Makalah Kelompok 5
Makalah Kelompok 5
Makalah Kelompok 5
Disusun oleh:
M. Akbar Alghozy (2033005)
Riki Hardiyanto (2033017)
1
juga bertanggung jawab dalam usaha-usaha organisasi untuk menangani
etika perilaku, dapat mampu menjadi penggerak dalam organisasi dalam
menanggani isu-isu etika, serta bertanggung jawab dalam pengembangan
dan pelatihan mengenai pentingnya peningkatan moral karyawan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
perintah dan larangan langsung yang nyata. Dan pengertain etika pada
kedua adalah lebih normatif dan oleh karena itu mengikat setiap pribadi
manusia.Dengan demikian, etika dalam pengertian kedua dapat dirumuskan
sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai :
a. nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia
harus hidup baik
sebagai manusia .
b.masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai
dan norma-norma moral yang umum diterima.
Menurut Magnis Suseno , Etika adalah Sebuah ilmu dan bukan
ajaran, yang menurutnya adalah etika dalam pengertian kedua. Sebagai ilmu
yang terutama menitik-beratkan refleksi kritis dan rasional, etika dalam
kedua ini mempersoalkan apakah nilai dan norma moral tertentu harus
dilaksanakan dalam siuasi konkret tertentu yang dihadapai seseorang.
Sehingga , etika membutuhkan evaluasi kritis atas semua seluruh situasi
yang terkait. Dibutuhkan semua informasi seluas dan selengkap mungkin
baik menyangkut nilai dan norma moral, maupun informasi empiris tentang
situasi yang bahkan belum terjadi atau telah terjadi untuk memungkinkan
seseorang.bisa mengambil keputusan yang tepat, baik tentang tindakan yang
akan dilakukan maupun tentang tindkan yang telah dilakukan oleh pihak
tertentu. Dalam hal ini, masuk beberapa pertimbangan mengenai : motif,
tujuan, akibat pihak terkait, dampaknya, besarnya resiko bila dibandingkan
manfaat, keadaan prsikis pelaku, tindakan intelegensi dan sebagainya..
Dalam bahasa Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia
untuk bertindak seara otonom dan bukan secara heteronom. Etika
bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat
dipertanggung-jawabkan. Kebebasan dan tanggung-jawab adalah unsure
pokok dari otonomi moral yang merupakan salaah satu prinsip utama
moralitas, termasuk etika.
4
2.2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen SDM (sumber daya manusia) merupakan suatu proses
menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga kerja lainnya, untuk dapat menunjang aktifitas organisasi
atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen
sumber daya manusia atau HRD (human resource department).
Menurut A.F. Stoner, manajemen SDM merupakan suatu prosedur
yang berkelanjutan, yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi
dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Fungsi operasional dalam Manajemen SDM merupakan dasar
pelaksanaan proses MSDM yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan
organisasi/perusahaan.
Fungsi operasional tersebut terbagi lima, secara singkat sebagai
berikut:
1. Fungsi Pengadaan, yaitu proses penarikan
seleksi,penempatan,orientasi,dan induksi untuk mendapatkan
karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan (the right man in the
right place).
2. Fungsi Pengembangan, yaitu proses peningkatan ketrampilan
teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
3. Fungsi Kompensasi, yaitu pemberian balas jasa langsung dan tidak
lansung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal
jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip
5
kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab
karyawan tersebut.
4. Fungsi Pengintegrasian, yaitu kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta
kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana
Pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit dalam Manajemen
SDM, karena mempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang bertolak
belakang antara karyawan dan perusahaan.
5. Fungsi Pemeliharaan, yaitu kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar
tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan
dengan program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) .
Tidak bisa dipungkiri, perubahan teknologi yang sangat cepat,
memaksa organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya.
Perubahan tersebut telah menggeser fungsi-fungsi manajemen SDM yang
selama ini hanya dianggap sebagai kegiatan administrasi, yang berkaitan
dengan perekrutan pegawai staffing, coordinating yang dilakukan oleh
bagian personalia saja. Saat ini manajemen SDM berubah dan fungsi
spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan
seluruh fungsi lainnya di dalam organisasi, untuk bersama-sama mencapai
sasaran yang sudah ditetapkan serta memiliki fungsi perencanaan yang
sangat strategik dalam organisasi, dengan kata lain fungsi SDM lama
menjadi lebih bersifat strategik. Oleh karena itu, manajemen SDM
mempunyai kewajiban untuk memahami perubahan yang semakin komplek
yang selalu terjadi di lingkungan bisnis. Ia juga harus mengantisipasi
perubahan teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai
memasuki bisnis, akibat informasi yang berkembang cepat. Perubahan
paradigma dari manajemen SDM tersebut telah memberikan fokus yang
berbeda dalam melaksanakan fungsinya didalam organisasi. Ada
kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan
pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan
6
pencapaian tujuan strategi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan
dengan mengintegrasikan pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-
fungsi SDM. Dengan demikian, maka akan semakin besar kesempatan untuk
memperoleh keberhasilan.
Berdasarkan uraian pengertian etika dan manajemen sumber daya
manusia maka etika manajemen sumber daya manusia dapat diartikan
sebagai ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip etika tehadap hunungan
dengan sumber daya manusia dan kegiataannya.
7
2.5. Konsep Etika Bukan Sekedar Kode Etik
Kode etik menetapkan aturan kehidupan organisasi, termasuk
tanggung-jawab professional, pengembangan professional, kepemimpinan
yang etis, kejujuran dan keadilan, konflik kepentingan, dan megunakan
informasi. Banyak organisasi yang mempunyai kode etik yang formal dalam
organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam perilaku anggotanya perlu
dipertanyakan. Banyak anggota yang menganggap kode etik hanya sebagai
hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak didukung
dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik
harus sesuai dengan norma-norma dalam organisasi , disebarluaskan kepada
karyawan dan benar-benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa
mampu membangun sebuah peusahaan etis. Oleh sebab itu perlu adanya
konsep etika yang matang yang tidak hanya mampu mengurangi kerugian
yang berakibatkan perilaku karyawann yang tidak etis, tetapi juga membuat
suatu konsep etika yang mampu membangun budaya etis organisasial.
Salah satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM
dan Standar Profesional dalam MSDM ditetapkan bahwa ” Sebagai
Profesioanl SDM, mempunyai tanggung-jawab untuk memberikan nilai
tambah pada organisasi yang dilayani dan memberikan kontribusi bagi
keberhasilan etika organisasi”.
Manajer SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih
dari sekedar menggantung poster kode etik di dinding. Sebaliknya, karena
pekerjaan utama profesional SDM adalah berhubungan dengan orang,
mereka harus membantu untuk mempraktekkan etika ke dalam budaya
perusahaan. Mereka perlu membantu membangun lingkungan di mana
karyawan bekerja di seluruh organisasi untuk mengurangi penyimpangan
etika.
8
Manajemen sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai
penyusunan kode etik perusahaan, merncanakan sumber daya manusia yang
etis yang mampu menciptakan nilai tambah ekonomi juga harus berperan
sebagai perencanaan strategi konsep etika.langkah-langkahnya:
1. Menentukan standar etika yang ingin ditanamkan.
2. Mengindentifikasi faktor-faktor etis kritikal yang dapat digunakan dalam
mendorongnya konsep etika perusahaan.
3. Mengindentifikasi kemampuan, prosedur, kompetensiyang diperlukan.
4. Mengintegrasikan konsep etika dalam strategi bisnis yang dilakukan.
5. Mengembangkan langkah-langkah konkret yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan, mengawasi dan mengevaluasi konsep etika yang
dijalankan.
9
kepedulian karyawan terhadap perkembangan nilai-nilai etika yang lebih
berarti. Tujuan tersebut disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai
etika dalam organisasi. Dalam hai ini setiap anggota organisasi mempunyai
status yang sama. Dengan begitu organisasi membawa komitmen bersama
yamg diaplikasikan secara sama pada semua anggota. Karena karyawan
mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa bangga
dengan nilai-nilai etika dalam organisasi.
Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada
aktivitas-aktivitas yang membantu karyawan dalam pembuatan keputusan,
menyediakan nasihat-nasihat dan konsultasi etika, serta mendukung
konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen sumber daya manusia
mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan antara
penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.
Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam
setiap aktivitas manajemen sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara
kebijakan dan praktek diharapkan dapat menghindari persepsi yang ambigu
yang diterima karyawan. Sebagai contoh, jika karyawan didorong untuk
melaksanakan suatu standar etiak tertentu, tetapi standar tersebut tidak
diintegrasikan dalam standar penilaian kinerja, reward, sistem kompensasi
serta sistem manajemen sumber daya manusia lainnya, maka akan
menimbulkan perasaan ketidakadilan bagi karyawan. Dengan
mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-fungsi organisasional
diharapkan akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi lebih efektif.
Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar
konsep etika dapat menghasilkan keputusan yang etis setiap level
manajemen sumber daya manusia adalah
1. Hak atas pekerjaan , kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan
hak akan hidup.
2. Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam
pemberian upah.
10
3. Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi
pekerja.
4. Hak un tuk perlindungan keamanan dan kesehatan.
5. Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.
6. Hak atas rahasia pribadi.
7. Hak atas kebebasan suara hati.
Walaupun hak-hak para pekerja telah di penuhi kadang terjadi suatu
permasalahan-permasalahan yang di alami oleh para pekerja yaitu
1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin
naik jabatan (promosi jabatan).
2. Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada
media massa.
3. Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk
mendapatkan proyek tender saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak
berdasarkan kebutuhan yang ada.
4. Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest) kepada seseorang
yang berada di luar bidang yang berwenang. Contohnya, pemberian hasil
penilaian psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang HRD
dalam proses kegiatan rekrutmen kepada di luar bidang HRD.
5. Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yang tidak
berwenang.
Penjelasan dari permasalahan diatas, problem pertama termasuk
dalam permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga pengertian etika
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi
menyogok jelas sekali merupakan tindakan jalur pintas demi mencapai
tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan sebenarnya tidak akan menjadi
masalah jika dilakukan dalam kerangka norma kebaikan yang dapat diterima
oleh masyarakat. Namun, permasalahannya adalah jalan pintas yang
digunakan bertentangan dengan norma kebaikan yang semestinya tertera
dalam kehidupan bermasyarakat. Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan
11
yang baik haruslah pula menggunakan cara yang baik. Cara yang baik itu
adalah dengan memberikan usaha yang optimal melalui kemampuan dirinya
sendiri. Sehingga, promosi jabatan itu didapat melalui keringatnya sendiri
bukan berdasarkan unsur lain yang menyalahi noma kebaikan yang berlaku.
Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian etika
yang lain (masih dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988)
yaitu, ilmu tentang yang baik dan apa yang buruk. Norma baik yang
tertanam dalam masyarakat umum adalah tidaklah etis ketika pencantuman
hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan dalam media massa yang
melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga ketika pencatuman
tersebut dalam hal ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu
menimbulkan ketidaksukaan masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula
pencantuman kedua hal tersebut tidaklah menjadi hal esensi dalam
kompetensi yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan..
Permasalahan ketiga juga termasuk permasalahan etika dalam
kategori pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Dalam kode etik yang ditetapkan dalam dunia SDM tidak dibenarkan jika
pelaksanaan training hanya dijalankan semata-mata untuk proyek saja. Buat
apa menghabiskan banyak uang atau mendulang banyak uang, namun tujuan
sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat. Jadi, pelatihan hanya formalitas
kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan martabat.pelatihan itu sendiri.
Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami, kode etik itu
ditetapkan.
Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam etika dalam kategori
pengertian kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tidak
etis ketika sumber data mengenai deskripsi psikologis yang dimiliki oleh
seseorang diketahui oleh banyak pihak. Pengetahuan akan deskripsi
psikologis tersebut haruslah mempertimbangkan izin dari orang
bersangkutan yang memiliki deskripsi psikologis tersebut dan tujuan yang
jelas kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama kedua pertimbangan tersebut
12
tidak ada, maka tindakan mengetahui hasil data deskripsi psikologis tersebut
tidak dibenarkan (tidak etis).
Problem kelima merupakan permasalahan etika dalam pengertian
yang sama seperti sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak. Gaji merupakan ranah area pribadi yang secara
etis diketahui oleh orang yang bersangkutan saja dan pihak diatas yang
mengelola keuangan penggajian. Suatu hal pribadi jelas tidak diperkenankan
untuk diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari pihak yang memiliki
otoritas. Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilai-nilai yang
terbentuk dalam suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak
seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyelesaikan
permasalahan diatas dengan cara menciptakan hubungan kerja yang sukses
diantaranya:
1. Membentuk komite karyawan dan manajemen.
2. Membuat buku pegangan karyawan.
3. Sistem pengupahan yang profesional.
4. Menciptakan suasana kerja yang kondunsif
5. Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.
13
calon karyawan memiliki kemampuan perkembangan moral yang tinggi
maka akan lebih mudah menerima prinsip-prinsip moral universal
dibanding karyawan yang memiliki kemampuan perkembangan moral
yang rendah. Dalam hal ini biasanya manajemen mengunakan tes untuk
mengukur kemampuan perkembangan moral untuk menentukan
kejujuran dan personalitas serta sebagia alat untuk melihat karakteristik
karyawan. Hal yang penting juga dalam prosse seleksi karyawan yang
lebih menitiberatkan pada penanaman nilai-nilai etika. Karyawan harus
mempunyai komitmen pada etika dan menjadi nyaman berbicara
mengenai etika. Jika konsep etika diintegrasikan dalam organisasi, maka
calon karyawan yang dibutuhakan adalah orang-orang yang
menginginkan standar etika dapat diaplikasikan dalam pekerjaan.
2. Orientasi Karyawan, tujuan yang penting dalam konsep orientasi
karyawan adalah mengajarkan mereka norma-norma, attitude, dan
beliefs yang berlaku dalam organisasi. Nilai-nilai organisasi dapat
dikomunikasikan melalui presentasi formal dan secara implisit melalui
sejarah dan mitos organisasi.
3. Training, dalam integrasi training menanamkan nilai-nilai etika agar
karyawan memilki lebih luas pengembangannya dan aktivitas training
untuk karyawan memiliki fokus yang berbeda-beda. Kareana karyawan
diharuskan untuk tahu mengenai aturan- aturan regulasi maupun
kebajikan, maka penanaman nilai-nilai etika juga harus memfokuskan
pada sharing etika antar organisasi. Training juga dapat digunakan untuk
memperluas pengetahuan karyawan dan manajer mengenai kemampuan
dalam mengaplikasikan framework etika dalam pemecahan masalah.
4. Penilaian Kinerja, proses penilaian kinerja juga dapat diartika sebagai
perwujudan proses keadilan yang mempunyai kriteria seperti konsisten,
bebas dari bias, didasarkan pada informasi yang akurat, dapat dikoreksi
dan merupakan representasi dari kinerja yang sebenarnya.. penilaian
kinerja seharusnya dikomunikasikan dalam cara penyampaian informasi
mengenai keadilan antar individu. Karyawan seharusnya diberikan
14
keterangan, khususnya untuk hasil yang negatif dan mereka seharusnya
diperlakukan sesuai martabat dan rasa hormat.
5. Reward dan Hukuman, pendekatan yang kompleks dapat dilakukan
dengan pemberian reward untuk perlakuan yang etis dan hukuman untuk
perlakukan kurang etis. Dengan adanya reward, diharapkan bahwa
tuntunan adanay perilaku yang lebih beretika tidak dianggap sebagai
suatu tambahan beban. Tentunya reward untuk perilaku yang etis dapat
menjadi sesuatu yang berlebih-lebihan. Manajemen sumber daya
manusia harus menunjukkan dukungan kepada karyawan yang
menginginkan standar etika yang tinggi. Sehingga melalui dukungan
tersebut aspirasi program penanaman nilai-nilai etika dapat dibicarakan
sungguh-sungguh dan lebih berarti. Hukuman menyediakan
pembelajaraan sosial yang penting bagi karyawan untuk menjadi lebih
sadar dan mempunyai kemauan dalam menegakkan nilai-nilai dan etika
organisasi. Jika perlu tidak etis tidak perlu diberkan sanksi, maka
karyawan akan beranggapan bahwa mereka juga dapat terhindar dari
hukuman.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa :
Etika sumber daya manusia merupakan ilmu yamg menerapkan
prinsip-prinsip etika dalam hubungannya dengan manusia dan kegiatannya.
Perlu adanya suatu konsep etika yang terintegrasi ke dalam fungsi-fungsi
dalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia dalam hal ini
mempunyai peranan yang sangat penting, mengingat manajemen sumber
daya manusia bukan bertanggungjawab dalam mencegah perilaku yang tidak
etis tetapi juga bertanggungjawab dalam pengembangan moralitas karyawan
dan pembentukkan nilai-nilai etika organisasi. Melalui konsep etika ,
manajemen sumber daya manusia harus bertindak sebagai ethic worke tetapi
juga sebagai ethic broker. Dengan terintegrasikan konsep etika ke dalam
fungsi seleksi, orientasi karyawan, penilaian kinerja, pemberian reward dan
hukuman, diharapkan bahwa konsep etika tidak hanya terlihat sebagai usaha
sesaat saja tetapi lebih pada upaya peningkatan nilai-nilai etika organisasi
yang terus-menerus dan berkelanjutan.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://nureazizah13.wordpress.com/2010/12/30/etika-manajemen-sumber-daya-
manusia/
http://nurlailafadjarwati.blogspot.com/2011/01/tanggung-jawab-sosial-dan-etika-
bisnis.html
http://www.scribd.com/doc/38181206/Etika-Hukum-dan-Perlakuan-yang-Adil-
dalam-Manajemen-SDM
http://cintamerahputih.blogspot.com/2008/05/lima-permasalahan-etika-dalam-
bidang.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika_manajerial#Perilaku_terhadap_karyawan
http://www.anneahira.com/artikel-umum/manajemen-sdm.htm
http://berita.liputan6.com/ibukota/201003/267461/
Karyawan.Indosiar.Tolak.Pemecatan.Sepihak
http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/06/09/prn,20040609-
04,id.html
http://community.gunadarma.ac.id/public/user/blogs/view/name_Alidaya/
id_7609/title_etika-manager/
http://ajeng.ngeblogs.com/2009/12/10/etika-manager/
http://wawannurjuniawan.ngeblogs.com/2009/12/10/etika-manajer/
id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
17