk mengagungkan-Nya, baik dengan perkataan maupun dengan
perbuatan. Mengagungkan dan mensucikan Allah itu adalah sebagai berikut:
1) Mengagungkan Allah swt pada Zat-Nya dengan meyakini bahwa Allah itu wajib
ada-Nya karena Zat-Nya sendiri tidak membutuhkan sesuatu yang lain. Dia tidak
memerlukan sesuatu dari wujud ini.
2) Mengagungkan Allah swt pada sifat-Nya, dengan meyakini bahwa hanya Dialah
yang memiliki segala sifat-sifat kesempurnaan dan jauh dari sifat-sifat kekurangan.
3) Mengagungkan Allah swt pada af'al-Nya (perbuatan-Nya) dengan meyakini bahwa
tidak ada suatu pun yang terjadi dalam alam ini, melainkan sesuai dengan hikmah dan
kehendak-Nya.
4) Mengagungkan Allah swt pada hukum-hukum-Nya, dengan meyakini bahwa hanya
Dialah yang menjadi Penguasa yang ditaati di alam semesta ini, dimana perintah dan
larangan bersumber darinya. Tidak ada seorang pun yang dapat membatasi dan
membatalkan segala ketentuan-Nya atas sesuatu. Dialah yang memuliakan dan Dia
pula yang menghinakan orang-orang yang Dia kehendaki.
5) Mengagungkan nama-nama-Nya, yaitu menyeru dan menyebut Allah dengan
nama-nama yang baik (al-asma'ul husna). Tidak menyifati Tuhan melainkan dengan
sifat-sifat kesucian dan kesempurnaan.
b. QS. Al-Araf Ayat 180

11
َ‫ۖ َوهّٰلِل ِ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُح ْس ٰنى فَا ْد ُعوْ هُ بِهَ ۖا َو َذرُوا الَّ ِذ ْينَ ي ُْل ِح ُدوْ نَ فِ ْٓي اَ ْس َم ۤا ِٕى ٖ ۗه َسيُجْ َزوْ نَ َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
Artinya: “Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik). Maka,
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaul Husna) itu dan tinggalkanlah
orang-orang yang menyalah artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan
mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Araf: 180)
Surat Al-Araf Ayat 180 Mengingatkan umat Islam agar tidak mengabaikan
tanda-tanda keesaan Allah SWT. Memerintahkan muslim untuk menyebutkan Asmaul
Husna saat berdoa dan berzikir. Meneladani nama-nama Allah agar menjadi individu
yang lebih baik. Jangan membalas orang-orang yang menyebut nama-nama yang
tidak sesuai dengan sifat Allah, atau menyebut nama Allah dengan tujuan untuk
menodai nama-Nya.
Allah SWT juga memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar
meninggalkan perilaku yang menyimpangkan pengertian nama-nama Allah SWT.
Penyimpangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Memberikan nama Allah SWT dengan nama yang tidak terdapat dalam Al
Quran atau dalam hadist Rasulullah SAW yang shahih.
2. Menolak nama dan sifat yang telah ditetapkan Allah SWT untuk zat-Nya.
3. Menamakan sesuatu selain Allah SWT dengan nama yang hanya layak bagi
Allah SWT.
4. Memutarbalikkan nama dan sifat-sifat Allah SWT, yakni dengan memberikan
tafsiran yang sangat berbeda dengan arti sesungguhnya. Mempersekutukan
Allah dengan sembahan lain selain Allah. Seperti memakai lafal Allah untuk
sebuah berhala.
c. QS. Al-Hasyr Ayat 24
‫ض َوهُ َو ۡال َع ِز ۡي ُز ۡال َح ِك ۡي ُم‬ ِ ‫ص ِّو ُ‌ر لَـهُ ااۡل َ ۡس َمٓا ُء ۡالح ُۡس ٰنى‌ؕ يُ َسبِّ ُح لَهٗ َما فِى السَّمٰ ٰو‬
‌ِۚ ‫ت َوااۡل َ ۡر‬ َ ‫ارُئ ۡال ُم‬ ۡ ُ ‫هُ َو هّٰللا ُ ۡالخَـالِـ‬
ِ َ‫ق الب‬
Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi
bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. Al-
Hasyr: 24)
Dialah Allah Yang Menciptakan seluruh makhluk dengan hikmah yang
mengagumkan. Yang Mengadakan segala sesuatu dari tiada menjadi ada. Yang
Membentuk Rupa manusia ketika masih janin dalam rahim. Dia memiliki nama-
nama yang indah yang menggambarkan sifat dan perbuatan-Nya yang
mempesona. Apa yang di langit: bintang, bulan, planet, dan seluruh isi galaksi

12
dan apa yang ada di bumi lautan, daratan, gunung, sungai, tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan lain-lain semuanya bertasbih kepada-Nya, tetapi manusia tidak
memahami tas-bihnya.
Dia-lah Yang Mahaperkasa menghentikan rencana dan harapan manusia
dengan kematian. Mahabijaksana dalam memperlakukan manusia dan menata
jagat raya. Allah Pencipta seluruh makhluk-Nya. Dia yang mengadakan seluruh
makhluk dari tidak ada kepada ada. Yang membentuk makhluk sesuai dengan
tugas dan sifatnya masing-masing. Dia mempunyai sifat-sifat yang indah, nama
yang agung yang tidak dipunyai oleh makhluk lain, selain dari Dia. Kepada-Nya
bertasbih dan memuji segala yang ada di langit dan di bumi.
Sebenarnya yang penting dalam berdoa adalah keikhlasan hati,
kekhusyukan dan ketundukan kepada Allah. Dengan membaca ayat-ayat itu,
diharapkan ketiganya muncul, sehingga doa itu diterima Allah. Diriwayatkan oleh
al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda:6
“Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus
kurang satu, barang siapa yang menghafal, menghayati, dan meresapinya, niscaya
akan masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud dengan menghayati dan meresapinya di sini ialah benar-
benar memahami sifat-sifat Allah itu, merasakan keagungan, kebesaran, dan
kekuasaan-Nya atas seluruh makhluk, dan merasakan kasih sayang-Nya. Hal itu
menimbulkan ketundukan, kepatuhan, dan kekhusyukan pada setiap orang yang
melakukan ibadah kepada-Nya.

6
Dr. Muhammad Syafii Antonio, M. Ec, Asma’ul Husna For Success In Business And Life Sukses, Kaya, Dan
Bahagia Dengan Asma’ul Husna, Cet III, Tazkia Publishing, Jakarta, 2009, hlm.15

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tanda-tanda adanya Allah sangat jelas dan tampak bagi siapa saja yang
mau melihatnya. Ini adalah sebuah bukti kebenaran bahwa Pencipta dari
disain yang berlaku di seluruh alam semesta ini adalah Allah. Sebagian
orang yang menolak adanya Allah berbuat demikian bukan karena mereka
sungguh-sungguh tidak mempercayai-Nya namun karena mereka ingin
menghindar dari aturan moral yang harus mereka taati sebagai orang-orang
yang beriman. Setiap orang dengan nuraninya mengetahui eksistensi dan
kekuasaan abadi Allah. Kendati demikian, seseorang yang mengakui
adanya Allah dan merasakan kekuasaan-Nya, juga tahu bahwa dirinya
kelak akan ditanyai oleh-Nya, dan bahwa dia harus mematuhi hukum-
hukum-Nya dan hidup untuk-Nya. Sedangkan orang yang berkeras untuk
menolak sekalipun dia sudah mengetahui fakta-fakta ini, berbuat demikian
karena bila dia menerima fakta yang sangat besar ini tidak sesuai dengan
kepentingan-kepentingannya dan perasaan superioritas yang ada di dalam
dirinya.

B. SARAN
Harapan kami, mudah-mudahan makalah ini dapat dijadikan suatu
manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis dan dapat diterima disisi
Allah SWT sebagai amal baik, memberi barokah dan manfaat serta dapat
memberi petunjuk kepada siapa saja yang berusaha mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat, Amin Yaa Robbal ‘Alamiin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Taufik. (2009). Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 al-Asmā’ al-Ḥusnā


Merengkuh Puncak Kebahagiaan Dan Kesuksesan Hidup, PT.
Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm. 10.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1997). Jakarta: Balai Pustaka, hal 32.
Al- jibrin, Abdullah Syaikh.(2006). Cara Mudah Memahami Aqidah. Jakarta:
Pustaka At-Tazkia.
Ali Riyadi Ahmad. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:Teras.
As-Segaf, Alawi. (2001). Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat Allah dalam
Alquran dan As-sunnah. Jakarta:Pustaka Azzam.
Bakhtiar Amsal. (2007). Filsafat Agama Wisata Pemikiran dan Kepercayaan
Manusia, 2007. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dr. Muhammad Syafii, M. E. (2009). Asma’ul Husna For Success In Business
And Life Sukses, Kaya, Dan Bahagia Dengan Asma’ul Husna, Cet III,
Tazkia Publishing, Jakarta, hlm.15,
Drs. H. Masan AF. (2009). Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11.
Semarang: Karya Toha Putra.
Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia,), hal. 29.
Syarif Iberani. (2003). Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi.
Suharto Toto. (2013). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

15

Anda mungkin juga menyukai