Perda No. 7 Tahun 2022 - 1
Perda No. 7 Tahun 2022 - 1
Perda No. 7 Tahun 2022 - 1
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
10. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang
bersumber dari pendapatan tertentu APBN yang dialokasikan kepada
Daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu dengan
tujuan mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
11. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
12. Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAK adalah dana
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
16. Utang Daerah yang selanjutnya disebut Utang adalah jumlah uang
yang wajib dibayar Pemerintah Daerah dan/atau kewajiban
Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan
peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab
Lainnya yang sah.
4
19. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas atau nilai kekayaan
bersih yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
24. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang
selanjutnya disingkat RKA SKPD adalah dokumen yang memuat
rencana pendapatan dan belanja SKPD atau dokumen yang memuat
rencana pendapatan, belanja, dan Pembiayaan SKPD yang
melaksanakan fungsi bendahara umum daerah yang digunakan
sebagai dasar penyusunan rancangan APBD.
26. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi 1 (satu) atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah
atau masyarakat yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah
untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.
5
27. Kegiatan adalah bagian dari Program yang dilaksanakan oleh 1 (satu)
atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
pada suatu Program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang berupa personil atau sumber
daya manusia, barang modal termasuk peralatan dan teknologi,
dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya
tersebut, sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam
bentuk barang/jasa.
30. Keluaran adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh Kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
Program dan kebijakan.
32. Sasaran adalah Hasil yang diharapkan dari suatu Program atau
Keluaran yang diharapkan dari suatu Kegiatan.
34. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang
ditentukan oleh Gubernur untuk menampung seluruh Penerimaan
Daerah dan membayar seluruh Pengeluaran Daerah.
48. Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas Beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
50. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada
Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat
dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau akibat
lainnya yang sah.
59. Unit SKPD adalah bagian SKPD yang melaksanakan 1 (satu) atau
beberapa Program.
73. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
74. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
9
75. Anggaran Kas adalah perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari
penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur
ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan APBD
dalam setiap periode.
79. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalah daftar
kodefikasi dan klasifikasi terkait transaksi keuangan yang disusun
secara sistematis sebagai pedoman dalam pelaksanaan anggaran dan
pelaporan keuangan Pemerintah Daerah.
Pasal 2
Pasal 3
(3) APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan dasar bagi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan Penerimaan dan
Pengeluaran Daerah.
Pasal 4
BAB II
Bagian Kesatu
Pasal 5
Pasal 6
Bagian Kedua
Pasal 7
f. memimpin TAPD.
Bagian Ketiga
Pasal 8
(2) Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan Keuangan
Daerah;
b. menyusun rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda
tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
c. melaksanakan pemungutan Pendapatan Daerah yang telah
diatur dalam Perda;
d. melaksanakan fungsi BUD; dan
e. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(5) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
kepada PPKD selaku BUD.
Pasal 10
(1) Gubernur atas usul BUD dapat menetapkan lebih dari 1 (satu)
Kuasa BUD di lingkungan SKPKD dengan pertimbangan besaran
jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi dan/atau rentang
kendali.
Bagian Keempat
Pengguna Anggaran
Pasal 11
h. menandatangani SPM;
i. mengelola Utang Daerah dan Piutang Daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya;
k. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
l. menetapkan PPTK dan PPK-SKPD;
m. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya
dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah; dan
n. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pasal 12
h. menandatangani SPM;
i. mengelola Utang Daerah dan Piutang Daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan unit
organisasi bersifat khusus yang dipimpinnya;
k. mengawasi pelaksanaan anggaran pada unit organisasi bersifat
khusus yang dipimpinnya;
l. menetapkan PPTK dan PPK-Unit SKPD;
m. menetapkan pejabat lainnya dalam unit organisasi bersifat
khusus yang dipimpinnya dalam rangka Pengelolaan Keuangan
Daerah; dan
n. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Pasal 13
(3) Dalam membantu tugas PA, PPTK pada SKPD bertanggung jawab
pada PA.
(4) Dalam membantu tugas KPA, PPTK pada Unit SKPD bertanggung
jawab kepada KPA.
Pasal 14
(4) PPKD SKPD tidak merangkap sebagai pejabat dan pegawai yang
bertugas melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah, Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu/
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu/
Bendahara Khusus, dan/atau PPTK.
(6) Dalam hal tidak terdapat Pegawai ASN yang menduduki jabatan
struktural, PA/KPA dapat menetapkan pejabat fungsional umum
selaku PPTK yang kriterianya ditetapkan Gubernur.
Bagian Ketujuh
Pasal 15
(4) PPK SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas
dan wewenang:
a. melakukan verifikasi SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS
beserta bukti kelengkapannya yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran;
b. menyiapkan SPM;
c. melakukan verifikasi laporan pertanggungjawaban Bendahara
Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
d. melaksanakan fungsi akuntansi pada SKPD; dan
e. menyusun laporan keuangan SKPD.
Bagian Kedelapan
Pasal 16
(2) Penetapan PPK Unit SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas pertimbangan:
a. Besaran anggaran yang berlaku untuk Biro di lingkungan
Sekretariat Daerah;
b. rentang kendali dan/atau lokasi; dan
c. dibentuknya unit organisasi bersifat khusus yang memberikan
layanan secara profesional melalui pemberian otonomi dalam
pengelolaan keuangan dan BMD serta bidang kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) PPK Unit SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas dan wewenang:
Bagian Kesembilan
Paragraf 1
Bendahara Penerimaan
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Paragraf 2
Bendahara Pengeluaran
Pasal 20
Pasal 21
Paragraf 3
Larangan
Pasal 22
Bagian Kesepuluh
TAPD
Pasal 23
(2) TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Pejabat
Perencana Daerah, PPKD, dan pejabat lain sesuai dengan
kebutuhan.
BAB III
APBD
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Bagian Kedua
Struktur APBD
Pasal 28
Pasal 29
Bagian Ketiga
Pendapatan Daerah
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
(3) Transfer antar daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b berupa bantuan keuangan.
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
(2) Hibah termasuk sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat,
tidak berdasarkan perhitungan tertentu dan tidak mempunyai
konsekuensi pengeluaran atau pengurangan kewajiban kepada
penerima maupun pemberi serta tidak menyebabkan ekonomi
biaya tinggi.
Pasal 39
Pasal 40
Bagian Keempat
Belanja Daerah
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
(4) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c merupakan pengeluaran anggaran atas Beban APBD untuk
keperluan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak
dapat diprediksi sebelumnya.
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
(2) Badan usaha milik negara, BUMD dan/atau badan usaha milik
swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan
yang menghasilkan produk atau jasa Pelayanan Dasar
masyarakat, termasuk penyelenggaraan pelayanan publik antara
lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan kewajiban pelayanan
umum (public service obligation).
(3) Badan usaha milik negara, BUMD, dan/atau badan usaha milik
swasta, yang akan diberikan subsidi terlebih dahulu dilakukan
audit keuangan dengan tujuan tertentu oleh kantor akuntan
publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
(2) Pengadaan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b. digunakan dalam kegiatan Pemerintahan Daerah; dan
c. batas minimal kapitalisasi aset.
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Bagian Kelima
Pembiayaan Daerah
Paragraf 1
Umum
Pasal 61
(1) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) huruf c terdiri atas:
a. penerimaan Pembiayaan; dan
b. pengeluaran Pembiayaan.
Paragraf 2
Penerimaan Pembiayaan
Pasal 62
e. penghematan belanja;
Pasal 63
(4) Dałam hal Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut
dapat ditempatkan dałam portofolio yang memberikan hasil tetap
dengan risiko rendah.
42
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Paragraf 3
Pengeluaran Pembiayaan
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
Bagian Keenam
Paragraf 1
Umum
Pasal 74
Paragraf 2
Surplus
Pasal 75
Pasal 76
Paragraf 3
Defisit
Pasal 77
Pasal 78
BAB IV
Bagian Kesatu
Pasal 79
Pasal 80
(3) KUA dan PPAS yang telah disepakati Gubernur bersama DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi pedoman bagi
perangkat daerah dalam menyusun RKA SKPD.
Pasal 81
Pasal 82
Bagian Kedua
RKA SKPD
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
(3) Tolak ukur Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari
keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor kualitas,
kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dari setiap
Program dan Kegiatan/Sub Kegiatan.
Pasal 88
(3) RKA SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga memuat
informasi mengenai Urusan Pemerintahan Daerah, organisasi,
standar harga satuan dan Kinerja yang akan dicapai dari
Program dan Kegiatan/Sub Kegiatan.
Pasal 89
Bagian Ketiga
Pasal 90
(1) RKA SKPD yang telah disusun oleh kepala SKPD disampaikan
kepada TAPD melalui PPKD untuk diverifikasi.
Pasal 91
Pasal 92
BAB V
PENETAPAN APBD
Bagian Kesatu
Pasal 93
(1) APBD ditetapkan setiap tahun dengan Perda yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Gubernur dan DPRD.
Pasal 94
Bagian Kedua
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Bagian Ketiga
Pasal 101
Pasal 102
Bagian Keempat
Pasal 103
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106
BAB VI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 107
Pasal 108
Pasal 109
Pasal 110
Pasal 111
(2) Setiap pengeluaran atas Beban APBD didasarkan atas DPA dan
SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
Pasal 112
Bagian Kedua
Pasal 113
(2) Bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan Kas Umum
Daerah pada rekening bank diatur dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 114
Pasal 115
Pasal 116
Pasal 117
Pasal 118
Bagian Ketiga
Pasal 119
Pasal 120
(4) Dalam haI Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak sesuai dengan Peraturan Gubernur tentang penjabaran
APBD, SKPD melakukan penyempurnaan rancangan DPA SKPD
untuk disahkan oleh PPKD dengan persetujuan Sekretaris
Daerah.
(5) DPA SKPD yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan ayat (4) disampaikan kepala SKPD yang bersangkutan
kepada satuan kerja yang secara fungsional melakukan
pengawasan daerah paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak tanggal
disahkan.
Bagian Keempat
Pasal 121
Pasal 122
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh Kuasa
BUD untuk ditandatangani oleh PPKD.
Pasal 123
Bagian Kelima
Pasal 124
(2) Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah atas setoran.
Pasal 125
Pasal 126
Pasal 127
Bagian Keenam
Pasal 128
(1) Setiap pengeluaran harus didukung bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
b. SPP GU;
c. SPP TU; dan
d. SPP LS.
(5) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdiri
atas:
a. SPP TU; dan
b. SPP LS.
Pasal 130
Pasal 131
(3) Dalam hal sisa TU tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan,
sisa TU disetor ke Rekening Kas Umum Daerah.
Pasal 132
Pasal 133
Pasal 134
Pasal 135
(3) Dalam hal Hasil verifikasi tidak memenuhi syarat, PA/KPA tidak
menerbitkan SPM-LS.
68
Pasal 136
(2) Penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama
2 (dua) Hari sejak SPM diterima.
Pasal 137
Pasal 138
Pasal 139
Pasal 140
Bagian Ketujuh
Pasal 141
Pasal 142
Pasał 143
Pasal 144
Pasal 145
Bagian Kedelapan
Pengelolaan BMD
Pasal 146
BAB VII
Bagian Kesatu
Pasal 147
Bagian Kedua
Pasal 148
Bagian Ketiga
Pasal 149
Bagian Keempat
Pergeseran Anggaran
Pasal 150
Pasal 151
(3) Pergeseran anggaran antar objek dalam jenis dan antar rincian
objek dan/atau sub rincian objek dalam objek sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Gubernur.
Bagian Kelima
Pasal 152
Bagian Keenam
Pasal 153
Bagian Ketujuh
Pendanaan
Pasal 154
Pasal 155
Bagian Kedelapan
Pasal 156
Pasal 157
Pasal 158
Pasal 159
Pasal 160
Pasal 161
(3) Dalam hal Hasil verifikasi TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdapat ketidaksesuaian, kepala SKPD melakukan penyempurnaan.
Pasal 162
Pasal 163
Bagian Kesembilan
Pasal 164
Pasal 165
Bagian Kesepuluh
Pasal 166
Bagian Kesebelas
Pasal 167
Pasal 168
BAB VIII
Bagian Kesatu
Pasal 169
Pasal 170
Pasal 171
(1) SAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat (1) huruf b,
memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan
identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting ke dalam
buku besar, penyusunan neraca saldo dan penyajian laporan
keuangan.
Pasal 172
Bagian Kedua
Pasal 173
Pasal 174
Pasal 175
Pasal 176
Pasal 177
BAB IX
Pasal 178
Pasal 179
Pasal 180
(4) Dalam hal dalam batas waktu 15 (lima belas) Hari Menteri tidak
mengesahkan rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Gubernur menetapkan rancangan
Peraturan Gubernur tersebut menjadi Peraturan Gubernur.
BAB X
Bagian Kesatu
Pasal 181
Pasal 182
Pasal 183
Bagian Kedua
Pasal 184
Bagian Ketiga
Pengelolaan BMD
Pasal 185
Bagian Keempat
Pasal 186
(3) Biaya yang timbul akibat pengelolaan Utang Daerah dan Pinjaman
Daerah dibebankan pada anggaran Belanja Daerah.
BAB XI
BLUD
Pasal 187
Pasal 188
Pasal 189
Pasal 190
Pasal 191
Pasal 192
BAB XII
Pasal 193
Pasal 194
BAB XIII
Pasal 195
BAB XIV
Pasal 196
Pasal 197
Pasal 198
c. penyusunan anggaran;
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 199
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 200
Pasal 201
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2022
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2022
ttd
UUS KUSWANTO
LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2022 NOMOR 205
YAYAN YUHANAH
NIP196508241994032003
PENJELASAN
ATAS
IBUKOTA JAKARTA
TENTANG
I. UMUM
Indikator Kinerja dalam APBD sudah dimasukkan dalam format RKA, namun
dalam proses pembahasan anggaran yang terjadi selama ini di Pemerintahan
Daerah lebih fokus pada jumlah uang yang dikeluarkan dibandingkan
Keluaran (output) dan Hasil (outcome) yang akan dicapai. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas bahwa penganggaran pendekatan Kinerja lebih fokus pada
Keluaran (output) dan Hasil (outcome) dari Kegiatan.
Hal ini terjadi akibat kurangnya informasi tentang Keluaran (output) dan Hasil
(outcome) dalam dokumen penganggaran yang ada. Oleh karena itu, Peraturan
Daerah ini menyempurnakan pengaturan mengenai dokumen penganggaran,
yaitu adanya unsur Kinerja dalam setiap dokumen penganggaran yang
diharapkan mampu meningkatkan kualitas penganggaran berbasis Kinerja
serta mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran yang
selama ini masih belum tercapai.
93
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
97
Huruf i
Yang dimaksud dengan "melaksanakan Pemberian Pinjaman Daerah
atas nama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta" adalah hanya terkait
eksekusi Pemberian Pinjaman Daerah bukan kebijakan Pemberian
Pinjaman Daerah.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dimaksud dengan "mengelola Utang dan Piutang Daerah yang
menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya" adalah sebagai
akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan DPA SKPD.
98
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf I
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Huruf n
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Yang termasuk "Unit SKPD" yaitu Biro, Inspektorat Pembantu, Suku
Dinas, Suku Badan, Satuan Polisi Pamong Praja Kota/Kabupaten
Administrasi, Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan, Bidang, Bagian,
Kecamatan dan/atau Kelurahan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
99
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "PA/KPA dalam melaksanakan Kegiatan/ Sub
Kegiatan menetapkan pejabat pada SKPD/Unit SKPD selaku PPTK"
adalah PA/KPA menetapkan PPTK melalui usulan atasan langsung
pejabat yang bersangkutan.
Ayat (2)
Yang dimaksud “membantu tugas” adalah tugas yang ditentukan oleh
PA/KPA dalam rangka melaksanakan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas Beban anggaran belanja yang melaksanakan anggaran
SKPD yang dipimpinnya, yaitu:
a. mengendalikan pelaksanaan Kegiatan/Sub Kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan Kegiatan/Sub Kegiatan;
c. menyiapkan dokumen dalam rangka pelaksanaan anggaran atas
Beban pengeluaran pelaksanaan Kegiatan/Sub Kegiatan; dan
d. melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan
barang/jasa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
100
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "fungsi otorisasi" adalah anggaran daerah
menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun
berkenaan.
Yang dimaksud dengan "fungsi perencanaan" adalah anggaran daerah
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan Kegiatan pada
tahun berkenaan.
Yang dimaksud dengan "fungsi pengawasan" adalah anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai apakah Kegiatan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Yang dimaksud dengan "fungsi alokasi" adalah anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Yang dimaksud dengan "fungsi distribusi" adalah kebijakan anggaran
daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Yang dimaksud dengan "fungsi stabilisasi" adalah anggaran Pemerintah
Daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian Daerah.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
101
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "dianggarkan secara bruto" adalah jumlah
Pendapatan Daerah yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan
belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan
tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian Pemerintah Pusat/Daerah
lain dalam rangka bagi hasil.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "ekuitas" adalah selisih antara aset lancar
dengan kewajiban jangka pendek.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Huruf a
Pengalokasian transfer Pemerintah Pusat dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Cukup jelas.
102
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dana insentif daerah bersumber dari APBN yang dialokasikan
kepada Daerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengan
tujuan untuk memberikan penghargaan atas perbaikan dan/
atau pencapaian Kinerja tertentu.
Huruf c
Dana otonomi khusus dialokasikan kepada Daerah yang memiliki
otonomi khusus sesuai dengan ketentuan peraturan undang-
undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dana Transfer Khusus bersumber dari APBN yang dialokasikan
pada Daerah untuk mendanai Kegiatan khusus yang merupakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
DAU bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
pemerataan kemampusan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Hibah baik dalam bentuk devisa, rupiah, barang, dan/atau jasa,
termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar
kembali.
103
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Yang dimaksud dengan “alokasi belanja” sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan antara lain besaran alokasi belanja untuk fungsi
pendidikan, anggaran kesehatan, dan infrastruktur.
Pasal 43
Ayat (1)
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
104
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “belanja modal” antara lain berupa belanja
modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal
gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “belanja pegawai” antara lain berupa gaji
dan tunjangan, tambahan penghasilan Pegawai ASN, belanja
penerimaan Iainnya pimpinan dan anggota DPRD serta
Gubernur/wakil Gubernur, insentif pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah, dan honorarium.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
105
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Pegawai ASN" adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 50
Ayat (1)
Persetujuan DPRD dilakukan bersamaan dengan pembahasan KUA.
Ayat (2)
Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja diberikan kepada
Pegawai ASN yang dibebani pekerjaan untuk menyelesaikan tugas yang
dinilai melampaui beban kerja normal.
Tambahan penghasilan berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada
Pegawai ASN yang dalam melaksanakan tugasnya berada di Daerah
memiliki tingkat kesulitan tinggi dan Daerah terpencil.
Tambahan penghasilan berdasarkan kondisi kerja diberikan kepada
Pegawai ASN yang dalam melaksanakan tugasnya berada pada
lingkungan kerja yang memiliki resiko tinggi. Tambahan penghasilan
berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada Pegawai ASN yang
dalam mengemban tugas memiliki keterampilan khusus dan langka.
Tambahan penghasilan berdasarkan prestasi kerja diberikan kepada
Pegawai ASN yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dan/ atau inovasi.
Tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif Iainnya
diberikan kepada Pegawai ASN sepanjang diamanatkan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
106
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “belanja barang dan jasa” antara lain berupa
belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, jasa asuransi,
perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/
gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari
tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas, pemulangan
pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, jasa ketersediaan pelayanan
(availability payment), lain-lain pengadaan barang/jasa, belanja lainnya
yang sejenis, belanja barang dan/atau jasa yang diserahkan kepada
masyarakat/pihak ketiga, belanja barang dan/atau jasa yang dijual
kepada masyarakat atau pihak ketiga, belanja beasiswa pendidikan PNS,
belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS, dan
belanja pemberian uang yang diberikan kepada pihak ketiga/
masyarakat.
Yang dimaksud dengan "barang/jasa yang akan diserahkan atau dijual
kepada masyarakat/pihak ketiga" adalah barang/jasa yang terkait dengan
pencapaian Sasaran prioritas Daerah yang tercantum dalam RPJMD.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Belanja bunga” antara lain berupa belanja
bunga utang pinjaman dan belanja bunga utang obligasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Pemberian hibah didasarkan atas usulan tertulis yang disampaikan
kepada Gubernur.
Pemberian hibah juga berupa pemberian bantuan keuangan kepada
partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD Provinsi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
107
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “belanja modal” antara lain berupa belanja
modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung
dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap
Iainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Keperluan mendesak sesuai dengan karakteristik masing-masing
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "tujuan tertentu lainnya" adalah dalam rangka
memberikan manfaat bagi pemberi dan/atau penerima bantuan keuangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
108
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “bukti penerimaan” antara lain berupa dokumen
lelang, akta jual beli, nota kredit, dan dokumen sejenis lainnya.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
109
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "surplus APBD" adalah selisih lebih antara
Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 75
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pembayaran cicilan pokok Utang yang jatuh
tempo" adalah pembayaran pokok Utang yang belum cukup tersedia
anggaran dalam pengeluaran Pembiayaan sesuai dengan perjanjian.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
110
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan Strategi pencapaian adalah memuat
langkah konkret dalam mencapai target.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Gubernur menyampaikan Rancangan Perda tentang APBD berdasarkan RKA
SKPD yang disusun dengan mengacu pada RKPD, rancangan KUA, dan
rancangan PPAS.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Kegiatan/Sub Kegiatan Tahun Jamak mengacu pada program yang
tercantum dalam RPJMD.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pekerjaan atas pelaksanaan Kegiatan/
Sub Kegiatan yang menurut sifatnya harus tetap berlangsung pada
pergantian tahun anggaran” antara lain penanaman benih/bibit,
penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di
rumah sakit, pelayanan pembuangan sampah, dan pengadaan jasa
pelayanan kebersihan (cleaning service).
111
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 83
Ayat (1)
Untuk kesinambungan penyusunan RKA SKPD, kepala SKPD
mengevaluasi hasil pelaksanaan Program dan Kegiatan 2 (dua) tahun
anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran
berjalan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Ayat (1)
Penyusunan RKA SKPD dengan pendekatan Kerangka Pengeluaran
Jangka Menengah dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan
kebutuhan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
112
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Ayat (1)
Rancangan Perda tentang APBD memuat informasi Kinerja berdasarkan
Sasaran capaian Kinerja dan indikator Kinerja masing-masing Program
dan Kegiatan/Sub Kegiatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “penjelasan dan dokumen pendukung” antara
lain nota keuangan, RKPD, KUA dan PPAS.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "angka APBD tahun anggaran sebelumnya"
adalah pagu jumlah pengeluaran APBD yang ditetapkan dalam
perubahan APBD tahun sebelumnya.
113
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Ayat (1)
Cukup jelas.
114
Ayat (2)
Contoh Penerimaan dan Pengeluaran Daerah yang tidak dilakukan
melalui Rekening Kas Umum Daerah, antara Iain sumber penerimaan
yang berasal dari Pembiayaan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
tidak harus dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah namun
tetap harus dibukukan dalam Rekening Kas Umum Daerah.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “dokumen lain yang dipersamakan dengan
SPD” antara lain keputusan tentang pengangkatan pegawai.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "bank umum yang sehat” adalah bank umum di
Indonesia yang aman/sehat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai perbankan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
115
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “mendepositokan” adalah penempatan deposito
dilakukan pada bank umum di Indonesia yang aman/sehat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perbankan dan tidak melampaui tahun anggaran berkenaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 119
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rencana penerimaan dana hanya diberlakukan bagi SKPD yang
memiliki tugas dan fungsi pendapatan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.
Pasal 127
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Penerimaan Daerah yang sifatnya berulang"
adalah penerimaan yang setiap tahun rutin dianggarkan, seperti
pendapatan pajak, pendapatan retribusi, dan lainnya.
116
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Penerimaan Daerah yang sifatnya tidak
berulang" adalah penerimaan yang tidak setiap tahun dianggarkan,
seperti pendapatan tuntutan ganti rugi, pendapatan penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lainnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Cukup jelas.
Pasal 130
Cukup jelas.
Pasal 131
Cukup jelas.
Pasal 132
Cukup Jelas.
Pasal 133
Cukup jelas.
Pasal 134
Cukup jelas.
Pasal 135
Cukup jelas.
Pasal 136
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "perintah pembayaran" adalah perintah
membayarkan tagihan atas beban APBD yang menjadi tanggung
jawab dari PA/ KPA.
117
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 137
Cukup jelas.
Pasal 138
Cukup jelas.
Pasal 139
Cukup jelas.
Pasal 140
Cukup jelas.
Pasal 141
Cukup jelas.
Pasal 142
Cukup jelas.
Pasal 143
Cukup jelas.
Pasal 144
Cukup jelas.
Pasal 145
Cukup jelas.
Pasal 146
Cukup jelas.
Pasal 147
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "prognosis" adalah prakiraan dan penjelasannya
yang akan direalisir dalam 6 (enam) bulan berikutnya berdasarkan
realisasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
118
Pasal 148
Cukup jelas.
Pasal 149
Cukup jelas.
Pasal 150
Cukup jelas.
Pasal 151
Cukup jelas.
Pasal 152
Cukup jelas.
Pasal 153
Cukup jelas.
Pasai 154
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "lebih besar dari 50% (lima puluh persen)"
adalah batas persentase minimal selisih (gap) kenaikan antara
pendapatan dan belanja dalam APBD.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 155
Cukup jelas.
Pasal 156
Cukup jelas.
Pasal 157
Cukup jelas.
Pasal 158
Cukup jelas.
Pasal 159
Cukup jelas.
Pasal 160
Cukup jelas.
Pasal 161
Cukup jelas.
119
Pasal 162
Cukup jelas.
Pasal 163
Cukup jelas.
Pasal 164
Yang dimaksud dengan “penjelasan dan dokumen pendukung” antara lain
nota keuangan, perubahan RKPD, dan perubahan KUA dan PPAS.
Pasal 165
Cukup jelas.
Pasal 166
Cukup jelas.
Pasal 167
Cukup jelas.
Pasal 168
Cukup jelas.
Pasal 169
Cukup jelas.
Pasal 170
Cukup jelas.
Pasal 171
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "laporan realisasi anggaran" adalah laporan
yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya dalam 1 (satu) periode pelaporan sesuai struktur APBD
yang diklasifikasikan ke dalam kelompok, jenis, obyek dan rincian
obyek pendapatan, belanja dan Pembiayaan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
120
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 172
Cukup jelas.
Pasal 173
Cukup jelas.
Pasal 174
Cukup jelas.
Pasal 175
Cukup jelas.
Pasal 176
Cukup jelas.
Pasal 177
Cukup jelas.
Pasal 178
Cukup jelas.
Pasal 179
Cukup jelas.
Pasal 180
Cukup jelas.
Pasal 181
Cukup jelas.
Pasal 182
Cukup jelas.
Pasal 183
Cukup jelas.
Pasal 184
Investasi dilakukan sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan Pendapatan
Daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pelayanan
masyarakat, dan/atau tidak menggangu likuiditas Keuangan Daerah.
121
Pasal 185
Cukup jelas.
Pasal 186
Cukup jelas.
Pasal 187
Cukup jelas.
Pasal 188
Huruf a
Yang dimaksud dengan "penyediaan barang dan/atau jasa layanan
umum" antara lain rumah sakit daerah, penyelenggaraan pendidikan,
pelayanan lisensi dan dokumen, penyelenggaraan jasa penyiaran publik,
dan pelayanan jasa penelitian dan pengujian.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "dana khusus untuk meningkatkan ekonomi
dan/atau layanan kepada masyarakat" antara lain dana bergulir, usaha
mikro, kecil, menengah, dan tabungan perumahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 189
Cukup jelas.
Pasal 190
Cukup jelas.
Pasal 191
Cukup jelas.
Pasal 192
Cukup jelas.
Pasal 193
Cukup jelas.
Pasal 194
Cukup jelas.
Pasal 195
Cukup jelas.
Pasal 196
Cukup jelas.
122
Pasal 197
Cukup jelas.
Pasal 198
Cukup jelas.
Pasal 199
Cukup jelas.
Pasal 200
Cukup jelas.
Pasal 201
Cukup jelas.