11 Mesin CNC TU

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 73

Widarto, dkk

TEKNIK PEMESINAN
JILID 2

SMK

H
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang

TEKNIK PEMESINAN
JILID 2
Untuk SMK

Penulis : Widarto dkk.


Perancang Kulit : Tim

Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm

WID WIDARTO
T Teknik Pemesinan Jilid 2 untuk SMK /oleh Widarto ——
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
viii. 200 hlm
Daftar Pustaka : 441-442
ISBN : 978-979-060-115-4
ISBN : 978-979-060-116-1

Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
BAB 12
MEMAHAMI MESIN CNC DASAR

323
P
erkembangan teknologi komputer saat ini telah mengalami kemajuan yang amat pesat.
Dalam hal ini komputer telah diaplikasikan ke dalam alat-alat mesin perkakas di
antaranya mesin bubut, mesin frais, mesin sekrap, mesin bor, dan
lain-lain. Hasil perpaduan teknologi komputer dan teknologi mekanik inilah yang
selanjutnya dinamakan CNC (Computer Numerically Controlled). Sistem pengoperasian CNC
menggunakan program yang dikontrol langsung oleh komputer. Secara umum konstruksi
mesin perkakas CNC dan sistem kerjanya adalah sinkronisasi antara komputer dan
mekaniknya. Jika dibandingkan dengan mesin perkakas konvensional yang setaraf dan sejenis,
mesin perkakas CNC lebih unggul baik dari segi ketelitian (accurate), ketepatan (precision),
fleksibilitas, dan kapasitas produksi. Sehingga, di era modern seperti saat ini banyak industri-
industri mulai meninggalkan mesin-mesin perkakas konvensional dan beralih menggunakan
mesin-mesin perkakas CNC.
Secara garis besar pengertian mesin CNC adalah suatu mesin yang dikontrol oleh komputer
dengan menggunakan bahasa numerik (perintah gerakan yang menggunakan angka dan huruf).
Sebagai contoh: apabila pada layar monitor mesin kita tulis M03 spindel utama mesin akan
berputar dan apabila kita tulis M05, spindel utama mesin akan berhenti berputar.
Mesin CNC tingkat dasar yang ada pada saat ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
mesin CNC Two Axis atau yang lebih dikenal dengan mesin bubut (lathe machine) dan
mesin CNC three axis atau yang lebih dikenal dengan mesin frais (milling machine).
A. Mesin Bubut CNC
Mesin bubut CNC secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua sebagai berikut.
1. Mesin bubut CNC Training Unit (CNC TU).
2. Mesin bubut CNC Production Unit (CNC PU).
Kedua mesin tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama, akan tetapi yang
membedakan kedua tipe mesin tersebut adalah penggunaannya di lapangan. CNC TU
dipergunakan untuk pelatihan dasar pemrograman dan pengoperasian CNC yang dilengkapi
dengan EPS (External Programing Sistem). Mesin CNC jenis Training Unit hanya mampu
dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan dengan bahan yang relatif lunak.
Sedangkan mesin CNC PU dipergunakan untuk produksi massal. Mesin ini
dilengkapi dengan assesoris tambahan seperti sistem pembuka otomatis yang
menerapkan prinsip kerja hidrolis, pembuangan tatal, dan sebagainya.
Gerakan mesin bubut CNC dikontrol oleh komputer, sehingga semua gerakan yang berjalan
sesuai dengan program yang diberikan, keuntungan dari sistem ini adalah memungkinkan
mesin untuk diperintah mengulang gerakan yang sama secara terus- menerus dengan tingkat
ketelitian yang sama pula.
1. Prinsip Kerja Mesin Bubut CNC TU-2 Axis
Mesin bubut CNC TU-2A mempunyai prinsip gerakan dasar seperti halnya mesin bubut
konvensional yaitu gerakan ke arah melintang dan horizontal dengan sistem koordinat
sumbu X dan Z. Prinsip kerja mesin bubut CNC TU-2A juga sama dengan mesin bubut
konvensional yaitu benda kerja yang dipasang pada cekam bergerak sedangkan alat
potong diam.
Untuk arah gerakan pada mesin bubut diberi lambang sebagai berikut:
a. Sumbu X untuk arah gerakan melintang tegak lurus terhadap sumbu putar.
b. Sumbu Z untuk arah gerakan memanjang yang sejajar sumbu putar.
Untuk memperjelas fungsi sumbu-sumbu mesin bubut CNC TU-2A dapat dilihat pada
gambar ilustrasi di bawah ini.

Gambar 12.1 Mekanisme arah gerakan mesin bubut

324
2. Bagian Utama Mesin Bubut CNC TU 2-A

Gambar 12.2 Mesin bubut CNC TU-2A


a. Bagian Mekanik
1) Motor utama
Motor utama adalah motor penggerak cekam untuk memutar benda kerja. Motor ini
adalah jenis motor arus searah/DC (Direct Current) dengan kecepatan putaran yang
variabel. Adapun data teknis motor utama sebagai berikut.
a) Jenjang putaran 600– 4.000 rpm.
b) Power Input 500 watt.
c) Power Output 300 watt.
2) Eretan/support
Eretan adalah gerak persumbuan jalannya mesin. Untuk mesin bubut
CNC TU-2A dibedakan menjadi dua bagian berikut.
a) Eretan memanjang (sumbu Z) d e n g a n j a r a k l i n t a s a n 0–300 mm.
b) Eretan melintang (Sumbu X) dengan jarak lintasan 0–50 mm.

Gambar 12.3 Ilustrasi gerak eretan


3) Step motor
Step motor berfungsi untuk menggerakkan eretan, yaitu gerakan sumbu X dan
gerakan sumbu Z. Tiap-tiap eretan memiliki step motor sendiri-sendiri, adapun data
teknis step motor sebagai berikut.
a) Jumlah putaran 72 langkah.
b) Momen putar 0.5 Nm.
c) Kecepatan gerakan:
• Gerakan cepat maksimum 700 mm/menit.
• Gerakan operasi manual 5–500 mm/menit.
• Gerakan operasi mesin CNC terprogram 2–499 mm/menit.

Gambar 12.4 Step motor Gambar 12.5 Poros berulir dengan bantalan
4) Rumah alat potong (revolver/toolturret)
Rumah alat potong berfungsi sebagai penjepit alat potong pada saat proses
pengerjaan benda kerja. Adapun alat yang dipergunakan disebut revolver atau
325
toolturet, revolver digerakkan oleh step motor sehingga bisa digerakkan secara
manual maupun terprogram. Pada revolver bisa dipasang enam alat potong
sekaligus yang terbagi menjadi dua bagian berikut:

Gambar 12.6 Revolver


a) Tiga tempat untuk jenis alat potong luar dengan ukuran 12 × 12 mm.
Misal: pahat kanan luar, pahat potong, pahat ulir, dan lain-lain.
b) Tiga tempat untuk jenis alat potong dalam dengan maksimum diameter 8
mm. Misal: pahat kanan dalam, bor, center drill, pahat ulir dalam, dan lain-lain.
5) Cekam
Cekam pada mesin bubut berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat
proses penyayatan berlangsung. Kecepatan spindel mesin bubut ini diatur
menggunakan transmisi sabuk. Pada sistem transmisi sabuk dibagi menjadi enam
transmisi penggerak.

Gambar 12.7 Cekam


Adapun tingkatan sistem transmisi penggerak spindle utama mesin CNC
TU-2A, bisa dilihat dari gambar ilustrasi berikut:

Gambar 12.8 Transmisi penggerak


Enam tingkatan pulley penggerak tersebut memungkinkan untuk
pengaturan berbagai putaran sumbu utama. Sabuk perantara pulley A dan pulley B
bersifat tetap dan tidak dapat diubah, sedangkan sabuk perantara pulley B dengan
pulley C dapat dirubah sesuai kecepatan putaran yang diinginkan, yaitu pada
posisi BC1, BC2, dan BC3.
6) Meja mesin
Meja mesin atau sliding bed sangat mempengaruhi baik buruknya hasil
pekerjaan menggunakan mesin bubut ini, hal ini dikarenakan gerakan
memanjang eretan (gerakan sumbu Z) tertumpu pada kondisi sliding bed ini.
Jika kondisi sliding bed sudah aus atau cacat bisa dipastikan hasil pembubutan
menggunakan mesin ini tidak akan maksimal, bahkan benda kerja juga rusak.
Hal ini juga berlaku pada mesin bubut konvensional.

326
Gambar 12.9 Sliding bed
7) Kepala lepas
Kepala lepas berfungsi sebagai tempat pemasangan senter putar pada saat
proses pembubutan benda kerja yang relatif panjang. Pada kepala lepas ini bisa
dipasang pencekam bor, dengan diameter mata bor maksimum 8 mm. Untuk mata
bor dengan diameter lebih dari 8 mm, ekor mata bor harus memenuhi syarat
ketirusan MT1.

Gambar 12.10 Kepala lepas


b. Bagian Pengendali/Kontrol
Bagian pengendali/kontrol merupakan bak kontrol mesin CNC yang berisikan
tombol-tombol dan saklar serta dilengkapi dengan monitor. Pada bok kontrol
merupakan unsur layanan langsung yang berhubungan dengan operator.
Gambar berikut menunjukkan secara visual dengan nama-nama bagian sebagai
berikut:

327
Saklar utama (main switch)
Saklar utama adalah pintu masuk aliran listrik ke kontrol pengendali CNC. Cara
kerja saklar utama yaitu jika kunci saklar utama diputar ke posisi 1, arus listrik akan
masuk ke kontrol CNC.

Gambar 12.12 Saklar utama


Sebaliknya jika kunci saklar utama diputar kembali ke angka 0, arus listrik yang
masuk ke kontrol CNC akan terputus. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di
bawah ini.

Kondisi Mati Listrik Masuk ke Kontrol CNC


Gambar 8.13 Ilustrasi cara kerja saklar utama
Tombol darurat (emergency switch)
Tombol ini digunakan untuk memutus aliran listrik yang masuk ke kontrol mesin.
Hal ini dilakukan apabila akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat kesalahan
program yang telah dibuat.

Gambar 12.14 Emergency switch


Saklar operasi mesin (operating switch)
Saklar layanan mesin ini digunakan untuk memutar sumbu utama yang
dihubungkan dengan rumah alat potong. Saklar ini yang mengatur perputaran
sumbu utama sesuai menu yang dijalankan, yaitu perputaran manual dan CNC.

Gambar 12.15 Saklar operasi


Cara kerja saklar operasi sebagai berikut.
a) Jika saklar diputar pada angka 1 maka menu yang dipilih adalah menu manual
(lihat Gambar 12.16), yaitu pergerakan eretan, kedalaman pemakanan
tergantung oleh operator.
b) Jika saklar diputar pada ”CNC” berarti menu yang dipilih adalah menu CNC
(lihat Gambar 12.17), yaitu semua pergerakan yang terjadi dikontrol oleh
komputer baik itu gerakan sumbu utama gerakan eretan, maupun
kedalaman pemakanan.

328
Gambar 12.16 Ilustrasi saklar operasi manual Gambar 12.17 Ilustrasi saklar operasi CNC
Saklar pengatur kecepatan sumbu utama
Saklar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan putar alat potong pada sumbu
utama. Saklar ini bisa berfungsi pada layanan CNC maupun manual. Kecepatan
putaran sumbu utama mesin CNC TU-2A berkisar antara 50–3.000 RPM,
sesuai tabel putaran pada mesin.

Gambar 12.18 Saklar pengatur kecepatan sumbu utama


Cara pengoperasian saklar pengatur kecepatan sumbu utama ini adalah saklar
pengatur kecepatan sumbu utama diputar ke arah kanan mendekati angka 100 untuk
meningkatkan kecepatan putaran spindle. Untuk mengurangi kecepatan spindle
putar kembali saklar pengatur kecepatan sumbu utama ke arah kiri mendekati angka 0.
Saklar layanan dimensi mesin
Saklar ini berfungsi untuk mengatur layanan dimensi yang akan bekerja pada
mesin CNC, yaitu layanan dalam bentuk satuan Metris maupun Inch. Cara kerja saklar ini,
apabila mesin akan difungsikan pada dimensi tertentu, maka simbol penunjuk saklar
diputar pada titik satuan dimensi yang sesuai dengan program kerja. Agar lebih jelas
lihat dan perhatikan gambar ilustrasi berikut ini.

Gambar 12.19 Penunjukan Gambar 12.20 Penunjukan


saklar dalam satuan Metris saklar dalam satuan Inch
Amperemeter
Amperemeter berfungsi sebagai display besarnya pemakaian arus aktual dari motor
utama. Fungsi utama dari amperemeter ini untuk mencegah beban berlebih pada motor
utama.

Gambar 12.21 Amperemeter


Arus yang diizinkan pada saat pengoperasian mesin adalah 4 ampere. Apabila
mesin dioperasikan secara terus menerus (kontinu) besarnya arus aktual yang diizinkan
sebesar 2 ampere. Besarnya beban arus aktual pada motor utama pada saat
pengoperasian dapat dikurangi dengan cara mengurangi kedalaman dan kecepatan
penyayatan.

329
Disk Drive
Disk drive pada mesin CNC dimaksudkan untuk pelayanan pengoperasian
disket. Dengan pelayanan disket dapat dilakukan hal-hal berikut:
a) Menyimpan data dari memori mesin ke dalam memori disket.
b) Memindah data program dari data ke dalam memori mesin.

Gambar 12.22 Disk drive


Saklar pengatur asutan (feed overide)
Saklar ini berfungsi sebagai pengatur kecepatan gerakan asutan dari eretan
mesin. Saklar ini hanya dipergunakan pada pengoperasian mesin secara
manual. Kecepatan asutan untuk mesin CNC-TU2A berkisar antara 5–400
mm/menit.

Gambar 12.23 Saklar pengatur asutan

330
331
3. Kecepatan Potong dan Kecepatan Putar Mesin
a. Pengertian Kecepatan Potong
Kecepatan potong adalah suatu harga yang diperlukan dalam menentukan kecepatan
pada saat proses penyayatan atau pemotongan benda kerja. Harga kecepatan potong
ditentukan oleh jenis alat potong dan jenis benda kerja yang dipotong.
Adapun rumus dasar untuk menentukan kecepatan potong sebagai berikut.

Harga kecepatan potong dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya sebagai


berikut.
1) Bahan benda kerja atau jenis material.
2) Semakin tinggi kekuatan bahan yang dipotong, maka harga kecepatan potong
semakin kecil.
3) Jenis alat potong (Tool).
4) Semakin tinggi kekuatan alat potongnya semakin tinggi pula kecepatan potongnya.
5) Besarnya kecepatan penyayatan/asutan.
6) Semakin besar jarak asutan, maka harga kecepatan potong semakin kecil.
7) Kedalaman penyayatan/pemotongan.
8) Semakin tebal penyayatan, maka harga kecepatan potong semakin kecil.
b. Jumlah Putaran
Jumlah putaran sumbu utama dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

c. Kecepatan Asutan
Asutan adalah pemotongan benda. Asutan sendiri dibedakan menjadi dua.
1) Asutan dalam mm/putaran (f )
2) Asutan dalam mm/menit (F )
Rumus dasar perhitungan asutan:

Dari beberapa rumusan di atas, didapat suatu tabel perbandingan antara diameter
benda kerja, kecepatan potong, dan putaran mesin.

332
Contoh penggunaan tabel di atas, kita misalkan diameter bendakerja 20 mm,
kecepatan potong (Vc)= 40 mm, maka kecepatan putar (n) = 625 put/menit.
4. Pemrograman Mesin CNC
Pemrograman adalah suatu urutan perintah yang disusun secara rinci tiap blok per blok
untuk memberikan masukan mesin perkakas CNC tentang apa yang harus dikerjakan. Untuk
menyusun pemrograman pada mesin CNC diperlukan hal-hal berikut.
a. Metode Pemrograman
Metode pemrograman dalam mesin CNC ada dua.
1) Metode Incremental
Adalah suatu metode pemrograman dimana titik referensinya selalu berubah,
yaitu titik terakhir yang dituju menjadi titik referensi baru untuk ukuran berikutnya.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut ini:

Gambar 12.24 Skema metode incremental


2) Metode Absolut
Adalah suatu metode pemrograman di mana titik referensinya selalu tetap yaitu
satu titik / tempat dijadikan referensi untuk semua ukuran berikutnya. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar 12.25 Skema metode absolut


b. Bahasa Pemrograman
Bahasa pemrograman adalah format perintah dalam satu blok dengan
menggunakan kode huruf, angka, dan simbol. Di dalam mesin perkakas CNC terdapat
perangkat komputer yang disebut dengan Machine Control Unit (MCU). MCU ini berfungsi
menterjemahkan bahasa kode ke dalam bentuk gerakan persumbuan sesuai bentuk
benda kerja.

333
Kode-kode bahasa dalam mesin perkakas CNC dikenal dengan kode G dan M, di
mana kode-kode tersebut sudah distandarkan oleh ISO atau badan Internasional
lainnya. Dalam aplikasi kode huruf, angka, dan simbol pada mesin perkakas CNC
bermacam-macam tergantung sistem kontrol dan tipe mesin yang dipakai, tetapi secara
prinsip sama. Sehingga untuk pengoperasian mesin perkakas CNC dengan tipe yang
berbeda tidak akan ada perbedaan yang berarti. Misal: mesin perkakas CNC dengan
sistem kontrol EMCO, kode-kodenya dimasukkan ke dalam standar DIN. Dengan
bahasa kode ini dapat berfungsi sebagai media komunikasi antarmesin dan operator,
yakni untuk memberikan operasi data kepada mesin untuk dipahami. Untuk
memasukkan data program ke dalam memori mesin dapat dilakukan dengan keyboard
atau perangkat lain (disket, kaset, dan melalui kabel RS-232).
c. Sistem Persumbuan pada Mesin Bubut CNC-TU2A
Sebelum mempelajari sistem penyusunan program terlebih dahulu harus
memahami betul sistem persumbuan mesin bubut CNC-TU2A. Ilustrasi Gambar 12.26 di
bawah ini adalah skema eretan melintang dan eretan memanjang, di mana mesin dapat
diperintah bergerak sesuai program.

Gambar 12.26 Skema persumbuan mesin bubut CNCTU2A.


Pada umumnya gerakan melintang mesin bubut adalah sumbu X, sedangkan
gerakan memanjang mesin bubut adalah sumbu Z.
d. Contoh Pemrograman
Berikut contoh pemrograman dengan metode absolut dan incremental. Program
berikut adalah langkah finishing pengerjaan suatu benda kerja.
1) Contoh program incremental
Pemrograman secara incremental adalah pemrograman dengan
perhitungan yang didasarkan pada posisi nol berada, artinya gerakan tool
berikutnya didasarkan pada posisi tool sebelumnya. Untuk lebih jelasnya lihat
ilustrasi di bawah ini, serta cermati angka-angkanya.

Gambar 12.27 Contoh gambar untuk pemrograman


Buatlah susunan program proses finishing dari gambar benda kerja di atas!

334
2) Contoh program absolut
Penyusunan program absolut sistem penghitungannya didasarkan pada satu titik
referensi. Nilai X adalah diameter benda kerja, sedangkan nilai Z adalah jarak dari
titik referensi ke arah memanjang. Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi di bawah ini,
dan cermati angka-angkanya.

Gambar 12.28 Contoh gambar untuk pemrograman

335
Buatlah susunan program proses finishing dari gambar benda kerja di atas!

5. Pengoperasian Disket
Pada mesin bubut CNC-TU2A dilengkapi dengan penggerak disket atau disk drive yang
berfungsi untuk pengoperasian disket. Dengan sistem layanan disket ini semua program CNC
dapat disimpan ke dalam disket atau dapat memindahkan pogram CNC dari disket ke
dalam memori mesin. Hal ini dilakukan karena kemampuan mesin yang terbatas,
yakni mesin hanya mampu menyimpan data ketika mesin dalam kondisi hidup, sedangkan
apabila mesin dimatikan, semua data program yang ada di dalam memori mesin akan hilang.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan data yang ada di dalam memori
mesin hilang, antara lain sebagai berikut:
a. Tombol emergensi ditekan.
b. Terjadi ganguan listrik, yang menyebabkan terputusnya aliran listrik yang masuk ke mesin.
Apabila terjadi hal-hal tersebut di atas, dengan sistem pelayanan disket akan
memudahkan operator untuk memasukkan data-data program ke dalam memori mesin
melalui data program yang tersimpan di dalam disket.

Jenis disket yang digunakan dalam pengoperasian mesin adalah disket DS,
DD(double side, double density) dengan ukuran disket 3,5 Inch. Untuk pengoperasian disket pada
mesin bubut CNC346TU2A ada beberapa urutan yang harus dikerjakan.
a. Memformat Disket
Memformat disket adalah pengisian lintasan track dan sector sehingga dapat dipergunakan
untuk menyimpan data program. Adapun langkah memformat disket sebagai berikut:

336
1) Masukkan disket pada disk drive maka lampu ledakan menyala.
2) Pindahkan cursor pada kolom G dengan menekan tombol .
3) Tulis G65 kemudian tekan tombol (pada monitor tertayang fungsi pita).
4) Tekan tombol + secara bersamaan, maka pada monitor akan tampil pita
hapus dan tertulis C er (erase), tunggu sampai format selesai.
b.Menyimpan Program dari Mesin ke dalam Disket
1) Masukkan disket pada disk drive maka lampu led akan menyala.
2) Pindahkan cursor pada kolom G dengan menekan tombol .
3) Tulis G65 kemudian tekan tombol (pada monitor tertayang fungsi pita).
4) Tekan tombol (pada monitor tertayang menyimpan program no P….).
5) Nomor program untuk menyimpan dapat dipilih:
P00 – P99
000 – 999
6) Tulis nomer program yang diinginkan, misal 281 kemudian tekan tombol
(pada monitor akan tertayang nomer 281 akan tersimpan dan mesin akan
menampilkan program-program yang tersimpan di dalam disket), tunggu sampai
proses penyimpanan selesai.
c. Memanggil Program dari Disket ke Mesin
1) Masukkan disket pada disk drive maka lampu led akan menyala.
2) Pindahkan cursor pada kolom G dengan menekan tombol .
3) Tulis G65 kemudian tekan tombol , (pada monitor tertayang fungsi pita).
4) Tekan tombol (pada monitor tertayang fungsi pita….).
5) Tulis nomer program yang akan dipanggil, misal 282, kemudian tekan tombol
(pada monitor akan tertayang: program tersimpan dan mesin akan menampilkan
program-program yang tersimpan di dalam disket) kemudian disusul program akan
terbaca, maksudnya nomer program yang tersimpan di dalam disket akan
ditampilkan. Tunggu sampai proses pembacaan selesai.
6. Cara Setting Benda Kerja
Untuk melaksanakan eksekusi program-program CNC dengan penyayatan benda
terlebih dahulu dilakukan setting pisau terhadap benda kerja. Setting dapat dilakukan
dengan dua cara sebagai berikut:
a. Setting Benda Kerja dengan Metode Incremental
1) Pasang benda kerja pada cekam, kunci dengan kuat.
2) Putar cekam dengan kecepatan yang sesuai dan yakinkan putaran sudah senter.
3) Setting terhadap sumbu X
a)Gerakkan pahat mendekati permukaan benda kerja dan atur kecepatan
penyayatan pelan- pelan.
b) Sentuhkan ujung pahat pada permukaan benda kerja dan yakinkan
ujung pahat sudah menyentuh permukaan benda kerja, (lihat gambar 12.30).

Gambar 12.30 Setting kedudukan tool terhadap sumbu X benda kerja.


Lihat harga X pada monitor, misal X = –520, hapus harga X dengan tombol
, sehingga harga X menjadi nol (00).
c) Setting kedudukan pahat/tool terhadap sumbu X sudah selesai.
4) Setting terhadap sumbu Z
337
a) Bebaskan ujung pahat dari permukaan benda kerja dan gerakkan bebas
pahat ke kanan mendekati permukaan samping kanan benda kerja.
b) Gerakkan ujung pahat mendekati permukaan sisi samping kanan benda
kerja dengan kecepatan sayat pelan-pelan.

Gambar 12.31 Langkah setting kedudukantool terhadap sumbu Z benda kerja


c) Sentuhkan pahat pada permukaan benda kerja dan yakinkan pahat
sudah menyentuh permukaan benda kerja (lihat Gambar 12.32). Lihat harga
Z pada monitor, misal harga Z = 250, hapus harga Z dengan tombol
, sehingga harga Z = 00.
d) Gerakkan pahat ke kanan sesuai titik awal penyayatan yang dikehendaki,
misal harga Z = 100 (1mm), maka pahat digerakkan 1 mm, ke sebelah
kanan titik referensi benda kerja, (lihat Gambar 12.33).
e) Setting kedudukan pahat/toolI terhadap sumbu Z sudah selesai

Gambar 12.32 Setting kedudukan tool terhadap sumbu Z benda kerja

Gambar 12.33 Setting akhir kedudukan tool terhadap sumbu Z benda kerja
b.Setting Benda Kerja dengan Metode Absolut
1) Ukurlah diameter benda kerja dan catat harga diameter, missal: 22 mm.
2) Pasang benda kerja pada cekam, kunci dengan kuat.
3) Putar cekam dengan kecepatan yang sesuai dan yakinkan putaran sudah senter.
4) Setting terhadap sumbu X:
a) Gerakkan pahat mendekati permukaan benda kerja, dan atur
kecepatan penyayatan pelan-pelan.
b) Sentuhkan ujung pahat pada permukaan benda kerja dan yakinkan
pahat sudah me- nyentuh permukaan benda kerja, (lihat Gambar
12.34). Lihat harga X pada monitor, misal X = –720, hapus harga X dengan
tombol , sehingga harga X menjadi nol (00).

Gambar 12.34 Setting kedudukan tool terhadap sumbu X benda kerja

338
c) Tekan tombol dan tulis harga diameter benda kerja X = 2200,
kemudian tekan .

d) Setting kedudukan pahat/tool terhadap sumbu X sudah selesai.


5) Setting terhadap sumbu Z:
Untuk setting kedudukan tool terhadap sumbu Z, metode absolut caranya
sama seperti setting kedudukan tool terhadap sumbu Z pada metode
incremental.
7. Contoh-Contoh Aplikasi Fungsi G, Fungsi M, serta Soal Latihan
a. Fungsi G 00
Perintah atau fungsi dengan sandi G 00 adalah perintah gerakan lurus, cepat,
dan tidak menyayat. Penempatan fungsi ini pada kolom kedua, pada blok program.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

Contoh:

Gambar 12.36 Contoh gambar kerja simulasi G00


Susunlah program simulasi plotter (tanpa benda kerja) mengikuti alur gerakan
A-B-C-D-E-F-A. Program plotter dibuat dengan metode Absolut dan Incremental.

Soal:

Gambar 12.37 Soal latihan membuat simulasi G00

339
Susunlah program simulasi plotter (tanpa benda kerja) mengikuti alur gerakan
A-B-C-D-E-F-G-H-A.

b. Fungsi G 01
Perintah atau fungsi dengan sandi G 01 adalah perintah gerakan lurus,
menyayat. Penempatan fungsi ini pada kolom kedua, pada blok program. Untuk lebih
jelasnya lihat gambar berikut.

N G X Z F H
... 01 ... ... ... ...

Gambar 12.38 Ilustrasi blok program fungsi G 01


Contoh:

Gambar 12.39 Contoh gambar kerja simulasi G 01

Soal:
Buatlah susunan program incremental dari gambar 12.39 di depan!
c. Fungsi G 84
Perintah atau fungsi dengan sandi G 84 adalah perintah pembubutan siklus.
Penempatan fungsi ini pada kolom kedua, pada blok program. Untuk lebih jelasnya
lihat gambar berikut.

N G X Z F H
... 84 ... ... ... ...

Gambar 12.40 Ilustrasi blok program fungsi G 84

340
Contoh:

Gambar 12.41 Contoh gambar kerja simulasi G 084

Soal:
Buatlah susunan program incremental dari gambar 12.41 di atas.
d. Fungsi G 02
Perintah atau fungsi dengan sandi G 02 adalah perintah pembubutan
radius/melengkung searah jarum jam (CW). Penempatan fungsi ini pada kolom kedua,
pada blok program. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

N G X Z F H
... 02 ... ... ... ...
... M99 I... K... ... ...
Gambar 12.42 Ilustrasi blok program fungsi G 02
M99 adalah penentuan parameter I dan K. Parameter I adalah jarak titik start
melengkung sampai ke titik pusat lengkungan, tegak lurus searah sumbu X.
Sedangkan parameter K adalah jarak titik start melengkung sampai ke titik pusat
lengkungan, tegal lurus searah sumbu Z. Perintah M99 ini dipergunakan apabila
radius atau lengkungan yang akan dibuat mempunyai sudut lebih dari 90°. Agar lebih
jelas perhatikan contoh-contoh berikut ini.

341
Gambar 12.43 Contoh gambar kerja simulasi G 02-1
Dari Gambar 12.43 di atas dapat diketahui bahwa besar:
I = SC = R = 15
K=0
Maka program melengkung dari S ke E sebagai berikut.
Metode Absolut
N G X Z F H
... ... ... ... ...
... 00 1.400 00
... 02 2.000 –900 35
... M99 I: 1.500 K: 0
... ... ... ... ...

Metode Incremental
N G X Z F H
... ... ... ... ...
... 02 300 –900 35
... M99 I: 1.500 K: 0
... ... ... ... ...

Gambar 12.44 Contoh gambar kerja simulasi G 02-2

342
Dari Gambar 12.44 di atas dapat diketahui:
SC = EC = R = 15
EL = (20 – 14):2 = 3
I = LC = EC – EL = 15 – 3 = 2
K = SL = 9
Maka program gerakan melengkung dari S ke E sebagai berikut.

Gambar 12.44 Contoh gambar kerja simulasi G 02-2

Dari Gambar 12.44 di atas dapat diketahui:


SC = EC = R = 15
EL = (20 – 14):2 = 3
I = LC = EC – EL = 15 – 3 = 2
K = SL = 9
Maka program gerakan melengkung dari S ke E sebagai berikut.
Metode Absolut
N G X Z F H
... ... ... ... ...
... 00 2.000 0
... 02 1.400 –900 35
... M99 I: 1.200 K: 900
... ... ... ... ...
Metode Incremental
N G X Z F H
... ... ... ... ...
... 02 –300 –900 35
... M99 I: 1.200 K: 900
... ... ... ... ...
Contoh:

Gambar 12.45 Contoh gambar kerja simulasi G 02-3

343
Dari Gambar 12.45 di atas diketahui R = 26, K = 20 : 2 = 10 sehingga bisa kita hitung nilai
I dengan rumus pitagoras.

Susunan program gerakan dari S ke E, E ke D adalah:


Metode Absolut
N G X Z F H
... 01 2.200 00 35
... 02 1.800 –1.000 35 S ke E
... M99 I: 2.400 K: 1.000
... 02 2.200 –2.000 35 E ke D
... M99 I: 2.400 00
Metode Incremental
N G X Z F H
... 02 –200 –1.000 35 S ke E
... M99 I: 2.400 K: 1.000
... 02 200 –1.000 35 E ke D
... M99 I: 2.400 0
Contoh:

Gambar 12.46 Contoh gambar kerja simulasi G 02-4


Buat susunan program G02 dengan metode absolut dan incremental dari gambar
12.46 di atas
e. Fungsi G 03
Perintah atau fungsi dengan sandi G03 adalah perintah pembubutan
radius/melengkung berlawanan arah jarum jam (CCW). Penempatan fungsi ini pada
kolom kedua, pada blok program. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

344
N G X Z F H
... 03 ... ... ... ...
... M99 I... K... ... ...

Gambar 12. 47 Ilustrasi blok program fungsi G 03


M99 adalah penentuan parameter I dan K. Parameter I adalah jarak titik start
melengkung sampai ke titik pusat lengkungan, tegak lurus searah sumbu X.
Sedangkan parameter K adalah jarak titik start melengkung sampai ke titik pusat
lengkungan, tegal lurus searah sumbu Z.
Pada mesin EMCO CNC TU-2A, gerakan perintah G 03 dengan nilai pergerakan
ke arah X dan Z sama bisa dijalankan tanpa menggunakan program M99. Pada mesin
jenis ini nilai I dan K selalu incremental positif.

Soal:

Gambar 12.48 Contoh gambar kerja simulasi G 03-1


Dari Gambar 12.48 di atas dapat diketahui R = 15, I = 10. Jadi besarnya K dapat
dihitung dengan rumus Pythagoras.

Susunan program gerakan dari S ke E ebagai berikut.


Metode Absolut
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 01 1.000 0 35
... 03 1.800 –581
... M99 I: 1.000 K: 1.118 35
... ... ... ... ...

Metode Incremental
N G X Z F
... 03 400 –581 35
... M99 I: 100 K: 1.118 35
... ... ... ... ...

345
Gambar 12.49 Soal latihan aplikasi fungsi G 03
Buatlah susunan program absolut dan incremental dari gambar kerja di atas.
f. Fungsi G 04
Fungsi dengan sandi G04 adalah perintah diam sesaat. Aplikasi ini
memerintahkan komputer untuk menghentikan feeding beberapa saat, dengan kondisi
spindle masih berputar. Untuk lebih jelasnya kita lihat simulasi blok programn G04
sebagai berikut.

N G X Z F H
... 04 300 ... ... ...

Gambar 12.50 Ilustrasi blok program G 04


Pada kolom X, kolom tersebut diisi dengan angka tenggat waktu berhenti
feeding mesin. X = 300 dimaksudkan feeding mesin berhenti selama 3 detik.
g. Fungsi G 21
Aplikasi G 21 adalah aplikasi penyisipan satu blok program. Aplikasi ini bisa dibentuk

menggunakan tombol kombinasi . Setelah blok sisipan

terbentuk, perintah G 21 yang tercantum pada kolom G, bisa dihapus baru kemudian
diisikan program sisipan. Lebih jelas lihat ilustrasi berikut.

N G X Z F
... 00 ... ... ... (tekan ~ + INP)
... 01 ... ... ...

N G X Z F
... 00 ... ... ...
... 21 ... ... ... (hapus fungsi G 21, kemudian isi
blok ini dengan program yang
dikehendaki)
... 01 ... ... ...
Gambar 12.51 Ilustrasi blok program G 21
h. Fungsi G 25
Fungsi dengan sandi G 25 adalah perintah pemanggilan subprogram. Sub-program
dipergunakan pada saat kita melakukan pekerjaan pengulangan dengan pola bidang yang
sama dan sebangun. Berikut ilustrasi blok program untuk aplikasi fungsi G 25.

346
N G X Z F H
... 25 L 30

Gambar 12.52 Ilustrasi blok program G 25


Maksud dari L 30 pada kolom H di atas adalah nomor blok subprogram yang
akan dipanggil pada saat proses pengerjaan benda kerja. Subprogram yang dibuat
selalu dalam bentuk incremental. Agar lebih jelas kita lihat contoh penggunaan aplikasi
G 25 berikut ini.

Gambar 12.53 Contoh gambar kerja simulasi G 25


Buatlah susunan program G 25 dari gambar kerja di atas.
Contoh:
Metode Absolut
N G X Z F H
00 92 2.200 100
01 M03 0
02 00 2.000 100
03 25 L 20
04 00 1.800 100
05 25 L 20
06 00 1.600 100
07 25 L 20
08 00 1.400 100
09 25 L 20
10 00 1.200 100
11 25 L 20
12 00 1.000 100
13 25 L 20
14 00 800 100
15 25 L 20
16 00 2.000 100
17 M05
18 M30
19
20 91

347
21 01 100 –600 35
22 01 0 –1.000 35
23 01 100 –500 35
24 01 0 –500 35
25 00 0 2.600
27 00 –400 0
28 90
29 M17
Soal:
Buat susunan program incremental dari Gambar 12.53 di atas.
i. Fungsi G 27
Fungsi G 27 adalah aplikasi program melompat blok. Aplikasi ini
dikombinasikan dengan fungsi M06 yaitu aplikasi penggantian tool. Agar lebih jelas lihat
ilustrasi dari fungsi G 27 di bawah ini.
N G X Z F H
... ... ... ... ... ...
30 27 L 40
31 M06 1.200 –100 T 01
32 00 1.000 100
... ... ... ... ... ...
40 M06 1.500 200 T 20
41 00 1.200 –200
... ... ... ... ... ...
Gambar 12.54 Ilustrasi blok program G 27
j. Fungsi G 88
Fungsi G 88 adalah aplikasi siklus program pembubutan melintang,
penempatan fungsi G 88 terletak pada kolom G blok program, untuk lebih jelasnya
lihat gambar ilustrasi berikut ini.

N G X Z F H
... 88

Gambar 12.55 Ilustrasi blok program G 88


Pada kolom X diisi dengan nilai diameter nominal benda kerja yang akan dituju,
lebih jelasnya lihat contoh berikut ini.

Gambar 12.56 Contoh gambar kerja simulasi G 88-1

348
Metode Absolut
N G X Z F H
00 92 2.200 100
01 M03
02 88 1.000 –1.000 25 100
03 M05
04 M30
Metode Incremental
N G X Z F H
01 M03
02 88 –600 –1.000 25 100
03 M05
04 M30
Soal:

Gambar 12.57 Contoh gambar kerja simulasi G 88-2


Susunlah program fungsi G88 dari Gambar 12.57 di atas dengan metode
incremental dan absolut.
k. Fungsi G 83
Fungsi G 83 adalah aplikasi pemrograman pengeboran dengan penarikan tatal
keluar. Pada kolom Z, diisi dengan nilai dalamnya pengeboran.

N G X Z F H
... 83 ... ... ...

Gambar 12.58 Ilustrasi blok program G 83


Contoh:

Gambar 12.59 Contoh gambar kerja simulasi G 83


Buatlah program pengeboran dari Gambar 12.59 dengan metode absolut dan
incremental.

349
Metode Absolut
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 83 –1.800 35
Metode Incremental
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 83 –2.000 35
l. Fungsi G 81
Fungsi G 81 adalah aplikasi pemrograman pengeboran langsung. Pada kolom Z,
diisi dengan nilai kedalaman pengeboran.

N G X Z F H
... 81 ... ... ...

Gambar 12.60 Ilustrasi blok program G 81

Gambar 12.61 Contoh gambar kerja simulasi G 81


Buatlah program pengeboran dari Gambar 12.61 dengan metode absolut dan
incremental.
Metode Absolut
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 81 –2.200 35
Metode Incremental
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 81 –2.400 35
m. Fungsi G 82
G 82 adalah aplikasi program pengeboran langsung, dengan pemberhentian sesaat di
akhir pengeboran. Pada aplikasi ini kolom Z diisi dengan dalamnya pengeboran.

N G X Z F H
... 82 ... ... ...

Gambar 12.62 Ilustrasi blok program G 82

350
Gambar 12.63 Contoh gambar kerja simulasi G 82
Buatlah program pengeboran dari Gambar 12.63 dengan metode absolut
dan incremental.
Metode Absolut
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 82 –2.200 35
Metode Incremental
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 82 –2.400 35

n. Fungsi G 85
G 85 adalah aplikasi program siklus pereameran. Reamer bisa diartikan
sebagai peluasan, yaitu peluasan lubang hasil pengeboran. Pereameran
dilakukan karena pada saat pembuatan lubang, tidak ada ukuran mata bor yang
cocok dengan diameter lubang yang akan dibuat. Pereameran juga berfungsi
sebagai penghalus lubang yang sudah dibuat. Pada aplikasi ini kolom Z diisi
dengan nilai kedalaman pereameran.

N G X Z F H
... 85 ... ... ...

Gambar 12.64 Ilustrasi blok program G 85

Gambar 12.65 Contoh gambar kerja simulasi G 85

351
Buatlah susunan program pereameran dari Gambar 12.65 di atas dengan
metode absolut dan incremental.
Metode Absolut
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 85 –2.200 35

Metode Incremental
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 85 –2.400 35

o. Fungsi G 89
Fungsi G89 adalah alikasi program penghalusan secara langsung, dengan
tenggat waktu berhenti di akhir penghalusan. Pada aplikasi ini kolom Z diisi
dengan nilai kedalaman penghalusan.

N G X Z F H
... 89 ... ... ...

Gambar 12.66 Ilustrasi blok program G 89

Gambar 12.67 Contoh gambar kerja simulasi G 89


Buatlah susunan program penghalusan dari Gambar 12.67 di atas dengan
metode absolut dan incremental.
Metode Absolut
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 89 –2.200 35
Metode Incremental
N G X Z F
... ... ... ... ...
... 89 –2.400 35

352
p. Fungsi M06
M06 adalah fungsi penggantian alat pada Mesin Bubut CNCTU2A.
Penggantian tool ini dilakukan pada saat kita melakukan pembubutan kompleks.
Pada mesin CNC-TU2A hal ini bisa dilakukan langsung tanpa melepas pahat
dan menggantinya satu demi satu karena mesin ini dilengkapi dengan revolver.
Berikut adalah ilustrasi blok pemrograman penggantian alat pada mesin
CNC-TU2A.

N G X Z F H
... M06 ... ... ...

Gambar 12.68 Ilustrasi blok program M06

Gambar 12.69 Revolver


Pada aplikasi M06 ini kolom F diisi dengan sandi T, yaitu sandi perputaran
revolver terhadap pisau aktif untuk menentukan jenis pisau baru. Karena
bentuk tool yang berbeda, setiap tool memiliki selisih jarak (jarak setting)
terhadap benda kerja yang berbeda pula.
Karena itu sebelum kita melakukan penggantian alat pada
pembubutan kompleks, perlu dilakukan setting tiap tool terhadap benda kerja.
Adapun langkah- langkahnya sebagai berikut:
1) Menentukan urutan kerja alat potong. Untuk pengerjaan bubut kompleks
seperti pada benda kerja. Urutan tool pisau yang dipergunakan adalah:
a)Pahat kanan luar
b)Pahat potong
c) Pahat ulir luar

Gambar 12.70 Urutan pemakaian pisau tool


2) Menentukan data alat potong. Penentuan data alat potong sangat penting
karena dengan penentuan ini akan mempermudah pemrograman. Pada
lembar data alat potong. Nantinya akan diisi dengan harga selisih terhadap
sumbu Z referensi.
3) Mencari selisih panjang tiap-tiap alat potong. Untuk menentukan selisih
panjang tiap tool diperlukan alat bantu optik. Alat bantu ini semacam lup tapi
tidak dilengkapi dengan lensa pembalik sehingga bayangan yang dihasilkan
berlawanan dengan kenyataannya. Adapun langkah setting masing-masing
tool sebagai berikut:
a) Pasang senter tetap pada cekam.
b) Pasang senter tetap kecil pada revolver.
353
c) Dekatkan kedua ujung senter dan samakan ketinggiannya.
d) Mundurkan revolver pasang alat optik pada meja mesin.
e) Setel ketinggian plat ukur yang ada pada alat optik dengan ketinggian
senter yang terpasang pada cekam.
f) Periksa dan setting ketinggian semua tool yang telah
dipasang pada alat potong terhadap plat ukur yang terpasang
alat optik, (lihat Gambar 12. 71).
g) Gerakkan pahat kanan luar sebagai pahat referensi, ke bawah alat
optik sehingga ujung pahat kanan berada pada kwadran II, dan
menempel pada tool terhadap plat ukur. persilangan garis silang X
dan Z. (Gambar 12.72 dan Gambar 12.73).

Gambar 12.71 Setting ketinggi tool Gambar 12.72 Setting pahat referensi
terhadap plat ukur

Gambar 12.73 Posisi pahat kanan luar pada kwadran II


h) Tekan tombol DEL untuk menghapus nilai X dan Z, sehingga nilai X = 0 dan
Z = 0.
i) Mundurkan posisi revolver dan putarlah revolver untuk setting pisau
yang kedua, posisikan tool tersebut pada persilangan sumbu X dan Z,
setiap pensettingan catat selisih nilai sumbu X dan sumbu Z.
j) Nilai selisih X dan Z, nantinya diisikan pada kolom X dan Z setiap
penggantian tool.
k) Jika posisi pahat kanan luar terletak pada kwadran II alat optik, pahat
alur dan pahat ulir terletak pada kwadran yang berbeda. Berikut gambar
cerminan posisi pensettingan beberapa pahat.
l) Pasang ketiga tool pada revolver sesuai urutan penggunaan
masing-masing tool, (Gambar 12.76).

354
Gambar 12.74 Posisi pahat alur pada kwadran I Gambar 12.75 Posisi pahat ulir

Gambar 12.76 Pemasangan tool pada revolver

Gambar 12.77 Contoh gambar kerja simulasi M06


Buatlah program penguliran dari Gambar 12.77 dengan metode absolut.
Metode Absolut
N G X Z F
00 92 2.200 100
01 M06 00 00 T00
02 M03
03 84 1.800 –2.500 35 100
04 00 1.800 100
05 01 1.600 –2.200 35
06 01 1.800 –2.300 35
07 00 2.200 –2.300
08 M05
09 00 3.000 5.000
10 M06 –88 1.150 T02
11 M03
12 00 1.800 –1.600
13 86 1.400 –1.900 25 300
14 M05
15 00 2.200 3.000
16 M06 75 –332 T02
17 M03
18 00 1.610 100
19 78 1.476 –1.650 K100 10
20 M05
21 00 2.200 3.000
22 M06 00 00 T02
23 00 2.200 100
24 M30

355
Keterangan:
Blok program N09-N24
Maksud dari gerak G 00 pada blok N 09, revolver dijauhkan dari benda
kerja sebelum proses penggantian tool. Sedangkan pada blok N 10, nilai X
= –88, dan Z = 1.150 adalah nilai selisih jarak setting pahat nomer 2 terhadap
pahat kanan luar. Pada kolom F blok program N 10, terisi T02, adalah perintah
gerak revolver untuk berotasi sebanyak dua kali terhadap pahat kanan luar,
untuk diganti pahat alur. Setelah penggantian tool selesai, pahat alur didekatkan
dengan bagian yang akan dibuat alur, blok program N 13 adalah proses siklus
pengaluran.
Setelah siklus pengaluran selesai, putaran spindle utama dihentikan untuk
proses penggantian alat.
Pada proses penggantian pahat ulir, langkah-langkahnya sama dengan
proses penggantian pahat alur. Pada siklus penguliran, yaitu blok N19, pada
kolom F terisi K100, K100 adalah kisar dari ulir yang dibuat, sedangkan pada
kolom H = 10, maksudnya tinggi ulir luar dibuat dalam sepuluh kali langkah
penyayatan.
Blok N21-24 adalah proses penggantian pahat ulir luar kembali ke pahat
kanan luar.
Soal:
Buat susunan program incremental dari Gambar 12.77 di atas.
q. Fungsi G 78
Fungsi G78 adalah aplikasi pemrograman siklus pembuatan ulir. Berikut
ilustrasi blok pemrograman siklus penguliran pada mesin CNC TU-2A.
N G X Z F H
... 78 ... ... ...

Gambar 12.78 Ilustrasi blok program G 78


Pada aplikasi G 78 pada kolom K merupakan kolom nilai kisar ulir yang
akan dibuat. Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang siklus penguliran
dengan menggunakan aplikasi G 78, kita pelajari lagi tentang dasar-dasar
perhitungan penguliran.
Tabel 12.2 Hubungan kisar ulir dengan putaran mesin
Kisar Ulir (mm) Putaran (Rpm)
0,02–0,5 950
0,5–1 500
1–1,5 320
1,5–2 250
2–3 170
3–4 120
Berdasarkan standar ISO ketentuan ulir yang benar sebagai berikut.
1) Tinggi ulir luar (h): 0,6134.P
2) Tinggi ulir dalam (h): 0,5413.P

356
Tabel 12.3 Hubungan kisar ulir dengan tinggi ulir
Kisar Ulir (mm) Tinggi Ulir (mm)
0,5 0,307
0,6 0,368
0,7 0,429
0,75 0,460
0,8 0,491
1 0,613
1,25 0,767
1,5 1.074
1,75 1.227
2 1.380
2,25 1.534
2,5 1.687
2,75 1.840

Tabel 12.4 Hubungan kisar ulir dengan tinggi ulir


Kisar Ulir (mm) Tinggi Ulir (mm)
3 0,5
4 0,7
5 0,8
6 1
8 1,25
10 1,5
12 1,75
16 2,0
20 2,5

Contoh:
Berikut adalah contoh penyusunan program G 78.

Gambar 12.79 Contoh gambar kerja simulasi G 78

357
Buatlah program penguliran dari Gambar 12.79 dengan metode absolut.
Metode Absolut
N G X Z F
00 92 2.200 100
01 M06 00 00 T00
02 M03
03 84 1.600 –1.700 35 100
04 00 1.400 100
05 01 1.400 0 35
06 01 1.600 –100 35
07 01 1.600 –1.100 35
08 01 1.400 –1.200 35
09 01 1.400 –1.700 35
10 01 2.200 –1.700 35
11 00 3.000 5.000
12 M05
13 M06 172 –84 T02
14 M03
15 00 1.700 100
16 78 1.477 –1.300 K100 20
17 00 3.000 5.000
18 M05
19 M06 0 0 T04
20 00 2.200 100
21 M30

Metode Incremental

N G X Z F
00 M06 0 0 T00
01 M03
02 84 –300 –1.800 35 100
03 00 –400 0
04 01 0 –100 35
05 01 100 –100 35
06 01 0 –1.000
07 01 –100 –100
08 01 0 –500
09 01 400 0
10 00 400 6.800
11 M05
12 M06 –172 –84 T02

358
13 M03
14 00 –650 –5.000
15 78 –112 –1.400 K100
16 00 650 5.000
17 M05
18 M06 0 0 T04
19 00 –400 –5.000
20 M30
Soal:

Gambar 12.80 Gambar kerja simulasi G 78


Susunlah simulasi program G 78 dari Gambar 12.80 di atas dengan metode
absolut dan incremental.
r. Fungsi G 86
Fungsi G 86 adalah aplikasi pemrograman siklus pembubutan alur. Berikut
adalah ilustrasi blok pemrograman siklus pengaluran pada mesin CNC-TU2A.
N G X Z F H
... 86 ... ... ...

Gambar 12.81 Ilustrasi Blok Program G 86


Pada pemrograman siklus pengaluran ini, kolom H diisi dengan lebar pahat,
sedangkan kolom X diisi dengan diameter akhir yang akan dituju. Lihat contoh
berikut ini.
Contoh:

Gambar 12.82 Contoh gambar kerja simulasi G86

359
Dari Gambar 12.82 di atas buatlah simulasi pemrograman dengan
metode absolut.
N G X Z F
00 92 2.200 100
01 M06 00 00 T00
02 M03
03 84 1.800 –2.700 35 100
04 00 3.000 5.000
05 M05
06 M06 –207 –388
07 M03
08 00 2.200 –400
09 25
10 00 2.200 –1.200
11 25
12 00 2.200 –2.000
13 25
14 00 3.000 5.000
15 M05
16 M06 0 0 T04
17 00 2.200 100
18 M30
19 91
20 86 –725 –400 35 300
21 90
22 M17
Tugas: Buatlah simulasi pemrograman siklus pengaluran dari Gambar 12.82
dengan metode incremental.

Soal:

Gambar 12.83 Gambar kerja simulasi G 86


Dari Gambar 12.83 di atas buatlah simulasi pemrograman dengan metode
absolut dan incremental.

360
B. Mesin Frais CNC
Mesin Frais CNC secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a)Mesin Frais CNC Training Unit
b)Mesin Frais CNC Production Unit
Kedua mesin tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama, akan tetapi yang
membedakan kedua tipe mesin tersebut adalah penggunaannya di lapangan. CNC Frais
Training Unit dipergunakan untuk pelatihan dasar pemrograman dan pengoperasian
CNC yang dilengkapi dengan EPS (External Programing Sistem). Mesin CNC jenis
Training Unit hanya mampu dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan dengan
bahan yang relatif lunak.
Sedangkan Mesin Frais CNC Production Unit dipergunakan untuk produksi massal,
sehingga mesin ini dilengkapi dengan assesoris tambahan seperti sistem pembuka
otomatis yang menerapkan prinsip kerja hidrolis, pembuangan tatal, dan sebagainya.
Gerakan Mesin Frais CNC dikontrol oleh komputer, sehingga semua gerakan yang
berjalan sesuai dengan program yang diberikan, keuntungan dari sistem ini adalah mesin
memungkinkan untuk diperintah mengulang gerakan yang sama secara terus-menerus
dengan tingkat ketelitian yang sama pula.
1. Prinsip Kerja Mesin Frais CNC TU 3 Axis
Mesin Frais CNC TU-3A menggunakan sistem persumbuan dengan dasar
sistem koordinat Cartesius, (Gambar 12.84). Prinsip kerja mesin CNC TU-3A
adalah meja bergerak melintang dan horizontal sedang- kan pisau/pahat berputar.
Untuk arah gerak persumbuan Mesin Frais CNC TU-3A tersebut diberi lambang
pesumbuan sebagai berikut:
a)Sumbu X untuk arah gerakan horizontal.
b)Sumbu Y untuk arah gerakan melintang.
c) Sumbu Z untuk arah gerakan vertical.

Gambar 12.84 Sistem koordinat mesin CNC TU-3A Gambar 12.85 Skema pergerakan
koordinat mesin CNC TU-3A
2. Bagian Utama Mesin Frais CNC TU3A
a. Bagian Mekanik
1) Motor utama
Motor utama adalah motor penggerak cekam untuk memutar benda kerja.
Motor ini jenis motor arus searah/DC (Direct Current) dengan kecepatan
putaran yang variabel.

Gambar 12.86 Motor utama

361
Adapun data teknis motor utama adalah:
a) Jenjang putaran 600–4.000 rpm
b) Power Input 500 Watt
c) Power Output 300 Watt
2) Eretan
Eretan merupakan gerak persumbuan jalannya mesin. Pada mesin 3
axis, mesin ini mempunyai dua fungsi gerakan kerja, yaitu
gerakan kerja posisi vertikal dan gerakan kerja pada posisi horizontal,
adapun yang dimaksud dengan gerakan kerja tersebut adalah:
a) Posisi vertikal
1) Eretan memanjang sumbu X (0-199,9 mm)
2) Eretan melintang sumbu Y (0-99.99 mm)
3) Eretan vertikal sumbu Z (0-199.99mm)

Gambar 12.87 Skema mesin posisi vertikal Gambar 12.88 Skema mesin posisi
horizontal
b) Posisi horizontal
1) Eretan memanjang sumbu Z (0-199,9 mm)
2) Eretan melintang sumbu X (0-99.99 mm)
3) Eretan vertikal sumbu Y (0-199.99mm)
3) Step motor
Step motor berfungsi untuk meng- gerakkan eretan, yaitu gerakan
sumbu X dan gerakan sumbu Z. Tiap-tiap eretan memiliki step motor
sendiri- sendiri, adapun data teknis step motor sebagai berikut.
a) Jumlah putaran 72 langkah.
b) Momen putar 0.5 Nm.
c) Kecepatan gerakan:
• Gerakan cepat maksimum 700 mm/menit.
• Gerakan operasi manual 5–500 mm/menit.
• Gerakan operasi mesin CNC terprogram 2–499 mm/menit.

Gambar 12.89 Step motor Gambar 12.90 Poros berulir dengan bantalan
4) Rumah alat potong
Rumah alat potong digunakan untuk menjepit tool holder (alat potong) pada
saat proses pengerjaan benda kerja. Sumber putaran rumah alat potong
dihasilkan dari motor utama, dengan kecepatan putaran 300–200 RPM.

362
Pada mesin jenis training unit rumah alat potong hanya memungkinkan
memegang satu alat, berbeda dengan jenis producrion unit yang dilengkapi alat
semacam revolver, sehingga memungkinkan untuk membawa lebih dari
satu tool holder.

Gambar 12.91 Tool holder


5) Penjepit alat potong
Penjepit alat potong atau tool holder pada Mesin Frais adalah
penjepit manual, alat ini digunakan untuk menjepit pisau pada saat
penyayatan benda kerja. Bentuk penjepit ini biasanya disesuaikan
dengan bentuk rumah alat potong. Di bagian dalam tool holder dilengkapi
sebuah alat bantu pencekaman. Alat bantu tersebut berfungsi untuk
memperkuat pencekaman dari tool holder. Alat bantu tersebut
dinamakan collet. Collet terbuat dari bahan logam, di mana diame terlubang
pada collet sesuai dengan besarnya diameter pisau.

Gambar 12.92 Collet


6) Ragum
Ragum pada mesin CNC TU-3A berfungsi untuk menjepit benda
kerja pada saat proses penyayatan. Ragum pada mesin ini dilengkapi
dengan sebuah stopper. Ragum bisa diganti sesuai kebutuhan. Ragum
pada mesin ini dioperasikan secara manual

Gambar 12.93 Ragum


b. Bagian Pengendali/Kontrol
Bagian pengendali/kontrol merupakan bak kontrol mesin CNC yang berisikan
tombol-tombol dan saklar serta dilengkapi dengan monitor. Pada kotak kontrol
merupakan unsur layanan langsung yang berhubungan dengan operator.
Gambar berikut menunjukan secara visual dengan nama-nama bagian sebagai
berikut.

363
Gambar 12.94 Bagian pengendali
Keterangan:
1. Saklar utama
2. Lampu kontrol saklar utama
3. Tombol emergensi
4. Saklar operasi mesin
5. Saklar pengatur kecepatan sumbu utama
6. Amperemeter
7. Tombol untuk eretan melintang, memanjang
8. Tombol shift
9. Saklar pengatur feeding meja
10. Tombol pengatur posisi metric-inch
11. Display pembaca gerakan
12. Lampu kontrol untuk pelayanan manual
13. Saklar option CNC atau manual
14. Tombol DEL
15. Tombol untuk memindah fungsi sumbu X, Y, Z
16. Tombol INP
17. Tombol M
1) Saklar Utama/Main Switch
Saklar utama adalah pintu masuk aliran listrik ke kontrol pengendali
CNC. Cara kerja saklar utama yaitu jika kunci saklar utama diputar ke posisi
1 maka arus listrik akan masuk ke kontrol CNC

Gambar. 12.95 Saklar utama (main switch)


Sebaliknya jika kunci saklar utama diputar kembali ke angka 0 maka arus listrik
yang masuk ke kontrol CNC akan terputus. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar di bawah ini.

Kondisi mati Listrik masuk ke kontrol CNC


Gambar 12.96 Ilustrasi cara kerja saklar utama

364
2) Tombol Darurat/Emergency Switch
Tombol ini digunakan untuk memutus aliran listrik yang masuk ke kontrol
mesin. Hal ini dilakukan apabila akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
akibat kesalahan program yang telah dibuat.

Gambar. 12.97 Emergency switch


3) Saklar Operasi Mesin (Operating Switch)
Saklar layanan mesin ini digunakan untuk memutar sumbu utama yang
dihubungkan dengan rumah alat potong. Saklar ini yang mengatur perputaran
sumbu utama sesuai menu yang dipilih, yaitu perputaran manual atau CNC.

Gambar. 12.98 Saklar operasi


4) Saklar Operasi Mesin (Operating Switch)
Saklar layanan mesin ini digunakan untuk memutar sumbu utama yang
dihubungkan dengan rumah alat potong. Saklar ini yang mengatur perputaran
sumbu utama sesuai menu yang dipilih, yaitu perputaran manual atau CNC.

Gambar. 12.98 Saklar operasi

Cara kerja saklar operasi sebagai berikut.


1)Jika saklar diputar pada angka 1 maka menu yang dipilih adalah menu
manual, (lihat Gambar 12.95), yaitu pergerakan eretan, kedalaman
pemakanan tergantung oleh operator.

Gambar 12.99 Ilustrasi saklar operasi manual


2) Jika saklar diputar pada ”CNC” berarti menu yang dipilih adalah menu
CNC (lihat Gambar 12.96), yaitu semua pergerakan yang terjadi
dikontrol oleh komputer baik itu pergerakan sumbu utama,
pergerakan eretan, maupun kedalaman pemakanan

Gambar 12.100 Ilustrasi saklar operasi CNC


365
5) Saklar Pengatur Kecepatan Sumbu Utama
Saklar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan putar alat potong pada
sumbu utama, saklar ini bisa berfungsi pada layanan CNC maupun
manual. Kecepatan putaran sumbu utama mesin CNC TU-3A berkisar
antara 200-2.000 Rpm, sesuai tabel putaran pada mesin.
Cara pengoperasian saklar pengatur kecepatan sumbu utama ini adalah, saklar
pengatur kecepatan sumbu utama diputar ke arah kanan mendekati angka 100
untuk meningkatkan kecepatan putaran spindle. Untuk mengurangi kecepatan
spindle putar kembali saklar pengatur kecepatan sumbu utama ke arah
kiri mendekati angka 0.

Gambar 12.101 Saklar pengatur kecepatan sumbu utama


6) Saklar Layanan Posisi Mesin
Saklar layanan ini digunakan untuk mengatur posisi mesin, apakah
option yang digunakan adalah posisi horizontal atau vertikal. Saklar ini juga
berfungsi sebagai pemindah dimensi, dari metric ke inch atau sebaliknya.

Gambar 12.102 Saklar layanan posisi mesin


7) Ampere Meter
Ampere meter berfungsi sebagai display besarnya pemakaian arus
aktual dari motor utama. Fungsi utama dari ampere meter ini untuk
mencegah beban berlebih pada motor utama pada saat mesin
dioperasikan

Gambar 12.103 Ampere Meter


Arus yang diizinkan pada saat pengoperasian mesin adalah 4 Ampere,
apabila mesin dioperasikan secara terus-menerus (kontinyu) besarnya
arus aktual yang diizinkan sebesar 2 Ampere. Besarnya beban arus
aktual pada motor utama pada saat pengoperasian dapat dikurangi
dengan cara mengurangi kedalaman dan kecepatan penyayatan.
8) Disk Drive
Disk drive pada mesin CNC TU-3A dimaksudkan untuk pelayanan
pengoperasian disket. Dengan pelayanan disket dapat dilakukan

366
1) Menyimpan data dari memori mesin ke dalam memori disket.
2) Memindah data program dari data ke dalam memori mesin.
9) Fungsi Tombol

367
10) Fungsi G, M, Kode Alarm

368
3. Kecepatan Potong dan Putaran Mesin
a. Pengertian Kecepatan Potong
Kecepatan potong adalah suatu harga yang diperlukan dalam menentukan
kecepatan pada proses penyayatan atau pemotongan benda kerja. Harga
kecepatan potong tersebut ditentukan oleh jenis alat potong dan jenis benda
kerja yang dipotong.
Adapun rumus dasar untuk menentukan kecepatan potong adalah:
Vs = π x d x S m/menit
1.000
Keterangan:
Vs : kecepatan potong dalam m/menit
d : diameter pisau dalam mm
S : kecepatan putar spindel dalam rpm
π : 3,14
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga kecepatan potong.
1) Bahan benda kerja/material. Semakin tinggi kekuatan bahan yang dipotong
maka harga kecepatan potongnya semakin kecil.
2) Jenis alat potong. Semakin tinggi kekuatan alat potongnya maka harga
kecepatan potongnya semakin besar.
3) Besarnya kecepatan penyayatan/asutan. Semakin besar jarak asutan maka
kecepatan potongnya semakin kecil.
4) Kedalaman penyayatan/pemotongan. Semakin tebal penyayatan maka harga
kecepatan potongnya semakin kecil.
b. Jumlah Putaran
Jika harga kecepatan potong benda kerja diketahui maka jumlah putaran sumbu
utama dapat dihitung dengan ketentuan:

c. Kecepatan Asutan (F)


Secara teoritis kecepatan asutan bisa dihitung dengan rumus:

Keterangan:
n : jumlah putaran dalam put/menit
fpt : feed per teeth dalam mm
Zn : jumlah gigi pisau
Contoh:
Diketahui pisau HSS Shell Endmill Ø 40 mm dengan jumlah gigi 6 buah,
dipergunakan menyayat besi St 36 kecepatan potong 25 m/menit, kecepatan
pergigi (fpt) 0,02 mm.
Ditanyakan:
a. Berapa jumlah putaran mesin?
b. Berapa kecepatan penyayatan?
Jawab:

369
a. n = Vc x 1.000 put/menit
π.d
n = 25 x 1.000 = 199,044 put/menit
3,14 x 40
b. F = n x fpt x Zn
F = 199,044 x 0,02 x 6 = 23,885 mm/menit
4. Pengoperasian Disket
Pada Mesin Bubut CNC TU-3A dilengkapi dengan penggerak disket atau disk
drive yang berfungsi untuk pengoperasian disket. Dengan sistem layanan disket ini
semua program CNC dapat disimpan ke dalam disket atau dapat memindahkan
pogram CNC dari disket ke dalam memori mesin. Hal ini dilakukan karena
kemampuan mesin yang terbatas, yakni mesin hanya mampu menyimpan data
ketika mesin dalam kondisi hidup, sedangkan apabila mesin dimatikan, semua data
program yang ada di dalam memori mesin akan hilang.
Ada beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan data yang ada di dalam
memori mesin hilang, antara lain:
a. Tombol emergensi ditekan.
b. Terjadi gangguan listrik, yang menyebabkan terputusnya aliran listrik yang
masuk ke mesin.
Apabila terjadi hal-hal tersebut di atas, dengan sistem pelayanan disket akan
memudahkan operator untuk memasukkan data-data program ke dalam
memori mesin melalui data program yang tersimpan di dalam disket. Jenis disket
yang digunakan dalam pengoperasian mesin adalah disket DS, DD (double side,
double density) dengan ukuran disket 3,5 inch.

Gambar 12.105 Disket


Untuk pengoperasian disket pada Mesin Bubut CNC TU 3A ada beberapa urutan
yaitu:
a. Memformat disket. Memformat disket adalah pengisian lintasan track dan sector
sehingga dapat dipergunakan untuk menyimpan data program. Adapun langkah
memformat disket sebagai berikut:
1) Masukkan disket pada Disk drive maka lampu led akan menyala
2) Pindahkan kursor pada kolom G dengan menekan tombol
3) Tulis G65 kemudian tekan tombol , (pada monitor tertayang fungsi
pita).

4) Tekan tombol + secara bersamaan maka pada


monitor akan tampil pita hapus dan tertulis C er (erase), tunggu sampai
format selesai.
b. Meniyimpan program dari mesin ke dalam disket
1) Masukkan disket pada disk drive maka lampu led akan menyala
2) Pindahkan kursor pada kolom G dengan menekan tombol
3) Tulis G65 kemudian tekan tombol , (pada monitor tertayang fungsi
pita).
370
4) Tekan tombol (pada monitor tertayang menyimpan program no
P….). Nomor program untuk menyimpan dapat dipilih P00–P99, 000–999.
5) Tulis nomer program yang diinginkan, misal 281 kemudian tekan tombol
( pada monitor akan tertayang nomer 281 akan tersimpan dan mesin
akan menampilkan program yang tersimpan di dalam disket tunggu sampai
proses penyimpanan selesai).
c. Memanggil program dari disket ke mesin
1) Masukkan disket pada Disk drive maka lampu led akan menyala
2) Pindahkan kursor pada kolom G dengan menekan tombol
3) Tulis G65 kemudian tekan tombol , (pada monitor tertayang fungsi
pita).
4) Tekan tombol (pada monitor tertayang fungsi pita.....)
5) Tulis nomer program yang akan dipanggil, misal 282. Kemudian tekan
tombol pada monitor akan tertayang: program tersimpan dan
mesin
akan menampilkan program-program yang tersimpan di dalam disket)
kemudian disusul program akan terbaca, maksudnya nomer program yang
tersimpan di dalam disket akan ditampilkan. Tunggu sampai proses
pembacaan selesai.
5. Cara Setting Pisau terhadap Benda Kerja
Sebelum melaksanakan eksekusi program-program CNC dengan benda kerja
terlebih dahulu dilakukan setting pisau terhadap benda kerja. Setting ini menepatkan titil
nol benda kerja yang sudah terlebih dahulu kita tentukan dengan sumbu pisau frais
terhadap tiga bidang benda kerja dengan cara penyayatan manual. Setting benda
kerja ini dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Misal:
setting pisau frais dengan Ø 10 mm, kecepatan putar spindel utama 1.500
put/menit. Posisi awal pisau frais berada –15 mm terhadap titik nol sumbu X benda
kerja. 0 mm terhadap sumbu Y benda kerja. 10 mm di atas permukaan benda kerja
pada sumbu Z.
a. Setting pisau terhadap benda kerja pada sumbu X
1) Periksa diameter pisau yang dipergunakan kemudian tentukan putaran
spindel utama.
2) Pasang benda kerja pada ragum dan jepit dengan kuat.
3) Putar spindel utama dan yakinkan putaran sudah senter.
4) Turunkan pisau dengan menggerakkan sumbu Z dan atur kedalaman
yang diperlukan di sebelah sisi luar benda kerja.

Gambar 12.106 Setting tool terhadap sumbu X

371
5) Sentuhkan pisau kearah sumbu + X pada sisi luar benda kerja dengan
menggerakkan pelan-pelan kearah benda kerja, setelah pisau menyentuh
benda kerja pada monitor akan tertayang nilai harga X, misal: X = 201.
hapus nilai harga X dengan tombol DEL, sehingga nilai harga X = 00.
Tekan tombol INP dan tulis -500, kemudian tekan INP maka pada monitor nilai
harga X = -500. Nilai X = 500= radius pisau frais 5 mm. nilai minus X
menunjukkan arah. Maka setting terhadap sumbu X sudah selesai. (Lihat
Gambar 12.102)
b. Setting pisau terhadap benda kerja pada sumbu Y
Pisau masih tetap pada posisi di atas, bebaskan pisau terhadap benda kerja
dan geser ke arah sumbu –Y, kemudian gerakkan pisau ke kanan ke arah
sumbu + X.
1) Sentuhkan pisau ke arah sumbu +Y pada setelah sisi luar benda kerja
dengan menggerakkan pelan-pelan ke arah benda kerja, setelah pisau
menyentuh benda kerja pada monitor akan tertayang nilai harga Y, misal:
Y = 1.100.

Gambar 12.107 Setting tool terhadap sumbu Y

2) Hapus nilai harga Y dengan tombol DEL, sehingga nilai harga Y = 00. Tekan
tombol INP dan tulis –500, kemudian tekan INP maka pada monitor nilai
harga Y = –500. Nilai Y = 500 = radius pisau frais 5 mm, maka setting
terhadap sumbu Y sudah selesai.
c. Setting pisau terhadap benda kerja pada sumbu Z
Pisau masih tetap pada posisi di atas, bebaskan pisau terhadap benda kerja
dan gerakan naik ke arah sumbu +Z.
1) Gerakkan pisau ke arah sumbu +Y sehingga pisau berada di atas
permukaan benda kerja.
2) Turunkan pisau perlahan-lahan ke arah permukaan benda kerja (sumbu – Z),
setelah pisau menyentuh benda kerla pada monitor akan tertayang nilai harga
Z, misalnya: Z = –964 hapus nilai harga Z dengan tombol DEL, sehingga nilai
harga Z = 00.

Gambar 12.108 Setting tool terhadap sumbu Z


3) Gerakkan pisau naik ke arah sumbu +Z = 1.200, sesuai ketinggian posisi
awal pisau.
4) Geser pisau ke arah sumbu X = –1.500 dan ke arah sumbu Y = 0 maka langkah
setting pisau terhadap benda kerja selesai dan program siap dieksekusi
dengan pelayanan CNC.

372
Gambar 12.109 Posisi akhir pahat sebelum proses running
6. Contoh-Contoh Aplikasi Fungsi G, Fungsi M, serta Soal Latihan Bagian I

a. Fungsi G 00
Fungsi G 00 adalah aplikasi perintah gerak cepat tanpa menyayat, aplikasi ini
biasanya digunakan untuk memposisikan pisau. Berikut simulasi blok G 00.

N G X Y Z F
... 00

Gambar 12.110 Ilustrasi blok program fungsi G 00

Keterangan:
N : Nomor blok
G : Kolom input fungsi atau perintah
X : Gerak memanjang
Y : Gerak melintang
Z : Gerak pisau (vertikal)
F : Kecepatan langkah penyayatan
Contoh:

Gambar 12.111 Contoh gambar kerja simulasi G 00


Dari gambar kerja di atas diketahui:
Diameter pisau : 10 mm
Posisi Sumbu X : –10 mm
Posisi Sumbu Y : –10 mm
Posisi Sumbu Z : 20 mm.
Buatlah susunan program plotter dengan metode absolut dan incremental.

373
Metode Absolut
N G X Y Z F H
00 92 –1.000 –1.000 2.000
01 M03
02 00 –1.000 00 2.000
03 00 –1.000 00 00
04 00 5.000 00 00
05 00 5.000 5.000 00
06 00 00 5.000 00
07 00 00 00 00
08 00 00 00 2.000
09 00 00 2.500 00
10 00 2.500 2500 00
11 00 2.500 5.000 00
12 00 2.500 5.000 2.000
13 00 –1.000 –1.000 2.000
14 M05
15 M30

Keterangan gerakan:
• N 00 : Fungsi G 92 menunjukan program absolut
• N 01 : Spindle utama berputar
• N 02 : Pisau didekatkan pada titk 0 sumbu Y
• N 03 : Pisau diturunkan pada titik 0 Sumbu Z
• N 04 : Proses plotter pisau bergerak dari titik A ke titik B
• N 05 : Proses plotter pisau bergerak dari titik ke titik C
• N 06 : Proses plotter pisau bergerak dari titik C ke titik D
• N 07 : Proses plotter pisau bergerak dari titik D ke titik A
• N 08 : di Titik A pisau dinaikkan +20 mm, sumbu Z
• N 09 : Dari titik A pisau dipindah ke titik E
• N 10 : Di Titik E pisau diturunkan pada titik 0 sumbu Z
• N 11 : Proses plotter dari titik E ke titik F
• N 12 : Proses plotter dari titik F ke titik G
• N 13 : Di titik G pisau dinaikkan +20mm, dari titik 0 sumbu Z
• N 14 : Pahat dikembalikan di posisi awal X-1.000, Y-1.000
• N 15 : Spindle dimatikan
• N 16 : Program selesai
Tugas: Dari gambar di atas buatlah simulasi plotter beserta keterangan
gerakannya.
Soal : Buatlah susunan program plotter dengan metode absolut dan incre-
mental. Pisau yang digunakan berdiameter 10 mm.

374
Gambar 12.112 Gambar kerja simulasi G00
b. Fungsi G 01
Fungsi G 01 adalah aplikasi perintah gerak lurus menyayat, berikut adalah
simulasi blok G 01.

N G X Y Z F
... 01

Gambar 12.113 Ilustrasi blok program fungsi G 01


Contoh:

Gambar 12.114 Gambar kerja simulasi G 01

Buatlah program absolut dan incremental dari gambar di atas. Diameter pisau
yang digunakan 10 mm.
Metode Absolut
N G X Y Z F H
00 92 –1.000 –1.000 1000
01 M03
02 00 –1.000 00 1.000
03 00 –1.000 00 –100
04 01 5.000 00 –100
05 01 5.000 5.000 –100
06 01 00 5.000 –100
07 01 00 00 –100
08 00 00 00 2.000

375
09 00 –1.000 –1.000 2.000
10 M05
11 M30

Tugas: Buat susunan program dari Gambar 12.116 dengan metode


Incremental.

Gambar 12.115 Gambar kerja simulasi G 01


Soal:
Buatlah susunan program absolut dan incremental dari Gambar 12.115,
usahakan meminimalisir penggunaan blok program. Diameter pisau yang
digunakan 10 mm.
c. Fungsi G 02
Fungsi G 02 adalah gerakan interpolasi searah jarum jam atau dengan kata
lain fungsi ini digunakan untuk membuat cekungan. Berikut adalah ilustrasi blok G
02.
N G X Y Z F
... 02
M99 I J K
Gambar 12.116 Ilustrasi blok program fungsi G 02
d. Fungsi G 03
Fungsi G 03 adalah gerakan interpolasi searah jarum jam atau dengan kata
lain fungsi ini digunakan untuk membuat suatu pola radius. Berikut ilustrasi
blok G 03.
N G X Y Z F
... 03
M99 I J K
Gambar 12.117 Ilustrasi program fungsi G 02
Untuk aplikasi G 03, jika radius yang akan dibuat mempunyai sudut kurang dari
90°, memerlukan fungsi tambahan M99, sama halnya dengan aplikasi G 02.
Berikut contoh penggunaan aplikasi G 02 dan G 03.

376
Gambar 12.118 Gambar Kerja Simulasi G 02
Dari Gambar 12.118 buatlah susunan program dengan metode absolut.
Diameter pisau yang digunakan 10 mm.
Metode Absolut
N G X Y Z F H
00 92 –1.000 –1.000 1.000
01 M03
02 00 –1.000 00 1.000
03 00 –1.000 500 –100
04 01 1.500 500 –100
05 03 2.500 1.500 –100
06 01 2.500 3.500 –100
07 02 3.500 4.500 –100
08 01 5.500 5.000 –100
10 00 5.500 5.000 1.000
11 00 –1.000 –1.000 1.000
12 M05
13 M30

Tugas: Dari Gambar 12.118 buatlah pemrograman dengan sistem incremental.


Soal:

Gambar 12.119 Gambar Kerja Simulasi G 02

377
Tugas: Dari Gambar 12.119 buatlah pemrograman dengan sistem incremental
dan absolut. Diameter pisau yang digunakan 10 mm.
Pemrograman dengan G02 dan G03 jika gerakan melingkar kurang dari 90°
Fungsi M99 dipergunakan jika radius yang akan dibuat mempunyai sudut kurang
dari 90°. Dari ilustrasi di atas, yang dimaksud I adalah jarak titik awal melingkar
sampai ke titik pusat radius searah sumbu X, sedangkan yang dimaskud
dengan J adalah jarak titik awal melingkar sampai ke titik pusat ra- dius searah
sumbu Y dan yang dimaksud dengan K adalah jarak titik awal melingkar
sampai ke titik pusat radius searah sumbu Z. Pemograman ini dilaksanakan
dalam dua balok tetapi merupakan satu gerakan penyayatan. Harga I dan J
dalam pemograman ini adalah inkrimental dan dapat bernilai negatif dan positif.
Berikut ini salah satu penggunaan aplikasi G 02, G03, M99.

Gambar 12.120 Gambar Kerja Simulasi G 02, G 03, M99


Dari gambar di atas koordinat tiap titiknya sebagai berikut.

No. X Y
1. 12,63 12,63
2. 25 7,5
3. 37,37 12,63
4. 21,46 21,46
5. 28,54 28,54
6. 21,46 28,54
7. 28,54 21,46
8. 12,5 33
9. 37,5 33
10. 7,6 40,86
11. 25 42,5
12. 32,4 40,86

Diameter pisau yang digunakan 5 mm.


Kedalaman penyayatan 1,5 mm.
Posisi awal pisau:
Sumbu X : –10 mm.
Sumbu Y : –10 mm
Sumbu Z : +10 mm
Soal: Buatlah susunan program dengan metode absolut dan incremental.

378
e. Fungsi G 04
Fungsi dengan sandi G 04 adalah perintah diam sesaat. Aplikasi ini
memerintahkan komputer untuk menghentikan feeding beberapa saat, dengan
kondisi spindle masih berputar. Untuk lebih jelasnya kita lihat simulasi blok
programn G 04 sebagai berikut.
N G X Y Z F
... 04 300
Gambar 12.121 Ilustrasi blok program fungsi G 04
Pada kolom X, kolom tersebut diisi dengan angka tenggat waktu berhenti
feeding mesin. X = 300 dimaksudkan feeding mesin berhenti selama 3 detik.

f. Fungsi G 21
Aplikasi G 21 adalah aplikasi penyisipan satu blok program, aplikasi ini bias
dibentuk menggunakan tombol kombinasi Setelah blok
sisipan terbentuk, perintah G 21 yang tercantum pada kolom G, bisa dihapus
baru kemudian diisikan program sisipan. Lebih jelas lihat ilustrasi berikut.
N G X Z F
20 00 ... ... ... (tekan ~ + INP)
21 01 ... ... ...

N G X Z F
20 00 ... ... ...
21 21 ... ... ... (hapus fungsi G 21, kemudian isi
blok ini dengan program yang di-
kehendaki)
22 01 ... ... ...
Gambar 12.122 Ilustrasi blok program G 21
g. Fungsi G 25 dan M 17
Pada pekerjaan frais banyak ditemukan bentuk-bentuk pengerjaan yang sama
dalam satu benda kerja, sehingga di dalam pembuatan bentuk-bentuk tersebut
memerlukan pemrograman tersendiri. Pemrograman itu menggunakan
program subrutin.
Kegunaan program subrutin:
1) Untuk membuat bentuk yang sama.
2) Untuk membuat bentuk sesuai kontur.
Pada pemrograman subrutin terdiri dari program utama dan program
subprogram/subrutin. Biasanya program subrutin dibuat dalam blok tersendiri
dan terpisah dengan program utama dengan metode incremental.
Format pemanggilan pemrograman subprogram/subrutin.
N G X Y Z F
20 25 ... ... ... L 30

21 00 ... ... ...


Gambar 12.123 Ilustrasi blok program G 25

379
Maksud dari L 30 pada kolom F di atas adalah nomor blok subprogram yang
akan dipanggil pada saat proses pengerjaan benda kerja. Subprogram yang
dibuat selalu dalam bentuk incremental. Agar lebih jelas kita lihat contoh
penggunaan aplikasi G 25 berikut ini.

Gambar 12.124 Gambar kerja simulasi G 25


Tugas 1: Buatlah susunan program dari gambar di atas dengan metode absolut.
N G X Y Z F
00 92 –1.000 –1.000 1000
01 M03
02 00 1.000 4.375 1.000
03 00 1.000 4.375 00
04 25 L 30
05 00 2.000 3.125 1.000
06 00 2.000 3.125 00
07 25 L 30
08 00 1.000 1.875 1.000
09 00 1.000 1.875 00
10 G 25 L 30
11 00 2.000 625 1.000
12 00 2.000 625 00
13 25 L 30
14 00 –1.000 –1.000 1.000
15 M05
16 M30
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
30 91
31 01 00 00 –100
32 01 2.000 00 00 60
33 00 00 00 1.100
34 90
35 M17

380
Tugas 2: Buatlah susunan program G 25 dengan pedoman Gambar 12.124 buat
dengan metode incremental.
Soal:

Gambar 12.125 Gambar kerja simulasi G 25


h. Fungsi G 27
Fungsi G 27 adalah aplikasi program melompat blok. Aplikasi ini dikombinasikan
dengan fungsi M06 yaitu aplikasi penggantian tool. Agar lebih jelas lihat ilustrasi dari
fungsi G 27 di bawah ini.
N G X Y Z F
... ... ... ... ... ...
30 27 L 40
31 M06 D1.000 D200 00 T01
32 00 1.000 100
... ... ... ... ... ...
40 M06 D2.000 S200 00 T01
41 00 1.200 –200
... ... ... ... ... ...
Gambar 12.126 Ilustrasi blok program G 27
Dari Gambar 12.126 di atas terlihat bahwa blok program N 31 hingga N 39
dilewati (skip), program berikutnya langsung menuju blok program N 40.
7. Kompensasi Radius Pisau Sejajar Sumbu
Dalam pemrograman fungsi-fungsi G terdahulu, jalannya pisau selalu pada titik
pusat pisau. Pekerjaan yang bervariasi dapat dilaksanakan dengan penambahan dan
pengurangan radius pisau, perhitungan pada pengurangan dan penambahan radius
dapat diambil alih oleh mesin dengan informasi yang sesuai.
Fungsi-sungsi yang dipergunakan dalam radius kompensasi adalah G 40, G 45, G
46, G 47, dan G 48. Sebelum pemrograman dengan fungsi G 45, G 46, G 47, dan G
48 harus didahului dengan data alat potong dengan M06.

381
Gambar 12.127 Kompensasi radius
8. Contoh-Contoh Aplikasi Fungsi G, Fungsi M, serta Soal Latihan Bagian II
a. Fungsi G 40
Perintah G 40 adalah untuk membatalkan kompensasi radius yang sedang
aktif yakni: G 45, G 46, G 47, dan G 48.
b. Fungsi G 45
Fungsi G 45 adalah aplikasi penambahan radius pada kontur bagian dalam
kantong. Perintah ini hanya berlaku untuk arah gerakan sumbu X dan Y.
Bila perintah ini diaktifkan pisau akan bergerak ke arah sumbu X atau
sumbu Y, dengan jarak sesuai perintah program ditambah radius pisau.
Berikut ini adalah ilustrasi penerapan fungsi G 45. Jika Pisau yang digunakan
berdiameter 10 mm.

Gambar 12.128 Simulasi G 45

N G X Y Z F
... ... ... ... ... ...
31 M06 D500 S1.200 00 T01
32 45
33 00 X3.600 Y00 Z00
40 40
41 M30 1.200 –200
... ... ... ... ... ...
Gambar 12.129 Ilustrasi blok program G 45
c. Fungsi G 46
Fungsi G 46 adalah fungsi pengurangan radius pada kontur bagian luar.
Perintah ini hanya berlaku untuk arah gerakan sumbu X dan Y. Bila perintah ini
diaktifkan pisau akan bergerak ke arah sumbu X atau sumbu Y, dengan jarak
sesuai perintah program dikurangi radius pisau.

382
Gambar 12.130 Simulasi G 46
Berikut salah satu penerapannya. Diameter pisau yang digunakan 10 mm.
N G X Y Z F
... ... ... ... ... ...
31 M06 D500 S1.200 00 T01
32 46
33 00 X4.000 Y00 Z00
40 40
41 M30 1.200 –200
... ... ... ... ... ...
Gambar 12.131 Ilustrasi blok program G 45
d. Fungsi G 47
Fungsi G 47 adalah penambahan radius pisau dua kali pada kontur bagian luar.
Perintah ini hanya berlaku untuk arah gerakan sumbu X dan Y. Bila perintah ini
diaktifkan pisau akan bergerak ke arah sumbu X atau sumbu Y, dengan jarak
sesuai perintah program ditambah dua kali radius pisau. Berikut salah satu
contoh penerapannya.
Contoh:
Pisau yang digunakan berdiameter 10 mm.

Gambar 12.132 Simulasi G 47


Susunan program simulasi G 47
N G X Y Z F
... ... ... ... ... ...
31 M06 D500 S1.200 00 T01
32 46
33 01 2.800 2.200 00 50
40 47
41 01 4.000 00 00 50
42 01 00 3.800 00 50
383
43 01 –4.000 00 00 50
44 01 00 –3.000 00 50
45 45
46 00 –2.800 –1.500 00
47 40
48 M30

e. Fungsi G 48
Fungsi G 48 adalah pengurangan radius pisau pada kontur bagian dalam.
Perintah ini hanya berlaku untuk arah gerakan sumbu X dan Y. Bila perintah ini
diaktifkan pisau akan bergerak ke arah sumbu X atau sumbu Y, dengan jarak
sesuai perintah program ditambah dua kali radius pisau. Berikut salah satu
contoh penerapannya.
Contoh:
Pisau yang digunakan berdiameter 10 mm.

Gambar 12.133 Simulasi G 48


Susunan program simulasi G 48
N G X Y Z F
... ... ... ... ... ...
31 M06 D500 S1.200 00 T01
32 45
33 00 2.800 2.200 00
40 01 00 00 –500
41 48
42 01 4.000 00 00 50
43 01 00 3.000 00 50
44 01 –4.000 00 00 50
45 01 00 –3.000 00 50
46 00 00 00 500
47 45
48 00 –2.800 –2.200 00
49 M30

384
f. Fungsi M06
Fungsi M06 digunakan untuk membuat benda kerja yang menggunakan lebih
dari satu alat potong, misalnya dengan pisau frais (slot endmill, shell endmill,
bor), dan lain-lain. Sebelum membuat program harus diketahui terlebih dahulu
tentang data alat potong (jenis alat potong, diameter alat potong, posisi alat
potong yang satu dengan yang lainnya, dan selisih panjang alat potong). Berikut ini
ilustrasi blok program fungsi M06.
N G X Y Z F
... M06 D S ... ... ...

Gambar 12.134 Ilustrasi blok program M06


Sebelum melakukan pemrograman penggantian alat terlebih dahulu kita
menyiapkan hal-hal sebagai berikut.
1) Menentukan urutan kerja alat potong
Menentukan urutan kerja alat potong adalah urutan langkah-langkah proses
penyayatan pada benda kerja yang dikerjakan sesuai hasil analisa gambar.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 12.135 Shell end mill


Shell end mill adalah tool yang dipergunakan untuk mengefrais mula,
yaitu proses mengefrais untuk meratakan suatu bidang. Slot end mill
digunakan untuk membuat alur I, pada benda kerja.

Gambar 12.136 Slot end mill


T Slot End Mill pisau frais jenis ini dipergunakan untuk membuat alur T.

Gambar 12.137 T slot end mill


2) Menentukan data alat potong
Data alat potong yang dimaksud di sini adalah data tentang nama alat
potong, diameter alat potong, kecepatan penyayatan, dan lain-lain. Untuk
mempermudah pemrograman maka dibuatkan lembar data seperti di bawah.

385
T01 T02 T03
Jenis Tool
Shell End Mill Slot End Mill T Slot End Mill
d 40 10 16
d
D= 2
20 5 8

F 75 75 100
t 0,75 5 8
S 200 1.500 1.600
Hz

Cara memasukkan data alat potong.


a) Alat potong diletakkan pada kolom sesuai urutan kerja alat potong.
b) Data alat potong dimasukkan pada kolom yang sesuai:
d = diameter alat potong/pisau (mm)
D = radius pisau (mm)
F = kecepatan penyayatan pisau (mm/menit)
t = kedalaman penyayatan maksimal (mm)
S = jumlah putar (Rpm)
Hz = harga selisih panjang alat potong (mm)
3) Mencari selisih panjang alat potong
Untuk mencari selisih panjang pada masing-masing alat potong terlebih
dahulu alat potong diukur. Pengukuran di sini dapat dilakukan dengan cara
mengoperasikan semua alat potong pada permukaan referensi atau
menyentuhkan ujung alat potong/pisau pada alat dial indikator.
Langkah-langkah mencari selisih panjang alat potong/pisau dengan cara
menyentuhkan pisau pada permukaan referensi.
a) Benda kerja dijepit pada ragum sebagai permukaan referensi.
b) Pisau nomer 1 (T01 = Shell end mill Ø 40 mm) dipasang pada rumah alat
potong.
c) Putar saklar pada posisi 1 (spindel berputar), gerakkan pisau ke bawah
sampai menyentuh permukaan benda kerja.
d) Pada monitor akan tertayang harga Z; misal = –1.404, tekan tombol DEL
maka harga Z = 0. Pisau nomer 1 sebagai referensi untuk mencari selisih
panjang masing-masing pisau.
e) Harga Z = 0 dimasukkan pada lembar data alat potong kolom 1, yakni T01
pada baris Hz = 0.
f) Pisau nomer 1 dilepas kemudian pisau nomer 2 (T02 = Slot end mill
Ø 10) dipasang.
g) Penggoresan ke permukaan benda kerja dapat dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah sebelumnya, pada monitor akan tertayang harga Z =
–200 maka selisih harga Z terhadap pisau nomer 1 dimasukkan pada
lembar data kolom 2 baris Hz = –200.
h) Dengan cara yang sama untuk pisau berikutnya dapat digoreskan
seperti di atas, kemudian selisih panjang masing-masing pisau
dimasukkan pada lembar data.
Catatan:
• Untuk penggoresan pisau pada permukaan benda kerja pisau harus
berputar.
386
• Untuk menyentuhkan ujung pisau pada sensor dial indikator pisau
harus diam.
i) Setelah setting untuk masing-masing alat potong maka hasil selisih
panjangnya dimasukkan pada lembar data untuk mempermudah dalam
pembuatan program CNC.

T01 T02 T03


Jenis Tool
Shell End Mill Slot End Mill T Slot End Mill
d 40 10 16
d
D= 2
20 5 8

F 75 75 100
t 0,75 5 8
S 200 1.500 1.600
Hz 0 –1.404 –200
Berikut ini contoh penggantian alat dengan program M06.

Gambar 12.138 Gambar kerja simulasi M06


Pisau nomer 1 Shell end mill Ø 40 mm dipakai untuk penyayatan
permukaan.
Pisau nomer 2 Slot end mill Ø 10 mm dipakai untuk penyayatan alur tepi.
N G X Y Z F
01 M03
02 M06 D = 2.000 S = 200 00 T01
03 00 –2.200 1.500 1.000
04 00 –2.200 1.500 –75
05 01 7.200 1.500 –75 50
06 00 7.200 3.500 –75
07 01 –2.200 3.500 –75 50
08 M05
09 00 –2.200 3.500 4.000
10 M06 D = 500 S = 1.250 –1.404 T02
11 M03
12 00 –800 00 4.000
13 00 –800 00 –200
14 01 5.000 00 –200 75

387
15 01 5.000 5.000 –200 75
16 01 00 5.000 –200 75
17 01 00 00 –200 75
18 00 00 00 4.000
19 M05
20 M06 D = 2.000 S = 200 00 T01
21 00 –3.000 00 1.000
22 M30
Keterangan:
Pergantian tool terjadi pada blok nomor N02, N10, dan N22. Untuk
pemrograman dengan lebih dari satu alat potong, posisi pisau ke 1 harus
dikembalikan pada posisi awal program. Penulisan program untuk
kembali ke awal program biasanya ditulis sebelum blok M30.
Lihat contoh di atas!
g. Fungsi G 72

N G X Y Z F
... M06 D S ... ...
... 72

Gambar 12.139 Ilustrasi Blok Program G 72

Fungsi G 72 adalah siklus pengefraisan kantong segi empat (pocket milling


cycle), berikut ini adalah contoh pembuatan kantong dengan mesin CNC TU3A.
Pemrograman fungsi G 72 dengan metode absolut.
Ukuran kantong terhadap sumbu X dan sumbu Y dihitung dengan cara sebagai
berikut.
1. Titik awal penempatan pisau terhadap sumbu X + ukuran panjang kantong X =
(1.700 + 2.600).
2. Titik awal penempatan pisau terhadap sumbu Y + ukuran panjang kantong Y =
(1.500 + 3.000).

Gambar 12.140 Gambar pemrograman G 72

388
N G X Y Z F
(M) (D)(I) (J)(S) (K) (L)(T)
00 G 92 –1.500 00 1.000
01 M03
02 M06 D = 500 S = 1.500 00 T01
03 00 X1.700 Y1.500 Z1.000
04 00 X1.700 Y1.500 Z200
05 72 4.300 4.500 –300 75
06 00 1.900 2.000 1.000
07 00 –1.500 00 1.000
08 M30

h. Fungsi G 73
Adalah Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal. Pengeboran dengan
perintah G 73 dilaksanakan dengan cara bertahap, yakni setiap 2 mm bor
bergerak maju secara otomatis kemudian akan berhenti dan bergerak mundur 0.2
mm untuk memutus tatal.
Selanjutnya dengan cara yang sama bor akan bergerak maju sampai batas
yang ditentukan dan kembali ke posisi awal dengan gerakan yang cepat.

N G X Y Z F
... 73

Gambar 12.141 Ilustrasi blok program G 73


Berikut adalah salah satu contoh siklus pengeboran.

Gambar 12.142 Simulasi pengeboran siklus G 73

Metode Absolut
N G X Y Z F
... 73 –1.800 35

Metode Incremental
N G X Y Z F
... 81 –2.000 35

389
i. Fungsi G 81
Fungsi G 81 adalah aplikasi pemrograman pengeboran langsung. Pada kolom Z,
diisi dengan nilai kedalaman pengeboran.

N G X Y Z F
... 81 35

Gambar 12.143 Ilustrasi blok program G 81


Berikut simulasi program pengeboran dengan fungsi G 81.

Gambar 12.144 Simulasi G 81


Metode Absolut
N G X Y Z F
... 81 –2.200 35

Metode Incremental
N G X Y Z F
... 81 –2.400 35

j. Fungsi G 82
Fungsi G 82 adalah siklus pengeboran langsung dengan berhenti sesaat.

N G X Y Z F
... 82 35

Gambar 12.145 Ilustrasi blok program G 82

Pengeboran dengan G 82 dilaksanakan secara langsung sesuai batas ukuran


yang ditentukan dan akan berhenti sesaat (5 detik) pada akhir batas pengeboran.
Tujuannya untuk memutuskan tatal pemotongan bor tersebut kemudian bor
akan kembali pada posisi awal dengan gerakan cepat.

390
Gambar 12.146 Simulasi G 82

Metode Absolut
N G X Y Z F
... 82 –2.200 35

Metode Incremental
N G X Y Z F
... 82 –2.400 35

k. Fungsi G 83
Fungsi G 83 adalah siklus pengeboran dengan penarikan tatal. Pengeboran
dengan G 83 dilaksanakan secara bertahap, yakni setiap kedalaman pengeboran 6
mm maka bor akan ditarik kembali pada posisi awal dengan gerakan cepat. Mata
bor bergerak maju sedalam 5.5 mm kemudian meneruskan pengeboran
berikutnya sedalam 6 mm sampai batas kedalaman yang ditentukan.
Tujuan pengeboran dengan G 83 jika lubang yang dibuat dalam, dan tatal tidak
keluar dengan semestinya. Berikut adalah simulasi blok program G 83.

N G X Y Z F
... 83 35

Gambar 12.147 Ilustrasi blok program G 83


Simulasi gerakan program G 83

Gambar 12.148 Simulasi G 83

391
Metode Absolut
N G X Y Z F
... 83 –2.200 35

Metode Incremental
N G X Y Z F
... 83 –2.400 35

l. Fungsi G 85
Fungsi G 85 adalah siklus perintah untuk melaksanakan pereameran sampai
batas ukuran kedalaman yang ditentukan dan pisau akan kembali pada posisi
awal. Perintah G85 adalah gabungan dari dua perintah G 01.
Reamer adalah proses peluasan dan penghalusan lubang hingga tingkat
kekasaran N6.

N G X Y Z F
... 85 35

Gambar 12. 149 Ilustrasi blok program G 85


Berikut ini contoh simulasi pereameran dengan fungsi G 85.

Gambar 12.150 Simulasi G 85


Metode Absolut
N G X Y Z F
... 85 –2.200 35

Metode Incremental
N G X Y Z F
... 85 –2.400 35

392
m. Fungsi G 89
Fungsi G89 adalah perintah untuk melaksanakan pereameran sampai batas
ukuran yang ditentukan, pada akhir batas kedalaman pisau akan berhenti
sesaat (5 detik). Selanjutnya pisau akan kembali pada posisi awal dengan
gerakan G 01.
N G X Y Z F
... 85 35

Gambar 12.151 Ilustrasi blok program G 89


Berikut ini contoh simulasi pereameran dengan fungsi G 89.

Gambar 12.152 Simulasi G 85


Metode Absolut
N G X Y Z F
... 89 –2.200 35

Metode Incremental
N G X Y Z F
... 89 –2.400 35

393

Anda mungkin juga menyukai