Ismayu Nahdiar Sari - 160153601302 - SKRIPSI - Kirim
Ismayu Nahdiar Sari - 160153601302 - SKRIPSI - Kirim
Ismayu Nahdiar Sari - 160153601302 - SKRIPSI - Kirim
SKRIPSI
OLEH
160153601302
DESEMBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Anak merupakan penerus kehidupan bagi orang tuanya, sehingga anak harus
mendapatkan perhatian khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Tumbuh kembang pada anak merupakan proses yang berkesinambungan dari proses fertilisasi
sampai usia dewasa (Soetjiningsih dkk, 2013). Lima tahun pertama selama anak berada di dunia
merupakan masa emas (golden age) baginya. Maka usia tersebut perlu di maksimalkan terutama
yang menyangkut pendidikan karakter anak. Usia prasekolah merupakan masa yang paling aktif
dimana anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar mengenai sesuatu yang baru dan mulai
belajar bagaimana untuk berkomunikasi dengan orang lain, belajar menyampaikan sesuatu
dengan jelas tentang keinginannya. (Wong & Hockenberry, 2008) menjelaskan bahwa usia
prasekolah adalah usia diantara periode umur 3 sampai 6 tahun, waktu dimana kekritisan dalam
perkembangan emosional dan psikologi anak.
Dalam tahapan masa tumbuh kembang anak prasekolah, banyak problem yang akan
dihadapi orang tua salah satunya adalah dalam masalah berkemih yaitu enuresis (mengompol).
Enuresis atau mengompol adalah keluarnya air urin yang tidak disadari oleh anak yang mana
seharusnya anak dalam usia tersebut tidak mengompol lagi. Enuresis (mengompol) memberikan
pengaruh buruk baik secara psikologis dan sosial sehingga bisa mengganggu kehidupan seorang
anak dan mempengaruhi kualitas hidupnya saat dewasa. Menurut Wong & Hockenberry (2008)
apabila masalah enuresis diabaikan dan tidak segera diatasi hal ini akan berpengaruh bagi anak
seperti anak akan menjadi tidak percaya diri, malu dan hubungan sosial dengan teman akan
terganggu.
Prevelensi enuresis bervariasi di berbagai negara. Menurut data WHO (Word Health
Organization) didapatkan 5-7 juta anak di dunia mengalami enuresis nokturnal dan sekitar 15%-
25% terjadi pada umur <5 tahun. Menurut data ASEAN terdapat sekitar 2 juta anak mengalami
enuresis yang terjadi pada usia sekitar 2-4 tahun. Dari seluruh kejadian enuresis didapatkan 80%
adalah enuresis nokturnal. 20% enuresis diurnal dan sekitar 15%-20% anak yang mengalami
enuresis nokturnal juga mengalami enuresis diurnal (Setiowati, 2018). Penelitian yang dilakukan
oleh Buston (2017), dalam Mahakam Nursing Journal Vol.2 juga mengemukakan bahwa di
Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia
diperkirakan jumlah balita yang masih susah mengontrol buang air besar dan buang air kecil
diusia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Kejadian anak mengompol lebih besar jumlah
presentase anak laki-laki yaitu 60% dan anak perempuan 40%. Fenomena ini disebabkan oleh
pengetahuan dan peran ibu yang kurang memahami tentang cara melatih buang air besar dan
buang air kecil, pemakaian popok sekali pakai dan adanya saudara baru.
Salah satu upaya untuk mengatasi enuresis adalah dengan menggunakan pendekatan
metode Toilet Training. Toilet Training merupakan program pelatihan bantu diri bagi anak usia
dini dalam melakukan buang air kecil (BAK). Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya
dengan membahas pentingnya metode toilet training dalam mengatasi kebiasaan enuresis atau
mengompol pada anak usia dini. Penelitian dilakukan oleh Dita Wasthu Prasida dkk (2010),
membahas tentang pentingnya persepsi ibu tentang toilet training pada studi kasus di kota
Semarang. Persepsi atau pengetahuan ibu tentang toilet training juga berpengaruh dalam
penanganan masalah enuresis. Karena orang tua/ibu merupakan orang yang paling dekat dengan
anak sehingga dapat mengontrol secara langsung tentang kebiasaan buruk anaknya. Pada
penelitian ini, persepsi atau pengetahuan ibu tentang toilet training masih cukup minim yaitu dari
lima ibu yang memiliki anak, tiga ibu belum pernah sama sekali melatih anak dalam buang air
dan anak mereka masih sering mengompol. Dengan adanya pelatihan atau penambahan wawasan
toilet training, para ibu dapat lebih tepat dan menerapkan langsung kepada anak dengan dampak
yang positif.
Penelitian yang sama tentang pengetahuan toilet training dilakukan oleh Istianah dkk
(2014:28-33), penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu
dengan kemampuan toilet training anak usia dini. Dari hasil analisis diperoleh bahwa
pengetahuan ibu terhadap toilet training memiliki hubungan dengan kesiapan orang tua/ibu
dalam menghadapi perkembangan sosial-emosional anak yang salah satunya adalah pola atau
kebiasaan buang air besar dan buang air kecil pada anak mereka.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Juliana A dkk (2009:11), membahas tentang
penerapan metode toilet training pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau.
Pada penelitian ini dilakukan pendekatan melalui observasi atau pengamatan secara langsung
dan wawancara pada 33 anak TK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan toilet
training pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-Kanak Negeri Selimbau memberikan
pengaruh positif pada anak untuk menjaga kebersihan tubuh dan kebersihan lingkungan sekolah.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Laboratorium UM Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang masih terdapat anak yang memiliki kemandirian kurang, dengan
perilaku yang ditunjukkan seperti: segala sesuatu harus dibantu oleh guru, memakai celana
dengan bantuan guru, pipis di celana dan buang air besar maupun air kecil masih dibantu oleh
guru. Seharusnya perkembangan anak pada usia 1-5 tahun berada pada fase dimana anak mulai
mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil. Dari 15 anak didalam satu kelas, rata-
rata terdapat 2-3 anak yang masih mengalami masalah enuresis atau kebiasaan mengompol.
Seharusnya pada saat dorongan untuk buang air kecil muncul, anak segera pergi ke toilet. Tetapi
terkadang anak berusaha menunda-nunda buang air kecil yang menyebabkan anak mengompol di
celana karena berbagai alasan, misalnya karena malas ke toilet, takut ke toilet, cemas dan takut
ketika berada di toilet, tidak bisa buang air kecil sendirian, atau meminta izin kepada pendidik
PAUD untuk buang air kecil. Selain itu, faktor pengetahuan orang tua dan guru terhadap cara
penanganan enuresis juga berpengaruh terhadap kebiasaan buang air kecil pada anak usia dini.
Di sini orang tua maupun guru sangatlah berpengaruh untuk mendorong anak mandiri
sesuai dengan usianya, untuk hal-hal yang paling sederhana dari anak makan sendiri, buang air
besar maupun kecil pada tempatnya, sampai ke hal-hal yang lainnya. Anak-anak berkembang
dengan kemandirian dan bertanggungjawab secara normal akan memiliki kecenderungan positif
pada masa depan. Ia akan cenderung berprestasi dan punya percaya diri. Di lingkungan keluarga
dan sosial, anak yang mandiri akan mudah menyesuaikan diri (environment adjustment) sehingga
ia akan mudah diterima anak-anak dan teman-teman di sekitarnya (Novita, 2007 : 177). Salah
satu pembiasaan di lembaga PAUD untuk melatih kemandirian anak adalah dengan toilet
training agar anak terbiasa buang air besar atau kecil pada tempatnya tanpa bantuan dari guru.
Oleh karena itu dibutuhkan adanya kerjasama antara guru dengan orang tua agar kegiatan toilet
training tersebut dapat berhasil. Dengan melakukan program toilet training berbagai masalah
tersebut diharapkan dapat diatasi dan dapat melatih kemandirian anak dimasa perkembangannya
sehingga dengan kemandirian yang baik diharapkan mampu mengurangi kebiasaan mengompol
pada anak usia dini.
Berdasarkan hasil pemaparan tersebut, peneliti mencoba menelaah pengaruh penggunaan
toilet training terhadap kemandirian anak dalam melakukan buang air kecil, sehingga mampu
menstimulasi kemandirian dan psikologi anak usia dini. Hasil studi kasus tersebut selanjutnya
akan diketahui lebih dalam melalui penelitian yang berjudul “Penggunaan Metode Toilet
Training Dalam Melatih Kemandirian Anak Pada Anak Usia Dini”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apa saja gejala dan faktor-faktor penyebab kebiasaan mengompol (enuresis) pada anak di
TK Laboratorium Universitas Negeri Malang.
2. Bagaimana tingkat pengetahuan orang tua dan guru terhadap metode toilet training.
3. Bagaimana penggunaan metode Toilet Training untuk melatih kemandirian pada anak usia
dini di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang.
4. Bagaimana pengaruh metode toilet training pada kemandirian anak usia dini di TK
Laboratorium UM
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah “untuk
mengetahui pengaruh penggunaan metode Toilet Training dalam melatih kemandirian anak usia
dini”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pengetahuan penggunaan metode toilet
training untuk melatih kemandirian anak usia dini, yang akan berpengaruh terhadap
kebiasaan enuresis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memberi pengetahuan dan wawasan bagi guru terkait penggunaan metode toilet training
untuk melatih kemandirian anak usia dini, yang akan berpengaruh terhadap kebiasaan
enuresis di TK Laboratorium Universitas Negeri Malang.
b. Bagi Anak Didik
Mengenalkan penggunaan metode toilet training untuk melatih kemandirian anak usia
dini, yang akan berpengaruh terhadap kebiasaan enuresis.
c. Bagi peneliti lain memberi informasi dan pengetahuan terkait tentang toilet training.
E. Definisi Istilah
1. Toilet Training
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam
melakukan buang air kecil dan buang air besar, termasuk cara-cara dan tempat anak melakukan
kegiatan tersebut (Chaplin, 2011:512). Latihan ini hendaknya dimulai pada waktu anak berusia
15 bulan dan kurang bijaksana bila usia kurang dari 15 bulan dilatih karena dapat
menimbulkan pengalaman-pengalaman traumatik. Program ini dapat dilaksanakan oleh orang
tua dan khususnya pendidik PAUD secara terprogram.
2. Enuresis (Mengompol)
Enuresis (mengompol) merupakan pengeluaran urin secara involunter dan berulang yang
terjadi pada usia yang diharapkan dapat mengontrol proses buang air kecil, tanpa disertai
kelainan fisik yang mendasari. Kata enuresis berasal dari bahasa Yunani, yang berarti
“menghasilkan air” (Soetjiningsih, 2013). Bagi anak, sering mengompol merupakan hal yang
sangat memalukan. Gangguan enuresis terjadi bila anak tanpa terkendali membuang urine (air
kencing) pada pakaian atau tempat tidur dimana anak seharusnya dapat mengendalikan air
kencingnya.
3. Kemandirian Anak
Kemandirian adalah kemampuan untuk berdiri di atas kaki sendiri, mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada
orang lain secara emosional sehingga mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-
tugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Kemandirian anak tercemin
melalui kemampuan:
a. Mengungkapkan keinginan untuk BAK/BAB
b. Melakukan BAK dan BAB secara benar
c. Menggunakan air seperlunya
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Laboratorium UM yang beralamatkan di Jl.
Magelang No.2, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang. TK Laboratorium UM
merupakan sekolah yang unggul dan menjadi rujukan dalam hal pengelolaan maupun
penerapan model pembelajaran yang inovatif. Lokasi penelitian ini dipilih karena terdapat
siswa yang mengalami studi kasus penggunaan metode toilet training untuk mengatasi
enuresis pada anak usia dini.
D. Sumber Data
Data penelitian kualitatif, jenis sumber data yang berupa manusia dalam penelitian
pada umumnya sebagai responden (respondent). Posisi sumber data yang berupa manusia
(narasumber) yang penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti
dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekadar
memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan
selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Sutopo, 2006:57-58).
Data-data yang dikumpulkan dengan cara interview (wawancara), observasi
(pengamatan), dan dokumentasi (pengumpulan bukti, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi).
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah dari orang tua dan guru dari masing-
masing peserta didik, yang mana pada setiap data yang diperoleh baik melalui wawancara
maupun pengamatan langsung dicatat secara tertulis dan didokumentasikan di lokasi
penelitian. Sumber data pendukung dalam penelitian ini, yaitu data yang diperoleh dari data
yang sudah ada yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Data tersebut
meliputi literatur-literatur yang ada berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dan
wawancara dengan orang tua siswa kelas A TK Laboratorium UM.
a=
∑ Sesuai x 100 %
∑ Tidak Sesuai
G. Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari
penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian tahap-tahap penelitian tersebut
adalah:
1. Tahap pra lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan
lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan perlengkapan penelitian
dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.
Alat yang dibutuhkan antara lain: kamera, alat tulis menulis dan alat perekam suara.
2. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian pengaruh toilet
training terhadap kemandirian anak usia dini yang ada di TK Laboratorium UM
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dan persiapan diri, memasuki lapangan dan
berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data.