Hermeneutik 1 & 2
Hermeneutik 1 & 2
Hermeneutik 1 & 2
BAHAN AJAR
I. PENDAHULUAN
1. Pengertian Hermeneutika
2. Pentingnya Hermeneutika
3. Fungsi Dan Tujuan Mempelajari Hermeneutika
4. Keterbatasan Dan Keunikan Hermeneutika
5. Kualifikasi Seorang Penafsir/Exegetor.
6. Perlengkapan Belajar Hermeneutika.
V. PRINSIP-PRINSIP HERMENEUTIK UMUM
1. Menafsirkan Menurut Konteksnya.
2. Mempelajari Arti Kata Asli Dan Tata Bahasa
3. Menangkap Maksud/Tujuan Penulisnya.
4. Mempelajari Latar Belakangnya.
5. Menafsirkan Ayat dengan Ayat
V. PRINSIP-PRINSIP HERMENEUTIK KHUSUS
1. Mempalajari Kata-Kata Kiasan Dan Gaya Bahasa
2. Memahami Bentuk Simbol-Simbol
3. Memahami Bentuk Gambaran/ Tipe.
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 2
4. Mempelajari Tujuan Perumpamaan Dan Alegori.
5. Mempelajari Bentuk Idiom-Idiom Bahasa Ibrani.
6. Mempelajari Nubuat
7. Mempelajari doktrin
VII. PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Tugas
3. Latihan
1. PENGERTIAN HERMENEUTIK
Perkembangan dunia digital sangat mempengaruhi literasi dan narasi yang mengakibatkan
banyaknya info yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pada
kenyataanya perkembangan teknologi digital termasuk media sosial, turut mewarnai sebaran
informasi tentang Firman Tuhan dan implikasinya terhadap iman dan pandangan seseorang
terhadap agama dan keyakinan yang dianut.
Seoarang pemberita Firman masa kini dituntut tidak hanya mampu mempelajari dengan
seksama Firman Tuhan dalam Alkitab, tetapi juga mampu beradaptasi dengan teknologi
digital yang melahirkan platform yang merupakan kecerdadasan buatan (Artificial
Intellegence).
Sebab itu menjadi tangung jawab seorang praktisi Firman untuk mampu mempelajari Alkitab
dalam konteks kini dan disini, sesuai prinsip-prinsip Hermeneutik, dan juga dengan
menggunakan teknologi digital. Hermenutik memegang peran dalam menggali setiap
kebenaran dan aplikatif sehingga terhindar dari pemahaman yang salah dan tetap aktual
sesuai kebutuhan dan tantangan zaman.
A. Arti Kata Hermeneutik
1. DALAM BAHASA IBRANI.
Kata Hermeneutik dalam bahasa Ibrani adalah pathar , yang artinya adalah menafsir”
(to interprete). Sedangkan kata bendanya adalah pithron, artinya “tafsiran”
(interpretation). Kata ini paling umum digunakan dalam konotasi menafsirkan mimpi,
karena mimpi berwujud simbol yang artinya tidak jelas. { Kej.41:8,12,15}
2. DALAM BAHASA YUNANI.
ata Hermeneutik dalam bahasa Yunani adalah hermeneutikos, berasal dari kata kerja
hermeneuo , artinya “menafsir” (to interprete). Kata benda yang dipakai
adalah hermeneia, artinya “tafsiran” (interpretation). Kata ini ambil dari
kata Hermes, yaitu nama dewa Yunani yang tugasnya membawa berita-berita dari
dewa-dewa kepada manusia ( KPR. 14:11-12). Dalam Perjanjian Baru istilah
hermeneuo muncul tiga kali, ( Yoh.1:42, 9:7 Ibr.7:2}yang berarti “menjelaskan” atau
“menterjemahkan” ke dalam bahasa lain (Henry A.Virkler,2015:2).
B. Definisi Hermeneutik
1. Secara umum Hermeneutik dimengerti sebagai ilmu umum tentang linguistik; atau
peraturan-peraturan yang dipergunakan untuk mencari arti sesungguhnya atau
menafsir/menjelaskan suatu pengertian yang tidak jelas artinya.
3. Secara teologis Hermeneutik adalah bagian dari ilmu Teologia Biblika yang dalam
perkembangannya memiliki tiga pengertian:
a. Ilmu yang khusus mempelajari teori-teori, prinsip-prinsip (aturan-aturan) dan
metode-metode tentang tata cara penafsiran Alkitab.
“Hermeneutics is the science that teaches us the principles, laws, and methods
of interpretations.” (Louis Berkhof)
“Hermeneutics is the science of correct interpretation of the Bible.” (Bernard
Ramm)
b. Seni yang membutuhkan kreatifitas untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip
penafsiran Alkitab.
c. Ilmu yang mempelajari keseluruhan proses penafsiran (konsep keseluruhan
dari tugas penafsiran), terutama dalam dimensi spiritual bagi kepentingan
pertumbuhan rohani penafsir.
Hermeneutik Alkitab biasanya dibedakan menjadi dua yakni Sebagai ilmu yang mempelajari
prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam menafsir Alkitab.
a. Hermeneutik Umum: yaitu prinsip-prinsip menafsir yang digunakan secara umum
untuk menafsir segala macam bentuk karya sastra umum.
b. Hermeneutik Khusus: yaitu prinsip-prinsip menafsir yang dikembangkan secara
khusus sehubungan dengan jenis gaya sastra tertentu, misalnya: puisi, perumpamaan,
cerita, dsb.
2. PENTINGNYA HERMENEUTIK
Alkitab hendaknya diterima sebagai sumber teologi yang paling menentukan (Henry
CH.Thiessen,1995:64) menurut Thiessen, gereja yang benar harus senantiasa memandang
Akitab sebagai wujud penyataan Ilahi dan kanon diilhami secara adikrodati.
Sebab itu Hermeneutik bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi berkaitan erat dengan ilmu-
ilmu lain yang tergabung dalam Teologia tafsir Perjajian Lama dan Perjanjian Baru yang
Pada saat Allah menyampaikan FirmanNya kepada seluruh manusia sepanjang sejarah
melalui para penulis Alkitab sehingga Firman itu sampai kepada manusia dengan baik.
Firman Tuhan itu ditulis dalam kurun waktu ribuan dan ratusan tahun yang lalu., oleh banyak
penulis Alkitab yang hidup pada jaman yang berbeda-beda dan dari latar belakang yang
berbeda-beda, dan ditulis dalam bahasa-bahasa yang tidak kita kuasai. Bagaimana cara orang
percaya abad ini mengerti Firman Tuhan agar Firman itu diterima sama seperti ketika para
penulis Alkitab mula-mula menerimaNya? Inilah tugas Hermeneutik!
Hermeneutik menolong kita untuk dapat memahamai Alkitab secara sistematik dan
konstruktif sehingga Firman Allah tidak ditafsirkan sesuai akal manusia yang terbatas dan
terkadang liberal serta keluar dari konteks Firman kebenaran itu sendiri.
Alkitab adalah Firman Allah yang hanya terwujud karena inisistif dan inspirasi oleh Allah
sendiri, yang berisi segala pengetahuan tentang Allah dan hubungannya dengan semua karya
dan ciptaanNya. Namun demikian untuk mengerti isi Alkitab tidaklah selalu mudah karena
ada gap komunikasi yang besar sehingga perlu dijembatani.
Gap komunikasi terjadi karena rentang waktu penulisan yang sangat panjang dan juga
perbedaan budaya, bahasa dan juga latar belakang sejarah. Hermeneutik menolong kita
memahami sesuai konteks dan tujuan pesan Firman Tuhan yang disampaikan penulis.
Firman Allah menuntut ketaatan dari seorang penafsir yang tunduk pada kedaulatan Tuhan,
karena ia percaya bahwa Tuhan adalah Firman itu sendiri (Yoh.1:1-3) Seorang penafsir
memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan hasil interpretasi (penafsiran);
Kualifikasi bagi penafsir tidak saja seseorang yang memiliki teori
(pengetahuan) Hermeneutik, karena ilmu saja tidak membuatnya otomatis menjadi seorang
penafsir yang baik (handal). Ada tiga macam penafsir yang disebutkan dalam Alkitab:
A. PENAFSIR RESMI. Ezra 7:6, yang dimaksud adalah para pemimpin agama yang
secara khusus belajar dan mendalami Firman Tuhan. Pada jaman Tuhan Yesus hidup
di dunia, mereka adalah para imam, ahli Taurat, dan Farisi. Sedangkan yang dimaksud
dengan penafsir resmi adalah para ahli-ahli kitab (PL). Tetapi cara penafsiran harafiah
dan legalisme telah membuat mereka menyalah-tafsirkan kata-kata para nabi sehingga
mereka justru menyalibkan Yesus (KPR 13:27).
B. PENAFSIR PALSU. Dalam beberapa ayat Alkitab kita juga melihat ada penafsir
palsu, misalnya; 2Co 4:2, Efes 4:14. Mereka ini adalah penafsir-penafsir yang dengan
sengaja menafsirkan secara salah dan mereka adalah orang-orang yang tidak akan
sampai pada pengetahuan akan kebenaran. {2Ti 3:1-9}
C. PENAFSIR YANG BENAR. Luk. 24:27 menunjukkan bahwa Yesus adalah
gambaran seorang penafsir yang sempurna: “...Ia menjelaskan...” (dalam bahasa
Yunani diermeneuo artinya “menjelaskan/menafsir dengan cermat”). Yesuslah Sang
Penafsir, penafsir yang benar harus meneladani Dia.2Ti 2:15 adalah pujian Alkitab
yang diberikan kepada penafsir yang benar.
D. PRASYARAT BAGI SEORANG PENAFSIR:
a. Hikmat Tuhan. (1Kor 2:10-16) Seorang penafsir haruslah seorang yang sudah lahir
baru sehingga secara rohani dia mendapatkan hikmat Tuhan. Sebagai mediator dan
komunikator antara Allah dan manusia, seorang penafsir harus hidup sebagai manusia
rohani yang sanggup melihat hal-hal rohani yang Allah sampaikan kepada manusia.
Dengan demikian ia akan menggantungkan sepenuhnya pada pekerjaan Roh yang
memberikan pencerahan dalam hatinya.
b. Mau belajar yang benar. (1Pet 2:2). Tanpa kemauan untuk sungguh-sungguh belajar,
seorang penafsir tidak akan sampai pada kepuasan menikmati berkat rohani dari
Firman Tuhan. Kerinduan akan didapatkan apabila ia percaya bahwa Firman
BAB II
SEJARAH HERMENEUTIK
2. HERMENEUTIK YAHUDI
B. LAHIRNYA SINAGOGE.
Untuk menunjang pemulihan kembali pengajaran kitab-kitab Taurat, didirikanlah
sinagoge di tanah pembuangan untuk menggantikan tempat ibadah Bait Suci
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 10
(Yerusalem). Fungsi utama sinagoge adalah sebagai tempat orang-orang Yahudi
berkumpul menaikkan doa-doa, membaca Taurat dan mempelajarinya dengan teliti, juga
sekaligus menjadi tempat mereka memelihara tradisi Yahudi dan melakukan kegiatan
sosial lainnya.
1. Sinagoge Agung adalah kelompok para ahli-ahli Kitab jaman itu yang terdiri dari 120
anggota, dibentuk oleh Ezra sepulangnya mereka kembali ke Palestina. Tugas utama
kelompok ini adalah menafsirkan kitab-kitab Taurat. {Ne 8:9-13} Oleh karena itu bisa
dikatakan inilah sekolah menafsir yang pertama didirikan.
2. Setelah semakin banyak orang-orang Yahudi akhirnya diijinkan pulang kembali ke
tanah Palestina, tradisi mempelajari Taurat dan memelihara tradisi Yahudi ini tetap
dibawa ke tanah air mereka dan sinagoge lokal pun mulai didirikan di tempat-tempat
dimana mereka tinggal (meskipun Bait Suci sudah dibangun kembali). Itu sebabnya
pada jaman Tuhan Yesus dan rasul-rasul kita menjumpai banyak sinagoge di kota-
kota di Israel, yang dipimpin oleh seorang yang disebut "kepala rumah ibadah". {Mr
5:22 Lu 13:14 Ac 13:5 14:1}
1. Sekolah Yahudi Palestina. Sekolah ini mengikuti tradisi yang dipakai oleh Ezra dalam
menafsir kitab-kitab Taurat, yaitu menekankan metode penafsiran literal. Mereka
menerima otoritas mutlak Firman Allah, dan tujuan utama mereka adalah
menginterpretasikan Hukum-Hukum Taurat. Hasil penafsiran mereka ini kemudian
bercampur dengan tradisi-tradisi yang berlaku pada jaman itu, sehingga tulisan ini
dikemudian hari dikenal dengan nama "Tradisi Lisan" (the Oral Law). Tetapi sayang
sekali bahwa tradisi lisan ini akhirnya diberikan otoritas yang sejajar yang dengan
tulisan Kitab-kitab Taurat.
Pada abad 2 Masehi dikumpulkanlah seluruh Tradisi Lisan yang pernah ditulis yang
disebut "Mishna" yang artinya "doktrin lisan dan pengajarannya". Dalam Mishna ini
terdapat dua macam tafsiran:
a. Halakah
Penafsiran (eksegesis) resmi terhadap hukum-hukum dalam kitab-kitab
Taurat yang bersifat sangat legalistik, dengan memperhatikan sampai ke titik
dan komanya.
b. Hagadah
Penafsiran seluruh Alkitab PL, tetapi yang tidak berhubungan langsung
dengan hukum, yang tujuannya adalah untuk kesalehan kehidupan beragama.
Perkembangan selanjutnya adalah para ahli kitab membuat buku tafsiran dari buku
Mishna, yang disebut Gemara. Kedua buku Mishna dan Gemara, inilah yang akhirnya
membentuk buku (kitab) Talmud.
Namun sayang sekali, karena pengaruh yang besar dari filsafat Yunani, orang Yahudi
mengalami kesulitan dalam menerapkan cara hidup sesuai dengan pengajaran Taurat.
Sebagai jalan keluar muncullah cara interpretasi alegoris yang dipakai untuk
menjembatani kedua cara hidup yang bertentangan itu.
Aristobulus (160 SM) dikenal sebagai penulis Yahudi yang pertama menggunakan
metode alegoris. Ia menyimpulkan bahwa filsafat Yunani dapat ditemukan dalam kitab-
kitab Taurat melalui penafsiran alegoris.
Philo (20-54 M) adalah penafsir Yahudi di Aleksandria yang paling terkenal. Menurut
prinsip menafsir yang dipakai oleh Philo, penafsiran literal adalah untuk orang-orang
yang belum dewasa karena hanya melihat sebatas huruf-huruf yang kelihatan (tubuh);
sedangkan penafsiran alegoris adalah untuk mereka yang sudah dewasa, karena sanggup
melihat arti yang tersembunyi dari jiwa yang paling dalam (jiwa).
3. Sekolah Kaum Karait. Kelompok dari sebuah sekte Yahudi ini menolak otoritas buku-
buku tradisi lisan dan juga metode penafsiran Hagadah. Mereka lebih cenderung
mengikuti metode penafsiran literal, kecuali bila sifat dari kalimatnya tidak
memungkinkan. Sebagai akibatnya mereka menolak dengan tegas metode penafsiran
alegoris.
Selain sekolah-sekolah di atas, ada juga sekolah-sekolah lain yang kurang dikenal, yaitu
Kabalis, Yahudi Spanyol, Yahudi Perancis, Yahudi Modern.
3. HERMENEUTIK APOSTOLIK
Sejarah awal Perjanjian Baru tidak lepas dari sejarah perkembangan hermeneutik,
yang mencakup masa periode ketika Yesus masih hidup sampai jaman rasul-rasul, termasuk
para bapa gereja. Pada periode ini umumnya metode yang dipakai adalah metode penafsiran
literal. Dengan inspirasi dari Roh Kudus, para penulis Perjanjian Baru telah menafsirkan
Perjanjian Lama dengan tanpa salah dalam tulisan-tulisan mereka.
A. YESUS KRISTUS, CONTOH PENAFSIR YANG BENAR. Dalam pengajaran
kepada murid-muridNya Yesus banyak memberikan penafsiran kitab-kitab Perjanjian
Lama. (Joh 5:39 Lu 24:27,44) Dengan cara demikian Yesus telah membuka pikiran
murid-muridNya untuk mengerti Firman Tuhan dengan benar. Ia sendiri adalah
Firman yang menjadi Manusia (incarnasi), yang menjadi jembatan yang
menghubungkan antara pikiran Allah dan pikiran manusia. Banyak catatan tentang
teguran Yesus terhadap penafsiran para ahli Taurat (mis: Mat 15:1-9; Mar 7:1-7 Mat
23:1-33 Mat 22:29). Contoh penafsiran yang dilakukan oleh Tuhan Yesus: Mt 10:5,6
12:1-4,15-21 13:1-9 18:23 19:3-9 21:42-44 22:41-46 24:36-39 Lu 11:29,30 21:20-24
24:27-44.
4. HERMENEUTIK BAPAK-BAPAK GEREJA
Masa periode ini adalah sesudah para rasul mati sampai masa Abad Pertengahan (95-
600 M). Pembagian masa-masanya adalah sbb.:
1. 95 - 202 M (CLEMENT DARI ROMA SAMPAI IRENEUS). Tidak ada banyak
catatan penting mengenai perkembangan metode penafsiran Alkitab pada masa itu.
Kemungkinan besar para Bapak-bapak gereja terlalu sibuk mempertahanan doktrin
Kristologi dari ajaran-ajaran sesat yang banyak bermunculan saat itu sehingga tidak
banyak menekankan tentang prinsip penafsiran yang sehat. Sebagai akibatnya
beberapa dari mereka jatuh pada penggunaan metode alegoris dalam penafsiran
mereka, seperti Barnabas dan Justin Martyr.
2. 202 - 325 M (SEKOLAH ALEKSANDRIA). Pada permulaan abad 3, penafsiran
Alkitab banyak dipengaruhi oleh Sekolah Aleksandria. Aleksandria adalah sebuah
kota besar tempat pertemuan antara agama Yudaisme dan filsafat Yunani. Usaha
mempertemukan keduanya memaksa orang-orang Yahudi menggunakan metode
interpretasi alegoris, suatu sistem penafsiran yang sudah sangat dikenal sebelumnya.
Ketika kekristenan tersebar di Aleksandria, hal inipun menjadi pengaruh yang tidak
mungkin dihindari. Gereja Kristen di Aleksandria lebih tertarik menggunakan
penafsiran alegoris karena seakan-akan memberikan arti yang lebih dalam dari pada
arti harafiah.
4. HERMENEUTIK ABAD PERTENGAHAN
5. HERMENEUTIK MASA REFORMASI
Periode ini terjadi pada tahun 1517 - 1600 M, dimulai pada saat Martin Luther memakukan
95 tesisnya dan berakhir sampai abad 16.
C. SESUDAH REFORMASI.
Antara tahun 1600 - 1800 M. dipenuhi dengan semangat penafsiran literal Reformasi,
tetapi akhir periode ini ditutup dengan penekanan pada metode penafsiran devotional.
Terjadi banyak kontroversi dan perdebatan teologia yang akhirnya menjadi kepahitan
di antara para teolog dan mulai terjadi perpecahan. Dogmatisme mulai meracuni
gereja. Studi Alkitab akhirnya hanya dipakai untuk membenarkan dogma dan teologia
mereka sendiri.
6. HERMENEUTIK MODERN
Masa periode ini adalah tahun 1800 - sekarang. Semua metode penafsiran yang pernah
dilakukan masih terus dilakukan hingga sekarang. Walaupun dari waktu ke waktu
penekanan terus bergeser dari satu ekstrim kepada ekstrim yang lain. Dalam era modern
ini serangan yang paling tajam akhirnya ditujukan pada otoritas Alkitab, sebagai fondasi
dalam menafsir. Sebagai contohnya:
A. LIBERALISME.
Rasionalisme telah membuka era modern untuk lahirnya Liberalisme. Secara umum
diringkaskan pendekatan mereka adalah:
BAB
III
ALIRAN-ALIRAN METODE HERMENEUTIK
A. METODE ALEGORIS.
Metode Alegoris berangkat dari suatu asumsi bahwa dibalik arti harafiah yang sudah
biasa dan jelas itu terdapat arti sesungguhnya (kedua) yang lebih dalam yang perlu
ditemukan oleh orang Kristen yang lebih dewasa. Dalam menafsirkan perikop Alkitab
mereka membandingkan masing-masing fakta/informasi yang sudah jelas untuk
membuka kebenaran rohani tersembunyi dibalik pengertian literalnya.
Metode Alegoris tidak hanya populer di gereja-gereja purba, karena dalam gereja modern
sekarangpun masih banyak ditemukan cara penafsiran Alkitab seperti ini. Mereka sering
berpendapat bahwa apa yang Allah katakan melalui penulis-penulis Alkitab bukanlah arti
yang sesungguhnya. Bahaya dari metode ini adalah tidak adanya batasan dan aturan
secara Alkitabiah untuk memeriksa kebenaran beritanya. Bahkan tujuan dan maksud
penulisanpun akhirnya diabaikan sama sekali.
B. METODE MISTIS.
Banyak ahli tafsir Alkitab menggolongkan metode penafsiran Mistis sama dengan
metode penafsiran Alegoris, karena memang sangat mirip. Penganut metode ini biasanya
bercaya bahwa ada arti rohani dibalik semua arti harafiah yang kelihatan. Dan mereka
memberikan botot yang lebih berat kepada hasil penafsiran mistis daripada arti yang
sudah biasa.
Bahaya dari cara penafsiran ini terletak pada keragaman dan ketidak-konsistenan hasil
penafsiran mereka, sehingga tidak terkontrol banyaknya ragam hasil penafsiran mereka
yang sering kali justru memecah belah jemaat. Hal ni juga memberikan kesulitan dalam
mempertanggung jawabkan doktrin kejelasan (clarity) Alkitab, dan justru sebaliknya
mereka membuat Alkitab tidak jelas dan Allah seakan-akan bermain tebak-tabakan
dengan penafsir untuk menemukan arti rohani dari setiap ayat. Dan bahaya yang paling
besar adalah penafsir menjadi otoritas tertinggi dalam menentukan kebenaran
penafsirannya.
Tujuan metode penafsiran ini adalah hanya pada pengaplikasiannya saja sehingga
penganut metode ini menafsirkan Alkitab dalam konteks pengalaman hidup mereka
sehari-hari. Mereka percaya bahwa Alkitab ditulis memang untuk tujuan pengkudusan
pribadi semata-mata oleh karena itu arti rohani ayat-ayat tsb. hanya akan dapat
ditemukan dari terang pergumulan rohani pribadi. Oleh karena itu yang paling penting
dalam mengerti Alkitab adalah apa yang Tuhan katakan kepada saya pribadi.
Bahaya dari metode penafsiran ini adalah menjadikan Firman Tuhan menjadi pusat
aplikasi pribadi saja dan mengabaikan memahami karya Tuhan dan campur tangan
Tuhan dalam sejarah. Kelemahan yang lain dari metode ini adalah akhirnya jatuh pada
kesalahan yang sama dengan metode Alegoris dan Mistis, karena mereka akhirnya
D. METODE RASIONAL.
Metode Rasional sangat digemari pada masa sesudah Reformasi, namun demikian
dampaknya masih terasa sampai jaman modern ini dalam berbagai macam bentuk
penafsiran yang pada dasarnya bersumber pada metode Rasional. Penganut metode
Rasional berasumsi bahwa Alkitab bukanlah otoritas tertinggi yang harus menjadi
panutan. Alkitab ditulis oleh manusia maka berarti merupakan hasil karya rasio manusia.
Oleh karena itu kalau ada bagian-bagian Alkitab yang tidak dapat diterima oleh rasio
manusia maka bisa dikatakan bahwa bagian Alkitab tsb. hanyalah mitos saja.
Meskipun metode ini disebut sebagai "rasional" dalam kenyataan metode penafsiran ini
adalah metode yang paling tidak rasional. Jelas bahwa penganut metode ini sebenarnya
tidak tertarik untuk mengetahui apa yang dikatakan oleh para penulis Alkitab, sebaliknya
mereka hanya memperhatikan pada apa yang mereka pikir penulis Alkitab katakan.
Rasio mereka pakai menjadi standard kebenaran yang lebih tinggi dari Firman Tuhan
(Alkitab). Mereka menafsirkan Alkitab hanya untuk mencari aplikasi bagi standard
moral mereka saja.
Metode Literal adalah metode penafsiran Alkitab yang paling tua, karena metode inilah
yang dipakai pertama kali oleh Bapak Hermeneutik Ezra. Metode ini juga yang dipakai
oleh Tuhan Yesus dan pada rasul. Metode penafsiran Literal berasumsi bahwa kata-kata
yang dipakai dalam Alkitab adalah kata-kata yang memiliki arti seperti yang diterima
oleh manusia normal pada umumnya, yang memiliki arti yang yang jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan oleh akal sehat manusia. Tujuan Allah memberikan FirmanNya
adalah supaya dimengerti oleh manusia oleh karena itu Allah memakai bahasa dan
hukum-hukum komunikasi manusia untuk menafsirkan arti dan maksudnya.
Yang dimaksud dengan "literal" (harafiah) adalah arti yang biasa yang diterima secara
sosial dan adat istiadat setempat dalam konteks dimana penulis Alkitab itu hidup. Oleh
karena itu apabila arti ayat-ayat Alkitab tidak jelas maka penafsir harus kembali melihat
konteks bahasa dan budaya (sejarah) dimana penulis itu hidup dan penafsir harus
menafsirkan ayat-ayat itu sesuai dengan terang dan pertimbangan konteks bahasa dan
budaya (sejarah) itu.
Hal-hal yang perlu dipahami dalam menggunakan metode Literal:
a. Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti figuratif dari
ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
b. Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya ari rohani dari
ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
c. Metode Literal tidak berarti mengabaikan tujuan aplikasi pribadi dalam
penafsiran.
d. Metode Literal tidak berarti tidak mengakui adanya arti yang harus
ditemukan dalam penafsiran.
NABI/ RASUL
MKK INTI PRODI THEOLOGI A. Page 21
(PENULIS
PIKIRAN ALLAH FIRMAN)
B.
4. TINDAKAN
MANUSIA
TRANSMISI /TERJEMAHAN
C.
ALKITAB/BIBLE
1. EXEGESE ALKITAB
2. PESAN
FIRMAN
(RHEMA)
3. APLIKASI
KEBENARAN
Sumber utama dalam Firman Allah adalah Allah Tuhan itu sendiri sang Kalam yang
empunya ide tentang alam semesta ini. Untuk sampai pada taraf dimana manusia
mengerti pikiran Tuhan sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab, maka kita perlu
memahami gap-gap apa yang menghalangi. Oleh karena itu sebagai pendahuluan
untuk mengenal prinsi-prinsip Hermeneutik, terlebih dahulu kita mengenal kesulitan-
kesulitan yang muncul dalam melakukan penafsiran Alkitab secara sehat.
Tantangan utama hermeneutik Alkitab adalah sumber tulisan yang berbeda , bahwa
ada banyak gap yang memisahkan antara kita dengan Alkitab yang harus kita
jembatani lebih dahulu.
1. Gap Linguistik. Salah satu masalah utama yang kita temui adalah bahwa Alkitab
pada mulanya ditulis dalam 3 macam bahasa yang bukan bahasa kita, bahkan
adalah bahasa yang secara umum sudah tidak dipakai lagi, yaitu: Bahasa Ibrani
Kuno, Kaldea Kuno (Aram) dan Yunani Koine. Dan memang kita ketahui bahwa
Alkitab pertama ditulis bukan untuk orang-orang modern sekarang, jadi inilah gap
pertama yang harus dihadapi, gap Linguistik.
Untuk kita mempelajari sendiri bahasa-bahasa kuno tsb. sehingga bisa membaca
dan memahami manuskrip-manuskrip Alkitab kuno tsb. tidaklah mungkin. Tapi
kita bersyukur bahwa ada orang-orang yang telah khusus belajar bahasa-bahasa tsb.
sehingga memungkinkan kita mempelajarinya dengan cara yang jauh lebih mudah.
Telah tersedia kamus-kamus bahasa (leksikon) yang dapat menolong kita
mempelajari kosa kata bahasa asli Alkitab yang kita cari, khususnya bila disertai
dengan penjelasan tentang penggunaan tense yang dipakai. Juga telah cukup
tersedia (walaupun dalam bahasa Inggris) buku-buku yang menguraikan tentang
arti dan makna kata-kata/frasa/kalimat atau ayat-ayat penting Alkitab yang diambil
dari bahasa aslinya. Hal ini sangat menolong karena banyak kata/istilah-istilah
yang sulit kita ketahui makna/artinya jika tidak dimengerti dalam bahasa aslinya.
Ada buku-buku yang dapat membantu kita mempelajari budaya Alkitab, misalnya
ensiklopedia Alkitab, dan buku-buku pengantar Alkitab. Disana kita bisa dapatkan
informasi tentang cara-cara tertentu mereka melangsungkan kehidupan
bermasyarakat, misalnya cara mereka bermata pencaharian, bagaimana mereka
bersosialisasi, berkeluarga, melakukan penyembahan atau menjalankan hukum adat
istiadat. Juga hal-hal mengenai perumahan, makanan, pakaian, alat-alat bercocok
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 23
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
3. Gap Geografi. Konteks geografi jaman Alkitab sangat asing bagi pembaca modern
sekarang. Tetapi ini penting dipelajari karena tempat dimana peristiwa-peristiwa
dan penulisan-penulisan terjadi dapat memberikan gambaran yang lebih tepat
tentang arti peristiwa yang terjadi. Satu kendala besar adalah perubahan yang
cukup drastis antara keadaan waktu lampau dan sekarang sehingga kadang-kadang
kita sudah tidak mempunyai informasi lagi tentang tempat-tempat itu.
4. Gap Sejarah. Konteks sejarah penulis Alkitab adalah berkisar dari jaman Musa
sampai Yohanes, yaitu kira-kira 16 abad. Dibandingkan dengan pembaca Alkitab
yang hidup pada jaman modern, maka ada gap yang sangat besar. Untuk
mempelajari tentang sejarah kita bisa dibantu dengan banyak buku-buku sejarah
Alkitab (PL dan PB), dimana didalamnya dapat kita pelajari misalnya tentang
peristiwa-peristiwa dan keadaan (latar belakang politik, ekonomi, agama) yang
mempengaruhi jalannya sejarah atau tindakan para tokoh-tokoh Alkitab.
Melihat gap-gap (yang telah dijelaskan di atas) antara pembaca Alkitab masa kini dan
Alkitab yang ditulis pada masa yang lampau, maka kemungkinan terjadi kesalahan
menafsir besar sekali. Oleh karena itu diperlukan studi khusus yang berisi aturan-
aturan dalam menafsir untuk menolong orang Kristen tidak terjebak dalam kesalahan
menafsir. Contoh-contoh bahaya tsb. adalah:
1. Mencomot Ayat Dan Dilepaskan Dari Konteksnya.
Jika menafsirkan ayat dengan tidak memperhatikan konteksnya, maka kemungkinan
besar hasil penafsirannya tidak sesuai dengan maksud yang diinginkan penulisnya
atau tidak lengkap sehingga tidak dapat dimengerti dengan jelas dan benar.
2. Menafsir Secara Harafiah Yang Tidak Pada Tempatnya. Memang Alkitab
harus dibaca sebagaimana kata-kata yang tercantum didalamnya, namun demikian
tidak selalu hal ini bisa diterapkan. Perlu dipelajari dengan teliti untuk mengetahui
apakah yang dimaksud adalah arti harafiah, sebab kalau tidak dapat menimbulkan
kesalahan menafsir.
3. Mencari Arti Rohani Dalam Setiap Ayat.
Ini adalah kebalikan dari menafsirkan secara harafiah. Kesulitan mengerti ayat-ayat
dalam Alkitab atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan seringkali diatasi dengan
cara merohanikan arti harafiah yang sudah jelas dalam ayat-ayat tsb. sehingga
akhirnya menyelewengkan tujuan asli penulis Alkitab.
5. Kelemahan Dalam Terjemahan Alkitab.
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 24
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
Tidak ada Alkitab terjemahan yang terjemahannya benar secara sempurna. Oleh
karena itu perlu cara-cara penyelidikan yang tepat sehingga menghindarkan kita dari
mengikuti hanya satu versi Alkitab saja.
6. Keterbatasan Manusia.
Sifat malas kita mempengaruhi dalam mempelajari Alkitab secara teliti, objektif dan
sistematis, maka mengikuti aturan-aturan penafsiran yang sehat akan menolong kita
untuk disiplin dan tidak jatuh pada subjektivisme.
2. OBSERVASI ALKITAB
b. Obseravasi Alkitab
Abservasi Alkitab adalah serangkaian tindakan orang per orang ataupun berkelompok,
yang dilakukan dalam pembelajaran Alkitab yang bertujuan mengamati tulisan dan
mengumpulkan data terkait ayat Alkitab yang ditulis.
1 WHAT APA
Apa yang terjadi? Apa yang dikatakan Tuhan? Apa saja kejadian yang penting yang
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 25
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
telah terjadi? Apa ide utama dari cerita itu? Apa saja hal-hal yang diulang-ulang
dalam cerita itu? Apa tujuan penulisan kitab tersebut?
2WHO SIAPA
Siapa yang menulis kitab? Siapa yang berkata? Tentang siapa Mazmur ditulis? Siapa
saja yang terlibat didalam cerita? Ditujukan kepada siapa surat itu?
3 WHEN KAPAN
Kapan kitab ditulis? Kapan kejadian itu terjadi? Kapan waktu Yesus disalibkan?
Kapan Yesus mengatakan hal tersebut?
4 WHERE DIMANA
Dimana lokasi kejadian cerita ini? Dimanakah Yesus pada waktu itu? Dimanakah
tokoh tersebut melakukan hal itu?
5 WHY MENGAPA
Mengapa kitab itu ditulis? Mengapa tokoh itu melakukan hal tersebut? Mengapa
cerita itu perlu diulang?
6 HOW BAGAIMANA
Analisa tulisan dari teks telah menjadi perhatian utama seluruh pendekatan dalam
mempelajari Alkitab, dimulai dengan Pendekatan Analisa Tulisan (juga dikenal sebagai
Documentary Hypothesis) sampai kepada Pendekatan Bentuk Kritikal. Tapi walaupun
pendekatan-pendekatan itu memberi sumbangsih besar dalam mempelajari teks, mereka
terlalu banyak dinodai oleh bias skeptis terhadap kesatuan dan integritas teks. Seringkali
ketertarikan tulisan dibuat untuk melayani penelitian diakronik dimana asal mula dan
perkembangan teks dilacak dari sumber yang dinyatakan; atau penelitian tulisan digunakan
untuk membedakan bagian historis dan non-historis dari suatu pesan. Analisa Gunkel yang
terkenal terhadap Kejadian 1-11 merupakan contoh yang baik; dia berpendapat bahwa tulisan
itu adalah puisi, karena puisi maka tidak historis. Hal ini melibatkan analisa pola struktur
dalam suatu unit tulisan dan alat puitis yang menyatukan keseluruhannya. Penekanan
sinkronik baru ini terutama sekali memperhatikan masalah struktur dan tekstur.
A. STRUKTUR
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 26
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
Struktur adalah pengaturan atau organisasi dari teks. Ini harus dibedakan dari structuralism
dalam pengertian teknis dari kata itu, karena itu suatu pendekatan yang berbeda yang
membawa penelitian kedimensi yang berbeda. Beberapa pelajar salah dalam menyebutkan
kata itu untuk menggambarkan analisan komposisi mereka.
Saat kita mempelajari struktur dari suatu bagian kita berurusan dengan tingkatan yang lebih
tinggi dari suatu karya. Berikut ini adalah beberapa hal yang digunakan untuk menganalisa
struktur.
B. Perikop.
Umumnya diketahui kalau unit yang ingin dipelajari harus dikenal sebelumnya. Hal ini tidak
selalu semudah kelihatannya. Banyak waktu yang diperlukan untuk mempelajari secara dekat
dalam menentukan dimana perikop dimulai dan berakhir, mencari indikatornya. Sebagai
cotnoh, dalam mempelajari pengaturan bahasa Ibrani terhadap Kejadian akan membawa
eksegetor menyadari kalau 37:1 ada dalam pasal 36, dan 37:2 (these are the generations of
Jacob) menandai suatu bagian baru. Pembagian pasal dalam bahasa Inggris menyembunyikan
hal ini. Suatu pembagian kembali narasi bermaksud membandingkan kekayaan Esau yang
luar biasa (36) dengan perjalanan Yakub (37:1). Delitzsch menangkap hal ini, dan
menjelaskan kalau pesan unit itu adalah, kebesaran duniawi atau sekuler lebih cepat dari
kebesaran rohani.14 Jika unit itu tidak diperluas sampai ke 37:1, maka Kejadian 36 hampir
tidak bisa dikotbahkan (yang mungkin menjadi alasan mengapa tidak ada yang berkotbah dari
unit itu).
Unit-unit dari Alkitab seringkali memiliki indikasi yang cukup jelas. Didalam ucapan
kenabian leluhur bisa dilihat dari panggilan berulang atau bentuk perintah, formulasi
pembukaan, atau motif paralel. Didalam Taurat adalah motif berulang, seperti I am the
LORD your God. Didalam Mazmur kita mencari pola dari tipe mazmur berbeda, dan itu akan
membantu dalam membagi bagian itu kedalam bagian-bagian walau mazmur merupakan
suatu unit dasar itu sendiri.
C. Klausul
Perlengkapan lain dari seni tulis adalah framing KLAUSUS, yaitu, menggunakan suatu frasa
yang mirip atau identik, motif, atau episode untuk memulai dan mengakhiri unit, atau suatu
bagian dari unit. Anda bisa melihat hal ini dengan jelas dalam puisi seperti Mazmur 8, yang
dimulai dan diakhiri dengan O LORD, our Lord, how excellent is Your name in all the earth.
Tapi cara ini juga digunakan dalam penulisan kita lainnya. Sebagai contoh, didalam Kejadian
9, bagian pertama narasi mengenai perjanjian Nuh, kita mendapati perintah ilahi: Be fruitful,
and multiply, and replenish the earth(v. 1). Perintah ini diulangi sebagian dalam ayat tujuh.
Jadi bagian pertama yang melarang pertumpahan darah, artinya, membunuh, dibingkai
(frame) oleh pengulangan perintah untuk menghasilkan hidup. Inilah klausul yang hendak
penulis ingin kita sebagai pembaca memengetahui penekanannya. Penulisnya jelas berusaha
membuat pembacanya menyadari hubungan antara framing dan materi pengahalangnya yang
menjadi klausul.
Terkadang kita harus mendekati framing dari dalam narasi. Sebagai contoh, Kejadian 38
melaporkan cerita mengenai Judah dan Tamar. Mengapa cerita itu diletakan didalam cerita
mengenai Yusuf? Cerita ini setelah cerita Yusuf dijual dan mendahului cerita mengenai
Yusuf dicobai oleh istri potifar. Penulis, dalam mengatur materi, telah membingkai (frame)
narasi Kejadian 38 untuk membawa signifikansinya. Maksudnya, anda harus melihat konteks
untuk bisa mengerti arti dan pengaruh pasal. Sejak pertama, Judah yang memimpin saudara-
saudaranya untuk menjual Yusuf, saudara termuda mereka, untuk mengakhiri mimpinya
menjadi pemimpin mereka (37). Saat keluarganya sendiri, selain ketidak pedulian dan
dosanya, anak termuda Judah, Peres, berusaha menjadi pemimpin (38). Cerita itu membentuk
suatu teguran atas usaha Judah sebelumnya dalam menghalangi kehendak Allah. Tapi
bagaimana narasi ini berkembang? Tamar menyamar sebagai pelacur dan menggoda Judah
sehingga hamil. Pasal 39, Yusuf menolak godaan istri Potifar, menunjukan mengapa dia,
bukan Judah, yang menjadi pilihan tepat memimpin umat Allah.
Untuk itu kita akan melihat secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menafsirkan jenis-jenis kitab tsb.
A. Kitab-kitab Taurat
Berikut ini adalah beberapa pedoman yang perlu diingat untuk menafsir Kitab-kitab Taurat
dengan lebih tepat:
Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum adalah wasiat milik orang Israel, termasuk di
dalamnya adalah hukum Taurat PL. Hukum Taurat merupakan pernjanjian antara Tuhan
dengan umat Israel sebagai bangsa pilihan-Nya, agar Israel setia kepada Tuhan. Oleh karena
itu ketentuan/hukum yang ada dalam kitab-kitab Taurat, walaupun itu adalah Firman Tuhan,
namun tidak lagi merupakan perintah langsung bagi kita sekarang.
Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat akan mengikat kita secara langsung apabila
hukum tsb. dibaharui dalam kitab-kitab PB. Oleh karena itu untuk menafsirkan hukum Taurat
bagi kita sekarang harus diterangi dengan terang hukum PB, yaitu hukum Kristus atau hukum
kasih.
Ketentuan/hukum dalam kitab-kitab Taurat PL, sangat keras dan tegas, hal itu untuk
menunjukkan akan tingginya standard norma moral dan keadilan Allah. Hukum-hukum tsb.
harus dipahami sebagai suatu model bukan sebagai hukum yang lengkap.
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 28
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
B. Kitab-kitab Sejarah
a. Sejarah tingkat atas, yaitu rencana Allah untuk semesta alam, yang dilaksanakan melalui
ciptaannya.
Namun dari semua orang yang terlibat dalam sejarah tsb. Allah adalah Tokoh Utamanya.
Kitab-kitab Sejarah PL biasanya tidak mengajarkan doktrin secara langsung, karena memang
tujuannya tidak untuk menjawab masalah-masalah teologis yang muncul. Tetapi dari
peristiwa yang terjadi kita akan mampu menarik pelajaran khusus tentang pokok-pokok
tertentu. yang biasanya merupakan penjelasan dari doktrin yang diajarkan dibagian kitab lain.
Sejarah mencatat apa yang telah terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi. Itu sebabnya apa
yang dilakukan tokoh-tokoh dalam kitab-kitab tsb., belum tentu menjadi contoh yang baik.
Tokoh-tokoh itu adalah manusia biasa yang juga memiliki kelemahan.
Kesalahan yang sering dilakukan penafsir ketika menafsirkan kitab-kitab sejarah adalah
mengalegoriskan cerita sejarah tsb. Hal ini terjadi karena penafsir tidak melihat peristiwa-
peristiwa dalam konteks keseluruhan dan menggabung-gabungkan peristiwa yang terjadi
secara salah.
C. Kitab-kitab Puisi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menafsur karya jenis mazmur/puisi:
Sebagian besar isi (khususnya Kitab Mazmur) adalah pengalaman dan pergumulan pribadi
para penulisnya. Pengalaman seseorang tidak dapat dipakai sebagai pedoman pengajaran/
doktrin. Ada tiga tujuan penerapan Mazmur dalam kehidupan orang Krsiten yaitu:
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam menafsirkan kitab-kitab para nabi yaitu:
Allah memakai para nabi sebagai pengantara, penyambung lidah Allah. Berita para nabi
bukan berasal dari diri mereka sendiri, tetapi dari Allah. Itulah sebabnya
nubuatannya/beritanya didahului dengan kata: "Demikianlah Firman Tuhan" atau "Inilah
Firman Tuhan".
Latar belakang ini sangat mempengaruhi berita yang dibawa oleh para nabi, karena hal itu
berhubungan langsung dengan keadaan, situasi dan kebutuhan jaman itu dan panggilan
masing-masing nabi-nabi tsb. untuk generasi yang hidup pada masa itu.
Dalam berita nubuatannya, Allah digambarkan sebagai Juru Dakwa atau Hakim. Itu sebabnya
bentuk sastra yang sering dipakai adalah "firman celaka". Melalui para nabi, Allah
mengumumkan kebinasaan yang mendekat. Ada tiga unsur didalamnya:
Di sisi lain, dipakai juga bentuk sastra yang berupa janji atau "firman keselamatan".
Dalam menyampaikan nubuatan, para nabi sering menggunakan puisi sebagai sarana
pemberitaannya, sebab di Israel kuno, puisi dihargai sebagai alat untuk belajar.
E. Kitab-kitab Injil
Perlu lebih dahulu diingat bahwa kitab-kitab Injil adalah kitab-kitab yang menceritakan
tentang kehidupan, pelayanan dan pengajaran Tuhan Yesus, tetapi tidak dtulis oleh Tuhan
Yesus.. Diceritakan oleh 4 orang penulis yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Perlu diperhatikan konteks kitab-kitab Injil. Ada 2 konteks historis; yang pertama
pengetahuan kebudayaan dan agama dari abad pertama yaitu Yudaisme Palestina. Namun
selain itu ada konteks kedua yaitu konteks historis dan sastra dari penulis kitab Injil itu
sendiri.
Untuk menafsirkan kitab-kitab Injil, disarankan agar kita memakai cara berpikir secara
vertikal dan horizontal, karena banyak perikop dari kitab-kitab Injil yang menceritakan cerita
pararel/sama.
Kitab Kis. Para Rasul dimasukkan sebagai kitab sejarah, karena menceritakan tentang sejarah
perbuatan para rasul dan masa gereja mula-mula, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menolong kita menafsirkan dengan lebih tepat:
Disarankan untuk membaca keseluruhan buku ini secara sekaligus (sekali baca) untuk dapat
mengamati perkembangan peristiwa-peristiwanya dalam satu kesatuan.
Namun selain mengkisahkan tentang perbuatan para Rasul, jelas penulis Lukas menunjukkan
gerakan Roh Kudus dibalik peristiwa-peristiwa tsb. yang mengatur gerakan kekristenan dari
Yerusalem sampai ke Samaria, dan sampai ke ujung-ujung bumi.
Karena sifat sejarahnya, maka hal-hal yang diceritakan tsb. bukan sesuatu yang bersifat
normatif, kecuali jika Alkitab mengatakannya dengan tegas.
G. Surat-surat Kiriman
Seperti kebanyakan surat pada umumnya, surat-surat Kiriman dalam Alkitab memiliki ciri-
ciri yang sama yaitu: ada nama penulis, nama penerima, salam
pembukaan/doa/harapan/ucapan syukur, isi surat dan penutup surat. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menafsir Surat-surat Kiriman:
Masing-masing surat memiliki konteks historis yang berbeda. Sebagian besar surat-surat
Kiriman tsb. ditulis bukan untuk tujuan pengajaran doktrin, tetapi untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh jemaat atau pribadi sebagai penerima surat tsb. Namun
demikian surat-surat tsb. ditulis dengan kesadaran adanya otoritas kerasulan/pemimpin umat
dari para penulisnya.
Surat Kiriman tidak disusun sebagai suatu cerita berurutan, tetapi surat terdiri dari paragraf-
paragraf dan setiap paragraf memiliki pokok pembicaraan, jadi perlu berpikir secara paragrafi
dengan mengikuti perkembangan logika penulisnya. Untuk itu penting membaca surat secara
keseluruhan untuk mendapatkan gambaran selengkap mungkin tentang pokok-pokok masalah
yang dihadapi masing-masing jemaat.
Karena masalah latar belakang budaya sangat menonjol maka perlu dibedakan antara pokok
inti Alkitab dengan pokok-pokok yang bukan merupakan inti pengajaran. Juga perlu
dibedakan antara hal-hal yang bersifat moral normatif atau yang berupa budaya setempat.
H. Kitab Eskatologi
Sebagian kitab eskatologi adalah penyingkapan nubuat dari Perjanjian Lama, disebut juga
sebagai kitab-kitab apokaliptis. Banyak orang berpendapat bahwa menafsirkan kitab-kitab
eskatologi adalah yang paling sulit, sehingga tidak heran kalau banyak pengajaran yang
simpang siur yang ditimbulkan olehnya.
Sumber utamanya adalah nubuatan PL, khususnya dari kitab nabi-nabi, mis. Yehezkiel,
Daniel, Zakharia, Yesaya. Seperti kebanyakan kitab apokaliptis, materinya berhubungan
dengan masalah penghakiman dan penyelamatan yang akan datang.
Materi apokaliptis lebih banyak diungkapkan dalam bentuk visi (penglihatan) dan mimpi
dengan bahasa yang memiliki arti tersembunyi dan simbolis/figuratif. Tugas utama dalam
eksegesis kitab apokalips adalah mencari maksud mula-mula dari pengarang (yaitu dengan
memahami konteks historis dan konteks sastra).
Gambaran dari materi apokaliptis sering berupa penglihatan/gambaran dan bukan seperti
dalam kenyataan. Kita perlu tahu bahwa gambaran adalah mengenai masa depan dan hanya
mengungkapkan kenyataan yang akan terjadi tetapi bukan berarti harus terjadi sesuai dengan
gambaran tersebut.
Karena sifat dari kitab apokaliptis biasanya adalah nubuatan, maka kita harus peka terhadap
latar belakang dari suatu perlambang yang ada. Juga hal penglihatan, kita harus
menafsirkannya sebagai suatu keseluruhan, bukan alegoris. Jangan mudah terjebak dengan
menganalogikan ayat-ayat dalam Alkitab secara berlebihan
BAB
PRINSIP-PRINSIP HERMENEUTIK UMUM
Pemahaman konteks dimulai dengan empat prinsip: arti secara harafiah (apa
yang dikatakannya), latar belakang sejarah (peristiwa yang diceritakan, kepada
siapa ditujukan, dan bagaimana peristiwa tersebut dipahami pada saat terjadi),
tata bahasa (kalimat langsung dan paragraf dimana kata atau frasa itu berada),
dan sintesis (perbandingan dengan bagian lain dalam Alkitab). (Got Questions
ministry, 2012)
Konteks Perikop
Dalam seluruh Alkitab, Kitab Perjanjian dan Kitab dalam Alkitab, konteks dari setiap
ayat adalah perikop dimana ayat itu berada
Menggunakan frasa atau ayat di luar konteks hampir selalu menyebabkan terjadinya
kesalahpahaman. Misalnya, mengambil frasa “Allah adalah kasih” (1 Yoh 4:7-16) di
luar konteks, kita bisa saja memiliki pemikiran bahwa Allah kita mengasihi segala
sesuatu dan semua orang di setiap saat dengan kasih yang romantis dan menggebu-
gebu. Namun dalam konteks literal (makna harafiah) dan gramatikal (tata bahasa),
“kasih” di sini mengacu pada kasih agape, yang hakikatnya mengenai pengorbanan
untuk kepentingan pihak lain, bukan sekedar perasaan romantis atau sentimentil.
Konteks historis (latar belakang sejarah) juga penting, karena Yohanes saat itu sedang
berbicara kepada jemaat Gereja pada abad pertama. Saat itu, ia tidak hanya mengajar
mereka tentang kasih Allah saja, namun lebih kepada bagaimana mereka bisa
membedakan orang-percaya yang sejati dengan guru-guru palsu. Kasih yang sejati –
pengorbanan, kebaikan untuk kepentingan yang lain – merupakan tanda dari orang-
percaya yang sejati (ay.7). Barangsiapa yang tidak mengasihi bukanlah milik
kepunyaan Allah (ay.8), karena Allah telah mengasihi kita sebelum kita mengasihi-
Nya (ay.9-10). Inilah alasan mengapa kita harus saling mengasihi satu dengan yang
lainnya. Karena dengan demikian, itu membuktikan bahwa kita adalah milik
kepunyaan-Nya.
Kesimpulan:
a. Bacalah keseluruhan perikop (atau pasal) yang menjadi konteks ayat yang
anda pelajari.
b. Selidiki keseluruhan data dan pelajari kaitan-kaitannya.
c. Carilah informasi latar belakang dari nama/tempat/peristiwa yang sedang
dipelajari dengan menggunakan Kamus Alkitab.
d. Gunakan Referensi Silang untuk membandingkan jika peristiwa/kisah yang
sedang dipelajari juga dicatat dalam kitab yang lain (memiliki kisah
paralel).Cross Check.
Prinsip kedua dalam menafsir adalah menafsirkan sesuai dengan arti kata(-kata) yang
tepat sebagaimana dimaksudkan oleh penulis aslinya. Masalah utama yang harus
diperhatikan adalah bagaimana menemukan definisi kata itu dan apa artinya yang
tepat sesuai dengan konteks jaman/budaya waktu penulisan.
Satu hal yang perlu diingat dalam melakukan studi kata adalah bahwa kata-kata dalam
Alkitab kita sekarang adalah hasil terjemahan dari bahasa asli Alkitab
(Ibrani/Yunani), oleh karena itu penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan dengan
membandingkan kata-kata yang ada dalam Alkitab bahasa Ibrani/Yunani.
Prinsip yang ketiga adalah harus menafsir sesuai dengan tata bahasa dari kalimat tsb.
Setiap kata dalam kalimat tidak berdiri sendiri. Kata yang disusun bersama-sama
memberi kombinasi arti yang membangun alur pikiran. Arti dari kata itu sering
ditentukan dari hubungannya dengan kata-kata yang lain dalam kalimat. Tata Bahasa
sendiri tidak memperlihatkan arti sesungguhnya dari kata itu, tapi memperlihatkan
kemungkinan arti lain yang terdapat dalam kata (kalimat) itu. Tata Bahasa terdiri dari
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 35
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
beberapa unsur penting, misalnya: subjek, objek, kata kerja, kata keterangan
waktu/tempat/cara, kata ganti dan kata sambung. Masing-masing unsur ini akan
memberikan bentukan kata dan hubungan kata dalam kalimat.
Prinsip keempat dalam menafsir adalah kita harus menemukan tujuan dan maksud
penulis Alkitab. Adakalanya penulis-penulis Alkitab memberikan petunjuk dengan
jelas maksud/tujuan mereka menuliskan kitab/surat. Tetapi kebanyakan penulis
Alkitab tidak jelas menunjukkan tujuan penulisan kitab itu. Untuk itu pembaca harus
membaca dengan teliti seluruh isi kitab, khususnya dengan mempelajari garis
besarnya. Setelah menemukan tujuan/maksud penulisan kitab, maka penafsir harus
menjadikan itu sebagai pedoman untuk menafsir dengan yang tepat.
Prinsip kelima adalah penafsiran harus diterangi dengan latar belakang sejarah,
geografi dan budaya yang ada dalam berita yang disampaikan penulis. Penulisan kitab
dalam Alkitab ditulis dalam kerangka waktu, tempat dan budaya yang tidak lagi sama
dengan yang dipunyai penafsir. Untuk itu penafsir harus betul-betul memahami dunia
Alkitab untuk dapat mengerti keadaan dan maksud asli ayat/perikop/buku itu ditulis.
a. Pelajari dunia Alkitab dengan teliti, jalan terbaik adalah dengan membaca
seluruh Alkitab secara berurutan.
b. Mencatat peristiwa/kejadian penting yang perlu pengetahuan tambahan.
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 36
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
c. Gunakan Kamus Alkitab/Ensiklopedia dan alat (buku) yang bisa dipakai untuk
menambah pengetahuan sejarah dalam Alkitab.
d. Cari Alkitab yang mempunyai referensi silang atau catatan kami karena akan
mempermudah mendapatkan paralel informasi yang dicari.
Prinsip keenam dalam menafsir adalah kita perlu mencari terang pengajaran Alkitab
secara utuh (keseluruhan kebenaran). Tidak mungkin kebenaran dari satu ayat
bertentangan dengan ayat yang lain, karena Alkitab tidak mungkin bertentangan
dengan diriNya sendiri. Inilah juga yang menjadi alasan kita mempelajari ayat dalam
konteksnya.
Salah satu cara untuk mengerti keseluruhan kebenaran Alkitab adalah dengan
membandingkan perikop yang paralel; yaitu bagian (ayat-ayat) yang membicarakan
hal-hal yang sama tetapi ada di tempat-tempat yang berbeda di Alkitab. Dari
perbedaan (atau persamaan) kita dapat melihat pengertian ayat-ayat itu lebih jelas.
Tapi karena tidak banyak ayat-ayat (perikop) paralel ada di seluruh Alkitab maka cara
ini tidak selalu dapat dijadikan acuan. Prinsip konteks lebih memberikan kepastian
yang jelas.
VI
PRINSIP-PRINSIP HERMENEUTIK KHUSUS
Kata Kiasan/Gaya Bahasa adalah kata atau ungkapan yang digunakan untuk
mengkomunikasikan sesuatu yang tidak untuk arti harafiahnya (sesungguhnya).
Walaupun kata-kata kiasan itu tidak membawa arti kata harafiahnya, tetapi
mengungkapkan suatu berita kebenaran tertentu dengan cara yang lebih menarik.
Dalam Alkitab kita menemui banyak kata-kata kiasan yang dipakai. Untuk itu kita
perlu mengerti bentuk kata-kata kiasan bagaimana yang dipakai supaya tidak salah
menafsirkan beritanya.
Idiom adalah ungkapan yang hanya khusus dipakai oleh bahasa tertentu. Idiom
sering sama dengan pemakaian gaya bahasa (kata kiasan), tetapi karena
kekhususan cara berpikir dalam bahasa Ibrani maka hal ini dibedakan.
Kesulitan utama untuk mengerti idiom bahasa Ibrani Alkitab (PL dan PB)
adalah kebanyakan pembaca tidak memahami latar belakang budaya Ibrani:
Puisi adalah alat pengekspresi perasaan dan pikiran manusia yang paling dalam.
Bentuk sastra Ibrani biasanya ditandai dengan struktur baris tertentu yang
disebut paralelisme, namun tidak bersajak. Dalam Alkitab cukup banyak dijumpai
bentuk-bentuk tulisan puisi; misalnya: Nyanyian perang, {Ex 17:16} Nyanyian
Cinta (Kidung Agung), Ratapan (beberapa bagian kitab Mazmur dan Kitab
Ratapan), Nyanyian Pujian (Beberapa bagian kitab Mazmur, Nyanyian Maria),
Ucapan Hikmat/Pengajaran (beberapa bagian Kitab Mazmur).
7. MEMPELAJARI NUBUAT.
Nubuatan
adalah salah satu bentuk sastra yang mungkin paling sulit untuk ditafsirkan
sehingga paling banyak disalah-tafsirkan. Dari banyaknya jumlah nubuatan
yang ada di Alkitab, maka sangat perlu kita memberi perhatian dalam menafsir.
Ciri/karakteristik nubuatan: biasanya menggunakan gaya bahasa/kata kiasan,
sehingga artinya tidak jelas. Kata kerja yang digunakan adalah bentuk-bentuk
keakanan dan penggenapannya adalah untuk waktu yang akan datang (bisa
waktu dekat atau jauh), dan jelas memiliki perspektif nubuatan dengan
bersyarat atau tidak bersyarat.
8. MEMPELAJARI DOKTRIN.
Pengajaran/Doktrin
diartikan sebagai suatu prinsip kebenaran yang berisi pokok-pokok iman yang
diajarkan oleh Alkitab yang telah disusun secara sistematis. Alkitab adalah
sumber dari semua doktrin Kristen yang Tuhan ingin ajarkan kepada kita.
Doktrin-doktrin Alkitab mempunyai satu kesatuan yang utuh, oleh karena itu
tidak mungkin mengajarkan kebenaran yang saling bertentangan satu dengan
yang lain, walaupun ada kemungkinan terdapat kebenaran yang bersifat
paradoks.
BAB
VII.
PENUTUP
Seseorang dapat belajar dan mengerti banyak tentang teori bagaimana menafsir
dengan baik dan benar secara sistematis. Tapi seseorang baru bisa dikatakan mengerti
dengan sungguh-sungguh kalau ia akhirnya memberikan respon terhadap apa yang ia
pelajari.
Alkitab mempunyai dimensi rohani yang hanya akan memberi dampak pada hidup
kita bukan hanya kalau kita menanggapinya secara intelektual, tetapi juga apabila kita
akhirnya mempunyai kegairahan dan sukacita untuk melaksanakan apa yang kita
pelajari.
Dilain pihak tuntutan Alkitab bukan "optional" tapi berotoritas. Allah bukan
memberikan saran dan usulan, tapi perintah yang harus dilakukan. Pilihan yang
diberikan kepada kita adalah kita mau taat atau tidak. Oleh karena itu mengerti
Firman Tuhan secara teori belum membuktikan seseorang taat kepada Allah. Sampai
kita melakukan/melaksanakan Firman Tuhan baru kita akan disebut sebagai "hamba
yang setia."
Alkitab membawa berita kebenaran bukan hanya untuk kepentingan pribadi saja,
tetapi untuk kepentingan orang-orang pada jaman dimana Alkitab ditulis dan juga
untuk pembaca/penafsir Alkitab pada generasi jaman ini. Dari hasil penafsiran yang
kita lakukan, kita harus bisa membawa kebenaran itu berbicara kepada diri kita,
kepada masyarakat di sekitar kita, dan akhirnya kepada dunia modern ini. Untuk itu
beberapa pertanyaan di bawah ini akan menolong kita melihat aplikasi lebih jelas:
C. Petunjuk-petunjuk Praktis
Pekerjaan menafsir hanya dapat dilakukan kalau Tuhan memberi kekuatan kepada
penafsir. Pekerjaan penafsir akan gagal kalau ia mulai mengandalkan kekuatannya
sendiri. Oleh karena itu pekerjaan menafsir tidak mungkin dikerjakan tanpa doa,
MKK INTI PRODI THEOLOGI Page 43
BAHAN AJAR HERMENEUTIKA STT.IKAT TA.2023/24 PDT DR.JEFFRY LILOMBOBA
perenungan akan kasih Tuhan dan persiapan yang baik. Berikut ini adalah petunjuk-
petunjuk praktis untuk melaksanakan tugas penafsiran dengan baik:
1, Buat Rencana.
dengan menentukan bagian Alkitab mana yang akan anda pelajari. persiapkan semua
alat-alat yang diperlukan untuk menafsir.
2. Muliai Dengan Berdoa.
Mintalah Roh Kudus, Sang Iluminator agar Ia memberikan pencerahan pada Alkitab
yang anda pelajari.
3. Membuat Catatan.
Catatlah kata-kata/frasa/kalimat yang anda tidak/kurang mengerti. Catat juga
penemuan-penemuan yang anda dapatkan selama membaca teks tsb.
8. Baca Berulang
Membaca ada sbagian terbesar ari seluruh pekerjaan menafsir. Membaca informasi
tentang latar belakang penulisan kitab dan dunia dimana penulis Alkitab hidup (sosial,
politik, ekonomi dan budaya). Juga jangan segan-segan membuka kamus-kamus
bahasa (juga bahasa aslinya), untuk menemukan arti etimologis dan kata/frasa yang
sarat dengan arti.
9. Aplikasikan Prinsip-Prinsip Hermeneutik.
Menguasai prinsip menafsir akan mengurangi setengah dari kesulitan yang kita temui
dalam seluruh proses penafsiran.
Mencatat akan mengembangkan ingatan anda terhadap semua hal yang anda telah
pelajari dan temukan. Lakukan pencatatan secara sistematis untuk menolong anda
memberikan hasil yang terbaik.
Konsultasikan kebenaran anda dengan buku-buku hasil tafsiran dari orang-orang ahli
yang cinta Tuhan untuk mengecek apakah ada yang kurang tepat atau apakah ada
yang terlewat.
8. Berdoa Untuk Aplikasi.
Minta kepada Tuhan agar kebenaran yang anda temukan itu menjadi bagian dari
kehidupan anda dengan cara melaksanakan apa yang Tuhan ingin anda lakukan.
9. Syukur.
Memuji Tuhan atas kebaikanNya, karena Ia berkenan membicara kepada anda dan
memberikan kebenaran-kebenaranNya untuk anda laksanakan. Apabila anda sanggup
melaksanakan FirmanNya, itu semata-mata adalah karena anugerahNya.
gereja saya
orang Kristen pada umumnya
bangsa/negara saya
dunia di mana manusia hidup
Apabila kebenaran Firman Tuhan yang kita pelajari itu sepertinya tidak dapat
diterapkan secara langsung, tanyakan pertanyaan-pertanyaan ini:
a. Apakah kita dapat menerapkan kebenaran itu pada situasi yang persis
sama dengan yang dihadapi orang-orang dalam bagian Alkitab tsb.?
b. Apakah kita dapat menerapkan kebenaran itu pada situasi yang hampir
sama/mirip?
c. Apakah kita dapat menerapkan kebenaran itu pada situasi yang sama
sekali berbeda?