Bab 2
Bab 2
Bab 2
PROLANIS
Disusun Oleh :
Ayu Sita Permata (2020206203039)
Balqia Alba Fadillah (2020206203040)
Berliana Putri (2020206203043)
Berlian Dwi Linda Miarni (2020206203042)
Nur Habibah Azzahra (2020206203065)
Noviar Rega Pratama (2020206203064)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat hidayah
dan karunia Nya, sehingga penyusunan kasus yang berjudul “Makalah
Pronalis” dapat kami selesaikan. Penyelesaian laporan kasus ini juga
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan preventif yang dilakukan oleh BPJS di era JKN, dimana Prolanis adalah
peningkatan kualitas hidup, dan pembiayaan jaminan kesehatan yang efektif dan
efisien (Sari, 2015). Tujuan program ini dalam BPJS adalah untuk mendorong
medis atau edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub, pelayanan obat secara
rutin, dan pemantauan status kesehatan (BPJS Kesehatan, 2015). Aktifitas ini juga
mencegah penyakit dan meningkatkan kualitas hidup, hal ini biasa di kenal dengan
Konsep tentang health literacy pertama kali ada pada tahun 1970-an yang
dibutuhkan dalam mengambil keputusan dengan benar (Zoellner, You, Connell, dan
Smith-Ray, 2011). Health literacy memiliki tiga tingkatan yaitu health literacy
functional, health literacy communicative dan health literacy critical (Chan, 2014).
Health literacy functional terdiri dari keterampilan dasar dalam membaca dan
mengubah keadaan. Health literacy critical adalah keterampilan yang lebih canggih
menggunakan informasi ini untuk mencapai kontrol yang lebih besar peristiwa
Namun faktor-faktor yang mempengaruhi health literacy seperti usia, jenis kelamin,
(Chan, 2014). Sekitar 80 juta orang Amerika memiliki kemampuan health literacy
yang cukup dengan kemungkinan yang lebih besar memiliki health literacy rendah
yaitu orang dewasa yang bertambah usia, orang miskin dan kaum minoritas serta
Dirmaier, 2014). Survei yang didapatkan di Eropa dinilai health literacy di delapan
negara dalam kawasan Eropa dan menunjukkan bahwa 46,3% di Jerman memiliki
masalah atau health literacy tidak memadai (Dwinger, Kriston, Harter dan
Dirmaier, 2014) dan yang kita ketahui bahwa Jerman adalah negara maju baik di
bidang pendidikan dan di bidang kesehatan, ternyata masih memiliki health literacy
dari 6 informan utama masih rendah, Hal tersebut karena kurangnya kesadaran
untuk mengakses pelayanan kesehatan, tidak ada rasa ingin tahu akan informasi
kesehatan yang dibutuhkan, sehingga tidak mencari informasi dari sumber lain dan
tidak menerapkan informasi yang telah didapat membuat keputusan dalam hal
kesehatan.
A. Rumusan Masalah
Apakah Pronalis itu?
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Menambah pengetahuan dan kesadaran tenaga kesehatan sebagai educator
kesehatan.
b. Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian dan
sebagai referensi untuk selanjutnya.
1) Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
2) Menambah pustaka, Sebagai perkembangan salah satu metode untuk
meningkatkan health literacy pada pasien.
3) Bagi Penelitian Keperawatan
4) Menjadi landasan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang
Pronalis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PROLANIS
1. Pengertian PROLANIS
2. Tujuan PROLANIS
Kesehatan, 2014).
3. Sasaran
4. Bentuk Pelaksanaan
6. Langkah Pelaksanaan
maupun RS)
Pengelola
(Apotek, Laboratorium)
peserta PROLANIS
PROLANIS
Pengelola
Care)
faskes pengelola:
b) Menganalisa data
b. Aktifitas PROLANIS
c) Langkah - langkah:
Faskes Pengelola:
(a) Menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola
wilayahnya.
f) Langkah – langkah:
pengelola
pengelola
(4) Entri data jadwal kunjungan per peserta per faskes pengelola
3) Home Visit
keluarga
b) Sasaran:
(PPDM)
c) Langkah – langkah:
Home Visit
kunjungan
Home Visit
Pengelola
B. Diabetes Mellitus
kelebihan gula di dalam tubuh terjadi. Kelebihan gula tersebut akan masuk
(Wulandari,2011).
kencing manis atau penyakit gula, adalah penyakit yang disebabkan oleh
baik. Akibat dari kelainan ini, maka kadar gula (glukosa) di dalam darah
akan meningkat tidak terkendali. Kadar gula darah yang tinggi terus-
2014).
tidak begitu terlihat, namun jangka panjang peningkatan kadar gula darah
Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan fungsi sel-sel tubuh
berikut :
dalam pankreas oleh virus atau autoimunitas. Jadi, antibody yang ada
termasuk zat-zat yang dihasilkan oleh tubuh dia anggap benda asing
termasuk zat-zat penghasil insulin maka dari itu diabetes mellitus tipe
dari itu gejala yang timbul pada diabetis tipe 1 adalah terjadi pada usia
untuk yang resisten insulin memiliki berat badan besar atau gemuk.
Diabetes mellitus tipe 2 ini disebut sebagai penyakit yang lama dan
dalam sel- sel sehingga obat-obatan yang diberikan ada dua selain obat
dengan jantung, sistem nerves yang pusat, dan menjadi sebab bentuk
cacat otot atau jika GDM tidak bisa dikendalikan bayi yang lahir tidak
normal yakni besar atau disebutnya makrosomia yaitu berat badan bayi
yang tinggi diatas 160-180 mg/dl maka glukosa akan sampai ke urin
tetapi jika tambah tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan
gula ke dalam sel-sel tubuh kurang akhirnya energi yang dibentuk pun
seperti (Sari,2012):
a. Sering mengantuk.
e. Mati rasa atau rasa sakit pada bagian tubuh bagian bawah.
gram
mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000
gram, dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang dari
dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu berat badan lebih,
a. Edukasi
tersebar.
b. Pengaturan makan
tinggi.
c. Olahraga
d. Obat
diderita.
resistensi insulin.
C. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
darah. Setiap kali berdetak (sekitar 60-70 kali per menit dalam keadaan
bagian dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah.
Tekanan darah tidak pernah konstan, tekanan darah dapat berubah drastis
dalam hitungan detik, menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu
dimana tekanan darah seseorang adalah ≥ 140 mmHg (tekanan sistolik) dan
keluarga, genetik (faktor risiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol),
berat badan lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai
risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Pada umumnya penyebab
obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan pola hidup (Life style) yang
lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan obesitas (Dwi & Prayitno
2013).
3. Komplikasi Hipertensi
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena
pembuluh tersebut.
edema.
4. Penatalaksanaan Hipertensi
pengendalian hipertensi.
risiko.
hipertensi.
pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap,
kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari
padanya.
3. Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
(Azwar, 2010) :
a. Pelayanan kedokteran
diperlukan.
kebudayaan setempat.
c. Mudah dicapai
d. Mudah dijangkau
e. Bermutu
b. Tingkat Kedua
1. Pengertian Puskesmas
2. Asas Pengelolaan
c. Asas Keterpaduan
(lintas program), tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas
d. Asas Rujukan
dan sebagainya.
pelayanan kesehatan.
masyarakat.
dan pendukung itu ada. Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi
yang dirasakan.
1) Pengetahuan
a) Tahu (know)
b) Memahami (comprehension)
c) Aplikasi (aplication)
d) Analisis (analysis)
e) Sintesis (Synthesis)
f) Evaluasi (Evaluation)
2) Jenis Kelamin
3) Status Pekerjaan
yang tinggi ataupun pola makan yang tidak teratur dan kurang
4) Tingkat Pendidikan
kesehatan.
5) Usia
dan jasa.
1) Dukungan Keluarga
(Yuliaristi, 2018).
1) Kebutuhan PROLANIS
2018).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan pelaksanaan Prolanis tercipta karena usaha proaktif mencari
kebutuhan di masyarakat, dan menciptakan inovasi atau gagasan – gagasan kreatif
dalam mengimplementasikan program di lapangan. Kegiatan yang tidak monoton
atau bervariasi akan menarik minat peserta. Pelibatan peserta dalam peer group
untuk sharing dengan sesamanya juga berperan dalam meningatkan dukungan sosial
agar peserta merasa nyaman untuk terus datang ke acara-acara Prolanis.
B. Saran
Pelaksanaan Prolanis yang proaktif menampilkan inovasi atau de baru yang
bervariasi pada setiap pertemuan. Menjalin kemitraan dengan swasta dalam
pelaksanaan program Meningkatkan dukungan sosial melalui peer group untuk
keberlanjutan program